Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 118 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Teks berisi uraian tentang aneka macam penyakit dan tata cara pengobatannya, yaitu: 1. Netakake (sunatan); 2. Tatu (luka); 3. Anggarap tatu (mengobati luka); 4. Pathek, belak, bubul; 5. Udun; 6. Gudhig; 7. Sakit gigi; 8. Adus; 9. Primbon padhukunan; 10. Panunggilanipun primbon; 11. Wisa; 12. Beslit; 13. Sakit mripat; 14. Baring asu; 15. Papadhang; 16. Rimatanipun bayi; 17. Pijet; 18. Dhukun untu; 19. Lapuran; 20. Ambusanani; 21. Cacingan; 22. Rabi lare; 23. Madat; 24. Sandhunganipun wong wadon; 25. Nginang; 26. Mejen; 27. Kematus cekek; 28. Bubucal erah; 29. Padhang peteng; 30. Rubedane bayi; 31. Tismak; 32. Putra sesepan; 33. Ngombeh puhan; 34. Cacaran; 35. Benter; 36. Tepus mrijang; 37. Grad; 38. Bebed teles; 39. Caceng racek; 40. Wartos cekak-cekak; 41. Panastis jingklong."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
LL.74-A 5.08
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Helsdingen, J.J.
"Buku ini berisi tentang berbagai penyakit tertentu dan disertai cara-cara pencegahan penyakit tersebut. Bab awal penerangan tentang sakit dan kondisi sehat. Sakit yang diterangkan adalah malaria, cacingan, pes, cacar, kolera, tipes, disentri, tiberkolese, dipteri, bahu yang kaku, sakit perempuan, mata, kusta, beri-beri, anjing gila, meriang, dan tetanus."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
BKL.0813-LL 99
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
"Written by a stellar line up of experts in their field. The book takes the reader on a very informative and detailed journey through many foot entities and everything from aetiology, risk factors, imaging, physiotherapy and pharmacology is covered for each." "Reviewed by Tobias Bremer on behalf of In Touch, July 2015. This book is able to give a very detailed 'gold standard' education for the covered conditions."
Edinburgh: Elsevier, 2015
617.580 6 MAN
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Petrus Andianto
Jakarta: EGC, 1988
616.5 PET d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Monica
"Stroke merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di dunia yang terutama disebabkan oleh hipoksia serebrum Meskipun nyawa sebagian pasien stroke dapat diselamatkan sekitar 70 kasus masih menderita gejala sisa akibat kerusakan neuron otak Oleh karena itu penelitian studi eksperimental ini ditujukan untuk mengetahui efek neuroterapi dari berbagai kombinasi ekstrak akar kucing dan pegagan pada tikus Sprague Dawley pasca hipoksia dibandingkan dengan efek neuroterapi pirasetam sebagai kontrol positif Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketiga kombinasi ekstrak tidak menunjukkan adanya perbedaan bermakna dengan pirasetam Dari ketiga kombinasi dosis tersebut dosis 200 mg akar kucing dan150 mg pegagan memberikan efek yang paling signifikan dan hampir sama dengan pirasetam terhadap pemulihan neuron hipokampus girus dentatus eksternus tikus pasca hipoksia sehingga dapat disimpulkan bahwa kombinasi dosis ekstrak yang optimum adalah 200 mg akar kucing dan150 mg pegagan.

