Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 194245 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Siregar, Eunike Hanna Dameria
"Latar Belakang : Meropenem, salah satu antibiotik yang paling efektif terhadap bakteri gram negatif dan bakteri gram positif, dianggap sebagai pengobatan terakhir yang paling dapat diandalkan untuk infeksi bakteri. Penyebaran yang cepat dari resistensi meropenem, terutama diantara bakteri gram negatif, merupakan masalah kesehatan yang sangat penting. Berbagai faktor diketahui berhubungan dengan kejadian resistensi meropenem terhadap bakteri gram negatif, namun penelitian yang dilakukan pada pasien infeksi intra abdomen masih terbatas.
Tujuan : Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan resistensi antibiotik meropenem terhadap bakteri gram negatif pada pasien infeksi intra-abdomen di RSCM tahun 2013-2017.
Metode : Penelitian desain cross sectional dengan mengambil data dari rekam medis pasien infeksi intra abdomen pada rentang waktu tahun 2013-2017 sebanyak keseluruhan populasi terjangkau.
Hasil : Tidak terdapat perbedaan bermakna secara statistik dari faktor-faktor yaitu, usia, jenis kelamin, penyakit yang menyertai, riwayat antibiotik, jumlah leukosit dan jumlah albumin yang berhubungan dengan resistensi meropenem terhadap bakteri gram negatif.
Kesimpulan : Usia, jenis kelamin, penyakit yang menyertai, riwayat antibiotik, jumlah leukosit dan jumlah albumin bukan merupakan faktor yang berhubungan dengan resistensi meropenem terhadap bakteri gram negatif pada pasien infeksi intra abdomen. Penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor lain yang berhubungan dengan resistensi meropenem terhadap bakteri gram negatif pada pasien infeksi intra abdomen.

Background : Meropenem, one of the most effective antibiotics against gram-negative bacteria and gram-positive bacteria, is considered to be the most reliable last treatment for bacterial infections. The rapid spread of meropenem resistance, especially among gram negative bacteria, is a very important health problem. Various factors are known to be associated with the incidence of meropenem resistance to gram-negative bacteria, but studies conducted on patients with intra-abdominal infections are still limited.
Objectives : To determine the factors associated with meropenem resistance against gram-negative bacteria in patients with intra-abdominal infections at Cipto Mangunkusumo Hospital in the year of 2013-2017.
Methods : A cross sectional design study by taking data from medical records of intra-abdominal infection patients in the period of 2013-2017 as much as the entire affordable population.
Results : There were no statistically significant differences in factors, namely age, sex, accompanying disease, history of antibiotics, number of leucocyte and amount of albumin associated with meropenem resistance against gram-negative bacteria.
Conclusion : Age, sex, accompanying disease, history of antibiotics, number of leucocytes and amount of albumin are not factors associated with meropenem resistance against gram-negative bacteria in patients with intra-abdominal infections. Further research is needed to determine the effect of other factors related to meropenem resistance against gram-negative bacteria in patients with intra-abdominal infections.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ronaldo
"Resistensi antibiotik terjadi akibat bakteri berevolusi dan rentan terhadap antibiotik sehingga dapat meningkatkan risiko penyebaran penyakit serta kematian. Antibiotik golongan karbapenem merupakan antibiotik kelompok reserve, yang dapat diakses namun penggunaannya harus disesuaikan dengan pasien dan kondisi yang sangat spesifik, ketika antibiotik lainnya telah gagal atau tidak sesuai dalam pengobatan. Penggunaan meropenem di RSUP Fatmawati dibanding antibiotik lini ke 3 lainnya sangat jauh berbeda signifikan, oleh karena itu perlu dikaji terkait karakteristik pasien, regimen, indikasi, ada tidaknya konsultasi KPRA (Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba) dan hasil kultur serta sensitivitas antimikroba. Karakteristik pasien yang menggunakan terapi antibiotik reserve meropenem pada April 2023 didominasi oleh laki-laki (52,8%) daripada perempuan (47,2%) dengan rentang usia 51-60 yang terbanyak (23,9%). Kultur dan sensitivitas yang dilakukan (389 kali/April 2023) menyatakan bahwa hasil terbanyak berupa biakan negatif (76,6%), disusul dengan Acinetobacter baumannnii (6,9%) dan Klebsiella pneumonia (6,4%). Hasil biakan yang tidak negatif atau ditemukannya kuman patogen terdapat 91 biakan (23,4%) dari 389 biakan. Sampel yang masih sensitif terhadap antibiotik meropenem sebanyak 38 sampel (41,8%), sampel yang sudah resisten sebanyak 39 sampel (42,9%) dan yang tidak diketahui sebanyak 14 sampel (15,3%). Konsultasi terhadap tim PPRA dilakukan hanya 129 dari 176 pasien. Hasil konsultasi dapat diterima pemberiannya (32 pasien), ditolak pemberiannya (22 pasien), dan tidak direspon oleh tim PPRA (75 pasien)

