Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 144969 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Miranti Dewi
"Natrium diklofenak adalah obat antiinflamasi yang agak sukar larut dalam air, dapat mengiritasi saluran cerna dan mengalami metabolisme lintas pertama, untuk mengatasi hal tersebut, natrium diklofenak dibuat dalam bentuk sediaan mikroemulsi topikal. Sediaan mikroemulsi ini diharapkan dapat meningkatkan kelarutannya dan dapat diabsorbsi melalui kulit.
Pada penelitian ini diformulasikan mikroemulsi yang jernih dan stabil dengan menggunakan dua jenis fase minyak yaitu, minyak zaitun dan isopropil miristat dengan natrium diklofenak sebagai model obat. Evaluasi mikroemulsi dilakukan dengan mengukur diameter droplet mikroemulsi, tegangan antarmuka, bobot jenis, pH, viskositas, uji mekanik, uji stabilitas fisik dengan penyimpanan pada suhu 40±2° C, 28±2° C, 4±2° C, selama 12 minggu dan cycling test. Uji penetrasi natrium diklofenak dilakukan dengan menggunakan sel difusi Franz selama 8 jam.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mikroemulsi yang menggunakan isopropil miristat sebagai fase minyak lebih stabil secara fisik, tetapi mikroemulsi yang menggunakan minyak zaitun memberikan hasil penetrasi yang lebih baik.

Diclofenac sodium is a poorly soluble anti inflammatory drug, that can irritate the gastrointestinal tract and has a first pass effect, to overcome this, diclofenac sodium was made in topical microemulsion dosage form. This microemulsion was expected can enhance the solubility of diclofenac sodium and can be absorbed through the skin.
In this study was formulated a clear and stable microemulsion by using two types of oil phase, olive oil and isopropyl myristate with diclofenac sodium as a model drug. The microemulsion was evaluated by measuring droplet size, interfacial tension, density, pH, viscosity, mechanic test, physical stability test at 40±2° C, 28±2° C and 4±2° C for 12 weeks and cycling test. Penetration of diclofenac sodium was examined using Franz diffusion cell for 8 hour.
The result showed that the microemulsion with isopropyl myristate as oil phase was more physically stable, but the microemulsion with olive oil gave better result of penetration."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2010
S32994
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Natrium diklofenak yang berkhasiat sebagai antiinflamasi dibuat dalam
sediaan mikroemulsi yang berfungsi sebagai pembawa karena ukuran
partikelnya yang kecil dan adanya fase air dan minyak yang membantu
menembus barrier kulit. Mikroemulsi adalah sistem dispersi yang terdiri dari
fase air, minyak, surfaktan, dan kosurfaktan. Penelitian ini bertujuan untuk
membuat sediaan mikroemulsi yang jernih dan stabil menggunakan minyak
kelapa sawit yang dibandingkan terhadap isopropil palmitat dengan natrium
diklofenak sebagai model obat. Hasilnya menunjukkan formula dengan
minyak kelapa sawit lebih stabil secara fisik selama 2 bulan penyimpanan
pada suhu kamar dibandingkan formula dengan isopropil palmitat. Pengujian
penetrasi melalui kulit tikus dengan alat franz difussion cell selama 8 jam
menunjukkan bahwa formula dengan isopropil palmitat memberikan hasil
penetrasi natrium diklofenak sebesar 706,63 ± 32,73 μg/cm2 dan minyak
kelapa sawit sebesar 1058,67 ± 73,12 μg/cm2 ."
Universitas Indonesia, 2007
S32608
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurhasanah Widiatuti
"Natrium diklofenak adalah obat antiinflamasi yang agak sukar larut dalam air, dapat mengiritasi lambung, dan mengalami metabolisme lintas pertama, untuk mengatasi hal tersebut, natrium diklofenak dibuat dalam bentuk sediaan mikroemulsi topikal.
