Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 82470 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sianipar, Yosua Raja Saptama
"Jakarta merupakan kota yang sedang tumbuh, yang masih sedang mencari jati dirinya. Pembangunan fisik terus dilakukan baik dalam perbaikan sistem transportasi, pembangunan gedung bertingkat tinggi baik kantor, hotel, maupun apartemen, penggusuran perumahan liar, dan lain-lain. Jakarta dengan segala macam caranya berusaha untuk memiliki gambaran kota yang berkelas internasional. Walaupun demikian, gambaran banyak orang tentang Jakarta masih tetap sama seperti dulu. Jakarta adalah kota dengan tugu Monas, daerah-daerah pusat bisnis dengan gedunggedung tingginya, macet yang selalu terjadi tidak mengenal waktu, aktifitas rutin 24 jam, rumah-rumah kumuh dan liar, dan masih banyak lagi. Gambaran-gambaran tersebut menyebabkan ada satu hal yang terlupakan; gambaran Jakarta sebagai kota tepi air. Sama seperti kebanyakan kota di dunia, pertumbuhan kota Jakarta bermula dari air, karena letaknya yang berada di pinggir laut dan juga memiliki beberapa sungai besar yang membentuk karakter tapak kota secara signifikan. Ini semua mulai ditinggalkan ketika masyarakat lebih memilih dataran kota untuk hidup dengan efektif dan efisien. Dan lama kelamaan, daerah-daerah tepi air menjadi terabaikan dan ditinggalkan. Tulisan ini ingin memaparkan bahwa seharusnya pembentukan karakter kota harus bermula dari pengenalan akan karakter alam atau wujud tapaknya. Dalam hal ini, alam yang dimaksud adalah elemen air. Selain mengandung nilai sejarah dan nostalgia bagi masyarakat setempat, elemen air, walaupun merupakan sebuah wujud sederhana yang selalu dijumpai, memiliki sisi puitis yang dapat menyentuh perasaan dan jiwa setiap manusia. Oleh karena itu, elemen air pada kota tepi air seharusnya menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Jakarta yang terjadi pada ruang publiknya.

Jakarta is a growing city that is still seeking for its real character. All physical development is being occurred recently, such as transportation system improvement, high rises erections, illegal housing removal, etc. Jakarta with all this efforts, is trying to reach an international image of city. Indeed, people?s images about Jakarta is remain the same; a city with Monas, central business districts, traffic jams that occur every moment, 24 hours daily routine, illegal housing, and so on. Those images caused one thing forgotten; Jakarta?s image of waterfront city. Like most of other cities in the world, Jakarta arises from the activities on water. It was located near the sea and significantly shaped by sea and rivers. But then, all these facts were left behind, when people prefer to stay in city?s inland, seeking for more modernized and simple life. That's why every waterfront areas became wasted and separated from people of Jakarta. This writing is proposed to see that city?s character should be formed by the consideration of its natural component subsistence; the development has to see the Genius Loci of the place; has to see what the city want to be. Water is one of the natural elements that have a contribution on the city form. Beside it contained historical values and nostalgia to the natives, water, though it is simple and familiar substance, it has poetic part that can touch every emotion of human beings. Therefore, water element should ?exist? in the daily activity of people which takes place in the public spaces in waterfront city."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S48369
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Santi Isnaini
"Disertasi ini merupakan sebuah studi mengenai representasi relasi kekuasaan yang bertitik tolak dari telaah tata ruang publik kota dalam membentuk identitas sebuah kota. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif eksplanatif dengan menggunakan metode penelitian semiotika sosial. Dengan mengacu pada konsep Representasi dari Stuart Hall dan Episteme dari Foucault, secara umum dapat disimpulkan dua hal penting dalam penelitian ini. Pertama, Alun-alun Kota Tuban adalah sebuah representasi identitas Kota Tuban sebagai kota yang religius dan multikultural. Kedua, perubahan bentuk arsitektur serta lokasi bangunan menandakan bergesernya rezim kepenguasaan yang terjadi dalam konteks wilayah Alun-alun Kota Tuban Kontemporer. Transformasi episteme berupa relasi kuasa tergambar jelas pada kompleks Alun-alun Kota Tuban kontemporer yang menunjukkan dominasi kontrol yang dimiliki oleh diskursus-diskursus tertentu yang dalam konteks penelitian ini berwujud diskursus Islam, Globalisasi, Kapitalisme dan Postkolonialisme, dengan ideologi dominan yang muncul adalah kapitalisme dan postkolonialisme.
