Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 83045 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Briantiko Aji
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas penyelewengan cara penyajian tokoh yang terjadi dalam novel Perang dari hipogramnya, yaitu Mahabharata. Data-data dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan studi kepustakaan dengan membandingkan dua karya sastra, yaitu Mahabharata karya C. Rajagoopalachari dan Perang karya Putu Wijaya. Data-data yang diperoleh lalu diolah dengan menggunakan teori-teori sastra Bandingan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa cara penyajian beberapa tokoh, yaitu Pandawa dan Sri Kresna, pada Perang sangat berbeda dengan cara penyajian tokoh beberapa tokoh tersebut dalam Mahabharata.

ABSTRACT
This thesis concern about the deviation in the way of presenting characters in Perang from its hypogram, Mahabharata. The sources is taken by literature research and comparation of two opuses--Mahabharata by C. Rajagopalachari and Perang by Putu Wijaya--and the analyzed with comparative literature theory. The result of this research shows that there are differences in presenting characters between Mahabharata and Perang."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S488
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Syamsudin
"Manyura dan Genderang Perang di Padang Kurusetra adalah sebuah karya yang berasal dari sebuah kisah yang sama, epos Mahabharata. Namun, keduanya dikembangkan dengan cara yang berbeda. Genderang Perang di Padang Kurusetra masih setia mengikuti pakem, sementara Manyura sudah menyimpang dari pakem Mahabharata. Penokohan dan alur Manyura dikembangkan dari kisah Mahabharata, tetapi digambarkan berlawanan dari kisah asalnya. Penokohan dan alur Mahabharata dalam Manyura telah mengalami modifikasi, ekspansi, dan konversi dari hipogramnya, Mahabharata. Dengan segala proses yang terjadi pada penokohan dan alur Manyura, dapat disimpulkan Manyura adalah sebuah karya baru yang ditransformasi dari epos Mahabharata.

Manyura and Genderang Perang di Padang Kurusetra are writings from a same story, Mahabharata. However, both of them were developed differently. Genderang Perang di Padang Kurusetra still faithfully follow its pakem, while Manyura doesnt. Manyura_s character and plot developed from Mahabharata story, but written opposedly from its original story. Manyura_s character has been modified, expanded, and converted from Mahabharata. With all of the process of character and plot, Manyura can be categorized as a new work which transformed from Mahabharata epic."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2010
S10788
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hadriana
"Cerita Garudeya merupakan salah satu cerita yang terdapat dalam kitab Adiparwa, yaitu salah satu parwa dari epos Mahabha_rata yang ditulis dalam huruf dan bahasa Jawa Kuna. Kitab menurut P.J. Zoetmulder ditulis sekitar abad 10 M atau pada masa pemerintahan Sri Dharmawangsa Teguh. Inti cerita terutama mengu_raikan tentang usaha-usaha yang dilakukan oleh Garuda untuk mene_bus sang ibu (Winata) yang diperbudak oleh Kadru. Penggambaran cerita ini dalam bentuk relief ditemukan pada bagian belakang dari kaki candi Kedaton yang terletak di Probo_linggo (Jawa-Timur). Candi ini didirikan pada tahun 1370 M. Jarak waktu yang panjang dari kedua data seni sastra dan seni rupa ini mendorong penulis untuk mempertanyakan hubungan dart keduanya. Dalam penelitian ini relief digunakan sebagai data utama, sedang teks cerita Garudeya adalah data banding. Pada tahapan analisis penulis menggunakan ketentuan-keten_tuan di dalam Ikonografi Hindu sebagai data bantu dalam mengiden_tifikasi tokoh dan adegan yang terdapat pada relief. Hasil iden_tifikasi ini kemudian digunakan dalam telaah perbandingan dengan teks cerita Garudeya, Tahap akhir dalam penelitian ini memberikan hasil bahwa antara relief Garudeya dengan teks cerita yang terdapat dalam Adiparwa terdapat hubungan dekat. Kesembilan adegan yang terdapat pada relief menunjukkan kesamaan-kesamaan dengan sembilan adegan yang