Penelitian ini bertujuan untuk membuat sediaan mikroemulsi yang jernih dan stabil, serta diharapkan dapat meningkatkan kelarutan zat aktif dan diabsorbsi dengan baik di kulit. Formulasi menggunakan dua jenis fase minyak, yaitu Virgin Coconut Oil (formula A) yang dibandingkan dengan isopropil laurat (formula B) dengan natrium diklofenak sebagai model obat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mikroemulsi yang menggunakan isopropil laurat sebagai fase minyak lebih stabil secara fisik selama penyimpanan 2 bulan pada suhu kamar dibandingkan form.

Diclofenac sodium is poorly soluble anti-inflammatory drug, that can irritate the gastrointestinal tract and has first pass effect, to overcome this problem, diclofenac sodium was made in topical microemulsion dosage form.
The aim of this study was to make a good microemulsion, increase the solubility of diclofenac sodium, and can be absorbed through the skin. Formulation using two types of oil phase, Virgin Coconut Oil (VCO) and isopropyl laurat with diclofenac sodium as a model of drug.
The result showed that the microemulsion with isopropyl laurat as oil phase was more physically stable during two months in room temperature than formulation using isopropyl laurat. The penetration test using franz diffusion cell for 8 hour, showed 969,6822 ± 5,3533 to formulation A and 929,8052 ± 1,6524 to formulation B.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2010
S33160
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Suesti Devi Purnamasari
"Natrium diklofenak adalah obat antiinflamasi yang dapat mengiritasi lambung dan mengalami metabolisme lintas pertama. Untuk mengatasi hal ini, natrium diklofenak dibuat dalam bentuk sediaan transdermal. Dalam penelitian ini dibuat dua bentuk sediaan transdermal yaitu emulsi dan mikroemulsi, guna membandingkan perbedaan jumlah kumulatif natrium diklofenak yang terpenetrasi. Formulasi sediaan emulsi dan mikroemulsi menggunakan Virgin Coconut Oil sebagai fase minyak dengan natrium diklofenak sebagai model obat. Daya penetrasi sediaan emulsi dan mikroemulsi melalui kulit diuji secara in-vitro dengan alat sel difusi Franz menggunakan membran abdomen tikus galur Spraque-Dawley. Jumlah kumulatif natrium dikofenak yang terpenetrasi selama 8 jam dari sediaan emulsi dan mikroemulsi berturut-turut adalah 911,00 ± 3,67 μg/cm2 dan 445,41 ± 6,14 μg/cm2. Fluks natrium diklofenak pada sediaan emulsi dan mikroemulsi berturut-turut adalah 107,42 ± 1,25 μg/cm2.jam dan 49,29 ± 0,63 μg/cm2.jam. Persentase kumulatif jumlah natrium diklofenak dalam sediaan emulsi dan mikroemulsi yang terpenetrasi berturut-turut adalah 15,68 ± 1,17 % dan 8,80 ± 0,12 %. Selain itu juga dilakukan uji stabilitas fisik meliputi cycling test, uji sentrifugasi dan pengamatan pada penyimpanan selama 8 minggu pada suhu kamar (28° ± 2°C), suhu rendah (4° ± 2°C) dan suhu tinggi (40° ± 2°C). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sediaan mikroemulsi memiliki stabilitas fisik yang lebih baik daripada sediaan emulsi.

