Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 171722 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Taufik
"Setiap pelaku usaha harus menggali keunggulan bersaing agar bisa memenangkan persaingan dan mempertahankan kelangsungan usaha. Upaya tersebut semakin mendesak untuk dilakukan mengingat perubahan lingkungan usaha yang berjalan begitu hebat, sebagai dampak dari globalisasi dan liberalisasi perdagangan dunia. Sebetulnya selama ini sudah banyak dikembangkan berbagai metode untuk mendapatkan keunggulan bersaing, sejak dari value chain analysis-nya Porter hingga ke total Quality management. Akan tetapi, banyak diantara metode tersebut dianggap kurang memadai untuk menghadapi globalisasi dan liberalisasi Akibatnya mulailah dikembangkan berbagai bersaing untuk lingkungan usaha yang baru. taranya adalah Business Process Reengineering perdagangan dunia. metode keunggulan Salah satu dianatau Reengineering yang dipelopori oleh Michael Hammer dan James Champy. Selain Hammer dan Champy, banyak kalangan yang mengembangkan metode ini versi mereka sendiri, seperti vresi Raymond Manganelli dan Mark Klien dan versi IBM Corporation. Namun kesemuanya memiliki kesamaan bahwa reengineering dianggap bisa meningkatkan perbaikan performansi secara radikal bukan hanya perbaikan inkremental sebagaimana metode yang telah banyak diterapkan sebelumnya. Di Indonesia sudah ada reengineering, seperti PT Astra International sejumlah perusahaan yang mulai menerapkan PT USI IBM (perusahaan multinasional) dan (perusahaan nasional). Tentu ini merupakan suatu hal yang menarik, bahwa perusahaan-perusahaan di Indonesia sudah menerapkan metode keunggulan bersaing. Penulis tertarik dengan fakta semacam ini. Oleh karena itu penulis ingin mengetahui apa latar belakang penerapan tersebut dan apa dampak yang berhasil diperoleh. Akan tetapi, karena kesulitan teknis, maka studi penerapan reengineering di Indonesia hanya difokuskan di PT USI IBM. Meskipun tahapan pelaksanaan penerapan reengineering belum diselesaikan sepenuhnya, akan tetapi PT USI IBM telah mendapatkan hasil sesuai dengan tujuan PT USI IBM menerapkan reengineering. Berupa peningkatan kepuasan pelanggan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1995
S19038
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuma Sanjaya Maris
"Aktivitas jasa di dalam perekonomian semakin lama menjadi faktor penting dalam proses bisnis. Aktifitas tersebut mengambil bentuk kompetensi perusahaan untuk melakukan penelitian pasar, perancangan produk, membuatnya, mendistribusikannya, serta pelayanan puma jual. Singkat kata, memberikan nilai tambah sedemikian rupa, sehingga perusahaan dapat memenuhi kebutuhan pembeli masa sekarang dan kebutuhan baru yang akan timbul di masa yang akan datang, sehingga pada akhirnya pembeli selalu kembali kepadanya dalam memenuhi kebutuhannya. Perusahaan-perusahaan ini didasari bukan semata atas manajemen finansial atau aktiva berwujudnya, melainkan atas manajemen dan penggalian potensi yang terkandung di dalam kemampuan, pengetahuan & informasi organisasinya. Sumber daya ini terkandung di dalam sistematika kerja, hubungan dengan pihak luar dan dalam serta di dalam angkatan kerjanya. Semakin pentingnya aktivitas jasa di dalam rantai nilai perusahaan, serta input utamanya kemampuan, pengetahuan dan informasi, mendorong berbagai perusahaan untuk mengukur dan melaporkan secara eksplisit Knowledge Assets atau Intellectual Capital ini. Akan tetapi pengukuran sumber daya dan aset yang dibangun di atasnya, secara terpisah di dalam kerangka pelaporan akuntansi yang ada sekarang sulit sekali, bila tidak ingin dikatakan mustahil. Argumentasi utama adalah kerangka akuntansi yang dipergunakan sekarang tidak dapat menglcapitalisasi transaksi-transaksi yang pada dasarnya merupakan penciptaan dan