Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 81895 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bayu Ismaya
"Selama ini dalam merancang ruang Iuar, khususnya rumah tinggal kita hanya memperhatikan dari segi estetika dan kenyamanannya saja, tetapi kurang memperhatikan apakah tanaman yang berada didalamnya menghasilkan sesuatu yang bermanfaat atau tidak bagi penghuninya. Tulisan ini akan membahas bagaimana penerapan tanaman produktif sebagai salah satu tanaman alternatif pada perancangan ruang Iuar rumah tinggal tanpa mengsampingkan segi esetika dan kenyamanannya. Selain segi estetika dan krnyamanannya, sebagian orang masih berpendapat bahwa tanaman produktif hanya coook ditanam pada lahan produktif saja seperti perkebunan dan persawahan dan tidak cocok untuk Iahan rumah tinggal yang luasannya terbalas. Hal tersebut tentunya tidak sepenuhnya benar, jika kehadiran tanaman procluktif didukung oleh konsep perancangan ruang Iuar yang baik dan efisien.
Konsep perancangan ruang Iuar rumah tinggal yang baik diatas, maksudnya suatu konsep yang sebelumnya telah mempelajari bagaimana karakteristik tanaman produktif yang ingin dihadirkan pada ruang Iuar sehingga tanaman tersebut bisa menjadi unsur dan prinsip perancangan ruang Iuar yang menyatu dengan Iingkungannya.
Konsep tersebut akan mendukung sekaiigus melengkapi kualilas ruang Iuar arsitektumya, yaitu suatu kualilas yang menghendaki bahwa ruang Iuar dapat dinikmati oleh semua pancaindera kita. Selama ini ruang Iuar hanya mengaklifkan indera penglihatan, penciuman, pendengaran dan peraba saja, sedangkan indera perasa Kita tidak dapat merasakan keberadaan ruang Iuar tersebut Oleh karena kehadiran tanaman produktihah satu-satunya cara yang bisa mengaktifkan indera perasa Kita (khususnya tanaman buah), dimana kelebihan ini tidak terdapat pada tanaman hias."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S48464
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laura Rina Matiur
"Dalam melaksanakan tugasnya, seorang arsitek tidak dapat mengabaikan konteks wilayah, keadaan lingkungan dan peraturan, setempat. Elemen fisik yang hendak dibangun harus menyesuaikan dengan kondisi sekitar.
Koefisien Dasar Bangunan (KDB) adalah salah satu peraturan, setempat yang harus dipatuhi. Peraturan ini memberi batasan area pada tapak yang dapat dijadikan dasar suatu. bangunan sesuai dengan perencanaan pemerintah daerah, dalam hal ini Dinas Tata Kota. Penerapan KDB dalam perancangan suatu tapak akan menyisakan sebagian area yang tidak diolah menjadi dasar bangunan, dan dapat disebut ruang luar.
Pengolahan ruang luar, jika direncanakan dengan baik , dapat memberi nilai tambah pada tapak tersebut. Dalam tipe bangunan tertentu, ruang luar dapat dimanfaatkan untuk mendukung kegiatan yang berlangsung didalamnya.
Di sini , penulis akan membahas masalah pemanfaatan ruang luar pada rumah .sakit sebagai ruang kegiatan manusia, yaitu pengunjung pada khususnya, yang terdapat di sekitar ruang-ruang rawat inap. Sayangnya, hal ini hanya dapat ditemukan di sekitar ruang-ruang rawat inap kelas VIP atau VVIP, mengingat cost yang cukup tinggi untuk pemeliharaannya .Pada akhirnya, diharapkan agar pemanfaatan ruang luar tersebut dapat mendukung fungsi rumah sakit dan kegiatan yang berlangsung didalamnya."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S48353
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Handayani
"Rumah susun merupakan salah satu penyelesaian masalah keterbatasan lahan di kota. Di kompleks rumah susun dengan pola hunian vertikal. penghuni harus menyesuaikan diri setelah sebelumnya terbiasa tinggal di hunian berpola horizontal termasuk dalam hal berinteraksi dengan orang di sekitarnya. Bagaimanakah interaksi antar penghuni yang terjadi di ruang luar rumah susun dan bagaimana pengaruh lingkungan terhadap interaksi penghuni?
