Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3886 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ohkawa, Kazushi
Tokyo: Kinokuniya Bookstore, 1972
338.109 52 OHK d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Kuznets, Simon Smith, 1901-
New Haven: Yale University Press, 1966
338.9 KUZ m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nourse, Hugh O.
New York: McGraw-Hill, 1968
338.9 NOU r
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Fawziana Ratna Mustika
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
T38115
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wayan Jatasya Adrianie
"Gambar sebagai representasi arsitektur merupakan hubungan yang kompleks antara gambar, penggambar, objek yang direpresentasi dan pengamat. Hubungan yang kompleks tersebut dapat menyebabkan ketidaksesuaian gambar dengan kondisi penggambaran. Sehingga pernyataan bahwa gambar adalah bahasa universal perlu ditinjau kembali.
Gambar memiliki sifat dualistik yang ditandai oleh keberadaan dua sisi yang berkebalikan. Dualistik dapat menimbulkan keraguan terhadap kecenderungan penggunaan gambar di dalam arsitektur sehingga gambar tidak lagi dianggap representatif. Sifat tersebut tidak hanya membatasi tetapi juga mendefinisi.
Hasil studi yang dilakukan pada beberapa gambar proyeksi aksonometri menunjukkan bagaimana dualistik terjadi pada gambar. Dualistik dapat dilihat sebagai konsekuensi proses membuat gambar. Dengan memahami dualistik, penggambar mampu memberikan tanggapan yang sesuai dan tetap bekerja dengan gambar.

Drawing, being architectural representation, is constituted by complex relationships between drawing, its draughtsman, represented object and readers. These complicated relationships could cause incompatibility between drawing and its condition. Therefore, drawing can not be perceived as universal language.
Drawing has dualistic as its nature that can be indicated by the presence of two opposite sides. Dualistic could further provoke doubts in the tendency of using drawing as architectural representation. Drawing can no longer be considered representative. This nature not only limits but also defines.
The results of studies conducted on several axonometric projection drawings indicate how dualistic occurs within drawing. Understanding dualistic, draughtsman (and also architect) may be able to give appropriate and corresponding response to it while still working with drawing.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S56252
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kika Pranika
"Skripsi ini bertujuan untuk melihat pengaruh efek kekakuan struktur terhadap perbedaan penurunan yang terjadi. Idealnya, perhitungan penurunan pondasi harus memperhitungkan antara kekuatan tanah dan parameter struktur atasnya. Pembahasan utama skripsi ini adalah untuk memasukkan parameter struktur atas ke dalam analisis dan melihat pengaruhnya terhadap penurunan pondasi. Perubahan luas bangunan dan jumlah lantai dilakukan untuk menghasilkan pola penurunan yang terjadi pada pondasi. Respon yang diamati adalah hasil penurunan pondasi dan differential settlement. Hasil akhir dari penelitian mengenai pengaruh efek kekakuan struktur struktur pada differential settlement pondasi adalah bentuk persamaan yang menunjukkan hubungan antara faktor kekakuan struktur dengan tebal pondasi.

This thesis evaluates the effect of structural stiffness on the differential settlement of raft foundation. Ideally, a analysis settlement of raft foundation should consider both the stiffness of foundation and structure. The main objective of this thesis is to include structural parameters into the analysis and to identify the effect on foundation settlement. Some structural variations specifically on building area and number of floors were considered to represent behavior of the foundation. The primary observed effects is the foundation settlement and differential settlement. The outcome of the evaluation is an equation that shows the relationship between the structure- raft parameters and the raft thickness."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S44698
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Setyo Widianto Harungewaning Wirjaatmadja
"Permasalahan yang dihadapi oleh beberapa kota pada saat ini terutama disebabkan oleh pertumbuhan populasi yang sangat pesat. Hasil Sensus Penduduk 1990 memperlihatkan bahwa laju pertumbuhan penduduk perkotaan telah mencapai 5,38 % per tahun sementara laju pertumbuhan total hanya mencapai 1,98 % per tahun. Ini berarti laju pertumbuhan penduduk perkotaan jauh melebihi laju pertumbuhan total penduduk. Akibatnya, timbul permasalahan baik fisik lingkungan maupun social ekonomi. Hal inilah yang juga terjadi di Bekasi, sebuah kota kecil yang berdekatan dengan Jakarta.
Kota administratif (Kotif) Bekasi, terletak di sepanjang akses yang terpenting di timur Jakarta dan merupakan ibu kota dari sebuah kabupaten yang telah berubah dari suatu daerah pertanian tenang menjadi salah satu pusat industri yang sangat sibuk. Ratusan hektar tanah pertanian prima telah berubah menjadi daerah industri hanya dalam waktu kurang dari satu dekade dan proses tersebut masih berjalan hingga saat ini.
