Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 106978 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Elsa Feryani
"Cinnamon (Cinnamomum zeylanicum Nees), fenugreek seed (Trigonella foenum-graecum Linn), bitter melon (Momordica charantia Linn) were traditional herbal medicines that have been used empirically to cure diabetes mellitus and chromium (Cr) has a function in glucose metabolism so these component were combined in one herbal medicine formula called “FAD” to get an optimal therapeutic effect. This reasearch was carried out to prove the antidiabetic effect of “FAD”. The experiment was conducted with alloxan induced method using albino rats of Sprague Dawley 200 until 220 g weight, which were divided into six groups, every group consisted of ten rats. Alloxan induced method was used by giving alloxan 18 mg/ 200 g bw intravenously to five groups, while one group as a normal group. “FAD” was given by orally with dose variation 216,07 mg/200 g bw, 432,14 mg/200 g bw dan 864,28 mg/200 g bw. Glybenclamide was used as standard with dose 1,8 mg/200 g bw, whereas a normal group and an induced group were given by CMC solution (Carboxy Methyl Cellulosa) 0,5%. O-toluidin method was used to measure glucose blood level using spectrophotometer UV-Vis with wavelength 633 nm. The result showed that “FAD” with dose 216,07 mg/200 g bw, 432,14 mg/200 g bw and 864,28 mg/200 g bw could decrease glucose blood level. "FAD" herbal medicine with dose 432,14 mg/200 g bw has a 9 better effect in decreasing glucose blood level than 216,07 mg/200 g bw, 864,28 mg/200 g bw and also than glybenclamide 1,8 mg/ 200 g bw.

Kayu manis (Cinnamomum zeylanicum Nees), biji klabet (Trigonella foenum-graecum Linn), pare (Momordica charantia Linn) merupakan tanaman yang secara empiris digunakan untuk mengobati diabetes mellitus dan kromium (Cr) juga memiliki peranan dalam metabolisme glukosa sehingga bahan-bahan ini dikombinasikan dalam satu sediaan obat herbal untuk mencapai efek terapi yang optimal. Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan khasiat antidiabetes obat herbal "FAD". Pengujian dilakukan dengan metode uji aloksan terhadap tikus putih jantan galur Sprague Dawley dengan berat 200 sampai 220 g yang dibagi dalam enam kelompok perlakuan, masing-masing kelompok berjumlah sepuluh ekor tikus. Lima kelompok perlakuan dibuat menjadi diabetes dengan memberikan aloksan 18 mg/ 200 g bb secara intravena, sedangkan satu kelompok perlakuan sebagai kontrol normal. Obat herbal “FAD” diberikan secara oral dengan variasi dosis 216,07 mg/200 g bb, 432,14 mg/200 g bb dan 864,28 mg/200 g bb. Sebagai standar pembanding digunakan glibenklamid dengan dosis 1,8 mg/200 g bb, sedangkan kelompok normal dan kelompok induksi diberikan larutan CMC (Carboxy Methyl Cellulosa) 0,5%. Metode o-toluidin digunakan dalam pengukuran kadar glukosa darah dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 633 nm. Hasil pengujian obat herbal "FAD" menunjukkan bahwa dosis 216,07 mg/200 g bb, 432,14 mg/200 g bb dan 864,28 mg/200 g 7 bb memberikan efek penurunan kadar glukosa darah. Obat herbal "FAD" dosis 432,14 mg/200 g bb memiliki efek yang lebih baik dalam penurunan kadar glukosa darah dibandingkan dengan dosis 216,07 mg/200 g bb, 864,28 mg/200 g bw maupun glibenklamid 1,8 mg/200 g bw."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2008
S32920
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Setiayanti
"Obat herbal "FAD" sebagai salah satu produk obat tradisional yang memiliki indikasi sebagai antidiabetes perlu diuji khasiatnya secara ilmiah untuk membuktikan efektifitasnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan obat herbal "FAD" dalam menurunkan kadar glukosa darah tikus putih jantan yang dibebani glukosa. Penelitian ini dilakukan dengan rancangan acak lengkap menggunakan 30 ekor tikus putih jantan galur Sprague-Dawley yang terbagi dalam 5 kelompok. Larutan uji diberikan secara oral dengan variasi dosis, yaitu dosis 1 (216,1 mg/200 g bb tikus), dosis 2 (432,2 mg / 200g bb tikus), dan dosis 3 (864,4 mg/200 g bb tikus), sebagai kontrol pembanding digunakan suspensi metformin hidroklorida dalam CMC 0,5% 270 mg/200 g bb tikus sedangkan kontrol normal dan kontrol perlakuan diberikan suspensi CMC 0,5%. Satu jam setelah perlakuan, masing-masing tikus diberikan glukosa kecuali kontrol normal sebesar 375 mg/200g bb tikus per oral. Darah diambil pada menit ke 0, 60, 90, 120, 150 dan 180 dihitung saat setelah perlakuan. Kadar glukosa darah ditetapkan dengan metode otoluidin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa obat herbal "FAD" dosis 864,4 mg/200 g bb tikus dapat menurunkan kadar glukosa darah pada tikus putih jantan yang dibebani glukosa.

