Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 99738 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nina Maulina
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S47911
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Joko Susilo
"Masa ketika agama Hindu dan Buddha berkembang dan dipeluk masyarakat di wilayah yang saat ini kita kenal sebagai Jawa Tengah, menduduki posisi panting dalam studi arkeologi dan sejarah perkembangan sebuah bangsa yang kini bernama Indonesia. Peninggalan-peninggalan dari periode itu sedikit banyak mampu membantu kita memahami kronologi berkembangnya kebudayaan yang menjadi bagian jatidiri bangsa kita. Salah satu peninggalan tersebut dan menjadi data dalam skripsi ini adalah Candi Ngawen. Kompleks Candi Ngawen terletak di Desa Ngawen, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang. Kompleks Candi Ngawen ini terdiri dari lima hangman yang berjejer dari utara ke selatan dan semuanya menghadap ke timur. Berdasarkan sisa-sisa bangunannya, dapat diidentifikasi bahwa dalam kompleks tersebut terdapat dua bentuk bangunan yang berbeda. Bentuk yang pertarna terdiri dari Candi Ngawen I, III, dan V yaitu memiliki denah kaki candi berbentuk bujursangkar. Sedangkan bentuk kedua adalah denah kaki candi berbentuk palang yang dimiliki Candi Ngawen II dan IV.
PermasaIahannya adalah dengan bentuk-bentuk arsitektur demikian para ahli menduga bahwa kelima bangunan tersebut merupakan tempat pemujaan bagi kelima Tathagata, yaitu Vairocana, Aksobhya, Ratnasambhava, Amitabha dan Amoghasiddhi. Hal tersebut didasarkan pads penemuan arca Ratnasambhava dan Amitabha. Padahal berdasarkan data-data yang dapat kita jumpai, setiap Tathagata tersebut memiliki tempat tersendiri yang secara garis besar adalah Vairocana memiliki posisi di pusat, Aksobhya menguasai arah timur, Ratnasambhava menguasai selatan, Amitabha menguasai arah barat, dan Amoghasiddhi arah utara. Dengan demikian mungkinkah pendapat para ahli tersebut benar? Selanjutnya, pada kerangka waktu yang mana kompleks Candi Ngawen tersebut dapat ditempatkan?
Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan apakah benar pendapat para ahli tersebut berdasarkan bukti-bukti yang terdapat di Indonesia serta untuk mengetahui pada kerangka waktu yang mana kompleks Candi Ngawen tersebut dapat ditempatkan, sehingga dapat diketahui sejarah perkembangan kebudayaan masa Hindu-Buddha khususnya di Jawa Tengah dan di Indonesia pada umumnya.
Ruang iingkup penelitian ini adalah sebatas pada bentuk-bentuk arsitektur sebagai salah satu unsur yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi kronologi relatif sebuah bangunan kuno. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sesuai dengan latar belakang pendidikan peneliti yaitu metode penelitian arkeologi. Metode ini terdiri dari tiga tahap yaitu pertama, melakukan pengurnpulan data (observasi) balk melalui studi pustaka maupun studi lapangan. Kedua, pengolahan data yang berhasil dikumpulkan dalam tahap penelitian sebelumnya. Dan tahap ketiga,penafsiran data benapa penarikan kesimpulan sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian ini.
