Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 126791 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rachmi Fitri
"
ABSTRAK
PT. ?X? adalah suatu perusahaan jasa yang bergerak dalam biclang transportasi yaitu sebagai penyelenggara jalan tol. Dalam pengoperasiannya, selama ini PT. ?X? berusaha untuk menyediakan dan memberikan fasilitas pelayanannya dengan mempertimbangkan kebutuhan dan keinginan konsumen pemakai jalan tol agar terpenuhi segala kebutuhan dan keinginannya dan timbullah perasaan puas pada dirinya.
Usaha PT. ?X? dalam meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan kepada konsumen pemakai jalan tol memerlukan sistem informasi yang baik dengan menggunakan peralatan dan sistem pengumpulan tol yang dapat menunjang dan sesuai dengan kemajuan teknologi yang ada pada saat ini agar dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen pemakai jalan tol.
Analisis terhadap peralatan dan sistem pengumpulan tol yang ada pada PT.
?X? perlu dilakukan, karena masih kurangnya kinerja dari kegiatan operasional di dalam Divisi MPT yang mengendalikan sistem peralatan dan pengumpulan tol yang digunakan dalam pengoperasianjalan tol pada PT. ?X?.
Analisis yang dilakukan mengembangkan teori Manajemen Strategi dengan Metode Analisis Lingkungan Intemal yaitu Analisis Kekuatan dan Kelemahan (Strength & Weakness Anabzsis) untuk dapat mengetahui kekuatan dan kelemahan yang dimiliki PT. ?X? pada Divisi MPT khususnya dalam hal peralatan dan sistem pengumpulan tol. Dengan mengetahui kekuatan maka dapat dilakukan analisis dan evaluasi kekuatan tersebut dan kemudian dibuat suatu Usulan nningkatan/perbaikan kekuatan. Selain itu, dengan mengetahui kelemahan maka dapat dibuat alternatif-
aliernatif solusi dan solusi dalam menangani kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh peralatan dan sistem pengumpulan tol tersebut.
Berdasarkan usulan peningkatan/perbaikan kekuatan dan solusi dalam rnenangani kelemahan yang diperoleh tersebut, maka dibuat suatu usulan rencana aksi/strategi. Usulan rencana aksi/strategi tersebut mencakup lima jenis strategi yaitu strategi sumber daya manusia, strategi peralatan tal, strategi sistem pengoperasian dan pelaporan data, strategi tata letak gardu, dan strategi cara transaksilpembayaran. Masing-masing strategi yang dibuat bertujuan untuk meningkatkan kualitas kegiatan operasional pengurnpulan tol dan sebagai penunjang peningkatan kualitas pelayanan yang berdasarkan kebutuhan dan keinginan konsumen sehingga dapat memberikan kepuasan kepada pemakai jalan tol."
1997
S36614
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wati Mulyawati Erwan
"ABSTRAK
Salah satu upaya yang harus dilakukan perusahaan jasa dalam meningkatkan kualitas pelayanannya kepada pelanggan adalah dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang ada dalam perusahaan, terutama karyawan yang berhadapan langsung dengan pelanggan. Tanpa langkah itu, sulit bagi perusahaan tersebut untuk berhasil mengungguli pesaingnya pada era kompetisi yang ketat, dalam pasar global.
Bagi perusahaan yang diberi hak monopoli sekalipun, kualitas pelayanannya kepada pelanggan, tetap tidak dapat diabaikan, karena sikap pelanggan yang semakin kritis.
Segitiga Groonroos (gbr. 2.1.1) mengatur hubungan segitiga antara perusahaan, karyawan dan pelanggan. Hubungan antara perusahaan dengan pelanggan disebut dengan pemasaran eksternal, hubungan antara perusahaan dengan karyawan, disebut dengan pemasaran internal sementara hubungan antara karyawan dengan pelanggan disebut dengan pemasaran interaktif.