Diclofenac sodium is a drug that can irritate the gastrointestinal tract and has first pass metabolisme, to overcome this problem, diclofenac sodium was made in transdermal dosage form. In the present study was formulated two kinds of transdermal dosage form in order to compare the differences in the total cumulative penetration of diclofenac sodium, i.e. emulsion and microemulsion using Virgin Coconut Oil as Oil Phase. Penetration ability through skin was examined by in-vitro Franz diffusion cell test using Sprague-Dawley rat abdomen skin. Total cumulative amount of diclofenac sodium penetrated from emulsion and microemusion were 911,00 ± 3,67 μg/cm2 and 445,41 ± 6,14 μg/cm2, respectively. Flux of diclofenac sodium from emulsion and microemulsion were 107,42 ± 1,25 μg/cm2.jam and 49,29 ± 0,63 μg/cm2.jam, respectively. The cumulative percentage of diclofenac sodium penetrated from emulsion and microemulsion were 15,68 ± 1,17 % and 8,80 ± 0,12 %, respectively. On the other hand, stability test including cycling test, centrifugation test and eight weeks storage at room temperature (28° ± 2°C), low temperature (4° ± 2°C) and high temperature (40° ± 2°C) was also done. The results showed that the microemulsion was more physically stable than emulsion.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S43302
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Agetha Lautania Harsono
"Minyak zaitun merupakan minyak yang termasuk ke dalam asam lemak rantai sedang (medium-chain triglycerides (MCT)). Minyak ini dapat digunakan untuk pembuatan mikroemulsi dan menghasilkan mikroemulsi yang lebih jernih, lebih stabil, dan ukuran partikel lebih kecil jika dibandingkan dengan asam lemak rantai panjang (long-chain triglyserides (LCT)). Tujuan dari ulasan ini adalah untuk melihat potensi minyak zaitun yang digunakan sebagai pembawa mikroemulsi dalam penghantaran obat transdermal. Terdapat data perbandingan evaluasi minyak zaitun terhadap beberapa minyak nabati lainnya dalam pembuatan mikroemulsi. Dari data tersebut minyak zaitun memiliki kelarutan yang lebih tinggi dibanding minyak yang lain, serta penetrasi dari mikroemulsi yang mengandung minyak zaitun lebih efektif untuk penghantaran obat secara transdermal.

Olive oil is the oil that belongs to the medium-chain triglycerides (MCT). The oil can be used to make microemulsions and produce more transparent microemulsions, more stable and smaller particle size than long-chain triglycerides (LCT). The purpose of this review is to see the potential of olive oil as a microemulsion carrier in transdermal drug delivery. There was a comparative data evaluation of olive oil to several other vegetable oils in making microemulsions. From those data, olive oil has a higher solubility than other oils, and the penetration of microemulsions which contain olive oil is more effective for transdermal drug delivery."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cynthya Esra Wihelmina
"Minyak kencur mengandung senyawa etil p-metoksisinamat yang memiliki kemiripan struktur dengan senyawa UV filter organik. Minyak kencur diformulasikan menjadi nanoemulsi dengan konsentrasi berbeda, yaitu 5%, 11,14%, 15,08%, 18,61%, dan dibuat juga nanoemulsi mengandung oktil metoksisinamat 7% sebagai pembanding. Penelitian ini bertujuan untuk membuat nanoemulsi yang jernih, menguji stabilitas fisiknya, dan menentukan nilai SPF dari nanoemulsi tersebut. Uji stabilitas fisik dilakukan dengan penyimpanan pada suhu kamar (28±2°C), suhu tinggi (40±2°C), suhu rendah (5°C), uji cycling test, dan uji sentrifugasi. Parameter yang diamati adalah organoleptis, pH, viskositas, dan tegangan permukaan. Efektivitas nanoemulsi ditentukan melalui perhitungan nilai SPF (Sun Protection Factor) secara in vitro menggunakan spektrofotometer UVVis. Dari hasil pembuatan diperoleh nanoemulsi mengandung minyak kencur yang jernih, tidak terjadi pemisahan fase, dan homogen secara fisik. Hasil uji stabilitas fisik menunjukkan kelima nanoemulsi stabil pada penyimpanan suhu kamar dan suhu rendah. Nilai SPF menunjukkan bahwa nanoemulsi minyak kencur memenuhi persyaratan sebagai tabir surya dengan memberikan nilai SPF sebesar 3-24.