Kesimpulan yang dihasilkan dan penelitian ini adalah kemungkinan besar kompleks Candi Ngawen dibangun pada dua masa yang berbeda, dengan catatan masa pembangunan terakhimya sekitar abad 9, tepatnya setelah Candi Borobudur dan sebelum Candi Prambanan. Selain itu dari penelitian ini juga dapat dibuktikan bahwa pendapat para ahli yang menganggap bahwa kelima bangunan Candi Ngawen berisi area Tathagata kemungkinan besar kurang tepat. Dengan kata lain di kompleks Candi Ngawen memang hanya terdapat dua area Tathagata, Ratnasambhava dan Amitabha."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2001
S12028
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Handiman Supyansuri
"Candi Lawang berada di Kabupaten Boyolali, Propinsi Java Tengah. Penelitian mengenai arsitektur Candi Lawang bertujuan untuk mengidentifikasi gaya arsitektur dan memperkirakan bentuk bangunan secara keseluruhan serta kronologi relatifnya. Kemudian karena di Candi Lawang ada inskrisi, maka inskripsi itu dibahas hingga ketingkat penafsiran, sehingga dapat diketahui hubungan antara insikripsi dan arsitektur candinya. Lalu, pengumpulan data dilakukan dengan cara mengumpulkan data kepustakaan dan data lapangan. Penelitian dilakukan berdasarkan ciri arsitektur Candi Lawang yang kemudian dibandingkan dengan candi lain yang mempunyai kemiripan ciri arsitektur dengan Candi Lawang. Pembahasan arsitektur rneliputi hakikat pengertian arsitektur bangunan dan seni sama dengan arsitektur. Selain itu, karena peinbahasan arsitektur tidak hanya membahas aspek struktur dan teknik bangunannva saja, melainkan juga mencakup aspek sosial dan makna simboliknya, maka dalarn penelitian ini dibahas juga hubungan antara Candi Lawang dengan kepurbakalaan di sekitamya serta latar belakang keagamaannnya. Pembahasan kepurbakalaan lain di sekitar Candi Lawang dimaksudkan untuk lebih memahami keterkaitan ruang space situs yang situ dengan lainnya. Latar belakang keagarnaan diteliti dengan cara mengidentifikasikan segala temuan di Candi lawang berdasarkan sifat keagamaannya. Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini ialah arsitektur Candi Lawang merupakan arsitektur bangunan masa peralihan dari masa klasik tua ke masa klasik muda. Hal itu ditunjukkan dengan adanya perpaduan ciri dari kedua periode tersebut di Candi Lawang. Lalu, mengenai kronologinya diperkirakan berasal dari akhir abad ke-9 M atau lebih tepatnya berdasarkan penafsiran inskripsi yang kemungkinan candrasangkala yaitu tahun 872 NCI atau 875 M. Kemudian, latar belakang keagamaan Candi Lawang berdasarkan sifat-sifat keagamaan dari berbagai bukti yang ada termasuk dari penafsiran isi inskripsi yang menyebutkan persembahan kepada gunung, maka Candi Lawang ialah bangunan Hindu Saiwa. Masyarakat di sekitar Candi Lawang pun di masa silam Sangat mcngkin mayoritas mcmeluk agama Hindu Saiwa karena hampir semua bangunan kepurbakalaan di sekitar situ dapat diidentifikasi bersifat Hindu Saiwa. Jadi, kesimpulan mengenai kronologi dari latar belakang keagamaan Candi Lawang sesuai antara kesimpulan berdasarkan arsitektur dengan kesimpulan berdasarkan inskripsi."
2000
S11905
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Didiek Samsu W. T.
"Candi sebagai suatu bangunan suci pada dasarnya dicip_takan untuk menghadirkan suasana sakral yang diharapkan dapat menghubungkan dunia bawah (manusia) dengan dunia atas (dewa). Dalam hal ini kehadiran arca perwujudan yang menjadi inti suatu candi. Arca perwujudan merupakan bentuk nyata kehadiran sang dewa di tengah para pemujanya. Candi Tikus di trowulan, kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, merupakan candi yang unik karena pada candi ini tidak ditemukan indikasi adanya arca perwujudan maupun arca lainnya. Di samping itu keletakannya juga agak unik karena nampaknya dibangun di bawah permukaan tanah. Bertitik tolak pada keunikan tersebut kerangka berfikir penulisan skripsi ini berdasar pada usaha untuk me_nanggapi lebih lanjut masalah fungsi yang sebenarnya dari candi Tikus: Kemudian dicoba pula untuk menelaah kronologi / umur bangunan ini dalam rangka menempatkan candi Tikus dalam bentangan sejarah Majapahit. Dengan menempatkan Trowulan sebagai suatu sistem dalam hal ini sistem perkotaan candi Tikus ditinjau seba_gai sub sistem kota Trowulan atau komponen kota Trowulan yang memiliki fungsi tersendiri. Pengamatan secara konjungtif pada bagian-bagian bangunan candi Tikus dengan penekanan terhadap aspek formalnya, diusahakan untuk dapat menghimpun gambaran tentang fungsi candi tersebut. Penjabaran dan perbandingan antara aspek-aspek teknologi dan arsitektur candi Tikus dengan candi-candi lainnya di Trowulan informasi mengenai perkiraan usia candi. Berdasarkan pengamatan terungkap bahwa tujuan penampilan susunan dan struktur bangunan candi Tikus ditekankan pada makna dan kegunaan air pada masyarakatnya. Dengan melihat bahwa unsur-unsur sakral tetap ditampilkan, maka dapat disimpu lkan bahwa candi Tikus merupakan bangunan suci bercorak petirtaan. Tinjauan teknologi arsitektur candi menampakkan adanya 2 tahap pendirian dan modifikasi pada bangunan. Bukti-bukti yang ada menunjukkan bahwa modifikasi terjadi antara abad XIV dan abad XV. Pendirian bangunan tahap I tentu sebelum kurun waktu tersebut."