Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 193037 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
S2015
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maya Susanti
"ABSTRAK
Setelah seseorang selesai menjalani pendidikan formal mulai dari tingkat
sekolah dasar sampai perguruan tinggi, maka ia mulai memasuki dunia kerja.
Pada jenjang pendidikan di perguruan tinggi inilah, individu harus mulai memikirkan
pekerjaan apa yang kelak akan ditekuninya dan menyadari bahwa masa depannya
sangat dipengaruhi oleh pemilihan pekerjaannya saat ini. Mahasiswa perguruan
tinggi termasuk individu yang berada pada masa dewasa muda yang salah satu
tugas perkembangannya adalah pemilihan pekerjaan. Pada masa inilah pilihan
pekerjaan pertama kali dibuat dimana pekerjaan yang dipilih akan terus
mempengaruhi berbagai aspek dalam kehidupan seperti gaya hidup, hubungan
sosial, status atau posisi dalam masyarakat, perkembangan harga diri, dan
sebagainya. Dalam melakukan pemilihan pekerjaan, individu dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara Iain : pengetahuan tentang pilihan pekerjaan yang
tersedia; kondisi pasar; keluarga; kelas sosial ekonomi; stereotipe peran gender;
kepribadian dan self-efficacy. Dari sekian banyak faktor, peneliti tertarik untuk
meneliti lebih jauh mengenal faktor self-efficacy. Banyak penelitian di Iuar negeri
yang mempunyai kesamaan pendapat tentang adanya hubungan antara self-
efficacy (keyakinan seseorang mengenal kemampuannya untuk dapat berhasil
melakukan suatu tugas tertentu) dengan pemilihan pekerjaan. Selain itu, ada
penelitian yang menyebutkan adanya perbedaan jenis kelamin dalam self-efficacy,
dimana perbedaan ini selanjutnya menyebabkan perbedaan jenis kelamin dalam
pemilihan pekerjaan. Peneliti ingin melihat apakah hal yang sama berlaku pula di
sini (Jakarta, Indonesia) ?
Berdasarkan semua hal yang telah diuraikan di atas, maka masalah umum
yang ingin diteliti dalam penelitian inl adalah apakah ada hubungan yang signifikan
antara self-efficacy dengan pemilihan pekerjaan pada mahasiswa dan mahasiswi
di Jakarta ditinjau darl keenam bidang pekerjaan yaltu Realistik, lnvestigatif,
Artistik, Sosial, Enterprising, dan Konvensional. Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan masukan informasi kapada masyarakat luas mengenai
pentingnya peranan self-efficacy dalam melakukan pemilihan pekerjaan sehingga
dapat diciptakan suatu lingkungan yang mendukung perkembangan self-efficacy
yang tinggi serta memberikan masukan informasi kepada masyarakat dan instansi
yang terkait dengan tenaga kerja untuk penanganan masalah tenaga kerja,
Iapangan kerja, dan pengangguran khususnya yang terjadi pada lulusan perguruan
tinggi. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori mengenal self-
efficacy, pemilihan pekerjaan, teori karir dart Holland, dan hubungan antara self-
efficacy dengan pemilihan pekerjaan. Subyek yang digunakan dalam penelitian ini
adalah mahasiswa semester 5 ke atas, berusia 20 - 25 tahun dan belum pernah
memiliki pekerjaan tetap. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah 100 orang terdiri atas 50 pria dan 50 wanita. Teknik pengambilan sampel
yang digunakan adalah metode Incidental sampling. Alat ukur yang digunakan
dalam penelitian ini adalah kuesioner self-efficacy yang disusun berdasarkan
modifikasi dari Occupational Questionnaire (Church, Teresa, Rosebrook, dan
Szendre, 1992) serta kuesioner pemilihan pekerjaan yang disusun berdasarkan
modifikasi dan Extent of Consideration of Occupation Questionnaire (Church,
Teresa, Rosebrook dan Szendre). Pengolahan data dilakukan dengan perhitungan
korelasl Pearson Product Moment dan Z2 test.
