Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 100169 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rusmalawati
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Dwi Astuti
"Penelitian korelasional ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara computer anxiety dan computer self-efficacy pada guru sekolah dasar (SD). Computer anxiety didefinisikan sebagai rasa takut dan khawatir untuk melakukan kesalahan saat menggunakan komputer (Heinssen, Glass, & Knight, 1987), sedangkan computer self-efficacy didefinisikan sebagai keyakinan individu atas kemampuannya dalam menggunakan komputer (Compeau & Higgins, 1995). Data yang diperoleh dari 128 guru sekolah dasar (SD) di Kota Bogor menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara computer anxiety dan computer self-efficacy (r=-0,393) pada L.o.S 0,01. Hal ini berarti guru sekolah dasar yang memiliki kecemasan yang tinggi dalam menggunakan komputer memiliki keyakinan yang rendah dalam penilaian kemampuan dirinya menggunakan komputer. Pengukuran dilakukan menggunakan alat ukur Computer Anxiety Rating Scales (CARS) dari Heinssen, Glass, & Knight, (1987) dan Computer Self-Efficacy dari Compeau & Higgins (1995) yang telah diadaptasi. Implikasi dari penelitian ini adalah perlu adanya perhatian dan tindak lanjut dari seluruh pihak untuk menurunkan tingkat kecemasan guru sekolah dasar dalam menggunakan komputer agar guru dapat menjalankan fungsi dan tugas secara optimal.

This correlational research was conducted to find the correlation between computer anxiety and computer self-efficacy among elementary teacher. Computer anxiety is defined as fear and worry to make a mistake while using the computer (Heinssen, Glass, & Knight, 1987). Computer self-efficacy is defined as judgement of one?s capability to use a computer (Compeau & Higgins, 1995). Computer anxiety was measured using Computer Anxiety Rating Scales (CARS) (Heinssen, Glass, & Knight, 1987) and computer self-efficacy was measured using Computer Self-Efficacy (Compeau & Higgins, 1995). Data was collected from 128 elementary teachers in Bogor area and main result shows that there is a significant negative correlation between computer anxiety and computer self-efficacy (r=-0,393) at L.o.S 0,01. This result means that elementary teacher who have low computer anxiety will have high computer self-efficacy. The impilcations of this research are computer anxiety in elementary teacher is expected to be reduced and a concern for techers, the schools, and goverment to optimizing the duties and functions of teachers.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S60651
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Roekayah, T.
"Mata pelajaran IPA dewasa ini merupakan pe1ajaran
yang diidea1kan agar murid-murid mampu memanfaatkannya
sebagai beka1 menghadapi kehidupan dan landasan i1mu
pengetahuan dan tekno1ogi. Guru-guru merupakan faktor
penge1o1a dan pengenda1i pembelajaran IPA, oleh karena
itu sebagian terbesar keberhasi1an dan kegaga1an murid
sangat tergantung pada kemampuan dan kebijakan mereka.
Tujuan utama pene1itian ini ada1ah mempero1eh gamba-
ran sikap guru-guru SD terhadap pe1ajaran IPA di Jayapu-ra, ditinjau dari jenis ijazah yang mereka mi1iki, kemampuan penguasaan materi, keterampi1an penggunaan a1at-a1at IPA, juga lama mengajar, banyaknya penataran yang mereka ikuti, jenis ke1amin, dan asa1 daerah guru-guru tersebut.
Dari Studi kepustakaan baik teori maupun pene1itian-pene1itian sebetulnya, yang berkaitan dengan sikap, 1atar belakang pendidikan, kemampuan penguasaan materi, keterampilan penggunaan alat-a1at IPA, dipero1eh informasi bahwa rata-rata sikap guru-guru SD terhadap pe1ajaran IPA da1am kriteria ragu-ragu atau dengan skor sikap rata-rata 3,083.
Pene1itian ini mengajukan empat hipotesis. Hipotesis pertama berbunyi: "Terdapat hubungan yang positif sorta
bermakna antara 1atar be1akang pendidikan dan sikap guru-guru SD terhadap pe1ajaran IPA", diterima; yang kedua
berbunyi: "Terdapat hubungan yang positif serta bermakna
antara kemampuan penguasaan materi dan sikap guru-guru SD
terhadap pe1ajaran IPA", dito1ak; yang ketiga berbunyi:
"Terdapat hubungan yang positif Serta bermakna antara
keterampi1an penggunaan alat-a1at dan sikap guru-guru SD
terhadap pe1ajaran IPA", ditolak; dan yang keempat berbunyi: "Terdapat hubungan yang positif serta bermakna
antara kemampuan penguasaan materi, keterampi1an penggunaan a1at-alat, dan sikap guru-guru SD terhadap pelajaran
IPA", dito1ak.
