Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 171124 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Universitas Indonesia, 1986
S33262
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lindayanti
"ABSTRAK
Sektor pertanian pada waktu ini masih memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat Jambi. Selain pertanian rakyat, perkebunan juga merupakan usaha yang penting, khususnya perkebunan rakyat: kopi, lada, cengkeh, karet, kelapa, tebu, tembakau, dan teh. Pada waktu ini di antara berbagai tananan keras ini, yang terbanyak dihasilkan oleh Jambi adalah karet.
Luas perkebunan karet rakyat di Jambi pada tahun 1990 adalah 476.859 Ha dengan produksi sebanyak 209.447 ton. Menurut Sensus Pertanian tahun 1983 jumlah petani karet di Jambi adalah 84.495 orang, sedangkan jumlah seluruh petani di Indonesia adalah 881.908 orang.
Selain di Jambi terdapat perkebunan karet rakyat juga di beberapa daerah lain, seperti Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Tengah.
Pada waktu ini karet masih merupakan produk ekspor yang penting bagi propinsi Jambi. Tulisan ini akan mengka,ji proses masuknya karet ke Jambi, sampai men jadi tanaman. rakyat, dan proses perkembangan perkebunan karet rakyat di Jambi selama masa kolonial Belanda.
Perkebunan karet pada dasarnya dapat digolongkan dalam dua kategori, yang dibedakan menurut modal yang ditanamkan, sistem pembayaran kepada penyadap dan pelaksanaan administrasi perkebunan, yaitu perkebunan besar dan perkebunan rakyat. Di Jambi semasa jaman kolonial Belanda hanya terdapat tiga perkebunan besar, yaitu Batanghari, Pondok Meja dan Sungei Bluru, sedangkan jumlah perkebunan rakyat adalah besar sekali.
Dalam suatu proses yang panjang perkembangan perkebunan karet rakyat dari tahun 1906 sampai berakhimya kekuasaan pernerintah Belanda pada tahun 1942, karet merupakan satu faktor yang berhasil meningkatkan ekonomi masyarakat Jambi. Oleh karena itu masa karet dikenal oleh penduduk setempat sebagai masa hujan emas (istilah hujan emas juga dikenal di daerah Palembang). Permasalahan yang dikaji dalam tulisan ini adalah bagaimana pengaruh perkebunan karet rakyat terhadap perekonornian masyarakat Jambi.
Tulisan mengenai perkebunan karat rakyat di Jambi sebenarnya sudah pernah dilakukan bersama dengan pembahasan kebun karet rakyat di Palembang oleh A.H.P. Clemens dalam skripsinya 'De Bevolkingsrubbercultuur in Djambi en Palembang Tijdens het Interbellum' (Perkebunan Karet Rakyat.di. Jambi dan Palembang Di Antara Dua Perang Dunia). Clemens membandingkan perkebunan karet rakyat di Jambi dan Palembang dengan perkebunan karet milik orang Eropa dan juga mengkaji bagaimana produsen karet pribumi menanggapai perkembangan harga karet di pasaran dunia dan terhadap peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah Hindia Belanda mengenai masalah yang berkenaan dengan karet rakyat.
"
1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Butarbutar, Russel
"PT. Indo Sawita Group merupala!n salah satu perusahaan yang merencanakan untuk membangun sebuah perkebunan yang terintegrasi dengan industri pengolahan kelapa sawitnya. Adapun kegiatan pembangunan yang direncanakan adalah perkebunan seluas 10.000 Ha dengan pembukaan lahan bertahap dimulai dengan 3.000 Ha, 3.000 Ha, dan 4.000 Ha. Tesis ini secara khusus difokuskan untuk menganalisis kelayakan business plan pembangunan perkebunan kelapa sawit. Oleh karena itu analisis yang akan dilakukan akan tebih menekankan pada aspek telmis, aspek sumber daya manusia, aspek lingkungan, dan aspek finansial.