Dari tiga sisi segitiga Groonroos tersebut, sisi pemasaran internal dirasakan sangat penting bagi perusahaan jasa, guna meningkatkan kualitas pelayanannya kepada pelanggan.
Ada asumsi yang mendasari pentingnya pemasaran internal, yaitu : jika perusahaan memiliki "hubungan" baik dengan karyawannya dan demikian pula sebaliknya, maka kualitas pelayanan kepada pelanggan akan menjadi baik pula. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa kualitas pelayanan kepada pelanggan sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia perusahaan.
Pada perusahaan-perusahaan jasa seperti PT. PLN (Persero), --sekalipun perusahaan ini adalah BUMN -- namun pemasaran internal dirasakan semakin penting dan harus mendapat perhatian pihak manajemen, mengingat sikap kritis pelanggan dan dibukanya kesempatan kepada pihak swasta untuk menanamkan investasinya pada sektor infrastruktur kelistrikan.
Dengan adanya ancaman seperti itu, maka perlu dilakukan analisis terhadap faktor-faktor apa saja yang menjadi hambatan didalam pelaksanaan pemasaran internal pada PT. PLN (Persero) pada umumnya, khususnya pada Kantor Cabang yang diteliti.
Hasil analisis yang dilakukan pada 2 (dua) Kantor Cabang PT. PLN (Persero), yaitu Kantor Cabang Kota dan Kantor Cabang Gambir yang berada dalam lingkup PT. PLN Distribusi Jaya - Tangerang, menunjukkan bahwa pemasaran internal pada kedua Kantor Cabang tersebut belum dapat dilaksanakan secara optimal, disebabkan antara lain karena keterbatasan faktor sumber daya manusianya.
Analisis terhadap faktor sumber daya manusia dengan menggunakan teori The Seven S (Mc Kinsey) yang diolah dengan Analitycal Hierarchi Proms. (AHP) dan Analisis Statistik, menunjukkan bahwa pemasaran internal pada kedua Kantor Cabang tersebut dihadapkan pada kendala lemahnya system (40%). Kendala lainnya adalah style (24%) dalam hal ini diartikan sebagai gaya kepemimpinan, disusul oleh staff (sumber daya manusia), skill (keterampilan) dan structure (struktur).
Karena faktor-faktor yang diukur tersebut sangat menentukan di dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia, dan sekaligus peningkatan kualitas pelayanan kepada pelanggan, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sampai sejauh mana kedua Kantor Cabang yang diteliti dapat menerapkan konsep pemasaran internal. Disamping itu jugs untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang dinilai dominan atau berpengaruh sangat besar pada konsep pemasaran internal."
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Made Sudri
"Pentingnya kualitas untuk mempertahankan retensi pelanggan dalam persaingan industri yang ketat, maka diperlukan perbaikan kualitas secara berkesinambungan dengan mereduksi variasi output dalam proses. Peningkatan kualitas dengan metode Six Sigma sangat tepat diterapkan untuk mereduksi variasi output/jumlah reject masih tinggi, yang menimbulkan biaya paling besar, seperti yang terjadi dalam pembuatan komponen Hub FE 334/347 (R) pada proses machining di PT. BMC.
Dengan konsep Six Sigma melalui pendekatan define, measure, analyze, improvement, control (DMAIC), diperoleh CTQs yang menjadi opportunity penyebab cacat komponen Hub FE ada 4 karakteristik kualitas opportunity yaitu: keropos, permukaan tidak rata, cacat ulir dan posisi Hub tidak simetri (position), nilai kapabilitas sigmanya 3,65287 dengan. DPMO 15.664,6 ini berarti perusahaan masih jauh untuk menjadi perusahaan kelas dunia yang mencapai nilai kapabilitas sigma 5-6 sigma. Nilai yieldnya 93,73%, ini berarti ada 7 komponen Hub FE berpeluang cacat setiap diproduksi 100 komponen.