Implikasi teoritis penelitian ini menunjukkan, khususnya dalam kaitannya dengan pilihan identitas Kota Tuban, Hall tidak menjelaskan bahwa sebetulnya faktor ekonomi pun berperan terhadap konstruksi akan identitas sekaligus pilihan identitas pada suatu kota baik langsung atau tidak langsung, sama seperti Theodore Adorno yang tidak menyinggung faktor komodifikasi dapat berperan terhadap konstruksi akan identitas. Selain itu, ketika budaya menjadi basis dalam perekonomian kota, maka dalam perekonomian simbolis terjadi reduksi dalam pemaknaan budaya. Budaya yang didefinisikan sebagai shared of meaning dibatasi maknanya sebagai semua image dan simbol yang marketable yang mampu untuk mendorong konsumsi.

This dissertation explores how power relations represented in urban planning of public spaces form the identity of a city. This is a qualitative research study using an explanatory social semiotics method. With reference to the concept of representation by Stuart Hall and Foucault's perspectives on episteme, there are two important things can be concluded from this study. First, Alun-alun Kota Tuban (Tuban's City Square) is a representation of the city's religious and multicultural identities. Second, the changes on architectural landscapes and building sites signify the shift of the regime that has take a place within the context of Contemporary Tuban's City Square. The transformation of power relations episteme is clearly illustrated in the Tuban's Contemporary City Square complex which shows the dominance of control possessed by certain discourses such as Islamic Globalization, Capitalism and Post colonialism discourses, whereas the dominant ideologies that emerge in those discourses are capitalism and post colonialism.
The theoretical implication of this study suggests that, particularly in relation to the selected Tuban's identity, Stuart Hall and Theodore Adorno did not explain that in fact, economic factors also contribute to the construction of identity. In other words, in order to understand the way in which the city's identity is formed we should consider commoditization as a contributing factor to the construction of identity. Furthermore, when culture becomes merely a part of the city's economy or a form of symbolic economy, it reduces the profound meaning of culture making. Culture, which is defined as shared of meaning, has limited meaning as all images and marketable symbols that support people's mode of consumption.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Willy Candra Junior
"Alun-alun Kota Serang merupakan ruang publik yang dibangun pada tahun 1828 oleh Belanda. Sebagai warisan benda budaya, pemanfaatan ruang publik ini diatur agar sesuai dengan kondisinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi peran Pemerintah Daerah Kota Serang dalam mengatur pemanfaatan ruang Alun-alun Kota Serang dan pengaruhnya terhadap pemanfaatan ruang. Hal ini diidentifikasi melalui interaksi tiga elemen spasial yaitu representasi ruang (conceived space), praktik spasial (perceived space), dan ruang representasi (lived space) yang diwujudkan dalam bentuk perencanaan, penyelenggaraan, dan pemanfaatan ruang. Data penelitian ini dikumpulkan melalui metode observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Sedangkan analisis dilakukan dengan metode komparatif spatial antara rencana tata ruang pemanfaatan alun-alun, dengan persebaran aktivitas dan kepadatan pengguna di alun-alun. Selain itu juga dilakukan identifikasi interaksi antara tiga elemen spasial pembentuk aktivitas di alun-alun. Hasil analisis menunjukkan bahwa sebagai conceived space, terdapat dua ruang perencanaan. Pada area timur, perencanaan dilakukan dengan konsep modern dan berorientasi pada peningkatan ekonomi sehingga fasilitas dan atraksi yang tersedia lebih banyak dan bervariasi. Sedangkan pada area barat, perencanaan yang dilakukan oleh Pemerintah dilakukan dengan konsep kuno dan berorientasi untuk melestarikan bangunan-bangunan bersejarah yang tersebar di sekitar Alun-alun Kota Serang. Untuk mempertahankan fungsi warisan budaya di area barat, fasilitas dan atraksi disediakan secara terbatas. Dengan perbedaan pola ruang pemanfaatan tersebut, perceived space cenderung memusat di area timur. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa perencanaan alun-alun sebagai warisan benda budaya yang dilakukan pemerintah berhasil mengatur pemanfaatan ruang. Alun-alun sebagai lived space tidak berdiri sendiri, namun menunjukkan keterkaitan dengan ruang di sekitarnya.