Dari analisis teknis, teknik budidaya mempengaruhi produksi TBS yang tentunya mempengaruhi pendapatan perusahaan. Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk operasional perkebunan kelapa sawit : cara dan teknik penanaman sawit dilapangan, keterlambatan pemindahan bibit di pembibitan yang berakibat pada hasil panen tahun ke-1 dan 2, keterlambatan penanaman bibit di lapangan, kekurangan air dan pengelolaan air yang kurang baik, aplikasi pemupukan sawit, kesalahan pemupukan di lapangan, pengendalian hama tikus dan sejenisnya, jadwal pemanenan sawit .
Dari aspek sumber daya manusia, peranan sumber daya manusia sangat diperlukan dalam peleksanaan operasional perusahaan ini, karena bisnis ini merupakan bisnis padat karya dan padat modal. Untuk itu diperlukan sistem dan manajer yang dapat mengatur dan mengorganisasikan kekuatan sumber daya manusia perusahaan untuk menunjang keberhasilan dan pencapaian target kerja dilapangan sehingga efisiensi kerja dapat tereapai
Dari aspek finansial pabrik dapat dikatakan layak dilihat NPV sebesar 155,764,968 (NPV tebih besar dari 0), IRR 27% diatas discount rate (lebih besar dari 17 ,32%) dan payback period 7,48 tahun (90 bulan). Jadi proyek ini sangat menjanjikan atau memiliki prospek tinggi untuk dileksanakan karena memberikan waktu pengembalian investasi yang relalif lebih cepat dibandingkan dengan investasi di sektor ril asset seperti investasi jalan tol yang rnta-rata memberikan waktu pengemhalian Jebih lama ( diatas 20 tahun) .
Secara keseluruhan dari berhagai aspek yang ditinjau dapat dikatakan baltwa perkebunan kelapa sawit ini layak untuk diimplementasikan.

PT. Indo Sawita Group is one of tire comparry plan to develop a palm plantation integrated with palm all refinery. As for activity of development the planned is plantation for the width of 10.000 Ha with opening of from in phases started with 3.000 Ha, 3.000 Ha. and 4.000 Ha. This thesis peculiarly focussed to analyse feasibility of business plan to development of palm plantation. Therefore analysis to be done will be more emphasize at tire technical aspect, human resource aspect, environmental aspect, and financial aspect.
From technical analysis, conducting technique influence tire prodoction TBS which it is of couse influence earnings of company. Is things required to paid attention for tire operational of palm plantation : cultivation technique and way to plant a palm in tire field. delay of evacuation of seed in tire field causing a decreasing production in tire first year first and second year, delay of cultivation of seed in field, water insuffierwy and management of unfavourable water. fertilisation application, mistake of fertilization in field, operation of mouse pest and a kind of it and palm cropping schedule .
From human resource aspect role of human resource is very needed in execution of this comporry operational, because this business is high labour and capital intensive business. It's needed a system and manager which able to arrange and organization strength of human resource to support efficiency and attainment of goals.
From finansial aspect, we can say feasible to develop it because NPV equal to 155,764,968 ( NPV bigger than 0), IRR 27% (bigger than discount rate, 17,32%) and payback period 7, 48 year ( 90 months). Become this project very promise or have tire high prospect is achieved because giving the time return of the invesment is quicker relative compared to the invesment in ril asset sector like a turnpike invesment which give the longer return time (more than 20 year).