Metode penelitian untuk menguji keempat hipotesis tersebut adalah non-eksperimenta1. Sebagai sampe1 pene11tian
yaitu guru-guru IPA SD, ke1as IV, V, dan VI di kecamatan
Abepura, Jayapura, Irian Jaya. Teknik pengambi1an sampe1
adalah "purposive samp1ing".
A1at pengumpu1 data berupa: (1) Kuesioner, yang disusun
o1eh penulis; (2) Ska1a Sikap tipe Likert, disusun penu-
11s; (3) Tes kemampuan penguasaan materi; dan (4) Tes
keterampiian penggunaan a)alat-a1at IPA
Untuk nomor (3) dan (4) dipinjam dari Pus1itbangdikbud (Jakarta). '
Data yang dipero1eh dio1ah me1a1ui ana1isis frekuensi,
uji-perbedaan, uji-kore1asi, dan regresi ganda.
Ditinjau dari besarnya kontribusi antara tiga (3)
variabe1 bebas dan satu (1) variabel terikat, ternyata
variabe1 jenis pendidikan memberi kontribusi yang dominan
terhadap sikap guru terhadap pe1ajaran IPA, kemudian
diikuti oleh variabe1 kemampuan penguasaan materi dan
keterampilan penggunaan a1at-a1at IPA.
Temuan 1ain yang perlu mendapat perhatian adalah
banyaknya penataran yang pernah dipero1eh mempunyai
dampak positif terhadap kemampuan penguasaan materi. O1eh
karena itu kesempatan da1am pemerataan mengikuti pena-
taran wajib menjadi bahan pertimbangan demi peningkatan
mutu guru.
Saran yang diutarakan antara 1a1n bagi peneliti yang
akan datang, hendaknya memperhatikan dan me1ibatkan
aspek-aspek yang berkaitan dengan pribadi guru yaitu:
potensi belajar, motivasi berprestasi, disiplin diri, dan
minat para guru yang mengajar IPA, juga diupayakan agar
sampe1 bervarias1, wi1ayah sampe1 diper1uas, agar pene1itian yang berhubungan dengan upaya peningkatan mutu guru
pendidikan dasar (SD) mendapat wawasan yang 1ebih luas
dan tepat."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1997
T37849
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fania Kusharyani
"Latar Belakang : Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku keterlibatan ayah adalah tingkat pendidikan. Ayah yang berpendidikan tinggi menghabiskan waktu lebih banyak dalam pengasuhan dibandingkan dengan ayah yang kurang berpendidikan (Sayer et. al., 2004).
Metode : Peneliti akan melihat bagaimana perbedaan pengetahuan, sikap, dan perilaku keterlibatan ayah dalam pengasuhan bayi usia 0-12 bulan antara ayah berpendidikan dasar, menengah, dan tinggi dengan melibatkan 95 data ayah.
Analisis Statistik : Dari teknik analysis of variance (ANOVA) akan diperoleh perbedaan pengetahuan, sikap, dan perilaku keterlibatan ayah dalam pengasuhan bayi usia 0-12 bulan antara kelompok ayah.
Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perebedaan yang signifikan pada pengetahuan, sikap, dan perilaku keterlibatan ayah dalam pengasuhan bayi usia 0-12 bulan antara ayah berpendidikan dasar, menengah, dan tinggi.
Kesimpulan : Tingkat pendidikan ayah tidak menyebabkan adanya perbedaan pengetahuan, sikap, dan perilaku keterlibatan ayah dalam pengasuhan bayi usia 0-12 bulan. Peneliti menduga adanya perbedaan hasil penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya disebabkan karena adanya faktor-faktor lain yang mempengaruhi keterlibatan ayah, seperti faktor budaya, jumlah anak, status pekerjaan istri, dan adanya bantuan dari pihak lain dalam pengasuhan.

Background : One of the factors which influence the involvement behaviour of the father is the level of his education. Higher educated fathers spend more time in childcare than less educated fathers (Sayer et. al. 2004).
Methode : This research was conducted to find the difference of knowledge, attitude, and paternal involvement behaviour in child rearing of 0-12 monthsaged baby, among the fathers who have elementary, intermediate, and advance education, involving 95 father's data.