Serang Alun-alun is a public space built in 1828 by the Dutch. As a cultural heritage, the utilization of this public space is regulated according to its conditions. This study aims to identify the role of the Local Government of Serang City in regulating the spatial use of Serang Alun-alun and its influence on space utilization. This is identified through the interaction of three spatial elements, namely spatial representation (conceived space), spatial practices (perceived space), and representational space (lived space) which are embodied in the form of planning, organizing, and spatial utilization. The research data was collected through observation, interviews, and documentation studies. While the analysis was carried out using a spatial comparative method between the spatial plan for the use of the Alun-alun, with the distribution of activities and the density of users in the Alun-alun. In addition, the study was also carried out to identify interactions between the three spatial elements forming activities in the Alun-Alun. The results of the analysis show that as a conceived space, there are two planning spaces. In the eastern area, planning is carried out with a modern concept and is oriented towards improving the economy so that more and more varied facilities and attractions are available. Whereas in the western area, the planning carried out by the government with an ancient concept is oriented towards preserving historical buildings scattered around Serang Alun-alun. To maintain the function of cultural heritage in the West area, the government provided limited facilities and attractions. With the difference in the spatial utilization pattern, the perceived space tends to concentrate in the east. The conclusion of this study shows that the planning of the Alun-alun as a cultural heritage by the government has succeeded in regulating the use of space. Alun-alun as a lived space does not stand alone but shows a connection with the space around it."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risha Aisyah
"Taman kota sebagai bagian dari ruang terbuka publik, memiliki peran penting dalam menyelaraskan pola kehidupan kota yang sehat. Taman kota memiliki fungsi ganda yaitu fungsi sosial dan fungsi estetika, yang memberikan manfaat yaitu sebagai wadah aktivitas sosial, paru-paru kota, dan juga memperindah wajah kota. Kebayoran Baru merupakan kota taman (Garden City) pertama di Indonesia yang dirancang oleh arsitek lokal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas taman kota di Kecamatan Kebayoran Baru, baik sebagai fungsi sosial maupun sebagai fungsi estetika serta untuk melihat hubungan kualitas taman kota dengan karakteristik lokasi pelayanan publik, yang dilihat dari locational efficiency, locational accessibility, dan personal accessibility dari taman tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan keruangan.
Hasil penelitian didapatkan kualitas taman kota sebagai ruang publik di Kecamatan Kebayoran Baru, sebagian besar memiliki kualitas fungsi sosial dan kualitas fungsi estetika yang termasuk kategori sedang. Hubungan kualitas taman kota dengan karakteristik lokasi pelayanan publik beragam. Hal ini disebabkan kualitas fungsi sosial juga terpengaruh dari kualitas fungsi estetikanya. Namun, kualitas fungsi estetika yang baik saja tidak cukup untuk menjadi penentu keberhasilan taman sebagai fungsi sosial, apabila tidak disertai dengan lokasi yang efisien dan mudah dicapai oleh pengguna ruang publik.

As a part of public open space, city parks have an important role in aligning the pattern of a healthy city life. City park has double functions those are social function and aesthetic function, which provide various benefits such as a place for doing social activities, city lungs, and also beautify the city faces. Kebayoran Baru is a first garden city in Indonesia who designed by local architect. This study aims to determine the quality of the city parks in the District of Kebayoran Baru, both as social function and aesthetic function, and also to see the correlations of city parks quality with characteristics of public services location, which is explored from ‘locational efficiency, locational accessibility, and personal accessibility’ of the parks. This research is a descriptive study using a spatial approach.