Antibiotic resistance occurs because bacteria evolve and become susceptible to antibiotics, increasing the risk of disease spread and death. Carbapenem class antibiotics are reserve group antibiotics, which can be accessed but their use must be tailored to patients and very specific conditions, when other antibiotics have failed or are not suitable in treatment. The use of meropenem at Fatmawati General Hospital compared to other 3rd line antibiotics is significantly different, therefore it is necessary to study patient characteristics, regimens, indications, the presence or absence of KPRA (Antimicrobial Resistance Control Committee) consultation and culture results and antimicrobial sensitivity. The characteristics of patients who used meropenem reserve antibiotic therapy in April 2023 were dominated by men (52.8%) rather than women (47.2%) with the highest age range of 51-60 (23.9%). The culture and sensitivity performed (389 times/April 2023) stated that the most results were negative cultures (76.6%), followed by Acinetobacter baumannnii (6.9%) and Klebsiella pneumonia (6.4%). There were 91 cultures (23.4%) out of 389 cultures that were not negative or found pathogenic germs. There were 38 samples (41.8%) that were still sensitive to meropenem, 39 samples (42.9%) that were resistant, and 14 samples (15.3%) that were unknown. Consultation with the PPRA team was conducted for only 129 out of 176 patients. The results of the consultation were accepted (32 patients), rejected (22 patients), and not responded to by the PPRA team (75 patients).
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Telah dilakukan penelitian pendahuluan pola kepekaan kuman terhadap antibiotika di ruang rawat intensif rumah sakit Fatmawati Jakarta, secara restrospektif terhadap data sekunder hasil uji kepekaan antinbiotika dan jenis kuman dari 205 pasien dalam kurun waktu 2001-2002. hasil menunjukkan jenis kuman patogen adaah Psedonoman sp. Klebsiella sp. Escherichia coli, Streptococcus haemolyticus. Staphylococcus aureus. Pola kepekaannya menunjukkn bahwa kuman patogen mempunyai resistensi tertinggi terhadap ampisilin, amoksisilin penisilin G, tetrasiklin dan kloramfenikol, Kepekaan tertinggi ditujunjkkan oleh fosmisin, amikasin, seftriakson pada Pseudomonas sp. netilmihn, amikasin, sefriakson pada Klebsiella sp seftriakson, amikasin, sferizoksim pada Eschericha coli
The Sensitivity Pattern of Microorganisms against Antibiotics at the Intensive Care Unit of Fatmawati Hospital
Jakarta 2001 – 2002. A preliminary study was conducted on the sensitivity pattern of microorganisms against
antibiotics at the intensive care unit of Fatmawati Hospital Jakarta. Retrospective, secondary data were collected on
results of antibiotics sensitivity tests and kind of microorganisms of 205 patients during the years 2001 – 2002.
Pathogenic species found were Pseudomonas sp. Klebsiella sp. Escherichia coli, Streptococcus β haemolyticus,
Staphylococcus epidermidis and Staphylococcus aureus. The pattern of resistance showed that pathogenic
microorganisms were most resistant agains ampicillin, amoxycillin, penicillin G, tetracycline and chloramphenicol. The
highest sensitivity levels were shown by fosmicin, amikacin, ceftriaxone to Pseudomonas sp. netilmicin, amikacin,
ceftriaxone to Klebsiella sp. ceftriaxone, amikacin, ceftizoxime to Escherichia coli."
Institut Sains dan Teknologi Nasional. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia; Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia ; Rumah Sakit Fatmawati , 2004
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Telah dilakukan penelitian terhadap faktor yang mempengaruhi ketidak sesuaian penggunaan antibiotika dengan uji kepekaan di ruang rawat intensif rumah sakit Fatmawati Jakarta dengan suatu desain penelitian kasus kontrol, dimana kasus adalah pasien yang causa penyakitnya resisten terhadap suatu antibiotika, menggunakan antibiotika tersebut dalam terapi. Kontrol adalah pasien yang causa penyakitnya resisten terhadap suatu antibiotika tetapi penggunaan antibiotika lain yang efektif. Subjek penelitian yang diperoleh adalah 34 kasus dan 41 kontrol. Faktor yang mempengaruhi antibiotika tidak efektif adalah pekerjaan pasien (rasio odds = 0.25 dan 95% CI 0.09-0.71). Jika dibandingkan dengan pasien yang tidak bekerja, maka yang bekerja mempunyai risiko 75% lebih rendah dalam hal penggunaan antibiotika yang tidak efektif.