Perbaikan kapabilitas sigma pada proses machining dapat dilakukan melalui close loop DMAIC pada waktu yang tepat dan cara yang tepat dengan peningkatan dokumentasi laporan masalah dan penerapan peta kontrol (SPC), untuk diambil tindakan perbaikan yang diperlukan.

The important of quality to maintain of customer retention in the tight industrial competition required quality continuous improvement by reduced output variation in the process. Quality improvement using Six Sigma method is the right way to be applied for reducing high output variation or number of defects, which is making the highest cost as like in made of Hub FE 334/347 (R) component on machining process in PT. BMC.
Using define, measure, analyze, improvement and control (DMAIC) approach in Six Sigma concept could be known the opportunity of CTQs was caused of defects for Hub FE component. There are 4 characteristics of quality was identified consists are porous, flatness surface, thread of screw defect and unsymmetrical Hub position. The sigma capability value is 3.65287 and the DPMO value is 15,664.6. They means the company is still far from the world-class company criteria, which should be, achieve is 5-6 sigma in the value capability. The yield value is 93.73%, it means the company has 7 Hub FE component opportunities defect for every 100 components produced.
The sigma capability improvement on machining process could be done through close loop DMAIC in the right time and the right way was made needed for improve by increasing of documentation problem report and applying of SPC.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
T14799
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Rustianto
"ABSTRAK
Pada tahun-tahun terakhir ini, dengan semakin meningkatnya perkembangan industri, semakin meningkat pula Unit Pengukuran PT X menerima permintaan jasa pengukuran dan pelanggan. Untuk memenuhi kepuasan pelanggan yang semakin meningkat kesadaran akan pentingnya mutu perlu adanya jaminan terhadap keabsahan hasil pengukurannya. Hal ini dapat dilakukan dengan mengkalibrasi peralatan pengukuran terhadap peralatan standar (kalibrator).
Dengan semakin banyaknya peralatan standar untuk kalibrasi dan ditunjang dengan pengalaman dan ketrampilan yang dimiliki oleh personil, Unit Pengukuran berusaha untuk mengembangkan laboratorium kalibrasi. Pengembangan ini dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan laboratorium kalibrasi PT X menjadi salah satu laboratorium di Indonesia yang mampu memberikan pelayanan jasa kalibrasi.
Upaya-upaya peningkatan kemampuan laboratorium kalibrasi PT X yang dilakukan secara internal didasarkan pada pemenuhan unsur-unsur yang terdapat di dalam sistem mutu ISOIIEC Guide 25 dan disesuaikan dengan kondisi yang ada. Upaya tersebut antara lain membentuk tim mutu, pengembangan dokumen mutu, pengamatan penerapan mutu, upaya perbaikan sistem mutu dan penerapannya di laboratorium kalibrasi PT X.
Ketidaksesuaian yang ditemukan selama penilaian terhadap penerapan sistem mutu sebagian besar dikategorikan minor. Hal ini menunjukkan bahwa upaya peningkatan kemampuan laboratorium kalibrasi PT X dalam menerapkan sistem mutu ISOIIEC Guide 25 cukup berhasil.

ABSTRACT
In the last years, with the growing of domestic industry, Measurement Unit of PT X has been servicing many measurement orders from internal and external customers.
This should be completed carefully by PT X. In order to satisfy the customer need is necessary to ensure the validity of the test result. This can be done by calibrating measurement equipment to standard equipment (calibrator).
By improving standard equipment for calibration and supported by qualified personnel, Measurement Unit efforts to develop calibration laboratory. Objective of the development is to improve competence of The PT X's calibration laboratory in order to be one of laboratories in Indonesia which capable to provide calibration service.
The competence improvement of PT X's calibration laboratory being performed internally is based on elements in the ISOIIEC Guide 25 quality system and complied with the existing condition. The improvement covers establishing quality management, developing quality documentation, observing quality implementation, improving quality system and also implementing in the PT X's calibration laboratory.