Interaksi yang terjadi di ruang luar rumah susun dipengaruhi salah satunya oleh penataan ruang, yaitu bentuk ruang, unsur-unsur pembentuk ruang dan iklim setempat. Terjadinya interaksi juga disebabkan adanya persepsi manusia terhadap lingkungan sekitar, baik ruang maupun orang di sekitarnya termasuk bagaimana seseorang membagi ruang dengan sesamanya.
Dalam penulisan ini, dilakukan studi kasus di Rumah Susun Pulo Mas dan Rumah Susun Tanah Abang untuk melihat dan menganalisis ruang luar dan interaksi yang terjadi di ruang luar ini. Di dua rumah susun yang memiliki bentuk dan tipe blok yang sama ini beberapa ruang luarnya menjadi tempat yang cukup “hidup’’ dengan aktivitas penghuninya dan ada pula beberapa bagian dari ruang luarnya yang sepi dari aktivitas penghuni. Di akhir penulisan, didapat beberapa hal yang dapat menciptakan ruang luar yang mendukung terjadinya interaksi dan apa saja yang dapat dilakukan agar terbentuk ruang luar yang bisa “hidup" dengan berbagai kegiatan penghuni."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S48500
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nina Fanina Zainal
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S47934
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Trisha Syakira Prawiraatmadja
"Manusia memiliki ketertarikan alami terhadap makhluk hidup lain dan alam, dan manusia membutuhkan kehadiran alam dalam hidupnya untuk mencapai kondisi well-being terbaiknya. Fenomena ini disebut dengan biophilia dan desain biophilic sebagai salah satu upaya untuk mengakomodasi kebutuhan tersebut dalam perancangan. Penggunaan elemen alam dalam desain biophilic dapat dihadirkan antara lain melalui tanaman. Dengan banyaknya waktu yang dihabiskan manusia dalam ruang, kehadiran tanaman sebagai elemen ruang dalam menjadi penting yang berdampak pada well-being manusia. Tanaman yang terdapat pada ruang dalam tentunya membutuhkan perawatan untuk hidup. Kehadiran tanaman sebagai elemen alam terbukti memberikan dampak positif bagi keadaan fisik maupun psikis manusia dan juga dapat menjadi elemen ruang dalam yang berpengaruh penting pada elemen desain lain dan kualitas ruangnya. Sebagai hasil simpulan, untuk mendapatkan hasil yang optimal, kondisi ruang dalam harus dipahami untuk menentukan bentuk penerapan dan jenis tanaman yang tepat, serta karakteristik dari tanaman itu sendiri kemudian dikombinasikan menjadi sebuah komposisi.

Human has natural intention towards other living things and nature elements, and human needs the presence of nature in their life to achieve their best well-being. this phenomena is called biophilia and biophilic design as one of the attempt to accommodate that need in design. One of nature elements in biophilic design can be presented by plant. People spend most of their time in indoor space, so the presence of plant as indoor element becomes important and impact human's well being. Plant in indoor space needs maintenance to live. The presence of plant a as nature element in indoor space gives a positive impact for human's physical and mental health and plant can also be an interior element that compliment other design elements and the quality of the space. As a conclusion, to obtain optimal result, the condition of indoor space should be fully understood to determine the application and the type of plant that suits best, and the characteristics of the plant itself to be combined into a composition."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S60827
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"[Skripsi ini membahas strategi pengorganisasian ruang privat dan ruang publik pada hunian berlahan terbatas, dengan beberapa aspek di baliknya, terkait dengan pemenuhan kebutuhan privasi penghuni tanpa mengisolasi diri dari dunia luar. Pertama, akan ditinjau seperti apa penzonaan ruangan privat dan publik di rumah tersebut berdasarkan konsep teritori dan distance. Pemenuhan kebutuhan privasi yang diakomodasi rumah tersebut juga akan dibahas, baik dari segi akustik, visual, olfaktori, dan sentuhan. Pembahasan selanjutnya akan dilakukan berdasarkan konsep tinggi-rendah dan depan-belakang. Setelah itu, akan dilihat apa saja ruangan-ruangan yang hadir di rumah tersebut sesuai fungsinya jika dikaitkan dengan standar pengadaan ruangan pada hunian. Dari penulisan ini, akan didapatkan apakah kebutuhan privasi didapatkan penghuni dengan baik, atau justru sebaliknya., This study discusses organizing strategy of private and public space in limited space house. There are some aspects behind, related with fulfilment of privacy needs without being isolated from the outside world. First, we will discuss about zoning of private and public space in home based on territory and distance concept. Fulfilment of privacy needs consists of acoustic, visual, olfactory, and touching aspect. Then, we will discuss relate the topic with high-low and front-back regions aspects. After that, we will see kind of rooms that will present related with functional aspects and international standards. As conclusion, we can see whether privacy needs of dwellers can be fulfilled well.]"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S57927
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Safira Riska
"Perubahan pada ruang adalah salah satu cara manusia untuk menyesuaikan ruang yang ada dengan kebutuhan mereka agar tercapai kecocokan kebutuhan fit to need. Pada lingkungan rumah tinggal dengan kehadiran anak penyandang autis, perubahan yang terjadi merupakan perubahan yang didominasi oleh reaksi orang tua. Kebutuhan perilaku anak autis cenderung memicu orang tua melakukan perubahan ruang untuk mencapai fit to need bagi seluruh anggota keluarga. Skripsi ini menunjukkan terjadinya perubahan pada rumah tinggal anak penyandang autis yang melingkupi proses pemicu perubahan, reaksi terhadap perilaku dan reaksi terhadap perubahan.