As a whale from various evaluated aspect can be said that palm plantation is competent for implementation
"
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T 25366
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ermanto Fahamsyah
"Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum normatif yaitu mengacu kepada norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundangundangan dan keputusan pengadilan. Penelitian kepustakaan tersebut dilanjutkan dengan penelitian lapangan melalui wawancara dan peninjauan ke dua desa di Lebak, Banten. Yang menjadi permasalahan dalam disertasi ini adalah apakah perjanjian-perjanjian dalam Pola Perusahaan Inti Rakyat Perkebunan di Lebak, Banten adil bagi petani peserta? Apakah Pola Perusahaan Inti Rakyat Perkebunan dapat membawa kesejahteraan yang kontinu kepada petani peserta di Lebak, Banten? Faktor-faktor apakah yang menyebabkan Pola Perusahaan Inti Rakyat Perkebunan di Lebak, Banten akhirnya tidak berhasil? Usaha-usaha apakah yang perlu dilakukan agar Pola Perusahaan Inti Rakyat Perkebunan membawa keuntungan baik untuk perusahaan inti maupun petani peserta di Lebak, Banten? PIR Perkebunan dilaksanakan untuk membangun petani perkebunan yang sejahtera dan mandiri melalui peningkatan pendapatan dan taraf hidup. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan melalui mekanisme yang telah diatur dalam peraturan perundang-undangan dan perjanjian. Pola PIR Perkebunan dalam pelaksanaannya mengalami hambatan-hambatan atau kesulitan-kesulitan. Di samping ada PIR Perkebunan yang berhasil, tetapi ada pula yang mengalami kegagalan. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa perjanjian dalam Pola PIR Perkebunan yaitu perjanjian pembelian-pembayaran hasil panen dan kredit petani peserta dibuat dalam bentuk standar dengan tujuan untuk memperhatikan asas keseimbangan, tetapi dalam pelaksanaannya tidak selalu tercapai. Perjanjian mengenai pengelolaan kebun dan kredit petani peserta dibuat dalam bentuk perjanjian standar dan isinya belum sepenuhnya adil bagi petani peserta. Sementara perjanjian kredit dibuat dalam bentuk standar, tetapi dalam perjanjian tidak ditemukan unsur-unsur yang memberatkan petani peserta. Selanjutnya Perjanjian Produksi dan Jual Beli buah kelapa sawit semula dibuat untuk memberikan keuntungan bagi perusahaan inti dan petani peserta, tetapi perjanjian tersebut belum sepenuhnya adil bagi petani peserta. PIR Perkebunan akhirnya tidak dapat membawa kesejahteraan yang kontinu kepada petani peserta di Lebak yang ditunjukkan dengan rendahnya tingkat pendapatan petani peserta dan beberapa mengalihkan tanah perkebunan. Pola PIR Perkebunan yang mempunyai tujuan mulia ternyata gagal membawa kesejahteraan kepada petani peserta di Lebak karena tidak berjalannya mekanisme dalam Pola PIR Perkebunan. Usahausaha yang perlu dilakukan agar PIR Perkebunan dapat membawa keuntungan bagi perusahaan inti dan petani peserta di Lebak diantaranya harus dilakukan perbaikan tugas dan peran perusahaan inti serta petani peserta, kelembagaan petani peserta harus dibentuk dan diperkuat, serta kemitraan antara perusahaan inti dan petani peserta harus diperbaiki.

This research utilizes the legal normative research methodology which is based on legal norms within regulations and courts decision. In addition to that, library research is complemented by field research through interviews and observation to the two villages in The Regency of Lebak, Banten Province. Specifically, the main research questions for this research are whether the agreements within The Nucleus Estate Smallholder Plantations are impartial for its farmer members? Other questions that will be evaluated are whether The Nucleus Estate Smallholder Plantations could bring continuous social prosperity for its farmers in Lebak, Banten? Moreover, which factors are influencing the failures of The Nucleus Estate Smallholder Plantations in Lebak, Banten? More importantly, what efforts need to be made so that The Nucleus Estate Smallholder Plantations could be beneficial for its own good and also the its farmers in Lebak, Banten? Nucleus Estate Smallholder Plantations are designed to create a prosperous and self-sufficient farmers through increasing their wages and living conditions. These objectives are pursued through the establishment of a mechanism which are managed through existing regulations and agreement. During its implementation, the pattern of Nucleus Estate Smallholder Plantations encountered obstacles and difficulties whereas in spite of several successful NES Plantations, there are also those that failed. The result of this research has shown that the agreements within The Nucleus Estate Smallholder Plantations namely, the agreement on the buying-payment of harvest results and farmers credit are made with equality in concept but it failed to achieve its