perawatan atas Intellectual Capital dan aset-aset yang dibangun di atasnya (yang kebanyakan berupa aktiva tak berwujud). Sebagai contoh adalah pengeluaran dalam pelatihan, pengiklanan, riset pasar, sistem perusahaan dan sebagainya. Pengeluaran-pengeluaran ini diyakini memiliki manfaat meliputi beberapa periode pelaporan bagi sebuah perusahaan, dan bukan hanya satu periode pelaporan raja, seperti bila dilaporkan sebagai biaya di dalam kerangka pelaporan yang dipergunakan sekarang. Permasalahannya adalah pelaporan yang dipergunakan sekarang dikhawatirkan semakin lama semakin tidak merepresentasikan realita ekonomis sumber daya perusahaan yang dilaporkan. Perhitungan laba, aktiva dan ekuitas perusahaan dapat terpengaruh, dan dengan demikian, di dalam jangka pendek dan kemungkinan jangka panjang, menggambarkan posisi yang sulit bagi perusahaan yang memiliki investasi yang semakin lama semakin tergantung kepada aktiva-aktiva tak berwujud tersebut. Untuk dapat mengukur sumber daya perusahaan secara keseluruhan, yang semakin lama semakin tergantung pada kemampuannya mencermati Intellectual Capital-nya, dibutuhkan model pelaporan yang dapat mengukur dan memberikan indikator yang mengimbangi indikator yang dilaporkan di dalam laporan keuangan konvensional. Mengapa? Penyusunan laporan keuangan konvensional didasarkan atas pelaporan apa yang telah terjadi, dan bukan potensi yang telah dibangun dan akan dicapai. Hal inilah sebenarnya yang merupakan esensi dari pengeluaran suatu perusahaan untuk memperoleh suatu aset: yakni manfaat yang diyakini terkandung di dalamnya dan pada akhirnya diharapkan akan berhasil menambah keuntungan perusahaan. Hal inilah yang belum digambarkan secara jelas oleh model pelaporan yang dipergunakan sekarang dan alasan mengapa Intellectual Capital dan aktiva tak berwujud yang dibangun di atasnya sulit dilaporkan. Melaporkan sesuatu yang tidak memiliki wujud nyata secara fisik atau legal dan tidak diperoleh di dalam transaksi yang jelas kurang andal untuk dapat dilaporkan di dalam kerangka pelaporan yang dipergunakan sekarang. Akan tetapi bisa saja sangat relevan bagi pengambilan keputusan. Hal inilah yang berusaha dianalisa di dalam penulisan ini dan penulis akan berusaha mengajukan argumentasi dan akhirnya saran yang jelas untuk meningkatkan model pelaporan akuntansi yang berguna bagi pengguna laporan keuangan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1997
S19178
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harry Heriawan Saleh
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2005
331.12 HAR p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jessica Nathalia
"Industri makanan dan minuman merupakan salah satu industri yang kompetitif terutama di DKI Jakarta yang menjadi provinsi dengan jumlah usaha penyedia makanan dan minuman terbanyak. Oleh karena itu, pelaku usaha didorong untuk menghadapi kompetisi yang intens sehingga competitiveness perlu dimiliki oleh setiap pelaku usaha agar dapat bertahan dan berkembang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh critical success factors (CSF) terhadap competitiveness usaha kecil makanan dan minuman di DKI Jakarta. Pengumpulan data dilakukan dari bulan November hingga Desember 2023 secara daring melalui Google Form dengan teknik purposive sampling kepada total 132 responden yang merupakan pelaku usaha kecil makanan dan minuman di DKI Jakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan data yang didapatkan diolah menggunakan software SPSS 29.0. Hasil dari penelitian ini berupa terdapat pengaruh antara critical success factors (CSF) terhadap competitiveness pada usaha kecil makanan dan minuman di DKI Jakarta dan seluruh dimensi entrepreneurial factors, enterprise factors, serta environmental factors secara positif memengaruhi competitiveness.