Berdasarkan hasil analisa, menunjukkan adanya hubungan yang signifikan
antara self-efficacy dengan pemilihan pekerjaan pada mahasiswa dan mahasiswi
di Jakarta dalam keenam bidang pekerjaan. Di samping Itu juga diperoleh hasil
adanya perbedaan yang signifikan antara pria dan wanita dalam hal self-efficacy
hanya dalam bldang Realistik dan Konvensional. Subyek pria lebih besar
kemungkinannya untuk memiliki self-efficacy lebih tinggi dalam bidang Realistik
dan subyek wanita lebih besar kemungkinannya untuk memiliki self-efficacy lebih
tinggi dalam bidang Konvensional. Selain Itu juga diperoleh hasil adanya
perbedaan yang signlfikan antara pria dan wanita dalam hal pemilihan pekerjaan
hanya dalam bidang Realistik. Subyek pria Iebih besar kemungkinannya untuk
memiliki rentang pillhan pekerjan yang luas dalam bidang Realistik.
Saran yang hendak diberikan peneliti bagi penelitian selanjutnya adalah
agar dalam penelitian selanjutnya menggunakan sampel yang lebih representatif
dan menggunakan suatu alat baru yang berisi jenis-jenis pekerjaan beserta
aktivitasnya (berdasarkan hasil elisitasi terhadap sejumlah orang) yang memang
menggambarkan situasi dan kondisi dunia kerja di Indonesia."
1997
S2944
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elly Junalia
"Magister Ilmu Keperawatan Peminatan Komunitas Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas IndonesiaJudul Tesis Pembimbing: :Hubungan antara Komunikasi Orang Tua dan Anak dengan Self Efficacy Anak Usia Sekolah di SD Negeri Kreo 5 TangerangAgus Setiawan, S.Kp., M.N., D.N.Ns. Poppy Fitriyani, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.Kom. Self efficacy anak usia sekolah merupakan keyakinan kemampuan diri dalam hal akademik, sosial, dan emosional yang dimiliki oleh anak usia sekolah serta berpengaruh terhadap perilaku anak usia sekolah. Self efficacy merupakan faktor penting dalam perkembangan psikologis anak. Pembentukan dan perkembangan self efficacy anak usia sekolah didukung oleh peran orang tua melalui komunikasi antara orang tua dan anak.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara komunikasi orang tua dan anak dengan self efficacy pada anak usia sekolah. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional. Pengambilan sampel dengan teknik cluster sampling. Responden penelitian ini adalah 152 siswa kelas 4,5, dan 6 SD Negeri Kreo 5 Tangerang yang berumur 10 - 12 tahun. Instrumen yang digunakan kuesioner komunikasi orang tua dan anak dan kuesioner self efficacy anak usia sekolah.
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara komunikasi orang tua dan anak dengan self efficacy anak usia sekolah p value < 0,001, ? 0,05 . Penelitian ini merekomendasikan pemberian promosi kesehatan dan intervensi keperawatan pada anak usia sekolah dan keluarga untuk meningkatkan self efficacy dan komunikasi antara orang tua dan anak.

Counselor The Relationship between Parent Child Communication and Self Efficacy of School Age Children in SDN Kreo 5 TangerangAgus Setiawan, S.Kp., M.N., D.N.Ns. Poppy Fitriyani, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.Kom. Self efficacy of school aged children is self confidence in the academic, social, and emotional aspects of school aged children and influences the behavior of school aged children. Self efficacy is an important factor in the child 39 s psychological development. The establishment and development of self efficacy of school age children is supported by the role of parents through parent child communication.
This study aimed to determine the relationship between parent child communication and self efficacy in school aged children. This research used cross sectional research design. Sampling with cluster sampling technique. The respondents of this research were 152 students of Kreo 5 State Elementary School grade 4.5, and 6, aged 10 to 12 years old. Instrument used parent child communication questionnaire and self efficacy of school age children questionnaire.