Herbal medicine "FAD" is one of traditional medicine which has indication as antidiabetic agent need to find its effectiveness. This research was carried out to investigate reduction of blood glucose level by herbal medicine "FAD" on glucose-induced male rats. This study was conducted by employing a complete random design, using 30 male Sprague-Dawley rats which divided into 5 groups. The test solution was given by orally with variant of dose of 216,1, 432,2, 864,4 mg/200 g body weight of rat, as compared control is used metformin hidroklorida suspension in 0,5% CMC with dose of 270 mg/200 g body weight of rat, while normal control and treatment control were given 0,5% CMC suspension. One hour later, each rat was given glucose with dose 375 mg/200 g body weight of rat orally. Blood was collected at 0, 60, 90, 120, 150 and 180 minutes. Glucose blood level was determined by otoluidin method. The result of the research shows that herbal medicine "FAD" with dose 864,4 mg/200 g body weight of rat can reduce blood glucose level on glucose-induced male rats."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2008
S32769
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Fredi Alvianto
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S32779
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vita Aprilia
"The "FAD" is one of herbal medicine that can be used for diabetes mellitus. Because It will be used for long term repeated administration, so the "FAD" must be assessed especially for liver and renal function.
The purpose of this study is to know the acute toxicity effect of the "FAD" before used by people through determining LD50, alanine aminotransferase (ALT) and aspartate aminotransferase (AST) plasma activities; and the level of urea and creatinine plasma of mice.
This study used the Deutshe Yoken mices (25 male and 25 female) as an experimental animal. Each sex divided into five groups and each groups consist of five mices. Group I, II, III, and IV were given "FAD" with 0,813; 2,033; 5,083; and 12,708 g/kgbw dosage as a study group, while group V was given 0,5% CMC orally as a control group. Twentyfour hours after administration the test solution, the number of the mice died was counted, and there were none of the mice died so the LD50 value cannot be determined. One way varian analysis of ALT and AST plasma activities; and the level of urea and creatine plasma was done at 24 hours and 14 days after the test solution was given (=0,05) showed that there was no significant differences between study groups and control group.
The result was indicated that given "FAD" with maximum concentration of 12,708 g/kgbw did not have significant effect on the liver and renal function through parameter ALT and AST plasma activities; and the level of urea and creatinine plasma.

Obat herbal "FAD" adalah salah satu obat herbal yang memiliki khasiat sebagai antidiabetes. Oleh karena penggunaannya akan berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama maka perlu diketahui pengaruhnya terhadap fungsi hati dan ginjal.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji efek toksisitas akut obat herbal antidiabetes "FAD" terhadap fungsi hati dan ginjal dengan parameter nilai LD50, aktivitas Alanin Aminotransferase (ALT) dan Aspartat Aminotransferase (AST), serta kadar urea dan kreatinin plasma pada mencit putih jantan dan betina.
Pada penelitian digunakan 50 ekor mencit putih galur DDY (Deutshe Yoken) yaitu 25 ekor mencit jantan dan 25 ekor mencit betina. Masing-masing jenis kelamin dibagi menjadi 5 kelompok yang terdiri dari 5 mencit di setiap kelompoknya. Kelompok I, II, III, IV adalah kelompok perlakuan yang diberikan sediaan uji dengan dosis berturut-turut adalah 0,813; 2,033; 5,083; dan 12,708 g/kgbb. Kelompok V adalah kelompok kontrol yang diberikan larutan CMC 0,5%. Pengamatan jumlah kematian hewan uji dilakukan pada 24 jam setelah pemberian larutan uji dan didapatkan bahwa tidak ada hewan uji yang mati sehingga nilai LD50 tidak dapat ditentukan.