The volatile oil of Kaempferia galanga L. contains ethyl p-methoxycinnamate which has structural similarity with organic UV filter compound. The volatile oil is formulated into nanoemulsions in various concentrations, which are 5%, 11.14%, 15.08%, 18.61%, and nanoemulsion which contains 7% of octyl methoxycinnamate was also made as comparison. This research was designed to create the clear nanoemulsions, examine their physical stability, and determine the SPF value from the nanoemulsions. Physical stability test was conducted by store at room temperature (28±2°C), high temperature (40±2°C), low temperature (5°C), cycling test, and centrifugation test. Parameters that being observed are organoleptic, pH, viscosity, and surface tension. The effectiveness of nanoemulsions were determined through Sun Protection Factor (SPF) value which in vitro using UV-Vis spectrophotometer. From the manufacture result obtained the clear nanoemulsions which do not occur phase separation and physically homogeneous. Physical stability test results showed that nanoemulsions are stable at room temperature and low temperature storage. The SPF value showed that the nanoemulsions meet the terms as sunscreen by giving 3-24 as SPF value."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2011
S116
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hanifia Wulandari
"CNT memiliki kecenderungan untuk beragregasi, sehingga diperlukan fungsionalisasi untuk menggunakan CNT dalam aplikasi biomedis. Minyak zaitun dan CTAB bertindak sebagai surfaktan yang dapat memodifikasi permukaan MWCNT. Proses fungsionalisasi dengan tahapan pencampuran, pendispersian pada water bath ultrasonik, penyaringan, hingga pengeringan. Karakterisasi FTIR MWCNT dengan minyak zaitun ataupun dengan CTAB menghasilkan gugus fungsional baru, yaitu C=O pada 1600 cm-1 dan O-H pada 2430 cm-1, kedua gugus tersebut merupakan gugus polar yang memiliki sifat hidrofilik.
Hasil SEM menunjukkan morfologi MWCNT + minyak zaitun yang didominasi oleh minyak zaitun, sedangkan morfologi MWCNT + CTAB terlihat adanya modifikasi permukaan MWCNT dan terpisah satu tube dengan tube lainnya. Karakterisasi EDX menghasilkan persentase berat unsur C yang terkandung pada MWCNT + minyak zaitun 100ml dan 200ml secara beruturut-turut mengalami penurunan sebesar 30,5% dan 31,09%. Namun penambahan O sebesar 84,97% dan 85,22%. Sedangkan untuk MWCNT + CTAB, terjadi penurunan C sebesar 5,37% dan O sebesar 71,31% yang dikarenakan munculnya unsur baru pada MWCNT + CTAB, yaitu Br dan N. Karakterisasi XRD menunjukkan intensitas kristalin unsur C paling tinggi berada pada MWCNT + CTAB, MWCNT murni, MWCNT + 100ml minyak zaitun, dan MWCNT + 200ml minyak zaitun secara berturut-turut. Intensitas ini berbanding lurus dengan diameter rata-rata MWCNT.

CNT has their tendency to aggregate, it could be overcome to use the functionalization of CNTs for biomedical applications. Olive oil and CTAB acts as a surfactant to modify the surface of the MWCNT. There are several stages on functionalization process, mixing, dispersing in an ultrasonic waterbath, filtration, then drying. FTIR spectrum shows MWCNT that had functionalization with olive oil or CTAB have new functional group, C=O at 1600 cm-1 and O-H at 2430 cm-1.