Change of spaces is one of the ways to adjust the available space arround us in order to reached the condition of fit to needs. Changes which occured in the home environment of children with autism, tend to be the changes dominated by parents. Behavioral needs of autistic children often triggered parents to react and made spatial changes in order to reach fit to needs of family members. This study illustrates various changes that occured in autistic children’s homes which involved the trigger of spatial changes, the reaction to the behavior and the reaction to the spatial changes."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46891
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sekar Jati Ningrum
"Elemen estetis seringkali hanya dianggap sebagai pajangan atau hiasan ruang semata, tanpa menyadari polensi lain dan penerapan elemen estetis ini pada penataan ruang luar maupun ruang dalam. Sejauh manakah peran elemen estetis dalam meningkatkan kualitas visual dan fungsional dari sebuah ruang? Bagaimanakah prinsip-prinsip elemen estetis yang harus diterapkan agar elemen estetis tersebut dapat berfungsi secara efektif dan optimal? Bagaimana hubungan elemen estetis dengan penataan ruang luar dan penataan ruang dalam pada sebuah karya arsitektur? Peletakan elemen estetis yang seperti apakah yang dianggap tepat dan dapat mempeikaya kualitas ruang?
Penerapan elemen estetis memiliki tujuan yang positif, yaitu untuk menghasilkan segala hal yang balk, indah dan menyenangkan untuk ditanggapi dan dirasakan oleh indera manusia. Unsur keindahan yang hadir dalam warna, cahaya, pola & tekstur mempengaruhi persepsi dan emosi terhadap bobot visual, proporsi serta dimensi ruang Selain kebutuhan akan ruang, manusia juga membutuhkan seni sebagai eksprsi dalam kehidupannya. Seni dapat menjadi stimulus aktif dan pasif bagi manusia. Sebagai stimulus aktif, elemen estetis menjadi acuan skala dan acuan arah serta focal point yang bersifat eye-catching. Sedangkan sebagai stimulus pasif, elemen estetis berfungsi sebagai dekorasi ruang yang menjadi simbol dari suaiu kegiatan yang berlangsung di dalam ruang tersebut, menjadi pemacu semangat beraktivitas, membenkan karakter/identitas serta prestige kepada sebuah ruang.