Assessment of the quality system implementation mostly found minor nonconformity. This indicate that the competence improvement of PT X's calibration laboratory in implementing ISOIIEC Guide 25 quality system is successfully.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Subaya
"PT. Krama Yudha Ratu Motor adalah salah satu perusahaan dari kelompok Krama Yudha Mitsubishi Motors Group yang bergerak dalam bidang perakitan mobil untuk kendaraan niaga. Sampai saat ini sudah I3 tipe kendaraan niaga yang diproduksi diantaranya tipe L300 Pick Up.
Untuk menjaga kepuasan konsumen terhadap produknya, pihak perusahaan menerapkan sistem pengendalian mutu, salah satunya dari segi penampilan yaitu mutu pengecatannya. Untuk menjaga mutu produltnya agar sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, maka pihak perusahaan mqnerapkan metoda pemeriksaan 100% Hal ini dilakukan karena jumlah produksinya tidak besar yaitu rata-rata sebanyak 46 unit perhari.
Dari data historis terlihat bahwa pada proses pengecatan jumlah produk cacat yang terjadi masih terlalu tinggi. Hal ini berakibat berkurangnya efisiensi dan pro duktititas kerja serta menyebabkan bertambahnya biaya mutu.
Berdasarkan pemiasalahan tersebut dibuat bagan kendali p ~sehingga rerlihat proses-proses yang berada di Iuar kendali. Dengan diagram pareto ditemukan bahwa cacat meleleh dan kotor merupakanikarakteristik cacat yang paling dominan dibanding karakteristik cacat yang lain. Kemudian dengan diagram sebab akibat ditemukan Faktor-faktor utama yang menjadi penyebab terjadinya jenis cacat meleleh dan kotor_ Untuk mengurangi terjadinya kedua jenis cacat tersebut, dibuat usulan langkah-langkah perbaikan.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S36577
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haryadi Santoso
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S36311
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk memberikan gambaran tentang cara-cara penerapan pemeliharaan kualitas dimana tujuan dari pemeliharaan kualitas sendiri adalah untuk memberikan jaminan kualitas produk yang baik dengan mengidentifikasikan dan mengontrol hubungan antara kualitas dari produk dengan kerusakan/cacat produk yang terjadi akibat dari kondisi proses maupun peralatan. Untuk memberikan gambaran tentang langkah-langkah penerapannya diberikan contoh pada proses pembuatan jamu pil. Permasalahan awal dari penerapan pemeliharaan kualitas pada PT. Jamu X adalah masih adanya cacat produk terutama pada pembuatan jamu pil untuk itu diusahakan agar cacat produk tersebut dapat dihilangkan agar menghasilkan "zero defect" atau tidak adanya cacat produk. Cacat produk yang terjadi adalah pada bentuk pil, kadar keasaman, berat, kadar air, goresan dan warna. Dari permasalahan tersebut di atas dibuat suatu langkah-langkah penerapan pemeliharaan kualitas pada PT. Jamu X dengan memperhatikan pemeliharaan yang sudah berjalan di perusahaan tersebut. Langkah-langkah penerapan pemeliharaan kualitas ini terdiri dari dua tahapan yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan penerapan. Dimana pada tahap persiapan dilakukan usaha persiapan untuk menerapkan pemeliharaan kualitas baik berupa pengenalan dan pelatihan juga kebijakan-kebijakan baru yang harus dimengerti oleh semua pekerja dari tingkat atas sampai bawah. Kemudian dilanjutkan dengan langkah penerapan pemeliharaan kualitas, disini diberikan contoh penerapannya pada proses pembentukan jamu pil dengan memberikan penekanan pada cacat produk bentuk pil yang memberikan kontribusi terbesar dari cacat produk secara keseluruhan. Analisa yang dilakukan adalah dengan menggunakan analisa (MTBQF (Mean Time Between Quality Failure) yaitu untuk mengetahui secara langsung kekerapan terjadinya cacat pada produk pada periode tertentu. Dari hasil analisa tersebut dibuat tabel-table seperti tabel manajemen MQP (Machine Quality and People) yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang penyebab terjadinya cacat produk, terutama dengan mencari komponen kualitas pada tiap-tiap mesin. Komponen kualitas adalah komponen-komponen yang menjadi penyebab dari timbulnya cacat produk. Dengan ditemukannya komponen kualitas tersebut maka dilakukan langkah-langkah pemeliharaan ataupun penanggulangan agar komponen kualitas tersebut tidak lagi menimbulkan cacat produk."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S49852
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Doni Muhardiansyah
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran atau persepsi karyawan Perusahaan terhadap kompetensi perusahaannya dalam aspek peningkatan mutu dan pembelajaran yang diperlukan dalam meraih dan mempertahankan posisi persaingan di era kompetisi yang ketat.