Food and beverage industry is one of the competitive sectors, especially in DKI Jakarta, which is the province with the highest number of food and beverage businesses. Therefore, business actors are encouraged to face intense competition and competitiveness is essential for every business actors to survive and thrive. This research aims to analyze the influence of critical success factors (CSF) on competitiveness of small food and beverage businesses in DKI Jakarta. Data collection was conducted online from November to December 2023 through Google Form with purposive sampling technique, involving a total of 132 respondents who are small food and beverage business actors in DKI Jakarta. This research used quantitative approach and the data obtained are processed using SPSS 29.0 software. The results of this study indicate that there is an influence of critical success factors (CSF) on competitiveness of small food and beverage businesses in DKI Jakarta. All dimensions of entrepreneurial factors, enterprise factors, and environmental factors positively affect competitiveness."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hilman Salahuddin Gumay
"Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji dampak penerapan kebijakan bea keluar biji kakao terhadap kinerja industri pengolahan kakao dan daya saing produk olahan kakao Indonesia. Dari hasil penelitian, didapati bahwa sejak penerapan bea keluar terhadap biji kakao, industri pengolahan kakao Indonesia mengalami peningkatan kinerja, yang ditunjukkan lewat peningkatan nilai output, jumlah tenaga kerja, dan volume ekspor produk kakao olahan. Selain itu, berdasarkan hasil estimasi dengan metode Ordinary Least Square, didapati bahwa sejak penerapan kebijakan bea keluar, daya saing produk olahan kakao Indonesia di pasar dunia mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari adanya hubungan positif antara bea keluar dan nilai RCA sebagai variabel yang melambangkan daya saing. Namun demikian, ditemukan pula bahwa terjadi penurunan produksi biji kakao sejak bea keluar diberlakukan. Berdasarkan hasil temuan tersebut, penulis memberikan dua saran yaitu menjalankan kembali kebijakan gernas kakao untuk meningkatkan produksi kakao nasional serta melakukan penelitian lebih lanjut mengenai biaya dan manfaat dari penerapan bea keluar terhadap biji kakao.

The purpose of this study is to analyze the impact of cocoa beans export tax policy on Indonesian cocoa processing industry performance and processed cocoa product competitiveness. The result shows that since the implementation of the export tax, the Indonesian cocoa processing industry performance is getting better. This is shown by the growth of industrial consumption on cocoa beans, output value, labour and processed cocoa export volume. On the other side, based on the estimation using Ordinary Least Square method, it is found that since the implementation of the tax, the Indonesian processed cocoa product competitiveness is higher than before. This was proved by the strong, positive correlation between the export tax and the RCA as a proxy for product competitiveness. Nevertheless, it is also found that since the implementation of the tax, Indonesian cocoa beans production is declining. Based on these findings, the author suggested that the goverment needs re-implement the "gernas kakao" policy to boost the national cocoa beans production and to conduct a further research to analyze the coca beans export tax policy cost and benefit."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T43369
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fardan Kaftaro
"Usaha Mikro dan Kecil (UMK) di Indonesia mengalami beragam kesulitan untuk dapat bertahan dan berkembang. Pemerintah kemudian menerbitkan UU Cipta Kerja yang di dalamnya memuat ketentuan mengenai reformasi aspek kemudahan berusaha bagi UMK. Namun, implementasi peraturan tersebut masih memiliki beberapa hambatan. Penelitian ini memiliki tujuan untuk menjelaskan implementasi kebijakan kemudahan berusaha bagi UMK di Kota Depok. Penelitian ini menggunakan teori integrated implementation model dari Winter (2012). Penggunaan teori ini ditujukan untuk menganalisis implementasi kebijakan dari dua sudut perspektif yang berbeda: penyelenggara kebijakan dan kelompok target. Penelitian ini menggunakan pendekatan postpoitivist. Data diperoleh dari wawancara mendalam sebagai data primer dan studi kepustakaan sebagai data sekunder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi kebijakan kemudahan berusaha bagi UMK di Kota Depok sudah berjalan dengan cukup optimal. Hal ini ditunjukkan dengan hampir terpenuhinya tujuh belas indikator dari empat dimensi yang digunakan pada penelitian ini. Ada beberapa hal yang menjadi catatan, seperti: belum adanya kerja sama produktif untuk menigkatkan pemahaman UMK terhadap insentif pajak; rendahnya kesadaran pelaku UMK terhadap pelayanan bantuan hukum karena ketiadaan sosialisasi; persepsi UMK di Kota Depok yang cenderung negatif terhadap pelaporan pajak; dan penyalahgunaan pinjaman KUR untuk kepentingan non-usaha. Oleh karena itu, sosialisasi mengenai pelaporan pajak dan bantuan hukum perlu dilakukan dan dimasifkan. Mekanisme pengawasan atau pertanggungjawaban penggunaan KUR juga diperlukan untuk mencegah penyimpangan.