Several Factors Influencing Irrational Antibiotics Treatments in Intensive Care Unit at Fatmawati Hospital
Jakarta 2001 – 2002. A study was conducted in the intensive care unit at Fatmawati Hospital, Jakarta, concerning a
factor influencing the inappropriate use of antibiotics, proven by the resistance against a certain antibiotic, however this
antibiotic was used for therapy. Cases in the control group were resistant cases against an antibiotic and therefore were
given another antibiotic, against which the patients were sensitive. A total of 34 cases were selected as research
subjects, whereas 41 cases were included in the control group. The factor influencing the use of antibiotics against
which patient were resistant was “having a job of the patient” (odds ratio = 0,25 and 95 % CI 0,09 – 0,71). In
comparison the group of patients with a job with the group without a job: the group with a job had a 75 % lower risk in
using ineffective antibiotics."
Institut Sains dan Teknologi Nasional. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Indri Permanasari
"Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi kolaborasi antar profesi kesehatan di Instalasi Rawat Intensif RSPON Prof. Dr. dr. Mahar Mardjono Jakarta. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan pendekatan kuantitatif. Jumlah sampel 110 orang dari berbagai profesi yang bertugas di Instalasi Rawat Intensif RSPON Prof. Dr. dr. Mahar Mardjono Jakarta selama bulan November 2023. Kuesioner AITCS II digunakan untuk menilai tingkat kolaborasi dan Structural Equation Modeling - Partial Least Squares (SEM-PLS) untuk menilai faktor-faktor yang dianggap berhubungan dengan kolaborasi seperti Budaya Organisasi, Komunikasi, Penghargaan dan Kepercayaan, Peran dan Tanggung Jawab, Ketersediaan Waktu dan Sumber daya, Dukungan Manajemen dan Kepemimpinan. Hasilnya menunjukkan tingkat kolaborasi baik dengan rata-rata skor AITCS II sebesar 4,14. Kesimpulan : Budaya organisasi, komunikasi, dan pemahaman terhadap peran dan tanggung jawab mempengaruhi secara signifikan terhadap kolaborasi antar profesi. Temuan ini menjadi masukan bagi rumah sakit untuk meningkatkan efektivitas layanan kesehatan dengan mengoptimalkan peran dan tanggung jawab tenaga kesehatan di rumah sakit. Budaya kolaboratif dan komunikasi efektif juga menjadi kunci dalam meningkatkan hasil perawatan pasien.

This research aims to identify factors that influence collaboration between health professionals at the RSPON Prof. Intensive Care Installation. Dr. Dr. Mahar Mardjono Jakarta. This research uses a cross sectional design with a quantitative approach. The total sample is 110 people from various professions who work at the RSPON Prof. Intensive Care Installation. Dr. dr. Mahar Mardjono Jakarta for November 2023. The AITCS II questionnaire was used to assess the level of collaboration and Structural Equation Modeling - Partial Least Squares (SEM-PLS) to assess factors considered to be related to collaboration such as Organizational Culture, Communication, Respect and Trust, Roles and Responsibilities, Availability of Time and Resources power, Management and Leadership Support. The results show a good level of collaboration with an average AITCS II score of 4.14. Organizational culture, communication, and understanding of roles and responsibilities significantly influence collaboration between professions. These findings provide input for hospitals to improve the effectiveness of health services by optimizing the roles and responsibilities of health workers in hospitals. A collaborative culture and effective communication are also key to improving patient care outcomes."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Putri Mardiani
"Ruangan perawatan intensif yang kompleks dan dilengkapi berbagai peralatan medis berbasis alarm berisiko menyebabkan perawat mengalami alarm fatigue akibat paparan alarm secara terus-menerus. Penelitian ini memberikan gambaran kejadian alarm fatigue berdasarkan karakteristik responden di ruang intensif RS X Jakarta. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain pendekatan cross- sectional. Sampel penelitian berjumlah 256 perawat dengan rentang usia ≤ 25 - ≥ 46 tahun di seluruh ruang perawatan intensif dewasa RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Sampel didapatkan dengan teknik total sampling jenis non random sampling. Penelitian ini menggunakan kuesioner yang telah diuji reliabilitas dengan nilai Cronbach Alpha 0,744. Hasil penelitian dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif dan dilakukan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov dengan hasil p value 0,028 (P< 0,05). Pengkategorian dilakukan dengan cut-off poin, nilai median 44. Rekomendasi berkaitan dengan penelitian ini adalah dengan teridentifikasinya gambaran alarm fatigue berdasarkan karakteristik responden untuk selanjutnya dilakukan pelatihan manajemen alarm sebagai pembekalan kepada perawat.