Statistical Analysis : By applying analisys of variance technique (ANOVA) the difference of knowledge, attitude, and paternal involvement behaviour in childrearing of 0-12 months-aged baby among the group of fathers can be identified.
Result: The result shows that there is no significant difference of knowledge, attitude, and paternal involvement behaviour in child rearing of the 0-12 monthsaged baby among the fathers who have elementary, intermediate, and advance education.
Conclusion : The education level of the father does not cause any knowledge, attitude, or paternal involvement behaviour differences in child rearing of the 0-12 months-aged baby. The researcher infer that the difference between the result of this research and the result of the previous result is caused by the other factors which influence the involvement of the father, such as culture, number of children, wife's employment status, and the assistance of others in child care.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Wistiadola Septiani
"[Penelitian ini bertujuan untuk mengukur efektivitas program pelatihan autonomysupportive behaviors pada guru PAUD dalam meningkatkan perilaku mendukung otonomi anak prasekolah melalui kegiatan pelatihan. Jenis penelitian adalah penelitian terapan
dengan desain penelitian pretest-posttest design. Alat ukur yang digunakan dalam
penelitian berdasarkan sebelas perilaku instruksional mendukung otonomi yang
dikembangkan oleh Reeve & Jang (2006). Hasil penelitian menunjukkan bahwa program
cukup efektif untuk meningkatkan perilaku guru PAUD dalam mendukung otonomi anak
prasekolah dan terdapat perbedaan yang signifikan terutama pada perilaku ?memberikan
pujian sebagai umpan balik atas suatu pencapaian suatu aktivitas? dan ?memberi dorongan
untuk meningkatkan dan mempertahankan keterlibatan siswa;The purpose of this study is measuring the effectiveness of autonomy-supportive behaviors
training program for early childhood teacher to increase the behavior of supporting
autonomy of preschool children. The type of research is applied research with pretestposttest
study design. Measuring instrument used in research is based on eleven
instructional behavior of autonomy support which developed by Reeve & Jang (2006). The
result show that the program is effective to increase the behavior of early childhood teacher
in supporting preschool children?s autonomy and there are significance differences in the
behavior of ?praise as informational feedback about the student?s improvement or mastery?
and the behavior of ?offering encouragements to boost or sustain the student?s engagement;The purpose of this study is measuring the effectiveness of autonomy-supportive behaviors
training program for early childhood teacher to increase the behavior of supporting
autonomy of preschool children. The type of research is applied research with pretestposttest
study design. Measuring instrument used in research is based on eleven
instructional behavior of autonomy support which developed by Reeve & Jang (2006). The
result show that the program is effective to increase the behavior of early childhood teacher
in supporting preschool children?s autonomy and there are significance differences in the
behavior of ?praise as informational feedback about the student?s improvement or mastery?
and the behavior of ?offering encouragements to boost or sustain the student?s engagement;The purpose of this study is measuring the effectiveness of autonomy-supportive behaviors
training program for early childhood teacher to increase the behavior of supporting
autonomy of preschool children. The type of research is applied research with pretestposttest
study design. Measuring instrument used in research is based on eleven
instructional behavior of autonomy support which developed by Reeve & Jang (2006). The
result show that the program is effective to increase the behavior of early childhood teacher
in supporting preschool children?s autonomy and there are significance differences in the
behavior of ?praise as informational feedback about the student?s improvement or mastery?
and the behavior of ?offering encouragements to boost or sustain the student?s engagement;The purpose of this study is measuring the effectiveness of autonomy-supportive behaviors
training program for early childhood teacher to increase the behavior of supporting
autonomy of preschool children. The type of research is applied research with pretestposttest
study design. Measuring instrument used in research is based on eleven
instructional behavior of autonomy support which developed by Reeve & Jang (2006). The
result show that the program is effective to increase the behavior of early childhood teacher
in supporting preschool children?s autonomy and there are significance differences in the
behavior of ?praise as informational feedback about the student?s improvement or mastery?
and the behavior of ?offering encouragements to boost or sustain the student?s engagement;The purpose of this study is measuring the effectiveness of autonomy-supportive behaviors
training program for early childhood teacher to increase the behavior of supporting
autonomy of preschool children. The type of research is applied research with pretestposttest
study design. Measuring instrument used in research is based on eleven
instructional behavior of autonomy support which developed by Reeve & Jang (2006). The
result show that the program is effective to increase the behavior of early childhood teacher
in supporting preschool children?s autonomy and there are significance differences in the
behavior of ?praise as informational feedback about the student?s improvement or mastery?