Penelitian dilakukan dengan metode survei dengan mengambil studi kasus pada Perusahaan GUF yang bergerak di bidang engineering, procurement, dan construction anjungan lepas pantai (offshore platform). Sampel diambil secara random sebanyak 110 orang dari 150 orang karyawan.
Instrumen yang digunakan dalam melakukan penelitian adalah Learning Organization Profile (LOP) untuk mengukur variabel tingkat penerapan pembelajaran, serta Kriteria Malcolm Baldrige National Quality Award (MBNQA) untuk mengukur variabel peningkatan mutu. Untuk mengukur variabel-variabel tersebut digunakan skala model Likert.
Dari hasil penelitian, diketahui bahwa karyawan yang menyatakan pembelajaran telah diterapkan pada sebagian kecil perusahaan sebanyak 30,18%, belum diterapkan sebanyak 28,98%, dan diterapkan pada bagianbagian tertentu sebanyak 22,11%. Selebihnya, sebesar 18,73% menyatakan bahwa pembelajaran telah diterapkan pada sebagian besar dan diterapkan sepenuhnya.
Selain itu, karyawan yang menyatakan setuju terhadap peningkatan mutu di Perusahaan GUF sebanyak 48,41% dan yang menyatakan tidak setuju sebanyak 39,77%, serta sisanya (11,82%) menyatakan tidak ada pendapat.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa dengan rendahnya tingkat penerapan pembelajaran (learning), usaha-usaha yang mengarah pada peningkatan/perbaikan mutu berkelanjutan (continuous quality improvement) di Perusahaan GUF masih memiliki kelemahan-kelemahan yang mendasar."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manik, Baduaman
"Dalam persaingan pasar sekarang ini dimana tuntutan pelanggan akan produk berkualitas semakin tinggi dan harga bersaing membuat industri manufaktur PT.TM harus me]akukan perbaikan terus menerus (enterprises require a process of continuous, on-going improvement in order to maintain and enhance productivity and competitive edge). Penerapan QCC sebagai pengendali mutu dapat melakukan perbaikan dan diharapkan dapat meningkatkan kualitas, produktifitas, menurunkan ongkos produksi dan keselamatan lingkungan. Di lini produksi painting di tiap seksi menjadikan suatu sistem pelanggan dan pemasok dimana sebelum berlanjut ke seksi berikutnya diusahakan untuk menghasilkan nol cacat dalam hal ini diharapkan produk yang akan diterima pasar benar-benar sesuai dengan harapan pelanggan yang menjadi pengguna akhir produk tersebut.