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S11578
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudhi Wibowo
"Kelenteng adalah sebuah bangunan tempat ibadah yang sudah ada di Indonesia sejak 400 tahun yang lalu. Bangunan suci ini merupakan tempat ibadah agama etnis Tionghoa-Buddha, Konghucu dan Tao. Dalam perkembangan selanjutnya, agama ini dikenal dengan sebutan Tridharma. Keistimewaan arsitektur bangunan kelenteng adalah terdapatnya ornamen-ornamen yang raya, megah sekaligus indah yang merupakan ciri khan arsitektur Cina dan syarat akan makna sirnholik. Bari segi proses pendiriannya, bangunan kelenteng pun memiliki ketentuan-ketentuan tersendiri, yaitu aturan umum yang kerap diterapkan pada bangunan kelenteng dan aturan yang dikaitkan dengan fengshui, yaitu sebuah ilmu yang secara umurn rnengandung makna bagaimana cara mengolah dan memanfaatkan suatu lingkungan.
Kelenteng Kwan Im Hud Cow (KIHC)-juga dikenal dengan nama Vihara Avalokitesvara adalah sebuah kelenteng yang terletak di Banten lama, yang keberadaannya tidak dapat dilepaskan dari sejarah pengusaha dan pendatang Tionghoa dahulu yang turut andil dalam perdagangan berskala internasional pada masa Kesultanan Bantcn (1527-1813). Tak terkecuali dengan kelenteng ini, sudah sernestinya dalam proses pendiriannva juga mengikuti dan mengacu kepada aturan-aturan tersebut di atas. Penulisan ini berusaha meninjau bentuk dari arsitektur bangunan Kelenteng KHIC melalui tinjauan mengenai penerapan aturan umum dan aturan fengshui di dalam klenteng tersebut. Di samping itu pertulisan ini juga berusaha pula untuk memperoleh data atau intormasi mengenai pengaruh unsur lokal yang terdapat pada kelenteng KIHC. Salah satu langkah kerja dalam penelitian ini adalah mengklasifikasikan hal-hal yang mana saja dari aturan umum pendirian dan aturan fengshui yang diterapkan terhadap kelenteng KHIC ini. Aturan umum ini hanya diterapkan ke bangunan utama saja dari bangunan kelenteng. Hal ini dilakukan karena hanya bangunan utama saja yang merupakan bangunan asli atau tertua (arkaik). Sedangkan aturan fengshui diterapkan terhadap keseluruhan kompleks kelenteng.
Sebagai hasil dari proses pengklasifikasian yang disajikan dalam bentuk tabel tersebut, dapat dilihat mengenai hal-hal yang tidak dijalankan atau terjadi "ketidakturunan" dengan kedua aturan tersebut. Lebih lanjut lagi akan dijumpai penyebab-penyebab yang mengakibatkan hal yang demikian dapat terjadi. Dalam upaya memperoleh data mengenai adanya pengaruh unsur lokal pada Kelenteng KHIC ini, akan menitikberatkan pada bangunan makam yang terdapat di dalamnya. Namun demikian informasi yang diperoleh penulis sebagian besar diperoleh melalui studi literatur. Kesimpulan yang diperoleh melalui penelitian ini adalah bahwa pada Kelenteng Kwan Im Hud Cow meskipun telah mengalami berkali-kali pemugaran dan pendirian bangunan baru namun sebagian besar dari kedua aturan tersebut ternyata masih diterapkan. Sedangkan mengenai keberadaan makam keramat di dalam kelenteng ini menghasilkan kesimpulan bahwa pada Kelenteng KHIC ternyata terdapat pengaruh unsur lokal, yakni dengan mengakomodasi suatu kepercayaan (tradisi) setempat."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2006
S11920
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R.A. Teguh Harisusanto
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safari
"Keberadaan umat Islam tidak dapat.dilepaskan dari keberadaan bangunan peribadatan (masjid). Masjid dapat diartikan sebagai identitas masyarakat Muslim, karena peranan masjid dalam kehidupan masyarakat Muslim tidak hanya berfungsi sebagai tempat melaksanakan ibadat wajib (Shalat) saja, tetapi masjid juga berfungsi sebagai tempat aktivitas sosial kultural umat Islam. Bahkan tidaklah berlebihan jika masjid juga dikatakan sebagai tempat pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan (Wiryoprawiro 1986: 155).