The result of the research showed that there was a relationship between parent child communication and self efficacy of school age children p value
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
T49078
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Konstantinus Allis Brawijaya Soetyono
"ABSTRAK
Selelah era keemasan perbankan dan properti berlalu, beberapa perusahaan di bidang
keuangan menjadikan bisnis asuransi sebagai tunggangan utamanya Banyak perusahaan
asuransi yang berusaha untuk meningkatkan pendapatannya atau dengan kata lain menjual
sebanyak mungkin jasa asuransinya, melalui polis dan premi. Self efficacy berhubungan
secara signifikan terhadap dalam melakukan tugas. Self Efficacy dapat meningkatkan
perfonnansi yang lebih baik secara, independen pada kemampuan seseorang (Baron &
Byme, 1994). Tuckman dan Sexton (1990, dalam Baron & Byme, 1994) dalam
eksperimennya membuktikan bahwa self efficacy yang tinggi dapat meningkatkan
performansi. Pekerja yang memiliki self efficacy tinggi dengan goal rendah maka
kemungkinan prestasi kerjanya akan tinggi, tetapi tidak sebagus dibandingkan dengan
pekerja yang memiliki self efficacy yang tinggi dengan goal yang tinggi. Pada pekerja
yang memiliki goal rendah maka pekerja tersebut akan mengurangi usaha dari standar
kemampuan yang dimilikinya Akan tetapi dengan tingginya self efficacy yang dimiliki
pekerja tersebut, maka pekerja tersebut dapat menyelesaikan perkerjaannya dengan penuh
keyakinan.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara self efficacy dengan goal, dan self
efficacy dan goal dengan prestasi kerja pada agen asuransi. Selain itu, juga untuk
mengungkap besarnya sumbangan variabel self efficacy dan goal s pada prestasi kerja agen
asuransi. Dengan demikian, penulis berpendapat bahwa ada hubunngan di antar ketiganya.
Dalam penyusunan skala self efficacy ini dilakukan berbagai wawancara informal untuk
melengkapai referensi literatur yang ada Hal ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran
yang lengkap mengenai perilaku spesifik yang umumnya dilakukan oleh pegawai asuransi
PT. Astra C.M.G. Life. Dalam penelitian ini juga dipertimbangkan modifikasi dari
kuesioner skala self efficacy yang memiliki topik penelitian yang berkaitan dengan dunia
kerja Skala General Self Efficacy dari Ralph Schwarzer & Matthias Jerusalem (1993, rev.
2000) pada mulanya disusun pada tahun 1981 dengan 20 item. Skala ini telah dipakai
dalam berbagai proyek penelitiandan biasanya menghasilkan konsistensi internal alpha =
.75 dan .90. Karena reliabilitas alat ini telah teruji dalam penelitian Mursito (2001) maka
penulis memutuskan untuk melakukan uji reliabilitas terpakai. Anastasi dan Urbina mengatakan bahwa untuk menguji reliabilitas alat ukur yang
respondennya mendapatkan skor numerik untuk setiap item berdasarkan pilihannya
digunakan coeflicienl alpha. Sementara untuk mengukur konsistensi item berkaitan dengan
konstruk digunakan rumus correc/ed ilem-lotal corelation (Nunnaly & Bemstein, 1994).
Correcled ilcm lo/al digunakan untuk menyaring item-item yang homogen dengan
konstruk dan menghilangkan item-item yang tidak homogen. Analisis data statistik
menggunakan metode pearson producl mntnenl dan multiple regression. Akan digunakan
SPSS 10.0. Uji signifikansi akan dilakukan pada level 0.05
Hasil penelitian membuktikan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara self
efficacy dengan prestasi keija pada agen asuransi. Karena hubungan memiliki arah positif,
maka semakin tinggi self efficacy agen asuransi maka semakin tinggi pula prestasi keija
pada agen asuransi PT Astra C.M.G Life, hasil penelitian juga membuktikan ada hubungan
yang positif dan signifikan antara self efficacy dengan goal pada agen asuransi. Karena
hubungan memiliki arah positif, maka semakin tinggi self efficacy agen asuransi maka akan
diikuti oleh goal yang tinggi pula pada agen asuransi PT Astra C.M.G Life. Selain itu
hasil penelitian ini juga membuktikan ada hubungan yang signifikan antara goal agen
asuransi PT Astra C.M.G Life dengan prestasi keija yang dimilikinya Karena hubungan
memilild arah positif maka semakin tinggi goal agen asuransi maka semakin tinggi pula
prestasi keija pada agen asuransi PT Astra C.M.G \JSeselfefficacy dan goal agen asuransi
secara bersama-sama memberi sumbangan terhadap prestasi keija agen asuransi PT Astra
C.M.G Life. Secara teoritis, karena korelasi antara prestasi keija dengan goal lebih besar,
maka variabel goal lebih berpengaruh terhadap prestasi keija dibanding variabel self
efficacy.