An intensive care unit that is complex and equipped with various alarm-based medical equipment is at risk of causing nurses to experience alarm fatigue due to continuous exposure to alarms. This study provides an overview of the incidence of alarm fatigue based on the characteristics of respondents in the intensive care unit of Hospital X Jakarta. This study is a quantitative study with a cross-sectional approach design. The study sample amounted to 256 nurses with an age range of ≤ 25 - ≥ 46 years in all adult intensive care units of Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital. The sample was obtained using a total sampling technique of non-random sampling type. This study used a questionnaire that had been tested for reliability with a Cronbach Alpha value of 0.744. The results were analyzed using descriptive statistical analysis and the Kolmogorov-Smirnov normality test with a p-value of 0.028 (P < 0.05). Categorization was done with cut-off points, a median value of 44. Recommendations related to this study are the identification of a picture of alarm fatigue based on the characteristics of respondents for further alarm management training as a provision to nurses."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferry Irwansyah
"Pasien-pasien di unit-unit perawatan intensif {ICU) lebih banyak mengalami cedera akibat adverse events hila dibandingkan dengan pasien-pasien yang bukan dirawat di ICU. Banyaknya prosedur yang dilakukan pada pasien-pasien dalam kondisi yang kritis serta banyaknya jumlah dan jenis obat yang digunakan dalam pelayanannya juga meningkntkan resiko yang lebih tinggi hilngga dibandingkan dengan pasien lainnya. Tingginya data mortalitas dan insiden di beberapa ICU rumah saklt umum pusat bantuan regional Departemen Kesehatan menunjukkan belum ada suatu analisis yang mendalam terhadap faklor-faktor penyebab yang berkaitan dengan adverse events di unit perawatan intensif (ICU) pada rumah sakit tersebut. Hasil penelitian didapatkan bahwa adverse events di unit perawatan intensif (ICU) pada !8 (delapan belas) rumah sakit umum di Indonesia yaitu sebesar 42,7 %. Faktor faktor tidak baik, prosedur tidak lengkap, kurangnya kelengkapan dan pemeliharaan alat, berkontribusi dalarn terjarlinya adverse events di ICU pada 18 nrumah sakit. Pemahaman staf dan perawat ICU terhadap patient safety di unit perawatan intensif (ICU) sangat kurang. Penyebab dari beban kerja perawat tidak sesuai yaitu sumber daya manusia yang terbatas, uraian tugas yang tidak jelas, rasio antara petugas dengan pasien tidak sesuai, mengetjakan pekexjaan yang bukan wewenangnya dan kurangnya pelatthan. Behan kelja perawat yang tinggi berdampak stress kerja perawat. Penyebab komunikasi yang karang baik yaitu masib adanya gap antara perawat senior dan perawat yunior dalam berkomunikasi, kepala unit tidak mengikuti morning briefingkomunikasi yang kurang antara tim klinis. Miskomu­nikasi juga menyebabkan terjadinya medication error di lCU. Peralatan kesehatan tidak lengkap dan tidak sesuai standar lCU, scrta tidak adanya prosedur tertulis tentang pemakaian alat. Pimpinan unit dan supervisi klinis belum menjalankan tugrumya dengan baik.
Dari hasil penelitian ini disarankan kepada pihak rumah sakit untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman perawat tentang patient safety, meningkatkan peranan kepala unit, kepala ruangan, komite keperawatan dan supervisi klinis, menetapkan standar prosedur asuhan keperawatan, prosedur pemakaian dan pemeliharaan alat serta prosedur komunikasi bagi perawat di ICU, menambab surnber daya manusia kesehatan {SDMK), meningkatkan pelatihan bagi perawat, menfasilitasi sistem infOnnasi kesehatan melalui Information Technology.