The study results showed the quality of city parks as public spaces in the District of Kebayoran Baru, mostly have quality both of the social function and aesthetic function are classified as moderate quality. The correlations between quality of city parks and characteristics of public services locations are diverse. This is due to the quality of social function was also detracted from the quality of aesthetic function. However, the good quality of aesthetic function alone is not enough to be a determinant of successful parks as social function, if not accompanied by an efficient location and easily accessible by public space users.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S44301
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadhifa Luthfiah
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis proses terbentuknya sense of place pengunjung dan pengaruhnya terhadap perilaku repeat visitation pada ruang terbuka publik di Kota Bekasi. Data primer diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi lapangan, serta data sekunder yang diambil melalui studi literatur yang bersumber dari berbagai instansi terkait. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan teknik analisis fenomenologi untuk memahami dan menggali pengalaman individu terhadap kunjungan ruang terbuka publik di Kota Bekasi. Selain itu, teknik analisis konten juga digunakan untuk mencari intisari dari tiap-tiap data sekunder yang digunakan. Hasil penelitian menjukkan bahwa sense of place pengunjung terbentuk berdasarkan pengalaman dan pemaknaan oleh pengunjung terhadap ruang rekreasi. Ketika pengunjung memiliki pengalaman yang mudah diingat meliputi karakteristik tempat serta kunjungan yang mengesankan, pengunjung akan merasakan kepuasan yang dapat membangun hubungan keterikatan dengan ruang rekreasi. Sense of place juga dapat terbentuk ketika suatu ruang rekreasi memiliki keunikan dan ciri khasnya serta mampu memenuhi kebutuhan rekreasi pengunjung. Terpenuhinya motivasi kunjunan rekreasi serta karakteristik tempat yang melahirkan kepuasan bagi pengunjung dapat menuntun pada fenomena kunjungan berulang atau repeat visitation.

This research aims to determine and analyze the process of forming visitors' sense of place and its influence on repeat visitation behavior in public open spaces in Bekasi City. Primary data was obtained through in-depth interviews, field observations and documentation, as well as secondary data taken through literature studies sourced from various related agencies. The research method used in this research is a qualitative method with phenomenological analysis techniques to understand and explore individual experiences of visiting public open spaces in Bekasi City. Apart from that, content analysis techniques are also used to find the essence of each secondary data used. The research results show that visitors' sense of place is formed based on visitors' experiences and meaning of the recreation space. When visitors have a memorable experience including the characteristics of the place and a memorable visit, visitors will feel satisfaction which can build a relationship of attachment to the recreation space. A sense of place can also be formed when a recreation space has unique and distinctive characteristics and is able to meet visitors' recreational needs. The fulfillment of motivation for recreational visits and the characteristics of places that create satisfaction for visitors can lead to the phenomenon of repeat visits."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Dewi Lestari
"Pembangunan perkotaan mengakibatkan perubahan penggunaan lahan serta terbatasnya ruang publik untuk kegiatan bermain anak-anak di kawasan permukiman padat. Tujuan penelitian menganalisis tempat bermain anak di permukiman padat dan menyiapkan konsep rancangan ruang publik yang lebih aman dan nyaman untuk anak. Penelitian menggunakan metode gabungan dengan analisis kuantitatif menggunakan analisis deskritpif dan analisis spasial, sedangkan analisis kualitatif dengan Analytical Hierarchy Process (AHP). Hasil analisis anak-anak bermain di ruang publik di sekitar rumah yang masih belum aman dan nyaman dengan pengawasan orang tua, dan konsep ruang publik multi fungsi menjadi alternatif yang terpilih untuk rancangan tempat bermain yang memperhatikan aspek keamanan, keselamatan, dan kenyamanan anak. Kesimpulan penelitian bahwa rancangan ruang publik multi fungsi yang memperhatikan keamanan dan kenyamanan anak-anak menjadikan ruang publik yang lebih ramah sebagai tempat bermain anak.