Selain itu, banyak jumlah pendatang baik yang mencari pekerjaan dan terutama kaum penglaju. tampaknya tidak dapat diimbangi oleh kemajuan/perkembangan struktur kota. Hal inilah yang mengganggu keserasian lingkungan hidup.
Dengan anggapan adanya perkembangan diatas, penelitian struktur kota Bekasi ini dilakukan. Beberapa pertanyaan yang diharapkan dapat terjawab dalam penelitian ini adalah, seperti misalnya, apakah struktur kota Bekasi mengikuti pola kota industri barat atau bertahan dengan pola kota kolonial yang banyak ditemukan di Indonesia? Atau adakah kemungkinan kota ini memiliki suatu pola baru yang tersendiri ? Apakah struktur kota mempunyai kaitan dan pengaruh terhadap Iingkungan hidup perkotaannya
Hasil pengkajian mengenai struktur kota dari penelitian yang bersifat "content analysis" ini, menunjukkan bahwa dari banyaknya pusat kota, Kotif Bekasi terlihat mempunyai struktur kota Multiple. Dari perletakan industrinya, Kotif Bekasi bercirikan struktur kota Multiple dan Sector. Perletakan industri yang ada di Kotif Bekasi rata-rata berada pada bagian arah Jakarta, ini mencirikan betapa kuatnya pengaruh Jakarta pada Bekasi. Namun demikian, seperti halnya kota-kota lainnya di Indonesia, Kotif Bekasi masih tetap bercirikan struktur kota kolonial, yaitu dengan adanya pemukiman kumuh yang terletak ditengah pusat kota. Pola harga tanah sebetulnya memusat, menyerupai pola Concentric, tetapi karena adanya pengaruh yang kuat dari Jakarta, maka harga tanah di Kotif Bekasi cenderung berorientasi kearah Jakarta.
Sementara itu, hasil pengkajian keterkaitan struktur kota dan pengaruhnya terhadap lingkungan hidup perkotaannya, menunjukkan bahwa secara spatial, ternyata kegiatan industri di Kotif Bekasi tidak begitu menyita lahan ruang terbuka hijau. Yang paling banyak menyita justru kegiatan perumahan. Pada tahun 1985, perbandingan antara ruang terbuka hijau dengan perumahan adalah 3.296,99 hektar berbanding 5.063,22 hektar. Pada 1990 perbandingan tersebut menjadi 1.914,03 hektar berbanding 6. 472,3 hektar. Dengan merujuk pada batasan Iuas ideal ruang terbuka hijau sebesar 20 % dari luas seluruhnya IRDTRK Bekasi 1987), maka dapat dilihat terdapat satu kecamatan yang mempunyai nilai buruk, yaitu kecamatan Bekasi Timur, dimana lugs ruang terbuka hijaunya hanya sekitar 12,82 % dari lugs seluruh kecamatan. Tetapi dalam skala kota, Iuas ruang terbuka hijau diseluruh Kotif Bekasi masih mempunyai nilai baik, yaitu sebesar 21,6 %.
Dalam mendapatkan nilai tingkat kesejahteraan yang merujuk pada kondisi perumahannya, dapat dilihat bahwa masyarakat di Kotif Bekasi rata-rata berada dalam tingkat kesejahteraan yang balk. Bahkan kecamatan Bekasi Selatan mempunyai tingkat kesejahteraan diatas rata-rata. ini artinya, perkembangan struktur kota di Kotif Bekasi membawa pengaruh yang dapat meningkatkan niiai kesejahteraan masyarakatnya
Akhirnya, kesimpulan yang didapat dapat dirumuskan sebagai berikut;
1 Kesimpulan dari penelitian ini, sedemikian jauh menunjukan dengan jelas bahwa Bekasi mempunyai suatu struktur kota yang khan, yaitu berupa poia struktur kota tersendiri yang berbeda, tidak mengikuti poia kota industri barat dan tidak pula mengikuti poia tradisional kota kolonial yang masih banyak ditemukan di Indonesia. Ini berarti bahwa struktur kota ini tidak mencerminkan secara mumi salah satu teori-teori kota yang ada. Namun demikian, meskipun pada saat ini hasil penelitian tersebut diatas dapat dianggap benar, kita harus tetap beranggapan bahwa struktur kota Bekasi masih dalam proses pertumbuhan yang pesat, sehingga suiit untuk memperkirakan atau meramalkan pola struktur akhimya.
2 struktur kota rnempunyai kaftan dan pengaruh terhadap lingkungan hidup perkotaannya. Pada sisi lingkungan hidup alaminya, perkembangan struktur kota memberikan pengaruh yang mengkhawatirkan.