Micro and Small Enterprises (MSEs) in Indonesia experience various difficulties to survive and develop. The government then issued Job Creation Law which contains provisions regarding reform of aspects of ease of doing business for MSEs. However, the implementation of these regulations still has several obstacles. This research aims to explain the implementation of the ease of doing business policy for MSEs in Depok City. This research uses integrated implementation model theory by Winter (2012). The use of this theory is intended to analyse policy implementation from two different perspectives: policy administrators and target groups. This study uses a postpositivist approach. Data were obtained from in-depth interviews as primary data and literature studies as secondary data. The research results show that the implementation of the ease of doing business policy for MSEs in Depok City has been implemented quite optimally. This is shown by the almost complete fulfillment of seventeen indicators from the four dimensions used in this research. There are several things to note, such as: the absence of productive collaboration to improve MSEs' understanding of tax incentives; low awareness of MSEs regarding legal aid services due to lack of socialization; the perception of MSEs in Depok City which tends to be negative towards tax reporting; and misuse of KUR loans for non-business purposes. Therefore, socialization regarding tax reporting and legal assistance needs to be carried out and accelerated. Monitoring or accountability mechanisms for the use of KUR are also needed to prevent a misuse."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simangunsong, Belman
"ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah melakukan analisa terhadap daya saing industri Sepatu Indonesia dan menetapkan strategi bersaing yang harus dikembangkan PT. Sepatu Bata dalam menghadapi persaingan dalam industri sepatu.
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini menitik beratkan pada penggunaan alat analisis Iingkungan persaingan untuk melihat keunggulan dan kelemahan perusahaan, dihubungkan dengan peluang dan ancaman yang ada. Teknik atau alat analisis utama yang digunakan adalah analisis atas 5 kekuatan yang mempengaruhi persaingan dan analisis rantai nilai. Analisis dilakukan atas data primer yang berasal dari Iaporan intern perusahaan, dan wawancara dengan berbagai pihak ekstern. Sedangkan data sekunder dikumpulkan dari studi kepustakaan, maupun informasi Iainnya yang terkait dengan penelitian ini.
Hasil analisis menunjukkan bahwa kelemahan utama PT. Sepatu Bata adalah sistim birokrasi dimana setiap keputusan dalam penentuan model sepatu yang akan diproduksi harus mendapat persetujuan dari induk organisasinya rganisasinya Bata Shoe Organization, Canada. Kelemahan Iainnya adalah kurangnya kesadaran karyawan di bagian produksi terhadap kualitas produk yang dihasilkan akibat mengejar target produksi. Hal ini membuat perusahaan tertinggal dari industri sepatu Iainnya dalam menghasilkan model-model sepatu terbaru. Standar mutu yang ditetapkan oleh perusahaan telah teruji dengan baik khusunya untuk sepatu ekspor, tetapi untuk konsumen dalam negeri karyawan biasanya kurang teliti dalam mengerjakan pembuatan sepatu tersebut. PT. Sepatu Bata saat ini berkonsentrasi untuk melayani segmen sepatu anak-anak, sepatu olah raga dan sepatu untuk orang dewasa. Sepatu yang menguasai pasar adalah sepatu anak-anak dan alas kaki yang harganya relatif berdaya saing dan mutu disesuaikan dengan kemampuan daya beli konsumen dalam negeri.