Urban development have resulted in changes in land use and limited public space for children's play activities in densely populated areas. This research aims to analyze the existence of a children's playing space in densely populated areas and provide a public space design concept that is safer and more convenient for children. This study uses a combined method with quantitative analysis using descriptive and spatial analysis, while qualitative analysis uses the Analytical Hierarchy Process. The results showed that children played in public spaces around the house that were still not safe and comfortable for them with parental supervision. Furthermore, the concept of a multi-functional public space became the chosen alternative for designing a playing area in a public space that considers aspects of security, safety, and convenience for children. This study concludes that the design of a multi-functional public space that pays attention to the safety and convenience of children makes a more friendly public space as a place for children to play."
Depok: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Precillia Charlotta Anastasia Adi
"Kota berkembang seiring dengan perkembangan kebudayaan yang dilakukan oleh manusia. Dengan demikian, sebuah kebudayaan tidak dapat dilepaskan dari konteksnya. Kebudayaan manusia memiliki kecenderungan untuk hadir dalam wujud ide, artefak, dan aktivitas. Pembahasan di dalam skripsi ini akan difokuskan kepada aktivitas kebudayaan, dengan kekhususan pada pertunjukkan kebudayaan. Pertunjukkan kebudayaan yang terjadi di dalam kota umumnya terjadi pada ruang publik sebagai kepemilikan bersama. Keberadaan ruang publik sebagai panggung yang mengangkat pola kehidupan yang terjadi di masyarakatnya. Di dalam pertunjukkan kebudayaan tersebut bertemu berbagai perilaku dan penggunaan yang berbeda. Skripsi meninjau hubungan ruang publik (space) dengan pertunjukkan kebudayaan (event) di dalamnya. Dari studi kasus yang ditinjau terbaca adanya kebutuhan terhadap keselarasan pola ruang dengan event. Keselarasan ini selanjutnya mampu menggambarkan pola kehidupan masyarakat di dalamnya.

Cities evolve along with the development of human culture. Thus, a culture cannot be separated from its context. Culture has a tendency to be presented in the form of ideas, artifacts, and activities. The discussion in this thesis will focus on cultural activities and be specified in cultural performance. Cultural performances that occurred in the city generally take place in public spaces as community shared space. The existence of public space as a stage on which the pattern of life that occurred in the society, be lifted up. Within these cultural performances, lies a convergence of different behaviors and usages. The elaboration of case studies shows the relationship of public space (space) with cultural performances (event) that happened in it. Moreover, we could find there is a need to align the pattern of space with the pattern of event. The alignment, then, could describe the people's pattern of life."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S52250
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Mauluddin
"ABSTRAK
Nama : Agus MauluddinProgram Studi : S2 Sosiologi RegulerJudul : Kontestasi Produksi Ruang Publik Taman Tematik di KotaBandungPembimbing : Prof. Dr. der Soz. Gumilar Rusliwa Somantri Tesis ini bertujuan menunjukkan produksi ruang di dalam praktik ruang taman tematik khususnya taman Jomblo di kota Bandung terdapat kontestasi ruang spasial dan kontestasi ruang pada ranah ldquo;makna rdquo; aktor yang memproduksi ruang. Penelitian ini menggunakan gabungan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif observasi dan wawancara mendalam dilakukan kepada 17 informan dan metode kuantitatif survei dengan medium kuesioner dilakukan kepada 82 responden. Temuan dalam studi ini kontestasi ruang pada ranah ldquo;makna rdquo; yang diproduksi oleh aktor pemerintah representasi ruang tidak sesuai dengan makna yang diproduksi oleh aktor masyarakat ruang representasional . Temuan ini yang membedakan dengan studi-studi sebelumnya yang belum melihat secara tegas kontestasi ruang pada ranah ldquo;makna rdquo; aktor produksi ruang, secara mutlak mesti ldquo;dimenangkan rdquo; aktor masyarakat, yang terdapat negosiasi ruang di dalamnya. Ketika kontestasi di dalam produksi ruang telah menjadi ruang representasional, maka akan terciptanya ruang publik yang adil inklusif dan nyaman untuk lsquo;dihidupi rsquo; masyarakat di perkotaan urban livable . Kata kunci: produksi ruang, kontestasi ruang, praktik ruang, representasi ruang, ruang representasional, negosiasi ruang, urban livable.