Kesimpulan-kesimpulan lain yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah terdapat
hubungan yang positif dan signifikan antara tingkat pendidikan dan self efficacy'. Terdapat
hubungan yang positif dan signifikan antara lama bekeija dan self efficacy'. Terdapat
hubungan yang positif dan signifikan antara prestasi dengan lama bekeija Terdapat
hubungan yang positif dan signifikan antara prestasi dan tingkat pendidikan.
Disarankan dalam penelitian lanjutan perlu dilakukan penelitian dan analisis secara
mendalam baik secara kualitatif maupun kuantitatif untuk mengetahui faktor-faktor lain
yang mungkin berperan dalam pembentukan self efficacy agen asuransi seperti tingkat
kecemasan, tipe kepribadian,kepuasan keija, sosial support pengalaman dan latihan, dan
significanl ct/ier. Dapat juga dicari hubungan faktor-faktor ini dengan goal dan prestasi
keija sehingga dapat diketahui apakah faktor-faktor yang telah disebutkan tadi
menyebabkan adanya hubungan self efficacy dan goal pada prestasi keija Dalam
penelitian sejenis dengan komposisi jenis kelamin partisipan yang relatif seimbang,
sebaiknya diadakan perbandingan untuk mengetahui pengaruh jenis kelamin atau
hubungannya dengan self efficacy, goal dan prestasi kerja."
2002
S3095
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Narada Prathama
"ABSTRACT
This study examined the influence of creative self-efficacy as a mediator towards the relationship between breadth of functional experience and creativity. Forty-five leaders and one hundred forty-five employees in Indonesia and Netherlands completed the survey that was distributed online. Multiple linear regression showed that breadth of functional experience was not significantly related to creative self-efficacy. However, creative self- efficacy had a significant positive relationship with creativity.

ABSTRACT
Penelitian ini menguji pengaruh kreatifitas individu sebagai mediator terhadap hubungan antara besarnya pengalaman fungsional dan kreativitas. Empat puluh lima pemimpin dan seratus empat puluh lima karyawan di Indonesia dan Belanda menyelesaikan survei yang didistribusikan secara online. Regresi linier berganda menunjukkan bahwa luasnya pengalaman fungsional tidak signifikan terkait dengan kreativitas individu. Namun, kreativitas individu memiliki hubungan positif yang signifikan dengan kreativitas."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Yulinda Dwintasari
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara traits dan creative selfefficacy (CSE) pada guru TK. Traits adalah dimensi dari perbedaan kecenderungan individu untuk menunjukan pola pemikiran, perasaan dan tindakan yang konsisten (McCrae dan Costa, 2003). Sementara itu, CSE merupakan keyakinan yang sementara pada individu mengenai kemampuan dirinya untuk melakukan tugas spesifik tertentu yang membutuhkan produksi solusi-solusi baru, orisinal, atau sesuai.
Pengukuran traits menggunakan alat ukur IPIP (Goldberg, 1999) dan pengukuran CSE menggunakan alat ukur Revised Model Creative Thinking Self-Efficacy (CTSE) II & Creative Performance Self-Efficacy (CPSE) II Inventories (Abbott, 2010) yang telah diadaptasi oleh peneliti. Partisipan berjumlah 112 orang guru TK yang berusia 20-60 tahun.
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan negatif signifikan antara trait neuroticism dan CTSE, serta terdapat hubungan positif signifikan antara trait extraversion, openness to experience, agreeableness, dan conscientiousness dengan CTSE dan CPSE. Namun demikian, pada trait neuroticism tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan dengan CPSE. Berdasarkan hasil tersebut, perlu dilakukan screening kepribadian ketika perekrutan guru TK. Selain itu, guru TK juga dapat diberi intervensi sejak dini untuk meningkatkan CSE.

This research was conducted to find the correlation between nature traits and creative self-efficacy (CSE) in kindergarten teachers. Traits is dimensions of individual differences in tendencies to show consistent patterns of thoughts, feelings and actions (McCrae & Costa, 2003). Meanwhile CSE is an individual's state-like belief in his or her own ability to perform the specific tasks required to produce novel original, or appropiate solutions (Abbott, 2010).
Traits was measured using an adaptation instrumen named IPIP (Goldberg, 1999) and CSE was measured using an adaptation instrument named Revised Model Creative Thinking Self-Efficacy (CTSE) II & Creative Performance Self-Efficacy (CPSE) II Inventories (Abbott, 2010). The respondent of this research are 112 kindergarten teachers.