Hasil uji statistik ANOVA satu arah (=0,05) terhadap hasil pengukuran aktivitas ALT dan AST, serta kadar urea dan kreatinin setelah 24 jam dan 14 hari dari perlakuan menunjukkan tidak terjadi perbedaan secara bermakna baik antar kelompok maupun dengan kelompok kontrol.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa sediaan uji obat herbal "FAD" dengan konsentrasi maksimum 12,708 g/kgbb tidak mempengaruhi fungsi hati dan ginjal mencit putih jantan dan betina dengan parameter aktivitas ALT dan AST, serta kadar urea dan kreatinin plasma."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;, 2008
S32996
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Inggit Arti Sari
"Biji jinten hitam (Nigella sativa Linn) dan kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa Linn) telah digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai obat tradisional yang dapat menurunkan kadar glukosa darah dalam tubuh. Penelitian ini dilakukan untuk menguji toksisitas akut serta untuk mengetahui efek penurunan kadar glukosa darah dari campuran kedua bahan alam tersebut yang dibuat dalam bentuk ekstrak. Uji toksisitas akut dilakukan terhadap 8 kelompok perlakuan yaitu 4 kelompok mencit jantan dan 4 kelompok mencit betina, masing-masing terdiri atas 6 ekor mencit. Dosis yang digunakan adalah campuran 2,5159 g ekstrak biji jinten hitam dan 2,4387 g ekstrak kelopak bunga rosella sebagai dosis 4. Untuk dosis 3, dosis 2 dan dosis 1 merupakan pengenceran 2 kali, 4 kali dan 8 kali dari dosis 4. Uji khasiat dilakukan menggunakan 6 kelompok perlakuan masing-masing terdiri atas 4 ekor tikus putih jantan. Induksi diabetes dilakukan dengan memberikan aloksan secara intravena dengan dosis 18 mg/200g bb kepada 5 kelompok sedangkan 1 kelompok tidak diinduksi sebagai kontrol normal. Dosis bahan uji yang digunakan adalah campuran dari 113,4 mg ekstrak biji jinten hitam dan 204,156 mg ekstrak kelopak bunga rosella sebagai dosis 1. Untuk dosis 2 dan dosis 3 merupakan kelipatan 2 kali dan 4 kali dari dosis 1. Sebagai pembanding digunakan glibenklamid 0,3% dan untuk kelompok normal serta kelompok normal perlakuan diberikan CMC 0,5%. Pengukuran kadar glukosa darah dilakukan dengan metode o-toluidin menggunakan spektrofotometer ultraviolet dan sinar tampak pada panjang gelombang 633 nm. Hasil pengujian menunjukkan bahwa campuran ekstrak biji jinten hitam dan ekstrak kelopak bunga rosella aman untuk dikonsumsi serta mampu menurunkan kadar glukosa darah dan dosis yang paling optimal dalam menurunkan kadar glukosa darah adalah dosis 2.

Black seed (Nigella sativa Linn) and calyx of roselle (Hibiscus sabdariffa Linn) has been used by people in Indonesia as traditional medicine which can be reduce the level of glucose blood on the body. This research has been carried out to measure of acute toxicity and for known the effect of glucose blood from the mixed of the natural material which made in extract. The experiment of acute toxicity was done on 8 different treatment consisted of 4 groups for male mice and 4 groups for female mice, which for each group consisted of 6 mice. The mixed doses was 2,5159 g black seed extract and 2,4387 g calyx roselle extract for dose 4. For dose 3, dose 2 and dose 1 was thinning 2 times, 4 times and 8 times from dose 4. The glucose blood test was made in 6 different treatment which was each group consisted of 4 male white rats. The induced of diabetic was done by given the alloxan which dose 18 mg/200 g bw intravenously for 5 different class while for the other one have not been induced for the normal control. The mixed doses was 113,4 mg black seed extract and 204,156 mg calyx roselle extract for dose 1. For dose 2 and dose 3 was the multiple 2 times and 4 times from dose 1. Glibenclamid 0,3% was respectively used as standart and CMC 0,5% was used as normal control and treatment control. Measurement of the glucose blood level that used o-toluidine methode was done by spectrophotometry UV-Vis at wavelength of maximum absorption 633 nm. The result of the research shows that the mixed of black seed extract and calyx roselle extract was secure to consumed and can reduce glucose blood level and then the optimal dose which can reduse the blood glucose was dose 2."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2008
S32922
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Fatma Nuraini
Depok: Universitas Indonesia, 2001
S32405
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Eva Eka Prasetyawati
"Acalypha indica Linn telah digunakan secara luas di masyarakat dalam pengobatan tradisional untuk menurunkan kadar asam urat dalam darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan khasiat rebusan akar, daun dan herba tanaman A.indica Linn dalam menurunkan kadar asam urat dalam darah tikus putih jantan yang diinduksi kafeina. Tikus dibagi menjadi 6 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 5 tikus, yaitu kelompok kontrol normal yang diberikan larutan CMC 0,5% dan 5 kelompok lainnya diinduksi dengan kafeina untuk meningkatkan kadar asam urat dalam darah tikus. Bahan uji diberikan secara oral dengan dosis 5,4 gram/200 gram bb. Alopurinol digunakan sebagai kontrol pembanding. Pengukuran kadar asam urat dengan metode enzimatik dilakukan secara spektrofotometri pada panjang gelombang 520nm.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa ketiga macam rebusan dapat menurunkan kadar asam urat mulai hari ketiga sampai kesembilan. Rebusan daun A.indica Linn. memiliki efek menurunkan kadar paling kecil dan rebusan herba memiliki efek menurunkan kadar asam urat paling besar pada dosis yang sama.