Ruang hams memiliki unsur estelis atau keindahan. Pendekatan secara estetis ini penting karena dalam proses pemahaman terhadap ruang, kontak pertama manusia dengan ruang sekitamya adalah melalui pengalaman visual. Elemen estetis ini juga berkaitan erat dengan kualitas kenyamanan dalam beraktivitas. Nleskipun penilaiannya bersifat subyektif, tetapi perancangan elemen estetis harus memenuhi kaidah perancangan dan peletakan. Prinsip perancangannya harus rnemiliki tema yang jelas dan tidak monoton. Sedangkan peletakannya harus selaras dengan skala, proporsi dan komposisi ruang, serta harus dapat dilihat & dinikmati dari semua angle."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S48285
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yasinta Dewi Pradina
"Polusi udara merupakan masalah di kota-kota besar, seperti di Jakarta dan Depok. Pencemaran ini disebabkan oleh : antropogenik , perindustrian, dan transportasi. Telah dilakukan pengambilan data-data parameter kualitas udara pada beberapa gedung kantor dan rumah tinggal seperti particulate matter, sulfur dioksida, dan nitrogen dioksida, baik untuk kualitas udara ambien maupun udara dalam ruang. Terdapat 3 kategori lokasi penelitian : tempat yang berpolusi, berpolusi rata-rata, dan lokasi yang berpolusi sedikit. Terdapat perbedaan hasil dari pengukuran saat musim kemarau dan musim penghujan. Saat musim kemarau rata-rata PM2.5 di Jakarta dan Depok adalah 54.6 μg/m3, PM10 adalah 54.94 μg/m3, SO2 adalah 0.4 ppm, dan NO2 adalah 0.5 ppm. Hasil pada musim kemarau berbeda dengan musim penghujan, rata-rata PM2.5 di Jakarta dan Depok adalah 45.3 μg/m3, PM10 adalah 40.3 μg/m3, SO2 adalah 0.25 ppm, dan NO2 adalah 0.8 ppm. Dapat dikategorikan untuk sebagian besar wilayah Jakarta dan Depok telah melewati ambang batas yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1077/MenKes/Per/V/2011, untuk PM2.5 yaitu <35 μg/m3 dan untuk PM10 yaitu <70 μg/m3. Dengan metode pengumpulan data secara gravimetri, hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi debu atmospheric (PM2.5, PM10, SO2 dan NO2 di beberapa lokasi pengukuran masih berada di luar ambang batas yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri kesehatan, tak heran jika di kota besar banyak orang yang memakai masker saat berada di luar ruangan. Penelitian juga membuktikan pengaruh alat penjernih udara dalam ruang (air purifier) terhadap penurunan jumlah debu atmospheric.

Air pollution is a problem in big cities, such as Jakarta and Depok. The pollution is caused by: anthropogenic, industrial, and transportation. Has been done taking the data of air quality parameters in several office buildings and residences such as particulate matter, sulfur dioxide, and nitrogen dioxide, both for the quality of ambient air and indoor air. There are three categories of research sites: a polluted, polluted average, and slightly polluted locations. The difference has proven in the results of the measurements during the dry season and the rainy season. During the dry season the average PM2.5 in Jakarta and Depok was 54.6 μg/m3, PM10 was 54.94 μg/m3, SO2 was 0.4 ppm, and NO2 was 0.5 ppm respectively. The results are different from the results with the rainy season, with average of PM2.5 in Jakarta and Depok was 45.3 μg/m3, PM10 was 40.3 μg/m3, SO2 was 0.25 ppm, and NO2 was 0.8 ppm respectively. The result to most areas of Jakarta and Depok has passed the threshold set by the Regulatory Ministry Manpower No. 1077/MenKes/Per/V/2011,which is <35 μg/m3 for PM2.5 and <70 μg/m3 for PM10. With the gravimetric data collection methods, the results showed that the concentration of atmospheric dust (PM2.5, PM10, SO2 and NO2 in several locations measurements are still outside the threshold set by the Minister of Health, no wonder if in big cities many people taking a mask when outside. The study also shows the effect of indoor air purifier (water purifier) ​​deteriorate the amount of atmospheric dust."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S62460
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indri Lestari Juwono
"Keberadaan bangunan tinggi dapat mengoptimalkan penggunaan lahan di kota-kota besar. Dalam kehidupan sehari-hari pengguna bangunan tinggi, berada di dalam bangunannya. Namun tetap saja dibutuhkan ruang untuk berinteraksi antar penggunanya, sehingga tidak timbul kebosanan, juga untuk menghirup udara segar. Ruang untuk menampung kegiatan tersebut yang berada di antara bangunan tinggi disebut ruang luar pada kawasan bangunan tinggi. Ruang ini juga berfungsi sebagai transisi sebelum memasuki bangunan.
Jenis aktivitas di ruang luar pada kawasan bangunan tinggi tercipta karena unsur-unsur fisik pada ruang luar tersebut. Batas dan elemen pada ruang luar mempengaruhi apakah orang memilih untuk beraktivitas di ruang luar tersebut atau hanya lewat saja. Ruang luar yang berbatasan langsung dengan jalan umum memerlukan penataan yang open-up terhadap lingkungannya. Keterbukaan pada ruang luar ini memberikan kesan sebagai bagian dan lingkungan sekitarnya, sehingga ruang ini dapat dipergunakan oleh banyak orang. Selain itu, juga dibutuhkan pepohonan sebagai kanopi alami sehingga memberikan kesejukan alami bagi penggunanya."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S48319
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>