and the behavior of ?offering encouragements to boost or sustain the student?s engagement, The purpose of this study is measuring the effectiveness of autonomy-supportive behaviors
training program for early childhood teacher to increase the behavior of supporting
autonomy of preschool children. The type of research is applied research with pretestposttest
study design. Measuring instrument used in research is based on eleven
instructional behavior of autonomy support which developed by Reeve & Jang (2006). The
result show that the program is effective to increase the behavior of early childhood teacher
in supporting preschool children’s autonomy and there are significance differences in the
behavior of ‘praise as informational feedback about the student’s improvement or mastery’
and the behavior of ‘offering encouragements to boost or sustain the student’s engagement]"
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
T44097
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitria Aziz
"ABSTRAK
Mengalami peristiwa slressful merupakan hal yang pernah dialami oleh
seseorang dalam rentang kehidupan, termasuk kehidupan mahasiswa. Banyak
peristiwa stressful yang dapat menjadi potenlial slressor dan bila tidak diatasi
dengan baik dapat berdampak buruk bagi kesehatan fisik dan mental. Menghadapi
deadline skripsi bisa menjadi peristiwa yang stressful bagi mahasiswa bila tidak
mempersiapkan diri dengan baik saat mengerjakan tugas skripsi yang sewaktuwaktu
dapat menjadikan dirinya keadaan stres. Banyak cara untuk mengatasi
stres, salah satunya adalah coping religius yang merupakan bagian dari emotionfocused
coping.
Penelitian dilakukan melalui pendekatan kuantitatif dengan teknik event
& incidental sampling dengan jumlah sampel 73 orang pada mahasiswa yang
sedang menghadapi deadline skripsi di Universitas Indonesia, Depok.
Alat ukur yang digunakan merupakan adaptasi dari RCOPE berupa skala
Likert. Validitasnya diuji dengan melalui expert judgement, Pearson Product
Moment Correlation dan reliabilitasnya dengan C.oefficient Alpha. Dalam
pengadaptasian alat tes temvata terdapat satu faktor dan beberapa item yang harus
dibuang karena nilai reliabilitasnya dan validitasnya kurang baik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara
mahasiswa pria dengan mahasiswa wanita dalam menggunakan coping religius
bentuk positif dan negatif. Namun terdapat perbedaan antara coping religius
bentuk positif dengan coping religius bentuk negatif pada mahasiswa yang sedang
menghadapi deadline skripsi. Ternyata coping religius bentuk positif lebih banyak
digunakan bila dibandingkan dengan bentuk negatif. Coping religius bentuk
positif cukup sering digunakan, sedangkan bentuk negatif kurang sering
digunakan pada mahasiswa yang sedang menghadapi deadline skripsi.
Saran yang diberikan adalah perlunya meningkatkan kemampuan dalam
menggunakan coping dengan emotion-focused maupun problem focused dan
perlunya menggunakan kedua tipe coping tersebut secara bersamaan agar lebih
berguna dan efektif dalam menghadapi peristiwa yang stressful pada mahasiswa
yang sedang menghadapi deadline skripsi."
2004
S3461
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Josephine Janice
"Sistem pengajaran di SDIT yang menekankan pada proses pembelajaran, pentingnya pembimbingan dari guru, dan adanya integrasi antara pendidikan umum dengan pendidikan agama Islam membuat peneliti ingin meninjau proses pembelajaran yang terjadi di SDIT. Salah satu teori yang mampu memfasilitasi hal tersebut adalah teori milik Vygotsky. Fokus penelitian ini adalah mencari tahu gambaran dari penerapan teori Vygotsky pada pelaksanaan kegiatan belajar guru-siswa di kelas SDIT khususnya pada konsep scaffolding, technical tools dan proses internalisasi yang terjadi pada siswa.
Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif yang menfokuskan pada studi deskriptif dari hasil observasi di tiga mata pelajaran yaitu Bahasa Indonesia, Pendidikan Kewarganegaraan, dan Matematika. Partisipan penelitian ini adalah satu kelas yang terdiri dari 30 siswa serta 3 orang guru mata ajar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada kontingensi dalam pemberian scaffolding oleh guru kepada siswa serta adanya dominasi penggunaan cara explaining dan intensi cognitive structuring dalam pemberian scaffolding. Hasil juga menunjukkan bahwa informasi dari interaksi guru-siswa di kelas diinternalisasi oleh siswa ke dalam struktur pemikirannya. Technical tools yang digunakan untuk menunjang pembelajaran diantaranya whiteboard, spidol papan tulis, kertas berisi soal latihan, dan buku cetak pelajaran.