Stroke and other cerebrovascular diseases is the third cause of death in the world and is mainly caused by cerebral hypoxia Although some patients can be saved about 70 of cases still suffer from residual symptoms caused by damage of brain neurons Therefore this experimental study aimed to determine the neurotherapeutic effects of dose combination of Acalypha indica Linn and Centella asiatica extracts on hypoxic mice compared to piracetam The result shows that statistically all dose combination of extracts don rsquo t have any difference with piracetam However 200 mg Acalypha indica Linn 150 mg Centella asiatica has the most significant and similar result to pirasetam in healing process of post hypoxic mice rsquo s hippocampal external dentate gyrus neurons To conclude with the optimal dose of extracts combination is 200 mg Acalypha indica Linn 150 mg Centella asiatica."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Samuel Raymond Rumantir Wardhana
"Filariasis limfatik merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh cacing Filaria dan ditularkan melalui gigitan nyamuk. Pada tahun 2000 WHO mencanangkan program eliminasi filariasis limfatik dengan strategi pengobatan massal selama minimal lima tahun menggunakan kombinasi dietilkarbamazin(DEC) 6mg/kg berat badan dan albendazol 400mg. Untuk mengevaluasi keberhasilan program tersebut, maka dilakukan penelitian melalui pengukuran kadar antibodi IgG4 dengan Pan LF.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain studi uji cross sectional pada populasi dewasa di Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur setelah enam tahun pengobatan. Sebanyak 427 sampel darah malam telah diperiksa antibodi IgG4 dengan Pan LF yang terdiri dari 206 orang laki-laki dan 221 orang wanita dengan kisaran umur 18-85 tahun.
Hasil yang diperoleh menunjukkan penurunan prevalensi positif IgG4, tidak terdapat perbedaan prevalensi yang bermakna pada berbagai kelompok umur (p=0,555), jenis kelamin (p=0.894), dan kecamatan tempat tinggal (p=082). Dapat disimpulkan bahwa prevalensi IgG4 pada populasi tidak dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin maupun kecamatan dan terbukti program pengobatan massal telah berhasil menurunkan prevalensi positif IgG4 di Kabupaten Alor.

Lymphatic Filariasis is an infectious disease caused by Filaria worms and is transmitted through mosquito bites. In 2000, WHO launched a program of elimination of lymphatic filariasis by mass treatment strategies for at least five years using a combination of dietilkarbamazin (DEC) 6mg/kg and albendazole 400 mg. To evaluate the success of the program, the research carried out by measuring the levels of IgG4 antibodies using Pan LF.
The research was conducted using cross-sectional study design in the adult population in Alor regency, East Nusa Tenggara after six years of treatment. A total of 427 night blood samples were examined by Pan LF IgG4 antibody consisting of 206 men and 221 women with age range of 18-85 years.
The results show a decrease in the prevalence of IgG4 positive, there were no significant differences in prevalence in different age groups (p = 0.555), gender (p = 0894), and sub-district residence (p = 082). It is concluded that the prevalence of IgG4 in the population is not influenced by age, gender and district and the mass treatment program has proven successful in reducing the prevalence of IgG4 positive in Alor district.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Farah Faulin Al Fauz
"Stroke merupakan suatu manifestasi klinis gangguan peredaran darah otak yang akan menyebabkan kematian pada sel otak. Penyakit ini memiliki prevalensi yang tinggi pada orang tua. Salah satu obat yang digunakan untuk penatalaksanaan stroke adalah citicoline, namun obat ini memiliki efek samping dan harganya cukup mahal. Oleh karena itu diperlukan pengobatan alternatif yang lebih aman dan terjangkau, yaitu kombinasi Acalypha indica Linn (akar kucing) dan Centella asiatica (pegagan). Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan melakukan perlakuan terhadap Sprague dawley yang dikondisikan hipoksia. Sprague dawley diberikan perlakuan berupa pemberian berbagai dosis kombinasi dari Ekstrak Akar Kucing yaitu dosis 150, 200, dan 250 mg serta Pegagan dosis 150 mg kemudian dilihat hasilnya melalui identifikasi jumlah sel normal, kondensasi, dan piknotik yang terdapat di girus dentatus internus Sprague dawley pascahipoksia. Data dianalisis dengan One-Way Anova dan didapatkan nilai sebesar p>0,05 yang memiliki arti tidak berbeda bermakna. Pada penelitian ini didapatkan pada perbandingan kombinasi dosis akar kucing dan pegagan didapatkan jumlah sel yang tidak terlalu berbeda di girus dentatus internus Sprague dawley pascahipoksia.