Untuk mencapai pertuanbuhan usaha sebagaimana digariskan, maka PT. Sepatu Bata harus mampu mengantisipasi persaingan dimasa yang akan datang dan memperbaiki pasisi bersaingnya dengan mengatasi kelemahan diatas. Adapun strategi yang harus dikembangkan adalah strategi konsentrasi, perluasan pasar, dan diversifikasi produk."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siswandi Kulipah
"Dalam dunia usaha, persaingan antar perusahaan memperebutkan pangsa pasar dan posisi yang kuat merupakan hal yang lumrah. Untuk dapat merebut pangsa pasar yang cukup besar dan posisi yang kuat dalam industri, perusahaan harus menjalankan berbagai strategi bersaing.
Strategi, merupakan suatu rencana yang sistematis untuk mengarahkan perusahaan memenuhi sasaran yang telah ditetapkan. Perusahaan menentukan strategi bersaing setelah melakukan analisis kekuatan dan kelemahan lingkungan internal dalam menghadapi peluang dan ancaman lingkungan eksternal. Jadi, perusahaan yang dapat bertahan dalam persaingan industri adalah perusahaan mampu memilih dan menjalankan strategi yang tepat.
Sebagai bahan studi, penulis menganalisis strategi bersaing PT. Cumawis dalam industri jasa pelayaran lepas pantai. Hal ini diteliti seiring dengan perkembangan ekonomi Indonesia yang didukung oleh transportasi laut yang tangguh sehingga peranannya sangat penting. Berbagai jenis perusahaan pelayaran ikut mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia seperti pelayaran samudera, nusantara, lokal, rakyat, perintis, dan lepas pantai/khusus.
Analisis dan pembahasan meliputi misi perusahaan, keadaan lingkungan eksternal, profit perusahaan, sasaran jangka panjang, strategi dasar, dan strategi generik, strategi pemasaran. Pembahasan misi perusahaan dilakukan untuk melihat kemantapan arah perusahaan dalam menjalankan bisnisnya. Dengan misi yang baik, faktor internal perusahaan dapat berjalan secara terintegrasi.
Lingkungan eksternal merupakan sumber peluang dan ancaman bagi industri. Analisis lingkungan ekstemal mencakup lingkungan "remote" dan lingkungan industri. Faktor ekonomi, sosial, politik, teknologi, dan ekologi merupakan unsur dari lingkungan "remote". Analisis lingkungan industri meliputi pemasok, pembeli, kekuatan tawar-menawar pembeli, tingkat persaingan industri jasa pelayaran lepas pantai, ancaman produk substitusi, dan ancaman pendatang baru. Sedangkan lingkungan internal meliputi fungsi pemasaran organisasi dan manajemen umum, fungsi produksi, fungsi keuangan, dan fungsi sumber daya manusia, fungsi organisasi manajemen umum.
Hasil analisis SWOT dikuantifisir dengan menggunakan metode "Analitical Hirarchy Process (ADP)", dan hasilnya digambarkan dengan menggunakan "Analisis Diagram SWOT" yang menunjukkan posisi perusahaan dalam industri. Dari kuantifikasi yang sudah dilakukan, hasilnya menunjukkan bahwa kondisi internal perusahaan lemah, dan menghadapi ancaman yang lebih kompleks dari pada peluang yang ada.
Pembahasan mencakup sasaran jangka panjang, strategi utarna, dan strategi generik yang dikaitkan dengan hasil kuantifikasi analisis SWOT. Selanjutnya, penulis merekomendasikan strategi utama dan strategi generik yang sesuai dengan karakteristikperusahaan dan industri.