Dari Penelitian yang dilakukan ditemukan perbedaan cacat-cacat yang timbuI sebelum dan sesudah penelitian dengan penerapan QCC dilakukan. Angka perubahan menunjukkan rata-rata cacat sebelumnya sebesar :
- PTC-ED 2.20 defects/Unit
- Surfacer 13.48 defects/unit
- Top Coat 5.44 defects/unit
- In Process 2.76 defects/unit
- Next Process 0.13 defect/unit
- OK Ratio 98.88 %
- OK Ratio sebesar 94,88 %
Ongkos produksi per unit di departemen painting dapat diturunkan mulai Januari Desember 2003 seperti berikut ini :
Target yang ditetapkan pemsahaan sebesar Rp. L219.714,- menjadi Rp. 1.114.091,- ; dari Rp. 1.213.561,- menjadi Rp.1.027.908,- ; Dari Rp.1.207.408,- menjadi Rp. 997.741,-; dari Rp. L229.530,- menjadi Rp. 1.028.752,- ; dari Rp. 1.222.839,- menjadi Rp. 1.053.231,- ; dari Rp. 1.216.148 menjadi Rp. 1.093.525.- ; dari Rp. 1.029.457,- menjadi Rp. 1.089.820,- ; dari Rp.1.202.766,- menjadi Rp. 1.070.980,- ; dari Rp 1.196.074,- menjadi Rp. 1.196.074,- menjadi Rp. I. 106.227,- ; dari Rp. 1.189.382,- menjadi Rp. 1.023.641,- ; dari Rp. 1.182.690,- menjadi Rp.970.190,- ; dari Rp. 1.175.998,- menjadi Rp. 1.032.116,-

In a competitive market, where the demand of Customer about high quality more increasing, where PT. TM manufacturing enterprises require a process of continuous, on-going improvement in order to maintain and enhance productivity and competitive edge. The use of QCC as methodology process continuous improvement has been increasingly playing a critical role in any quality improvement, cost reduction, better productivity, safety of environment. Line production of painting each work station be a system supilier and customer for producing zero defects before continue the product to ono/her section in hope the real customer will receive the conformance? requirements, that the end user.
The research that had been done, found the difference of defects before and after application of QCC. Difference nominal show us the average of defects as :
- PTC-ED 2.20 defects/Unit
- Surfacer 13.48 defects/unit
- Top Coat 5.44 defects/unit
- In Process 2.76 defects/unit
- Next Process 0.13 defect/unit
- OK Ratio 98.88 %
Production cost per unit in painting department can be decreased through January-December 2003 as follows:
Target cost :
Rp. 1.219.714,- actual Rp. 1.114.091, (January)
Rp. Rp. 1.213.561,- actual Rp,1.027.908, ( February)
Rp.1.20 7. 408,- actual Rp. 997.741, (March)
Rp. 1.229.530,- actual Rp. 1.028.752, (April)
Rp. 1.222.839,- actual Rp. 1.053.231, (May)
Rp. 1.216.148 actual Rp. 1.093.525, -(June)
Rp. 1.029.457,- actual Rp. 1.089.820, (July)
Rp.1.202. 766,- actual Rp. 1.070.980, -(August)
Rp 1.196.074, - actual Rp. 1. 106.227, (September)
Rp. 1.189.382,- actual Rp. 1.023.641, (Oktober)
Rp. 1.182.690,- actual Rp.970.190, - (Novvember)
Rp. 1.175.998, - actual Rp. 1.032.116,-. (December)
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
T14952
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Panjaitan, Simon B.P.
"Pelaksanaan Otonomi Daerah menuntut adanya reformasi birokrasi, dimana kedudukan pemerintah dan rakyat menjadi sejajar. Dalam hal ini Pemda DKI Jakarta sebagai pelaksana isi dari otonomi daerah, harus mampu menyediakan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Akuntabilitas Publik merupakan salah satu indikator dalam pelaksanaan otonomi daerah, sehingga dapat menciptakan pelayanan yang Akuntabel. Konsep Akuntabilitas Pelayanan ini merupakan paradigma baru yang menjadi tanggung jawab Pemda DKI Jakarta kepada masyarakatnya, dalam menciptakan Good Governance.
Salah satu pelayanan umum yang dilakukan oleh Pemda adalah perpanjangan STNK Kendaraan Bermotor, yang memiliki fungsi penghimpun dana (Budgetter) maupun pengaturan (Regulation). Pelayanan ini dilaksanakan oleh Dinas Pendapatan Daerah melalui Unit Pelaksana Teknisnya yaitu Kantor SAMSAT DKI Jakarta, yang salah satunya adalah Kantor SAMSAT Timur DKI Jakarta yang terletak di JL. DI. Panjaitan.