terdapat pada teks cerita Garudeya. Selain itu terdapat pula perbedaan dalam memilih adegan yang dipahatkan ataupun diuraikan. Gambaran adegan pada relief ternyata dititik beratkan pada satu episode cerita dalam teks, yaitu usaha-usaha Garuda dalam menebus atau melepaskan diri sang ibu dari perbudakan. Hal ini mungkin berkaitan dengan pembangunan candi itu sendiri sebagai tempat memperingati orang-orang yang telah wafat dan diharapkan telah mencapai moksa dengan melaksana_kan pelepasan diri secara sempurna. Di samping itu penelitian ini juga berusaha memperlihatkan bahwa ikonografi dan teks cerita memiliki peranan penting dalam mengidentifikasi relief"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Damar Sasongko
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas transformasi atau perubahan cerita Mahabharata dari
bentuk novel ke bentuk komik. Unsur intrinsik, yaitu alur, tokoh, dan latar dari
komik Mahabharata karya R. A. Kosasih (teks transformasi) dibandingkan
dengan unsur intrinsik dari novel Mahabarata karya M. Saleh (teks hipogram)
untuk menelusuri bentuk-bentuk transformasi yang muncul. Dalam penelusuran
yang dilakukan terhadap kedua teks tersebut ditemukan bahwa alur di dalam
komik mengalami ekspansi, modifikasi, ekserp, dan penghilangan dari hipogram.
Tokoh di dalam komik juga mengalami modifikasi dan ekspansi dari hipogram.
Latar di dalam komik hanya mengalami ekspansi dari hipogram.

Abstract
This thesis focus on the transformation that occur in the Mahabharata story from
novel to comic form. The intrinsic elements such as plot, characters, and setting
from the comic created by R. A. Kosasih (transformation text) compared with the
intrinsic elements of the novel created by M. Saleh (hypogram text) to trace the
transformation that appear. In the search inside these texts, the plot of the comic
experienced the process of expansion, modification, excerption, and removal of
hypogram. The characters in the comic also have been expanded and modificated
from the hypogram. The setting in the comic only have been expanded from the
hypogram.
"
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S43605
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rochimah Ispartini
"Setelah meneliti alur dan penokohan dalam buku Pranacitra hasil transliterasi Balai Pustaka dan Roro Mendut versi Y.B. Mangunwijaya penulis dapat menyimpulkan bahwa:
Kedua karya ini mempunyai persamaan-persamaan dan per_bedaan-perbedaan, baik alur maupun dalam tokoh-tokohnya. Perbedaan dan persamaan-persamaan tersebut disimpulkan diba-wah ini.
Perbedaan judul terlihat pada kedua karya ini. Yang be_rupa transliterasi menggunakan judul Pranacitra (Rara Men_dut), sedangkan versi Mangunwijaya menggunakan judul Roro Mendut. Perbedaan ini disebabkan pengarang dalam Pranacitra ingin lebih menonjolkan tokoh Pranacitra. Hal itu juga ter_lihat dalam pembagian bab-babnya, banyak judul bab yang menggunakan nama tokoh Pranacitra. Pranacitra ditampilkan sebagai pahlawan yang berjuang membebaskan Rara Mendut demi pengorbanan dan kesetiaan terhadap gadis yang dicintainya.
Di dalam versi Y.B. Mangunwijaya, pengarang ingin me_nonjolkan tokoh Roro Mendut. Karena perjuangannya melawan kekuasaan dan pembelaannya terhadap rakyat kecil, ia diang-gap sebagai pahlawan oleh pengarang. Buku Pranacitra yang diterbitkan oleh Balai Pustaka ini tidak mencantumkan nama penulis atau pengarangnya. Pada waktu."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1984
S11164
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1982
808.83 PEP
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1982
808.83 PEP
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Ngabehi Djojopoespito
"Serat Mahabharata berbahasa Jawa yang ditulis oleh R. Ng. Djojopoespito ini merupakan terjemahan dari cerita Mahabharata dalam bahasa Belanda yang disusun oleh H. H. Juynboll, berdasarakan Mahabharata berbahasa Jawa Kuna. Adapaun serat Mahabharata yang diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa modern ini, terdiri atas tiga parwa, yaitu: 1. Asrama wasana parwa; 2. Mosala parwa; 3. Prastanika parwa."