The education system in SDIT, that focusing on the study process, the importance of guiding from teacher, and the integration between general education and Islamic religious education, have made the researcher wanted to observe the study process that is taking place in SDIT. One theory that capable to facilitate the research is Vygotsky's theory. The focus of this research is to find out the idea from the use of Vygotsky's theory towards the implementation of learning activities between teacher and student in SDIT classes, especially on the concept of scaffolding, technical tools, and internalization process that occurs towards students.
This study used qualitative approach that focused on the descriptive study from the result of observations in three subjects: Indonesian Literature, Civic Education, and Mathematics. The participant of this research are one class that consists of thirty students along with three course instructors. The result shows that not only there exists a contingency in the practice of scaffolding by the teacher to the student, but also the dominant use of explaining and the intentions of cognitive structuring in the provision of scaffolding.
The result also prove that information given from the teacher interaction with student in the classroom is internalized by the student into the structure of his/her thinking. Technical tools that are used to facilitate the learning are including, whiteboard, markers, in class exercise handouts, and textbooks.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S54119
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siburian, Horas Ertoios
"Pendidikan moral religius sejak masa kanak-kanak diharapkan bisa membentuk suatu generasi yang bermoral dan bertingkah laku baik. Institusi keagamaan berperan dalam menanamkan nilai-nilai moral religius tersebut seperti halnya gereja melalui Sekolah Minggu. Proses belajar mengajar dalam Sekolah Minggu diserahkan pada guru-guru Sekolah Minggu. Sebagai komponen vital dalam Sekolah Minggu, guru-guru Sekolah Minggu memiliki pengaruh langsung terhadap hasil belajar dan minat murid-murid. Pengaruh tersebut dapat berupa pengaruh goal orientation guru yang menentukan cara guru melakukan pendekatan dan melaksanakan aktivitas mengajar. Tujuan yang ditetapkan guru dalam mengajar, apakah itu penekanan terhadap proses mengajar (task involved) atau penekanan terhadap hasil (ego involved) akan menunjukkan bagaimana perhatian guru terhadap tugasnya, usaha yang dilakukan dalam mengajar, daya tahan guru dalam mencapai tujuan pengajaran, dan strategi pengajaran yang digunakan. Guru-guru Sekolah Minggu ini merupakan individu-individu yang mengabdikan diri secara sukarela tanpa imbalan. Guru-guru tersebut bebas berhenti kapan saja mereka inginkan terutama jika mereka menilai kemampuan dirinya tidak memadai untuk menjadi guru Sekolah Minggu. Karena tidak adanya sesuatu yang mengikat mereka maka menarik untuk ditelaah hal yang menyebabkan guru-guru tersebut mau bertahan dan meluangkan waktu menjadi guru Sekolah Minggu.
Penulis berpendapat bahwa faktor yang menyebabkan guru-guru tersebut bersedia dan bertahan menjadi guru Sekolah Minggu antara lain karena mereka memiliki self efficacy, yaitu penilaian atau keyakinan seseorang terhadap kemampuannya untuk melakukan suatu tingkah laku berkaitan dengan situasi tertentu dalam mencapai suatu tujuan, yang cukup tinggi. Guru-guru tersebut menilai kemampuan yang dimiliki cukup memadai untuk mengajar di Sekolah Minggu. Hal ini memicu motivasi untuk menjadi guru Sekolah Minggu. Penelitian ini bermaksud untuk menemukan hubungan antara self efficacy dengan goal orientation. Self efficacy dan goal orientation adalah faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi guru, kinerja guru, situasi yang ingin dihadapi atau dihindari, serta daya tahan guru dalam menghadapi masalah saat mengajar. Goal orientation memiliki beberapa karakteristik yang juga dimiliki self efficacy. Dengan demikian, penulis berpendapat bahwa ada kemungkinan hubungan di antara keduanya. Aspek-aspek goal orientation yang digunakan dalam penelitian ini adalah aspek-aspek yang digunakan dalam penelitian Ames dan Archer (1988). Self efficacy dan goal orientation pada guru Sekolah Minggu diukur dengan menggunakan Skala Teacher Efficacy (Woolfolk & Hoy, 1990) dan Skala Goal Orientation (Ames & Archer, 1988). Analisa instrumen menggunakan coefficient alpha dan corrected Hem correlation.