ABSTRACT
Name Agus MauluddinStudy Program Magister SociologyTitle Contesting Productions of Public Space The Case of Thematic Park inBandung City, IndonesiaCounsellor Prof. Dr. der Soz. Gumilar Rusliwa Somantri This thesis aims to show the productions of space in the practice of thematic parks especially ldquo Jomblo Park rdquo in Bandung there is contestation of space in it. Spatial contestation and contestation in the realm of meaning of actors that produce spatial space. This research uses qualitative and quantitative approach. Qualitative methods of observation and in depth interviews were conducted on 17 informants and the quantitative method of survey with medium questionnaire was conducted to 82 respondents. The findings in this study of spatial contestation in the realm of meaning produced by government actors representations of space do not match the meaning produced by public actors representational space . This finding distinguishes from previous studies that have not yet seen explicit spatial contestation in the space of meaning of space production actors, which absolutely must be won by public actors, where there is spatial negotiation. When contestation in the production of space has become a representational space, it will create urban justice and comfortable public space to be 39 lived 39 urban livable .Keywords production of space, contesting space, spatial practice, representations of space, representational space, spatial negotiation, urban livable "
2018
T51284
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vira Triarianti
"Sebuah kota akan selalu membutuhkan kelonggaran dan kontrol agar dapat berfungsi dengan baik. Tesis ini akan mengidentifikasi fenomena kelonggaran sebagai salah satu elemen yang tidak dapat dihindari dalam ranah perkotaan, mencari alasan pembentukannya, dan kendali pemerintah akan terbentuknya sebuah kelonggaran dalam lingkungan yang tertata dengan baik. Tesis ini juga akan mengidentifikasi pentingnya kelonggaran bagi ruang publik sebagai salah satu upaya pemenuhan hak atas kota. Karena kelonggaran di ranah perkotaan dapat diwujudkan dalam berbagai cara, pendudukan pedagang kaki lima dapat dikatakan sebagai indikator signifikan terhadap fenomena terjadinya kelonggaran. Tesis ini bertujuan untuk memahami dinamika hubungan antara pemerintah, masyarakat, dan pedagang kaki lima dalam kesehariannya melalui upaya negosiasi dan toleransi untuk menyelesaikan konflik kepentingan mereka. Tesis ini akan lebih menyoroti dampak pandemi terhadap kelonggaran di ranah perkotaan dengan melihat upaya tangguh dari pedagang kaki lima dalam menghadapi privatisasi ruang publik pasca adanya regulasi pemerintah akan pandemi di Taman Bungkul Surabaya.