The results of this research show that trait neuroticism negative correlated significantly with CTSE and the trait extraversion, openness to experience, agreeableness and conscientiousness positive correlated significantly with CTSE and CPSE. But there is no significant correlation between trait neuroticism and CPSE. Based on these results, kindergarten ought to held a personality screening in teacher's recruitment and give intervention, such as training or seminar to teachers that can increase creative self-efficacy.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S58801
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Norma Yulita Endo
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara coping self-efficacy dan burnout pada perawat. Pengukuran coping self-efficacy menggunakan alat ukur Coping Self-Efficacy Scale (Chesney dkk., 2006) yang memiliki tiga subskala, yaitu use problem focused coping, stop unpleasant thoughts and emotions, dan get support from family and friends dengan total 26 item. Pengukuran terhadap burnout menggunakan alat ukur Maslach Burnout Inventory-Human Service Survey (Maslach & Jackson, 1981) yang memiliki tiga dimensi, yaitu emotional exhaustion, depersonalization, dan menurunnya sense of personal accomplishment dengan total 22 item. Jumlah partisipan yang diperoleh sebanyak 131 perawat. Hasil utama penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara coping self-efficacy dan burnout pada perawat, yang berarti semakin tinggi coping self-efficacy perawat, semakin rendah burnout yang dirasakan.

The aim of this study is to investigate whether any relationship between coping self-efficacy and burnout among nurses. Coping self-efficacy was measured by Coping Self-Efficacy Scale (Chesney et al., 2006) which has three subscales, namely use problem focused coping, stop unpleasant thoughts and emotions, and get support from family and friends with a total of 26 items. Burnout was measured by Maslach Burnout Inventory-Human Service Survey (Maslach & Jackson, 1981) which has three dimensions, namely emotional exhaustion, depersonalization, and reduced sense of personal accomplihsment with a total of 22 items. Participants of this study were 131 nurses. The main result of the study shows that there is a significant negative relationship between coping self-efficacy and burnout among nurses, in conclusion, the higher score of coping self-efficacy obtained by nurses, the lower they perceived burnout."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S61951
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arniati Prasedyawati Herkusumo
"Penelitian ini bermula dari pemikiran bahwa dalam proses belajar mengajar secara klasikal di sekolah terdapat kelompok siswa yang mempunyai kemampuan rata-rata (siswa biasa) dan terdapat pula siswa yang mempunyai kemampuan yang lebih unggul daripada kelompok siswa biasa (siswa berbakat). Namun dalam mencapai prestasi belajar yang maksimal, inteligensi bukanlah merupakan satu-satunya faktor yang menentukan keberhasilan belajar. Banyak faktor yang turut mempengaruhi keberhasilan belajar, baik yang berasal dari dalam diri siswa maupun dari luar diri siswa.
Pada penelitian ini, faktor dari dalam diri siswa yang dimaksud adalah pengaturan diri dalam belajar dan 'self efficacy', sedangkan faktor dari luar diri siswa yang dimaksud adalah lingkungan belajar di rumah. Berdasarkan pandangan di atas, maka penelitian ini dilakukan untuk melihat sejauhmana terdapat perbedaan antara siswa berbakat dan siswa biasa dalam variabel-variabel di atas, dan sejauhmana hubungan variabel-variabel tersebut dengan prestasi belajar yang diperoleh.
Dalam penelitian ini siswa yang dipilih sebagai subyek penelitian adalah siswa-siswa kelas I SMA, dimana pada masa ini siswa dianggap telah menunjukkan perkembangan kematangan fisik, mental, emosional dan sosial (Hurlock, 1978). Melalui kajian teoritis tentang keberbakatan, pengaturan diri dalam belajar, 'self efficacy', lingkungan belajar di rumah dan prestasi belajar, maka dalam penelitian ini diajukan 5 hipotesis yang diuji kebenarannya pada 110 orang sampel siswa, yang terdiri dari 55 orang yang termasuk kelompok siswa berbakat dan 55 orang siswa yang termasuk kelompok siswa biasa.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada uji perbedaan memperlihatkan adanya perbedaan yang signifikan antara siswa berbakat dengan siswa biasa pada variabel-variabel pengaturan diri dalam belajar (nilai t = 16,64 pada p [ 0,05); self efficacy (nilai t = 11,06 pada p [0,05); dan prestasi belajar (nilai t = 22,32 pada p [0,05). Sedangkan pada variabel lingkungan belajar di rumah tidak memperlihatkan adanya perbedaan yang signifikan antara siswa berbakat dengan siswa biasa (nilai t = 0,57 pada p > 0,05).