Patients in intensive care units (lCUs) may be more likely than non-ICU patients to be injured by adverse events. The procedures performed on critically ill patients and the quantity and type of drugs used in their care may also increase their risk relative to non-ICU patients. The height data incident and mortality in some ICU aids centers publics hospitals regional Department of Public Healths show there is no an circumstantial analyses to factors cause of related to adverse events intensive care units ( ICU) at the hospital. It was found from the research that adverse events in intensive care unit (!CU) at 18 (eighteen) public hospitals in Indonesia that is 42,7 %. Factors like: inappropriate nurse work load poor communications, incomplete procedure Jack of equipment and conservancy of appliance, contribution in the happening of adverse events in ICU at 18 hospitals. Understanding of nurse and staff!CU to patient safety in intensive care unit ( ICU) hardly less. The cause of inappropriate nurse work load that is limited resource, breakdown of ill defined duty, ratio between officers with inappropriate patients, do work which not the authority and lack of training, High nurse work load affect stress working nurse. The cause of unfavourable communications that is still existence of gap between senior and junior nurses in communicating, lead unit don't follow morning briefing, communications which less between teams. Miscommunication also cause medication errors in ICU. Incomplete equipments and also procedure inexistence. Leader of unit and clinical supervise not yet implement the duty.
From this research result suggested to the side of hospital for increasing knowledge and understanding of nurse concerning patient safety increase role of unit director, room director, treatment committee and clinical supervise, specify treatment upbringing procedure standard, usage procedure and conservancy of appliance and also communications procedure for nurse in ICU add health human resource, increase training for nurse, health information system facility through Information Technology {IT) in the form of white line as decision support system."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T21060
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hany Wihardja
"Beban kerja mental perawat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal perawat. Faktor internal meliputi karakteristik individu dan motivasi perawat, serta faktor eksternal yang meliputi organisasi dan pekerjaan perawat. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi faktor yang paling berhubungan dengan beban kerja mental perawat saat berinteraksi dalam asuhan keperawatan di ruang perawatan intensif. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pengumpulan data menggunakan kuesioner dan pendekatan Cross Sectional. Analisis data menggunakan Chi-Square dan regresi logistik ganda. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan total population sampling dan melibatkan sampel sebanyak 129 perawat pelaksana yang bekerja di ruang perawatan intensif. Hasil uji regresi logistik menunjukkan bahwa faktor motivasi merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap beban kerja mental perawat dibandingkan variabel lainnya p=0,022; ?=0,05. Rumah sakit dapat mengoptimalkan dan melakukan resosialisasi regulasi pemberian reward bagi perawat, serta membuat program pengembangan kompetensi dan soft skill perawat.

The mental workload of nurses is influenced by internal and external factors. Internal factor are nurse individual characteristic and motivation, also external factor such as organization and nurse task. The aim of this research is to identify the factors most closely related to the mental workload of nurses during interactions in nursing care in intensive care unit. This research is a quantitative research with data collection with questionnaire using Cross Sectional approach. Data analysis using Chi Square and multiple logistic regression. Sampling in this study used total population sampling and involved a sample of 129 implementing nurses working in the intensive care unit. The result of logistic regression test shows that motivation factor is the most influential variable to the mental workload of the nurse compared to other variables p 0,022 0,05 . Hospitals can optimize and resocialization regulation of reward for nurse, and make competence development program and soft skill of nurse.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
T50954
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ronald Irwanto Natadidjaja
"Latar belakang : Infeksi kulit dan jaringan lunak komplikata hingga saat ini masih termasuk kasus yang sering dijumpai dalam klinik. Infeksi kulit dan jaringan lunak komplikata kerap kali dapat berakibat fatal. Data yang diperoleh di ruang rawat inap penyakit dalam RSCM menunjukkan lebih dari 200 kasus infeksi kulit dan jaringan lunak komplikata sepanjang tahun 2010, dengan angka kejadian sepsis kurang lebih mencapai sekitar 10%. Manfaat diagnostik kausatif melalui temuan kultur kuman sebaiknya juga dinilai, karena pada kenyataannya, pemberian antibiotik sesuai temuan kultur kuman juga tidak sepenuhnya menjamin menurunkan morbiditas dan mortalitas pasien, hal ini seringkali dimungkinkan oleh karena banyaknya kesalahan dalam pengambilan dan pelaporan hasil spesimen.
Tujuan : Mengetahui pola sensitifitas dan resistensi mikroorganisme aerob, pola penggunaan antibiotika, serta manfaat kultur pada infeksi kulit dan jaringan lunak komplikata.