A city will always need its looseness and control in order to function properly. This thesis will identify the phenomenon of looseness as an inevitable element in the urban realm, find the reasons for its creation, as well as the governmental control towards the occurrence of looseness within a well-ordered environment. This thesis will also identify the importance of loose space for the public as a matter of fulfilment towards the right to the city. Since looseness in the urban realm can be manifested in various ways, the occupancy of street vendors can be regarded as a significant indicator towards the emergence of looseness. This thesis aims to understand the dynamic relationship between the government, public, and street vendors on a daily basis through their attempt of negotiations and tolerance to solve their conflict of interests. This thesis will further highlight the impact of pandemic towards the looseness in the urban realm by looking at the resilient attempt of the street vendors in facing the privatization of public spaces following the governmental pandemic regulation in Taman Bungkul Surabaya"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erik Sutanto
"Keberadaan ruang publik di perkotaan dapat membantu terciptanya lingkungan yang sehat dan kesehatan masyarakat. Salah satu ruang publik yang berpengaruh terhadap kesehatan lingkungan dan kesehatan masyarakat berada di Ruang Publik Kalijodo, Jakarta, Indonesia. Adanya fasilitas olahraga dan tempat bermain anak yang disediakan di Ruang Publik Kalijodo memicu tempat ini ramai dikunjungi sebagai tempat berolahraga, rekreasi dan kegiatan sosial kemasyarakatan. Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan pembentukan Ruang Publik Kalijodo, menganalisis persepsi masyarakat terhadap kesehatan lingkungan dan kesehatan masyarakat, serta menganalisis dampak keberadaan Ruang Publik Kalijodo terhadap lingkungan masyarakat sekitar. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah mixed method melalui metode kuisioner, wawancara, observasi, dan studi pustaka dengan jumlah sampel keseluruhan 152. Hasilnya menunjukkan bahwa proses pembentukan Ruang Publik Kalijodo dapat dilihat dari sejarah Kalijodo yang mencakup Kalijodo sebelum dibongkar, proses pembongkaran, dan Kalijodo pasca pembongkaran. Ruang Publik Kalijodo berhasil berperan dalam pembentukan kesehatan lingkungan dan menyehatkan masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil persepsi masyarakat yang kuat terhadap kesehatan lingkungan di Ruang Publik Kalijodo mencapai 65,7. Pencapaian kesehatan lingkungan yang kuat juga diikuti oleh kesehatan masyarakat yang kuat. Pencapaian kesehatan masyarakat yang kuat dapat dilihat dari hasil persepsi kesehatan masyarakat dari aspek fisik, mental dan sosial. Keberhasilan ruang publik tersebut juga diperkuat dari dampak yang dirasakan oleh masyarakat sekitar berupa kondisi lingkungan yang mencakup meningkatnya kesehatan masyarakat, tingkat kriminalitas menurun, manfaat dari segi ekonomi, dan terjadinya kondisi keguyupan antar warga akibat dari hasil interaksi yang terjadi melalui aktifitas kegiatan-kegiatan ditempat ini. Keberhasilan pembentukan kesehatan lingkungan dan kesehatan masyarakat di Ruang Publik Kalijodo serta perubahan-perubahan yang terjadi di kawasan ini membantu merubah citra yang melekat di kawasan Kalijodo dari negative menjadi positif. Hal tersebut kemudian juga dapat membantu merubah citra kota Jakarta menjadi lebih sehat.

Abstract. The existence of public space can help create a healthy environment and public health. One of the public spaces which is influential environmental health and public health located be in Kalijodo Public Spaces, Jakarta, Indonesia. The existence of sports facilities and children 39 s playground provided in Kalijodo Public Space trigger this place visited as a place of sports, recreation and social activities.This study aims to describe the formation of Kalijodo Public Space, analyzing people 39 s perceptionsthe environmental health impact and public health in Kalijodo Publik Space, and analyze the impact of Kalijodo Public Space to the surrounding community. The approach used in this study is a mixed method with questionnaires, interviews, and literature study with the total sample size 152. The results show that the process of forming Kalijodo Public Space can be seen from Kalijodo 39 s history which includes Kalijodo before being dismantled, process demolitionof Kalijodo, and Kalijodo post demolition. Kalijodo Public Space succeeded in play a role in the formation of environmental health and nourish the community. This can be seen from the results of perception of society to environmental health a strong in Kalijodo Public Spaces reached 65.7. Achieving strong environmental health is also followed by strong public health. Attainment public health a strong can be seen from physical, mental and social outcomes. The success of the public sphere this also strengthens from the impacts are felt by surrounding community in the form of environmental conditions that include increased public health, decreased crime rates, economic benefits, and the occurrence of harmony among citizens as a result of interactions that occur through activities activities in this place. The success of the formation of environmental health and public health in Kalijodo Public Space as well as changes occurring in the region helped to change the inherent image of the Kalijodo region from negative to positive that matter can help change the image of Jakarta to be healthier.
"
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2018
T50189
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>