Stroke is a clinical manifestation of circulatory disorders of the brain that will cause death in brain cells (neuron). This disease has a high prevalence in the elderly. One of the drugs that is used for treatment in stroke is citicoline, but this drugs have side effects and quite expensive. Therefore we need a safer treatment alternative and affordable, which is combination of Acalypha indica Linn (akar kucing) and Centella asiatica (Pegagan). This research uses experimental methods to perform the treatment in Sprague dawley rats pascahypoxia. Sprague dawley rats are given treatment of various dose combinations of akar kucing (150, 200, 250 mg) and pegagan (150 mg). After that, see the results through the identification number of normal, condensation, and piknotik cells in the gyrus dentatus internus Sprague dawley pascahipoksia. Data were analyzed with One-Way ANOVA and obtained a value of p> 0.05 which means not significantly different the number of cells in gyrus dentatus Sprague dawley pascahypoxia internus after treatment with various dose in extract."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sihaloho, Florensa
"Tujuan
Untuk mendapatkan data metastasis KGB retrofaring pada penderita KNF dengan
pemeriksaan CT nasofaring di Rumah Sakit Kanker “Dharmais”.
Metode
Penelitian studi deskriptif analitik dari data sekunder CT nasofaring penderita
KNF yang belum mendapatkan terapi radiasi dan kemoterapi. Penilaian metastasis
KGB retrofaring dengan diameter aksial minimal ≥ 5 mm yang berada di level
atlas dekat arteri karotis interna. Penilaian massa tumor menurut TNM AJCC edisi
ke-7 tahun 2010. Dilakukan uji statistik untuk mengetahui adanya hubungan
metastasis KGB retrofaring dengan massa tumor, tipe histopatologi, invasi lateral,
dan massa tumor melewati midline.
Hasil dan diskusi
Sebanyak 85 penderita KNF dengan subyek terbanyak laki-laki, umur rerata 43,2
tahun, metastasis KGB retrofaring sebanyak 81 subyek, dan metastasis KGB
servikal level II merupakan metastasis KGB terbanyak.
Kesimpulan
Metastasis KGB retrofaring adalah metastasis KGB terbanyak kedua setelah KGB
servikal level II. Kedua metastasis KGB ini merupakan drinase pertama metastasis
KGB pada KNF.

Objectives
To get the data retropharyngeal lymph node metastatic in NPC patients with
nasopharyngeal CT examination in Dharmais Cancer Hospital.
Methods
Analytic descriptive study using secondary data from nasopharyngeal CT
examination of NPC patients who had not received radiation therapy and
chemotherapy. Assessment of retropharyngeal lymph node metastatic with
minimal axial diameter ≥ 5 mm at the level of the atlas near the internal carotid
artery. Tumor mass assessed according to the AJCC TNM 7th edition in 2010.
Performed statistical tests to determine the relationship retropharyneal lymph
node metastatic with tumor mass, histopathologic type, lateral invasion, and
tumor mass through the midline.
Result and discussion
A total of 85 patients with NPC most male subjects, mean age 43.2 years, 81
patients with retropharyngeal lymph node metastatic, and level II cervical lymph
node metastatic is the highest.
Conclusion
Retropharyngeal lymph node metastatic is the second highest after level II
cervical lymph node metastatic. Both of these lymph node metastatic is the first
drainage lymph node metastastic in NPC.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sara Tania Aprianty
"Pasien kanker yang mempunyai nilai skala resiko Braden 10 sampai 12 dengan mobilisasi yang sulit karena metastasis tulang mempunyai resiko terjadinya luka tekan pada saat menjalani rawat inap. Tujuan penelitian ini adalah membandingkan efektifitas perubahan posisi setiap 2 jam dengan efektivitas penggunaan foam dressing untuk mencegah terjadinya luka tekan. Penelitian ini menggunakan randomized control trial cross over design, yaitu semua reponden mendapat perlakuan perubahan posisi setiap 2 jam dan penggunaan foam dressing masing masing selama 3 hari. Jumlah sampel 10 orang, semua sampel mendapat dua perlakuan. Hasil uji t-independent menunjukkan ada perbedaan yang signifikan pada waktu
yang digunakan pada masing masing kelompok (p value = 0,018 ; =0,05) namun biaya yang dibutuhkan untuk penggunaan foam dressing lebih tinggi dibandingkan dengan perubahan posisi setiap 2 jam.