Metode : Penelitian merupakan studi kohort retrospektif dengan data sekunder pada pasien- pasien dengan infeksi kulit dan jaringan lunak komplikata yang masuk ke rawat inap penyakit dalam antara bulan Juli 2011 - Juli 2012.
Hasil : Diperoleh 90 subjek penelitian dengan temuan S. aureus dan S.epidermidis merupakan bakteri gram positif yang paling banyak dijumpai. Angka resistensi S. epidermidis terhadap oxacyllin yang dapat menjadi indikator tingginya Methycillin Resistant Staphylococcus epidermidis (MRSE) mencapai 53,8%, sedangkan untuk Methycillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) hanya 15,4%. Bakteri gram negatif yang terbanyak dijumpai adalah Pseudomonas sp yang mencapai 19,5% dari seluruh temuan kultur. Angka resistensi Pseudomonas sp terhadap cephalotin selaku indikator antibiotik beta laktam pada temuan ini mencapai 90%. Pada pemberian antibiotik empirik, kombinasi ampicillin-sulbactam dengan metronidazole menempati urutan tertinggi, yaitu mencapai 63,9%. Penggunaan antibiotik meropenem tunggal tampak mendominasi kelompok dengan eskalasi antibiotik Pada kelompok de-eskalasi antibiotik, 100% subjek diberikan antibiotik tunggal. Ciprofloxacin mendominasi pemberian antibiotik pada kelompok tersebut, yaitu mencapai 32,2% Penilaian manfaat kultur dilakukan dengan terlebih dahulu mengontrol faktor perancu, dan setelah mengontrol variabel perancu, secara statistik tidak ada perbedaan keberhasilan antara antibiotik empirik yang diberikan sesuai kultur dengan antibiotik empirik yang diberikan tidak sesuai kultur. OR pada penelitian ini adalah 0,45 dengan p > 0,05.
Simpulan : Angka resistensi terhadap antibiotik beta laktam yang ditunjukkan oleh bakteri gram positif dan gram negatif cukup tinggi, dengan penggunaan antibiotik empirik yang terbanyak adalah ampisulbaktam dan metronidazole. Penggunaan meropenem tunggal paling banyak dijumpai pada kelompok dengan eskalasi antibiotik, sementara ciprofloxacin tunggal merupakan antibiotik yang paling banyak dijumpai pada kelompok de-eskalasi antibiotik. Pada penelitian ini, secara statistik tidak ada perbedaan keberhasilan antara antibiotik empirik yang diberikan sesuai kultur dengan antibiotik empirik yang diberikan tidak sesuai kultur.

Background: Complicated skin and soft tissue infection is arising as a global problem in worldwide with high fatality rate that should urgently be treated in clinical practice. Cipto Mangunkusumo Hospital, Internal Medicine Ward data showed, there were more than 200 cases during 2010, with 10% sepsis incidence rate. The culture effectiveness should be evaluated, because there are still more bias which frequently happened in sample taking or reporting procedure. This condition evokes high morbidity and mortality.
Aim: To analyze the sensitivity and resistance pattern of aerobic microorganism, empiric antibiotic and culture using in complicated skin and soft tissue infection.
Methods: July 2011-July2012 retrospective cohort study with secondary data of complicated skin and soft tissue infection patients in Cipto Mangunkusumo Hospital Internal Medicine Ward.
Result: There are 90 subjects with S. aureus and S. epidermidis as the highest finding of gram positive culture. S. epidermidis high resistance rate to oxacyllin indicates the high event of Methycillin Resistant Staphylococcus epidermidis (MRSE) infection which reaches 53,8%, for a while only 15,4% of S. aureus that present as Methycillin resistant Staphylococcus aureus (MRSA).Pseudomonas sp that reaches 19,5% is the most frequent of gram negative culture finding. This finding show high indication for beta lactam resistant. The most frequent of empiric antibiotic using is ampicillin-sulbactam in combination with metronidazole that achieves 63,9%. Single meropenem and single ciprofloxacin treatment is a majority issue in group with antibiotic escalation and antibiotic de-escalation. The culture effectiveness is searched after confounding factors statistic reduction done. There are no statistic significant improve for success between appropriate culture based antibiotic and inappropriate culture based antibiotic, with 0,45 OR and p= 0,085.
Conclusion: High resistance to beta lactam showed by both gram positive and gram negative. Ampicillin-sulbactam in combination with metronidazole is the most frequent of empiric antibiotic using, with single meropenem and single ciprofloxacin as a majority use in antibiotic escalation and de-escalation group, and the appropriate culture based antibiotic and inappropriate culture based antibiotic success shows not statistically improve.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>