Selama kurun waktu lima tahun terakhir yaitu dari tahun 1985 sampai rahun 1990, pada wilayah Kotif Bekasi, terlihat adanya laju penurunan yang cukup besar pada luas ruang terbuka hijau kota. Namun demikian merujuk pada kondisi perumahannya perkembangan struktur kota tersebut memberikan dampak yang cukup positif dalam meningkatkan tingkat kesejaheraan penduduknya, (Seberapa jauh pengaruh tersebut, tentunya harus dilihat dari suatu studi yang khusus menganalisis mengenai dampak lingkungan atau AMDAL.)

The problems faced by many cities presently are mainly due to the fact that their population are growing at a rate much too fast. This is precisely what happened in Bekasi, a small town adjacent to Jakarta. Located along the most important eastern approach to Jakarta, the once sleepy farming community has presently become one of the busiest industrial centers of the country. Hundreds of hectares of prime agricultural land has been converted to industrial sites, primarily without the administrative limits of the city, during less than a decade and (the process) is still going on today. With industries, inevitably come along housing development and the construction of new roads and other public facilities, which occur mostly within the city limits. Although compensation to landowners are sufficiently adequate and resulted in the improvement of their standard of living, the number of jobseekers from other areas of the country is such, that the physical structure of the city does not seem to keep pace with progress, which is disturbing to the environmental equilibrium.
It is with such development in mind, that the investigation of the structure of the city of Bekasi has been carried out.
Does the structure of the city of Bekasi follow the pattern of Western industrial cities, or does it retain the pattern of colonial towns as it is usually found in older cities in Indonesia ? Or is there a possibility that it might show a completely new pattern which is truly it's own ?
The result of the investigation so far shows clearly, that Bekasi shows to possess a distinct structural pattern of it's own. It neither follows the pattern of a Western industrial city, nor does it follow the traditional colonial city pattern, which is still commonly found in Indonesia. Although this might be true at the moment, one must keep in mind, that presently Bekasi is in the process of robust growth, which makes it rather difficult to predict it's eventual structural pattern.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dixy Raganata Permana
"ABSTRAK
Tesis ini bertujuan untuk membuktikan adanya pengaruh non linear yang terjadi pada perusahaan keluarga dengan menggunakan struktur kepemilikan sedang ataupun struktur kepemilikan tinggi terhadap pertumbuhan perusahaan, yang diduga alignment effect dan entrenchment effect dapat terjadi. Kemudian struktur kepemilikan tersebut diinteraksikan dengan founder dan descendants untuk melihat pengaruhnya terhadap pertumbuhan perusahaan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data panel dengan sampel penelitian sebanyak 43 perusahaan dalam kurun waktu 2003-2009. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur kepemilikan tinggi membuat pertumbuhan perusahaan menjadi rendah. Selanjutnya, pengaruh negatif descendant saat menjabat sebagai CEO ataupun komisaris dapat diperlemah dengan adanya struktur kepemilikan sedang. Lebih jauh lagi, entrenchment effect terjadi disaat founder masih aktif sebagai pemimpin perusahaan dengan struktur kepemilikan yang rendah.

ABSTRACT
The purpose of this research is to investigate the non-linear relationship between family ownership structure and firm’s growth, in which the alignment effect and entrenchment effect believed to have occured. Moreover, this study also test the interaction between founder and descendant with family ownership structure in determining the growth of family firms. This study uses data panel, with 43 family firms within 2003-2009 period as a sample. The results of the research shows that high ownership structure would make the firm’s growth seem low. Moreover, alignment effect can be found when descendant interacted with medium ownership, when PER used as proxy for firm’s growth. Meanwhile, entrenchment effect would appear if founder is still active as the head of the company with low ownership structure."
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Xiaojuan, Jiang
Beijing: People's Publshing House, 2009
SIN 338.9051 XIA t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Kalihputro Fachriansyah
"ABSTRAK
Using panel data from 42 developing countries in the year 1965-2010, this paper attempts to explain the impact of human capital (education) on economic growth under the endogenous growth theory. following the human capital and distance to frontier (DTF) growth model developed by Vandenbussche et al. (2006), henceforth VAM, human capital was defined as a weighted sum years of schooling, the proportion of educational attainment, and the fraction of skilled human capital. another two new definitions were proposed to articulate the importance of education structure, i.e. the relative share of educational attainment and continuing rate in tertiary education. A system generalised method of moments (GMM) estimation was undertaken, and the results show that the two proposed definitions of education are significant at least at 90 percent of confidence level on the total factor productivity (TFP) growth. hence, it is suggested that education structure matters for growth in developing countries."
Jakarta: Badan Perencanaan PembangunaN Nasional (BAPPENAS), 2018
330 JPP 2:3 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>