Cancer patients who had score braden scale 10 to 12 with mobilizations difficulty because
of bone metastases have the risk of pressure ulcers on when hospitalization. Research
purposes is to compare effectiveness changes of position every two hours with the use of
foam dressings to prevent pressure ulcers. This research use randomized control trial cross
overs design, and they received treatment changes of position every two hours and use of
foam dressings each over 3 days. The number of samples 10, all samples had two treatment.
Results test t-independent show there is a significant difference on the time used on each
group ( p value = 0,018;  =0,05 ) but use of foam dressing need more cost than positioning
every 2 hours.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T35505
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dizayrun
"Disfungsional motilitas gastrointestinal merupakan gangguan pada sistem gastrointestinal berupa peningkatan, penurunan, tidak efektif, atau kurangnya aktivitas peristaltic pada system gastrointestinal. Kondisi ini tidak terjadi secara langsung oleh COVID-19 melainkan dampak dari kurangnya mobilisasi akibat gejala klinis yang ditimbulkan oleh COVID-19 seperti sesak dan nyeri saat bergerak. Faktor risiko lain terjadinya kondisi ini yaitu cemas, perubahan pola makan, penurunan aktivitas, dan beban psikologis meningkat. Disfungsional motilitas gastrointestinal yang tidak ditangani segera dapat menyebabkan beberapa komplikasi dan mempengaruhi proses penyembuhan. Terdapat beberapa penatalaksanaan non farmakologi dalam mengatasi masalah ini yaitu abdominal masase, diet tinggi serat, aktivitas fisik rutin, pemenuhan cairan harian, dan manual disimpaction. Tujuan dari penulisan ini untuk menganalisis asuhan keperawatan dalam mengatasi masalah disfungsional motilitas gastrointestinal pada pasien COVID-19 derajat sedang. Intervensi dilakukan selama empat hari. Hasil intervensi yang dilakukan menunjukan eliminasi fekal dapat dilakukan pada hari kedua dan keempat. Berdasarkan hasil tersebut pemberian asuhan keperawatan abdominal massage, terapi aktivitas rutin, pemenuhan cairan harian, diet tinggi serat, dan self disimpaksi dapat menjadi pilihan dalam mengatasi Disfungsional motilitas gastrointestinal pada pasien dengan covid derajat sedang.

Gastrointestinal motility dysfunction is a disorder of the gastrointestinal system in the form of increased, decreased, ineffective, or lack of peristaltic activity in the gastrointestinal system. This condition does not occur directly by COVID-19 but the impact of the lack of mobilization due to clinical symptoms caused by COVID-19 such as shortness of breath and pain when moving. Other risk factors for this condition are anxiety, changes in diet, decreased activity, and increased psychological burden. Gastrointestinal motility dysfunction that is not treated promptly can lead to several complications and affect the healing process. There are several non-pharmacological treatments to overcome this problem, namely abdominal massage, high-fiber diet, routine physical activity, daily fluid fulfillment, and manual disimpaction. The purpose of this paper is to analyze nursing care in overcoming the dysfunctional problem of gastrointestinal motility in moderate-grade COVID-19 patients. The intervention was carried out for four days. The results of the intervention showed that faecal elimination could be carried out on the second and fourth days. Based on these results, the provision of nursing care for abdominal massage, routine activity therapy, daily fluid intake, a high-fiber diet, and self-disimpaction can be options in overcoming gastrointestinal motility dysfunction in patients with moderate-grade COVID-19."
Depok: fakultas ilmu kep, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>