Batavia: Landsdrukkerij, 1911
BKL.0244-CW 8
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
Rajagopalachari, C.
Yogyakarta: IRCiSod , 2013
294.5 RAJ mt
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Agustina
"Skripsi ini merupakan telaah sastra bandingan atas dua novel, yakni novel pendek Sri Sumarah karya pengarang Indonesia Umar Kayam, dan The Scarlet Letter karya novelis Amerika abad ke-19, Nathaniel Hawthorne. Dalam telaah ini dibandingkan topik pernyataan eksistensi diri dua tokoh utama yang ada dalam kedua karya tersebut, yakni Sri Sumarah dan Hester Prynne. Kedua tokoh tersebut oleh para pengarangnya sama-sama ditampilkan sebagai sosok individu yang mengalami konflik nilai. Antara nilai-nilai individu yang mereka pegang di satu sisi, dengan nilai-nilai berlaku dalam masyarakat mereka. Konflik nilai yang dihadapi oleh kedua tokoh ini mempunyai dua segi. Pertama, konflik mereka dengan masyarakat (outer conflict), dan kedua konflik mereka dengan diri sendiri (inner conflict). Berbeda dengan tokoh rekaan Hawthorne, Hester Prynne, yang mengalami konflik dengan masyarakat yang statis (masyarakat yang mempertahankan nilai-nilai tradisional, yaitu nilai-nilai puritanisme), maka tokoh Sri Sumarah justru hares berhadapan dengan situasi masyarakat aura yang sedang mengalami masa transisi menuju ke alam modern. Di sisi lain, masuknya berbagai paham yang menantang identitas kejawaan sang tokoh utama turut mempertajam konflik yang dialaminya. Sikap dan tindakan yang diambil kedua tokoh ini, serta bagaimana hal-hal tersebut ditampilkan oleh pengarang, menjadi titik tolak pembahasan dalam skripsi ini. Di dalam telaah didapatkan bahwa tokoh Hester Prynne ternyata mempunyai tendensi untuk menentang status-quo yang telah sedemikian melembaga dan didukung oleh gereja sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dalam masyarakat. Sementara Sri adalah tipe perempuan penjaga gawang tradisi. Pertarungan tradisi versus modernisasi menjadi konflik penting dalam diri Sri Sumarah.
Dalam menyelesaikan konflik yang dihadapi, kedua tokoh mengambil cara berbeda. Jika Hester mencoba membalikkan opini masyarakat terhadapnya melalui kerja keras yang bertujuan untuk mengangkat derajat kaum lemah, terutama buruh dan kaum wanita, maka Sri baru berada pada tahap mencoba mengerti situasi yang berkembang dalam masyarakatnya sambil berusaha mencapai hal yang terbaik bagi diri dan keluarganya. Usaha aktualisasi yang dilakukan Hester Prynne dalam rangka penyelesaian konflik membuat dirinya berhasil melampaui batas-batas kepentingan pribadi dan keluarganya untuk memperjuangkan kepentingan yang lebih besar lagi (baca: masyarakat), sementara Sri Sumarah masih berkutat pada masalah-masalah domestik. Tapi, meskipun berbeda dalam lingkupnya, terdapat kesamaan antara kedua tokoh tersebut, yaitu kemauan untuk bekerja keras dalam usaha meraih yang terbaik. Dalam kasus Hester kemauan tersebut didukung oleh pandangan puritanisme yang memang menghargai kerja keras, kesukarelaan, kesederhanaan, dan ketaatan dalam beribadah. Sementara keinginan kuat Sri untuk hidup dengan rencana-rencana dan harapan yang dibuatnya, serta tidak menyerah begitu saja kepada nasib, adalah faktor-faktor yang mendorong usaha kerasnya menghadapi situasi yang dinilainya tidak menguntungkan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1991
S13999
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>