Masjid berasal dari kata bahasa Arab yaitu Sajada yang bermakna tempat bersujud. Dalam pengertian umum masjid adalah sebidang tanah yang dapat digunakan oleh umat Islam untuk me_lakukan sembah dan sujud kepada TuhanNya (Aboebakar 1955: 3). Pengertian tersebut tidaklah bertentangan dengan pengertian hukum Islam tentang masjid.
Dalam Alqur'an secara tegas diperintahkan umatnya untuk mendirikan masjidl. selain itu Rasulallah Muhammad SAW secara langsung bersabda; Barang siapa yang membangun masjid karena mengharap ridha Allah, maka Allah akan membengunkan rumah untuknya di surga (HR. Ibnu Majjah dan Ibnu Hibban).
Dari kedua sumber hukum Islam. tersebut dapatlah dibuat kesimpulan, bahwa Islam secara tegas memerintahkan umatNya untuk mendirikan masjid, tetapi secara teknis kedua sumber hukum dasar Islam tersebut tidak memberikan batasan yang jelas tentang bentuk masjid itu.

"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1995
S12078
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gathut Dwihastoro
"Bangunan gudang-gudang VOC di Batavia mempunyai struktur bertingkat, dan umumnya bertingkat tiga. Semua bangunan pada ketiga kompleks berkonstruksi bata dan kayu. Bahan dasar bangunan berupa bata dan kayu yang kemungkinan sebagian besar diperoleh dari daerah lokal. Adanya besi kekang sebagai komponen pada bangunan gudang mempunyai nilai fungsional (struktural) sebagai penguat struktur bangunan. Pada bagian kaki bangunan mempunyai fondasinya dari susunan bata di atas balok dan papan, yang dilapisi atau diperkuat lagi dengan pecahan kerang, pasir dan batu karang. Biasanya jenis fondasi ini digunakan pada tanah yang lunak dengan kandungan atau permukaan air tanahnya tinggi. Seperti kondisi tanah dimana gudang-¬gudang (Pakhuizen) VOC berada. Orientasi bangunan gudang-gudang tersebut menghadap ke arah kanal atau sungai, sebagai jalur transportasi air. Di samping orientasi bangunan mengarah ke pelabuhan sebagai jalur utama. Hal ini menunjukkan bahwa gudang-gudang tersebut mengandalkan jalur air. Jalur transportasi air melalui kanal dan sungai ini memang penting dan mempunyai nilai strategis, terutama bagi aktivitas perdagangan. Pengaturan tata letak bangunan gudang-gudang (pakhuien) dalam aktivitas perdagangan VOC di Batavia, sengaja dibuat dengan orientasi bangunan menghadap..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2002
T11434
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simatupang, Tresia Kesti Magdalena
"Skripsi ini membahas dan mendeskripsikan secara umum mengenai persepsi anak dalam melihat arsitektur. Pembahasan ini menggunakan beberapa teori psikologi perkembangan dan pengantar arsitektur untuk melihat bagaimana persepsi dapat terbentuk dan elemen arsitektur apa saja yang terdapat didalamnya.
Diadakan beberapa penelitian yang dilakukan untuk melihat keterkaitan antara persepsi anak dengan kegiatan mengeksplorasi dan mengalami ruang serta imajinasi yang masih berkembang dalam ranah mentalnya.Hasil penelitian yang menunjukan bahwa peranan skema (memori) cukup penting dalam pembentukan persepsi anak disamping kegiatan ?mengalami‟ dan dunia imajinasinya dalam memandang arsitektur.

This thesis discusses and describes generallyabout perception of the child in perceiving architecture. This discussion uses several theories of developmental psychology and introduction of architecture to see how perceptions can be formed and what are the architectural elements contained therein.
Held several studies conducted to see the relationship between perceptions of children with activities to explore and experience the space, and imagination that is still growing in the mental realm. The results of the studies show that the role of schemes (memories) is quite important in forming the perception of the child as well as the activities of 'experience' and the world of imagination in perceive at architecture.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52600
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachmi Indah Wulan
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S49007
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>