Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 77714 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bayu Yudianto
"Sejarah merupakan suri tauladan yang baik untuk kita amati dalam mengembangkan ilmu yang kita pelajari. Dalam ilmu arsitektur hubungan dengan masa Ialu sangallah penting. Arsitek terkemuka selalu belajar dan melihat kedalam lorong waktu untuk mendapatkan inspirasi dan imajinasi yang senantiasa menciptakan kanya yang bermutu tinggi.
Tulisan ini bermaksud unluk mengkaji bagaimana Henry Maclaine Pont sebagai seorang arsitek pada masa kolonial di Indonesia menuangkan idealisme dan gagasan pada karya-karya arsitektur yang telah dihasilkannya. Dalam tulisan ini akan di uraikan bagaimana dugaan penulis terhadap proses penciptaan karya-karya arsilekturnya berdasarkan pada latar belakang kehidupan Henry Maclaine Pont."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S48313
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizqkarima Ramadhanti
"Gereja Pohsarang di Kediri, Jawa Timur merupakan salah satu karya Henri Maclaine Pont dengan menggunakan pendekatan terhadap arsitektur tradisional Nusantara yang dipadukan pengetahuan arsitektur Eropa, yaitu Amsterdamse School. Hal itu terlihat dari ciri-ciri bangunan Gereja Pohsarang yang mengikuti budaya lokal masyarakat sekitar dan material yang digunakan sebagai ciri khas gaya Amsterdamse School. Tujuan penulisan makalah ini adalah mendeskripsikan ciri-ciri gaya bangunan pada Gereja Pohsarang.
Penelitian ini dilakukan melalui observasi secara langsung di lapangan dengan cara mendokumentasikan objek maupun sketsa, serta studi literatur yang berhubungan dengan objek yang diteliti.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa elemen gaya bangunan Amsterdamse School terdapat pada bangunan Gereja Pohsarang dengan dipadukan arsitektur tradisional Nusantara yang terlihat dari bentuk bangunan, bahan, dan ornamen yang digunakan.

Pohsarang Church in Kediri, East Java is one of the works of Henri Maclaine Pont with the approach of the traditional Nusantara that is combined with the European architecture, namely Amsterdaamse School. These can be seen in the Pohsarang Church building characteristics following the culture around the community and the materials used as the building characteristic of the Amsterdaamse School style. The purpose of writing this article is to describe the building characteristics of Pohsarang Church.
This research was conducted through direct field observation by documenting the Church and sketches, along with literature studies relating to the object of the study.
The result shows that the building elements of the Amsterdaamse School can be found in the Pohsarang Church integrated with the traditional Nusantara architecture style that is seen in the shape of the building, materials, and ornaments used.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Audrey Marianne
"ABSTRAK
Nieuwe Kunst merupakan gaya seni, arsitektur serta seni terapan yang sangat terkenal pada masa runtuhnya eklektisme. Aliran ini menjadi inspirasi baru dalam dunia seni rupa dan seni bangunan. Pelaku seni bangunan mendapatkan banyak inspirasi dari Nieuwe Kunst pada karyanya, termasuk Henri Maclaine Pont, yang juga merupakan salah seorang arsitek. Penulis ingin melihat perbandingan gaya bangunan Nieuwe Kunst pada bangunan karya Henri di Belanda dan di Indonesia. Perbandingan yang berupa gaya bangunan dan komponen pembentuknya dilihat berdasarkan kajian literatur yang deskriptif. Selain itu penulis ingin melihat perkembangan gaya bangunan Henri Maclaine Pont di Indonesia. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif secara keseluruhan. Hasil penelitian menunjukkan perkembangan aliran Nieuwe Kunst pada Henri Maclaine Pont dan hadirnya arsitektur tradisional di Indonesia.

ABSTRACT
Art Nouveau is a style of art, architecture and applied art which renowned/distinguished in its instance. It begins to be a distinct inspiration in fine arts and art building . Artist/architect obtains various of inspiration from Art Nouveau in his/hers artwork, including Henri Maclaine Pont, whose an architect. The author would like to see the comparison of Art Nouveau in building created by Henri in Netherland and Indonesia. The comparison of the architecture and the components were analyzed according to literature study with descriptive methode. Furthermore, the author would like to see the evolution of the architecture by Henri Maclaine Pont in Indonesia. This study uses descriptive analysis. The result shows an evolution in Art Nouveau handled by Henri Maclaine Pont and a birth of traditional architecture of Indonesia.