Adapun hasil korelasi ganda memperlihatkan ada hubungan yang signifikan antara pengaturan diri dalam belajar, 'self efficacy', lingkungan belajar di rumah dan inteligensi dengan prestasi belajar (R = 0,91873).
Dengan demikian maka hasil penelitian ini telah menjawab permasalahan yang diajukan yaitu sejauhmana ada perbedaan antara siswa berbakat dengan siswa biasa pada pengaturan diri dalam belajar, 'self efficacy', lingkungan belajar di rumah, dan prestasi belajar. Serta sejauhmana hubungan antara pengaturan diri dalam belajar, `self efficacy', lingkungan belajar di rumah, dan inteligensi dengan prestasi belajar.
Untuk penelitian lebih lanjut dalam bidang ini di waktu yang akan datang, penulis menyarankan perlunya penggunaan lebih dari satu alat ukur untuk menjaring siswa berbakat, perlunya penelitian untuk menguji validitas eketernal dan reliabilitas dengan metode dan teknik lain dari Skala Pengaturan Diri Dalam Belajar dan Skala Self Efficacy yang disusun untuk keperluan penelitian ini. Selain itu juga disarankan agar dalam mendapatkan data prestasi belajar siswa perlu kiranya untuk menggunakan alat tes yang baku. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sidi Fachmi H.
"Peran bystander dalam kejadian bullying sangat penting karena perilaku mereka lebih mudah dirubah dibandingkan perilaku dari pelaku yang agresif atau korban. Dalam penelitian ini ingin diketahui hubungan antara self efficacy, outcome expectancy, dan outcome values dari siswa SMA jika mereka menjadi bystander dalam situasi bullying. Partisipan penelitian ini terdiri dari 92 orang siswa tingkat Sekolah Menengah Atas di Jakarta dan Bekasi yang berumur 16 sampai 18 tahun. Penelitian ini menggunakan alat ukur yang berasal dari terjemahan kuesioner yang digunakan oleh Pöyhönen, Juvonen dan Salmivalli (2012). Variable bebas adalah Self Efficacy, Outcome Expectancy dan Outcome Values; sedangkan variabel terikat adalah respons sebagai bystander yaitu menjadi defender untuk korban, outsider atau reinforcer dari pelaku bullying. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa korelasi antara respons sebagai bystander dengan self efficacy, outcome expectancy dan outcome values signifikan. Walaupun ada korelasi antara Self efficacy, Outcome expectancy dan Outcome values dengan respon mendukung pelaku (reinforcer) atau diam saja (outsider) namun hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Pöyhönen dkk (2012), karena korelasi antara Self efficacy, Outcome expectancy dan Outcome values dengan respon mendukung pelaku (reinforcer) atau diam saja (outsider) negatif. Oleh karena itu perlu penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan variabel-variabel ini.

Bystander’s role in bullying situation is very important for intervention because it is easier to change the bystander attitude than the perpetrator or the victim. The purpose of this research is to know if there is correlation between high school student perception of their self efficacy, outcome expectancy, and outcome values with their responses as bystander to defend victim, be an outsider or to side up with the bully. Participants are 92 students in senior high school in Jakarta and Bekasi that has a range from 16 to 18 year old. This research used the translation of the instrument that has been developed by Pöyhönen, Juvonen and Salmivalli (2012). Independent variable of this research is self efficacy, outcome expectancy and outcome values; meanwhile dependent variable of this research is the bystander’s response that can be explained such as bystander to defend victim, bean outsider or to side up with the bully. The result shows that correlation between
high school student perception of their self efficacy, outcome expectancy, and outcome values with their responses as bystander to defend victim, be an outsider or to side up with the bully is significantly even there is some result show negative. The result of this research shows some different outcome compared with Pöyhönen et al (2012) study, because there is negative correlation between the variable. It is suggested to do more research involving the variables.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S53341
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>