Konsep Kantor SAMSAT ini merupakan upaya pemerintah yang berorientasi meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, dimana masyarakat tidak perlu lagi mengurus suatu jenis pelayanan ke beberapa tempat. Masyarakat hanya perlu datang ke satu tempat, dimana pelayanan dapat dilakukan sekaligus. Kantor SAMSAT merupakan integrasi unsur Kepolisian, Dipenda, Kas Daerah, Jasa Raharja, Kantor Pengolahan Teknologi dan Infromasi (KPTI) serta Sudin Kependudukan, dalam memberikan pelayanan perpanjangan STNK kepada masyarakat khususnya di wilayah Jakarta Timur.
Dalam penelitian ini dilakukan terhadap 100 responden dengan menggunakan teknik sampling Aksidental dan metode pengumpulan data yaitu observasi, kuesioner, pedoman wawancara dan studi kepustakaan. Kuesioner ditujukan untuk mengukur tingkat kepuasan pelanggan, yaitu dengan membandingkan persepsi pelanggan dengan harapan yang menjadi keinginan pelanggan, dengan Indikator 5 (lima) dimensi pengukuran kualitas jasa yang terdiri dari : Tampilan Fisik (Tangible), Daya Tanggap (Responsiveness), Keandalan (Reliability), Jaminan (Assurance) dan Empati (Emphaty). Model pengukurannya dengan menggunakan Konsep Gaps Model Of Service Quality, yang dikembangkan oleh Valarie A. Zeithaml, Parasuraman A. Di samping itu juga akan di analisis implementasi konsep Akuntabilitas Pelayanan sehingga akan terlihat sampal sejauhmana telah dilaksanakan dalam pelayanan perpanjangan STNK Kendaraan Bermotor pada Kantor SAMSAT Timur DKI Jakarta.
Hasil penelitian menunjukkan tingkat kepuasan pelanggan menurut dimensi Tangible sebesar 107 %, Resposiveness sebesar 71 %, Reliability sebesar 68 %, Assurance sebesar 76 % dan Emphaty sebesar 72 %. Dari skor-skor tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat kepuasan tertinggi terdapat pada dimensi Tangible (107 %) dan terendah terdapat pada dimensi Reliability (68 %). Secara keseluruhan diperoleh tingkat kepuasan pelanggan atas pelayanan perpanjangan SINK Kendaraan Bermotor sebesar 78 % dari harapan pelanggan. Sementara dari analisis Akuntabilitas Pelayanan menunjukkan indikator Akuntabilitas secara umum belum dilaksanakan dalam memberikan pelayanan.
Dari hasil analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa tingkat kepuasan pelanggan pelayanan perpanjangan STNK kendaraan bermotor cukup memuaskan, sementara pelayanan belum Akuntabel. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas pelayanan belum tentu menunjukkan Pelayanan yang Akuntabel karena faktor sosial-budaya masyarakat, sementara Akuntabilitas Pelayanan lebih mengacu kepada standar kualitas pelayanan kliersg dari kesimpulan di atas, diberikan beberapa saran seperti perlu adanya loket khusus bagi penanganan berkas bermasalah maupun loket komplain atas pelayanan,perlu adanya standar waktu pelayanan di tiap loket maupun secara keseluruhan, perlu dibuat suatu produk hukum yang menunjuk penanggungjawab SAMSAT secara keseluruhan atas pelayanan yang diberikan, perlu dibuat kesepakatan bersama tentang pola pelayanan yang terpadu, perlu dilakukan evaluasi terhadap sistem dan prosedur pelayanan secara berkesinambungan, serta perlu adanya payung hukum yang melindungi kepentingan pelanggan atas pelayanan yang diterimanya."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12420
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>