Beberapa saran tentang strategi bersaing yang hams dipilih oleh PT. Cumawis yang perlu dilakukan guna meningkatkan keunggulan bersaingnya merupalcan penutup dari tugas akhir ini. Saran fungsional dititikberatkan pada manajemen pemasaran seperti strategi segmentasi, perbaikan jalur distribusi, dan personal selling. Saran lain diberikan untuk peningkatan kualitas manajemen produksi, manajemen umum, dan manajemen sumber daya manusia."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Malik Ibrahim
"Persaingan usaha jasa konstruksi dalam melaksanakan proyek-proyek pembangunan sudah dimulai sejak pengurusan Surat Izin Usaha Jasa Konstruksi (SIUJK) di Kantor Wilayah Departemen Pekerjaan Umum. Perusahaan yang tidak dapat memenuhi persyaratannya, tidak akan diberikan izin, sehingga tidak dapat beroperasi/melakukan kegiatan usaha jasa konstruksi. Sedangkan perusahaan yang dapat memenuhi persyaratannya akan diberikan SIUJK. Sesudah SIUJK diperoleh, barulah perusahaan tersebut dapat melakukan kegiatan usaha jasa konstruksi, bersaing dengan perusahaan-perusahaan jasa konstruksi yang sudah ada, maupun dengan perusahaan-perusahaan yang kemudian masuk ke arena persaingan.
Perusahaan jasa konstruksi yang ingin mengerjakan proyek-proyek milik Pemerintah harus mengikuti prakualifikasi. Prakualifikasi ini dapat disebut sebagai persaingan kedua. Perusahaan yang tidak lulus seleksi pada prakualifikasi, tidak dapat mengikuti persaingan berikutnya pada waktu ada pelelangan/tender. Sedangkan perusahaan yang lulus seleksi prakualifikasi dapat mengikuti persaingan selanjutnya yaitu pada saat ada pelelangan suatu proyek. Pada saat pelaksanaan tender itulah yang merupakan puncak persaingan bagi perusahaan-perusahaan jasa konstruksi guna mendapatkan pekerjaan/ proyek.
Persaingan itu sendiri merupakan metode atau alat bagi penyeleksian dan efisiensi; penentuan tampilan kerja (apa) yang terbaik, di dalam lingkungan tertentu; pemastian siapa yang merupakan penampil kerja terbaik; penyeleksi cara pemecahan yang optimal dari suatu masalah.
Keuntungan dari adanya persaingan dalam tender suatu proyek adalah untuk mendapatkan harga yang paling menguntungkan bagi pemilik proyek (swasta atau negara) dengan kualitas hasil proyek yang baik. Akan tetapi, sering terjadi persaingan yang tidak sehat/tidak jujur dalam pelaksanaan tender proyek milik Pemerintah, seperti kolusi dengan pimpinan proyek (pimpro); ada persekongkolan di antara para kontraktor; ada interlocking directores dalam berbagai kualifikasi perusahaan jasa konstruksi dan lain-lain.
Penulisan tesis ini bertujuan untuk membahas mengenai : 1) Pengaturan persaingan usaha di Indonesia; 2). Aspek-aspek hukum usaha jasa konstruksi; 3). Hubungan hukum para pihak dalam pelaksanaan pembangunan suatu proyek; 4). Penyelesaian perselisihan/sengketa; 5). Peranan asosiasi profesi dan Kadinda terhadap usaha jasa konstruksi; 6). Persaingan usaha jasa konstruksi; 7). Dampak persaingan usaha jasa konstruksi; dan 8).Upaya pencegahan dan penanggulangan persaingan tidak sehat di bidang usaha jasa konstruksi. Metode pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis-normatif, yang dianalisis secara normatif kualitatif.