Analisis data menggunakan korelasi Pearson Product Moment untuk melihat hubungan antara self efficacy dengan goal orientation. Analisis hasil tambahan menggunakan Hotelling untuk melihat perbedaan correlated coefficient antara masingmasing korelasi, t-test untuk melihat signifikansi perbedaan task involved dengan ego involved, cmova one way untuk mengetahui perbedaan self efficacy dan goal orientation pada guru dengan tingkat pendidikan berbeda, dan F test untuk melihat signifikansi perbedaannya. Proses perhitungan semua dilakukan oleh SPSS for Windows 6.0.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara self efficacy dan orientasi task involved pada guru Sekolah Minggu. Hasil penelitian juga menunjukkan terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara self efficacy dengan orientasi ego involved pada guru Sekolah Minggu. Terdapat juga hubungan yang positif dan signifikan antara orientasi task involved dengan orientasi ego involved pada guru Sekolah Minggu. Melalui t-test diketahui bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara orientasi task involved dengan orientasi ego involved. Orientasi task involved menunjukkan skor rata-rata yang lebih baik. Melalui t-test Hotelling untuk correlated coefficient diketahui bahwa korelasi self efficacy dengan task involved tidak signifikan menunjukkan hubungan yang lebih kuat dari pada korelasi self efficacy dengan ego involved. Melalui anova one way dan F test diketahui bahwa guru dengan tingkat pendidikan terakhir sarjana memiliki tingkat self efficacy dan ego involved yang lebih tinggi secara signifikan.
Disarankan dalam penelitian lanjutan terhadap self efficacy dan goal orientation, pencarian kecenderungan goal orientation pada individu dengan tingkat self efficacy tertentu mendapat perhatian khusus. Selain itu perlu dilakukan analisis mendalam baik secara kualitatif maupun kuantitatif untuk mengetahui adanya kemungkinan pengaruh self efficacy terhadap goal orientation yang mengakibatkan terjadinya hubungan di antara keduanya. Kemudian yang perlu dilakukan adalah untuk meneliti kemungkinan korelasi negatif dan signifikan antara usia dan lama mengajar dengan orientasi task involved. Hal lain yang perlu dilakukan adalah penelitian tentang faktor-faktor pembentuk self efficacy dan hubungannya dengan goal orientation."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S3016
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Rahmawati
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kepuasan citra
tubuh dan psychological well-being pada wanita usia dewasa madya. Di usia
dewasa madya, wanita mengalami perubahan fisik yang dapat mempengaruhi
kepuasan citra tubuhnya (Koch, Mansfield, Thurau, dan Carey, 2005). Walaupun
ketidakpuasan terhadap citra tubuh dapat mempengaruhi psychological well-being
secara negatif (Cash & Pruzinsky, 2002), wanita memiliki kegiatan-kegiatan
lainnya yang lebih diutamakannya yang bisa memperkaya hidupnya (Lachman,
2004). Penelitian kuantitatif ini dilakukan pada 61 wanita berusia dewasa madya
antara usia 40 hingga 64 yang berdomisili di Jabodetabek. Kepuasan citra tubuh
diukur dengan Multidimensional Body-Self Relations Questionnaire (MBSRQ),
sedangkan psychological well-being diukur dengan Psychological Well-Being
Scales (SPWB). Kesimpulan yang diperoleh adalah kepuasan citra tubuh
berhubungan positif secara signifikan dengan psychological well-being (r = 0,289;
p = 0,028, signifikan pada L.o.S. 0,05).

ABSTRACT
This study is aimed to investigate the correlation between body image
satisfaction and psychological well-being of middle-aged women. During midlife,
women experience physical changes that affect their body image satisfaction
(Koch, Mansfield, Thurau, dan Carey, 2005). Although body image dissatisfaction
can negatively affect psychological well-being (Cash & Pruzinsky, 2002), women
have other activities that have become their priorities that will further enrich their
lives (Lachman, 2004). This is a quantitative study of 61 middle-aged women
between the age of 40 and 64 who are living in Jabodetabek. Body image
satisfaction is measured using Multidimensional Body-Self Relations
Questionnaire (MBSRQ), whereas psychological well-being is measured using
Psychological Well-Being Scales (SPWB). This study concludes that there is a
significant positive correlation between body image satisfaction and psychological
well-being (r = 0,289; p = 0,028, significant at L.o.S. 0,05)."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S53660
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>