SEM micrographs shows morphology MWCNT + olive oil are dominated by olive oil, meanwhile morphology MWCNT + CTAB show the occurance of surface modification of MWCNT on the outer surface wall and separated from one tube to another tube. EDX shows the percentage of the C elements contained in the MWCNT + 100ml and 200ml olive oil is decreasing, 30.5% and 31.09%, respectively. But increasing O, 84.97% and 85.22%, respectively. As for MWCNT + CTAB, C and O are decreasing for 5.37% and 71.31%. This is due to the emergence of new elements from CTAB, Br and N. The results from XRD characterization are the highest intensity of crystalline C is MWCNT + CTAB, pristine MWCNT, MWCNT + 100ml, and MWCNT + 200ml olive oil.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S64975
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"ujuan dari penelitian ini untuk mendapatkan formulasi obat kumur gambir terbaik berdasarkan manfaat sebagai antibakteri dan hasil uji organoleptik. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan dua faktor dan tiga taraf, yaitu perbandingan konsentrasi sorbitol (A) dengan tiga taraf yaitu 15% (A, ), 20% (A2), dan 25% (A3), dan jenis minyak atsiri yang ditambahkan (B) dengan tiga taraf yaitu peppermint (B, ), peppermint + cengkeh (B2), dan cengkeh (B3). Parameter penentuan formulasi obat kumur gambir terbaik berdasarkan sifat fisikokimia yang meliputi pH dan viskositas serta hasil uji organoleptik yang meliputi warna, viskositas, aroma, rasa, sensasi di mulut, dan penampakan umum. Sebagai kontrol digunakan obat kumur komersial dengan produk sejenis yang bermerek. Hasil penelitian pengendapan dengan lama waktu larutan dasar gambir selama 5 hari (H-5) dengan aktivitas antibakteri sebesar 52,42%. Formulasi obat kumur gambir memiliki nilai pH sebesar 5,71-5,98, sedangkan pH kontrol sebesar 6,01 . Viskositas formulasi obat kumur gambir sebesar 1,27-1,82 cP, sedangkan viskositas kontrol sebesar 1,07 cP. Formulasi obat kumur gambir dan kontrol memiliki total mikroba yang sama, yaitu 0 koloni/ml. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa variasi konsentrasi sorbitol dan jenis minyak yang digunakan berpengaruh nyata terhadap viskositas, namun tidak berpengaruh nyata terhadap nilai pH. Hasil pembobotan berdasarkan pada hasil analisa uji pH, uji viskositas, total mikroba, dan organoleptik, menunjukkan bahwa formulasi obat kumur gambir terbaik adalah formulasi A3B1, (sorbitol 25%, peppermint)."
JDPI 23:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sara Ayu Sekarini
"Kaolin merupakan mineral alam yang melimpah keberadaannya di
Indonesia dan memiliki kandungan SiO2 dan Al2O3 tertentu yang dapat
digunakan sebagai bahan dasar pembentukkan material lain, seperti zeolit X.
Zeolit X merupakan material aluminosilikat berongga yang memiliki rasio Si/Al
yang rendah(1-1,5) dan banyak digunakan sebagai katalis dalam berbagai
proses industri. Dalam penelitian ini dilakukan sintesis zeolit X dengan
proses hidrotermal pada suhu 900C selama 72 jam dari bahan dasar kaolin
dengan komposisi gel yaitu: 3,83 Na2O : 1,17 K2O : Al2O3 : 2,97 SiO2 : 118
H2O yang divariasikan rasio Si/Al-nya, yakni Si/Al=1,33 dan 1. Zeolit X
tersebut diaplikasikan sebagai katalis dalam reaksi O-metilasi fenol dan
metanol menjadi anisol. Reaksi yang terjadi divariasikan menurut waktu
(6,10,14,18, dan 24 jam) dan %berat katalis (5%,10% ,15%, dan 25% berat
reaktan). Hasil reaksi kemudian dianalisa menggunakan kromatografi gas
dan ditentukan %yield anisol, %konversi fenol, dan %selektifitas katalis.
Kondisi optimum yang tercapai adalah waktu 10 jam dan berat katalis 15%
berat reaktan dengan menggunakan zeolit X (Si/Al=1,33) dimana %konversi
fenol = 85,4%; %yield anisol = 84,6%; dan %selektifitas = 99,1%. Reaksi Ometilasi
juga dilakukan pada minyak jambu mete sebagai sumber fenol
dengan metanol. Hasil reaksi kemudian diekstrak menggunakan etil asetat
dan heksana kemudian diambil fasa organiknya dan dianalisa menggunakan FTIR. Didapati bahwa terbentuk puncak pada daerah 2869 cm-1 yang
menunjukkan –OCH3."
Depok: [Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, ], 2009
S30516
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 2007
S32584
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>