Persaingan yang sehat di bidang usaha jasa konstruksi dapat menimbulkan dampak positif, baik bagi perusahaan itu sendiri maupun bagi pemilik proyek. Bagi perusahaan akan ada peningkatan efisiensi dan daya saing, sedangkan bagi pemilik proyek akan mendapatkan harga yang lebih wajar dari pada harga yang didapat dengan tanpa persaingan, dan mutu pekerjaan yang dapat dipertangungjawabkan. Sebaliknya, persaingan yang tidak sehat di bidang usaha jasa konstruksi dapat menimbulkan dampak yang negatif. Bagi perusahaan akan mengakibatkan lemahnya daya saing, karena perusahaan beroperasi secara tidak efisien. Sedangkan bagi pemilik proyek tidak akan mendapatkan hasil pekerjaan dengan kualitas yang memadai. Selain itu, masyarakat pemakaipun dapat dirugikan. Misalnya, karena kualitas pekerjaan tidak baik, lalu jalan menjadi cepat berlobang-lobang dan mobil pemakai jalan tersebut lebih cepat rusak, dan sebagainya.
Oleh karena persaingan yang tidak sehat di bidang usaha jasa konstruksi menimbulkan dampak negatif, maka perlu ada upaya pencegahan dan penanggulangannya. Upaya penanggulangan dapat dilakukan dengan mengadakan undangundang yang mengatur mengenai Persaingan Usaha (termasuk di dalamnya diatur mengenai persaingan usaha jasa konstruksi) sejenis Anti Trust Law di Amerika Serikat atau sejenis Undang-undang Anti Monopoli di Jepang, dan sekaligus membentuk badan pengawas persaingan, yang berfungsi untuk mengawasi jalannya persaingan usaha, dan milakukan tindakan terhadap setiap pelanggaran ketentuan undang-undang tersebut."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emil Fadri
"ABSTRAK
Produk manufaktur bagi Indonesia memegang peranan penting dalam penerimaan devisa, lebih kurang 70,8% dari ekspor non migas Indonesia merupakan produk manufaktur. Sedangkan pasar tujuan ekspomya adalah Jepang dan Uni Eropa.
Perkembangan perdagangan pada dekade terakhir ini adalah kecenderungan pada beberapa negara di kawasan tertentu untuk membentuk blok perdagangan seperti negara-negara anggota ME dalam pasar Tunggal Eropa.
Tujuan dari penulisan ini adalah mempelajari daya saing produk manufaktur Indonesia di pasar Uni Eropa, serta kebijaksanaan yang mendukung perkembangan ekspor produk ekspor Indonesia khususnya produk manufaktur di pasar uni Eropa.
Konsep penelitian yang digunakan yaitu analitis sintetis, dengan berorientasi pada permasalahan di lapangan. Upaya yang dilakukan adalah dengan memberikan solusi pemecahan masalah dan memberikan penjelasan secara generalis empiris, yang dimulai dari perumusan masalah sampai dengan menarik kesimpulan secara anaiitis.
Teknik pengumpulan data berdasarkan "data sekunder". Pengumpulan data yang meliputi data kuantitatif dan data kualitatif ekspor manufaktur ke negara tujuan ekspor dengan SITC 3 digit periode tahun 1993-1997 serta negara pesaing Indonesia di pasar-pasar Uni Eropa. Untuk melakukan analisis daya saing produk Indonesia dilakukan dengan menghitung RCA, AR, serta ISP, dilajutkan dengan analisis SWOT.
Dari 15 produk manufaktur yang diekspor Indonesia yang mempunyai daya saing di pasar Uni Eropa, 6 (enam) produk menunjukan peningkatan keunggulan komparatifnya. Tahap industri dari 15 kelompok tersebut, 8 kelompok produk berada pada tahap kemapanan, 5 kelompok produk berada pada tahap pertumbuhan, 1 kelompok produk berada pads tahap substitusi impor dan 1 kelompok produk mempcrlihatkan penurunan pola perdagangan.
Peningkatan ekspor ke pasar Uni Eropa tersebut dapat dilakukan dengan cara melakukan promosi. Untuk mengatasi pembatasan cakupan produk yang mendapat fasilitas GSP, diperlukan kerja sama dengan negara berkembang lainnya dalam rangka negosiasi cakupan produk (product coverage) yang mendapat fasilitas GSP.
"
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>