Acalypha indica Linn has been widely used in traditional remedy to decreasing uric acid in the blood. The aim of the research was to identify the differences effect of decoction of roots, leaves and herbs of A.indica Linn to decrease uric acid in rats induced by caffeine. The rats were divided into 6 groups, each consisted of 5 rats.i.e normal control received 0,5% carboxymethyl cellulose solution orally. The others five group induced with caffeine was given orally to increase uric acid in the blood of rats. The decoction was given orally with the same dose of 5,4 gram/200 gram weight. Allopurinol was used as standard. The uric acid measurement was executed using enzymatic method spectrophotometrically at 520nm wavelength.
The results showed that the three of decoction decrease uric acid on the blood from the days three until days nine. Decoction of leaves given the low effect to decrease uric acid and the decoction of herb given the highest effect to decrease uric acid in the blood of rats."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2005
S32822
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Yusrina Agustina
"Obat herbal telah lama digunakan oleh masyarakat Indonesia dan secara empiris terbukti berkhasiat untuk pengobatan berbagai penyakit. Pengujian keamanan obat herbal sangat penting dan pada penelitian ini akan di uji toksisitas akut dari obat herbal 'FAD'. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh nilai LD50, mengetahui gambaran histologi ginjal dan hati serta pengaruh obat herbal 'FAD' terhadap hematologi.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan menggunakan 50 ekor mencit putih masing-masing 25 ekor mencit jantan dan betina yang dibagi dalam lima kelompok perlakuan. Kelompok I diberi dosis uji 813,3 mg/kg bb, kelompok II diberi dosis uji 2033,3 mg/kg bb, kelompok III diberi dosis uji 5083,2 mg/kg bb, kelompok IV diberi dosis uji 12.708 mg/kg bb, dan kelompok V merupakan kelompok kontrol yang diberi larutan CMC 0,5%. Pengamatan jumlah kematian dilakukan 24 jam setelah pemberian larutan uji dan didapati bahwa tidak ada hewan uji yang mati sehingga nilai LD50 tidak dapat ditentukan.
Pada pemeriksaan hematologi penghitungan jumlah eritrosit, leukosit, trombosit dan hemoglobin, pada 24 jam dan 14 hari setelah perlakuan secara statistik (one way ANAVA) tidak menunjukkan perbedaan secara bermakna antar kelompok perlakuan maupun dengan kelompok kontrol (C = 0,05). Demikian pula pada pemeriksaan histologi ginjal dan hati 14 hari setelah perlakuan secara statistik (one way ANAVA) tidak menunjukkan perbedaan secara bermakna antara kelompok perlakuan maupun dengan kelompok kontrol (C = 0,05).
Hasil ini menunjukkan bahwa pemberian obat herbal 'FAD' secara oral pada dosis 813,3 mg/kg bb - 12.708 mg/kg bb tidak menimbulkan kematian, tidak berpengaruh terhadap histologi ginjal dan hati serta tidak mempengaruhi hematologi.

Herbal medicine was being used for a long time by Indonesian people and empirically proven for many disease treatment. Toxicity study of herbal medicine is very important and in this research will be studied about acute toxicity testing of 'FAD' herbal medicine. The aim of this research was to observe toxic effect of 'FAD' herbal medicine, LD50 value, find out the effect of 'FAD' herbal medicine to kidney and liver histology, also to hematology. The research uses 50 white mice each male and female consisting of 25 and divided into 5 groups.
Design of this research is Complete Random Design. Group I, II, III, IV are given dosage of 'FAD' herbal medicine with 813,3 mg/kg bw, 2033,3 mg/kg bw, 5083,2 mg/kg bw, 12.708 mg/kg bw. While group V are given CMC 0,5% as control group. Number of death observation were done in 24 hours after giving 'FAD' herbal medicine and eventually there are none the mice death so LD50 value can not be established.
Hematology investigation of erythrocyte, leucocyte, thrombocyte and haemoglobin count, in 24 hours and 14 days after experiment, based on statistic test (one way ANAVA) there is no significant difference between experiment and control group (C = 0,05). Kidney and liver histology investigation in 14 days after experiment, based on statistic test (one way ANAVA) also showing no significant difference between experiment and control group (C = 0,05).
The results indicate the usage "FAD" herbal medicine with oral administered at dosage 813,3 mg/kg bb - 12.708 mg/kg bb did not cause death in mice, did not influence kidney and liver histology, also did not influence mice hematology.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
T-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>