"
2015
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ardianto
"Kedatangan orang-orang Belanda ke Indonesia untuk menjajah membawa budaya mereka termasuk arsitekturnya. Pada mulanya mereka membangun rumahrumahnya dengan meniru rumah-rumah di negeri asalnya Nederland. Kondisi lingkungan yang berbeda antara Indonesia dan Nederland terutama berkaitan dengan iklim tropis lembab di Indonesia membuat mereka hares beradaptasi. Dalam perkembangan selanjutnya mereka jugs berupaya mengembangkan arsitektur yang khas Indis dengan mengambil dasar arsitektur tradisional Indonesia sebagai sumber pengembangannya. Dengan melakukan analisis pada unsur-unsur fungsi, bentuk, struktur, dan rag am hias pada bangunan Indis tulisan ini mengkaji sampai sejauh mana penaaruh arsitektur tradisional pada arsitektur Indis ini dan bagaimana penkembangan selanjutnya di masa sekarang ini berkaitan dengan upaya pencarian identitas arsitektur Indonesia."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S48171
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Widiarini
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S48210
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
728.598 IND a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Wenny Kustianingrum
"Arsitektur tradisional seringkali diidentikan dengan citra masa lalu yang negative sehingga dianggap tidak sesuai dengan citra modern pada sebuah kota besar. Pandangan ini mulai bergeser dengan maraknya fenomena penggunaan unsure arsitektur tradisional Jawa pada bangunan komersial di kota besar, khususnya restoran. Perkembangan gaya hidup pada masyarakat urban menyebabkan perubahan fungsi restoran menjadi salah satu bentuk pilihan tempat leisure. Penulisan ini mencoba mencari tahu sejauh mana penggunaan unsur-unsur tradisional pada bangunan restoran untuk dapat menghadirkan suasana tradisional serta perannya dalam pembentukan citra restoran. Berdasarkan kesimpulan, didapatkan bahwa penggunaan unsur-unsur arsitektur tradisional Jawa ini dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu elemen fisik, yang dihadirkan untuk membentuk pengalaman visual, serta kualitas ruang gelap untuk membentuk suasana ruang yang tenang dan syahdu. Suasana ruang inilah yang dianggap mampu menghasilkan suasana rileks, sebagai bentuk leisure pada restoran.

Traditional architecture is often link to a negative image of the past, thus considered inappropriate for the modern urban image. This view is now shifting due to the use of traditional architecture elements on commercial buildings, especially restaurants. The lifestyle in urban society today results in the use of restaurant as a place of leisure. This study focuses in finding out how far the uses of Javanese traditional architecture elements in restaurant buildings are able to create the traditional ambience. The conclusion will show that the use of these elements can serve two functions which are creating visual experience by the physical elements and creating the depth quality of space to make a quiet and calm atmosphere. This kind of atmosphere is considered capable to give a relaxing effect as a form of leisure in restaurant."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51578
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Deni Sutrisna
"Penelitian mengenai unsur-unsur arsitektur kolonial pada Masjid Agung Manonjaya adalah penelitian arsitektur dan ornamen bangunan yang bersangkutan. Arsitektur kolo_nial yang dimaksud adalah unsur arsitektur datang dari Eropa dalam hal ini adalah unsur arsitektur kolonial Belanda. Di samping unsur-unsur arsitektur lokal tetap dipertahankan keberadaannya. Untuk menjelaskan dugaan terjadinya percampuran kedua unsur budaya tersebut di atas, maka digunakan konsep akulturasi dengan tujuan yaitu : (1) Mengetahui keberadaan unsur-unsur budaya lokal (tradisional) dan unsur-unsur budaya asing (kolonial) melalui pemerian gaya arsitektur dan ragam hias bangunan Masjid Agung Manonjaya. (2) Mengetahui seberapa jauh unsur-unsur kolonial mem-pengaruhi penampilan fisik bangunan Masjid Agung Manonjaya. Penelitian ini terbatas pada obyek utamanya yaitu Masjid Agung Manonjaya yang terletak di desa Karangnung_gal, kecamatan Manonjaya, Tasikmalaya Jawa Barat yang didirikan pada awal abad ke-19. Masjid ini terbagi atas tiga bagian yaitu pondasi (kaki), tubuh, dan atap. Kompo_nen bangunan lainnya adalah menara, penampil serambi timur dan koridor menara. Bangunan yang disebut terakhir ini terletak di sebelah timur bangunan induk masjid. Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan yaitu : (a) pengumpulan data, (b) pengolahan data, dan (c) penaf_siran data. Tahap pengumpulan data meliputi studi kepusta_kaan dan studi lapangan. Tahap pengolahan data meliputi kegiatan analisis bentuk, gaya, bahan, dan ukuran melalui hasil deskripsi dalam tahap pengumpulan data. Di samping itu juga dilakukan perbandingan dengan bangunan masjid tradisional Jawa dan bangunan kolonial. Dalam tahap penaf_siran data keseluruhan hasil dari tahap pengumpulan dan pengolahan data dirangkum menjadi suatu kesimpulan. Kesimpulan yang didapat dalam penelitian ini yaitu : (1) Berdasarkan kajian perbandingan Masjid Agung Manonjaya dengan bangunan masjid tradisional Jawa dan bangunan kolonial diketahui bahwa Masjid Agung Manon jaya mendapat pengaruh yang sangat dominan dari gaya arsitektur kolonial. (2) Pengaruh arsitektur lokalnya hanya terlihat pada bentuk atap yang berbentuk tumpang. Jadi masih meneruskan tradisi atap masjid tradisional Jawa. (3) Ragam hias Masjid Agung Manonjaya tidak semuanya mendapat pengaruh unsur ragam hias kolonial, tetapi masih tetap mempertahankan bentuk-bentuk ragam hias tradisi lama. Ragam hias asing walaupun ada tidaklah menghilangkan ragam hias yang sebelumnya telah ada melainkan turut menambah khasanah ragam hias masjid yang menyebabkan keragaman coraknya. Kesimpulan yang didapat dalam penelitian ini adalah bersifat terbuka dan tidak menutup kemungkinan mendapat tanggapan dan saran lebih lanjut"
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1996
S11583
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Trihayati
"Skripsi ini membahas 15 bangunan rumah tinggal kolonial yang terletak di Depok Lama, Kelurahan Depok, Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok. Bangunan rumah tinggal kolonial yang ada di Depok Lama ini merupakan produk budaya manusia yang keberadaannya sudah ada sejak awal abad 20 M (1919-1930). Bangunan kolonial dikatakan memiliki arsitektur yang khas, dan merupakan fenomena budaya yang unik karena terjadi percampuran budaya antara budaya bangsa penjajah dengan budaya lokal. Oleh karena itu, arsitektur kolonial di berbagai tempat di Indonesia memiliki perbedaan-perbedaan serta ciri-ciri tersendiri. Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukanlah penelitian terhadap bentuk arsitektur rumah tinggal kolonial di Depok Lama, untuk mengetahui ciri khas dari bangunan rumah tinggal kolonial yang ada di Depok Lama. Selain itu, diadakan juga penelitian terhadap pola tata ruang bangunannya, untuk mengetahui apakah terdapat pola khusus yang menjadi dasar dari bentuk bangunan rumah tinggal yang ada di Depok Lama tersebut. Untuk ntenjawab permasalahan penelitian, maka data yang berupa rumah_-rumah tinggal kolonial tersebut dianalisis dengan menggunakan metode analisis bentuk, analisis gaya serta analisis khusus terhadap denah bangunan. Setelah melewati tahapan-tahapan analisis tersebut, didapatkan kesimpulan bahwa bangunan-bangunan rumah tinggal kolonial yang ada di Depok Lama memiliki bentuk arsitektur yang dipengaruhi arsitektur modern, arsitektur klasik, dipengaruhi arsitektur tradisional (Jawa) dan beradaptasi dengan iklim tropis. Tata ruang pada bangunannya memiliki pola yang seragam, yaitu bangunan rumah terdiri atas sebuah rumah induk dan sebuah bangunan tambahan berupa bangunan servis yang terletak di samping atau belakang rumah induk. Bangunan servis sekurang_-kurangnya digunakan untuk keperluan dapur, kamar mandi, kamar pembantu dan gudang. Bangunan tambahan lainnya adalah sebuah paviljoen, yaitu bangunan tempat tinggal yang memiliki fasilitas terpisah dari rumah induk. Untuk memperkuat apakah pola tata ruang demikian adalah pola yang umum digunakan pada pola tata ruang rumah tinggal kolonial maka diadakan perbandingan denah bangunan dengan rumah tinggal kolonial di Menteng. Hasil perbandingan menunjukkan bahwa pola tata ruang yang demikian memang umum digunakan pada pola tata ruang rumah tinggal kolonial pada masa yang lama"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2005
S11560
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>