intended goals during its implementation. In addition to that, the agreement on the management of plantations and farmers credit are made in the form of standard agreements in which its contents does not serve the interest of the farmers. At the same time, the credit agreements are created in the standard forms but it is not found to have a negative impact on the farmers. Furthermore, the agreement on production and selling of palm oil are originally designed to benefit for the nucleus estate and its farmers, but as this research has shown it has not created a fair and just impact for its farmers. As a result, The Nucleus Estate Smallholder Plantations could not create continuous social prosperity for the farmers in Lebak as shown by the low income of the farmers and several plantation lands issues. The noble goal of The Nucleus Estate Smallholder Plantations in the end has not been beneficial on the farmers in Lebak due to the failed mechanism within The Nucleus Estate Smallholder Plantations. Therefore, efforts need to be made so that The Nucleus Estate Smallholder Plantations could create a positive output for the nucleus estate and the farmers in Lebak, these reforms can be made in the form of improving the scope of task and roles of nucleus estate and its farmer?s members, the strengthening of the farmer?s institutions and improving the partnership model between nucleus estate and its farmer?s members in the future."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2013
D1421
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuspirah
"Penelitian ini menelaah perubahan pekerjaan produktif perempuan, dari bersawah dan menenun songket ke menyadap karet dan bersawah, serta pekerjaan produktif laki-laki, dari pandai besi di rantau menjadi penyadap karet di desa. Perubahan pekerjaan itu disebabkan oleh Proyek Pengembangan Perkebunan Karet Rakyat (Proyek PPKR). Penelitian ini mengungkap dampak perubahan itu pada perempuan: manfaat dan mudaratnya. Penelitian kualitatif berperspektif perempuan ini telah mengumpulkan data primer melalui observasi serta wawancara mendalam dengan tujuh betas subjek, delapan suami subjek, lima tokoh masyarakat, dan tiga pengelola Proyek PPKR.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kehadiran Proyek PPKR kurang bermanfaat bagi perempuan. Meski demikian, Proyek itu menyebabkan suami menetap di desa sehingga dapat membantu istrinya dalam melakukan beberapa tahapan penanaman padi sawah. Perempuan terdiskriminasi sejak dari pendaitaran peserta Proyek hingga mengikuti kursus yang diselenggarakan oleh Proyek. Padahal, perempuan memiliki potensi yang sama dengan laki-laki, yaitu berusia produktif dan pandai baca tulis. Meskipun perempuan banyak terlibat dalam tahapan kegiatan pembuatan kebun karet dan penyadapan karet, mereka tersubordinasi, artinya sekadar sebagai pekerja keluarga. Bila sebagai penenun songket perempuan memiliki otonomi terhadap uang dari hasil kerjanya, sebagai penyadap karet perempuan kehilangan otonominya. Baik sebelum maupun setelah ada Proyek PPKR, perempuan bertanggung jawab atas pekerjaan reproduktif Sementara itu, perempuan juga disibukkan oleh kegiatan sosial di desa. Hal ini disebabkan oleh pembagian kerja secara seksual yang jelas antara laki-laki. Dan perempuan. Akibatnya, perempuan harus memikul beban yang multi. Oleh karena itu, disarankan agar basil penelitian ini dijadikan masukan bagi perencana pembangunan, khususnya di bidang perkebunan dalam membuat peraturan dan pedoman yang adil jender; bagi lembaga penelitian, baik negeri maupun swasta dalam memberikan pelatihan sensilivitas jender bagi pelaksana Proyek, Penyuluh Pertanian Lapangan, dan tokoh masyarakat, dan dalam mensosialisasikan kesetaraan jender dalam masyarakat; dan bagi para peneliti agar dapat melakukan penelitian mengenai dampak lain dari kehadiran Proyek PPKR pada perempuan.

The focus of the study is on the changing of productive activities of women, From rice cultivation and `songket' weaving, to latex incision and rice farming; and the productive activities of men, from migrated steel laborer to latex plantation laborer - due to the Development of Latex Plantation Project. The study inteded to reveal the implication of the changes to the lives of women.The research used qualitative methods Focused on women's perspective. Obsevation and in-depth interviews were conducted to seventeen women, eight men (the husbands), five informallformal leaders, and three staff of the project.
It was revealed while the project enable the men to stay in the village, the changing activities did not benefit women. Before the project, women were very active in economic lives, and had their autonomy over their earnings. But after the presence of the project, women were discriminated against from the beginning of the project: in registration as participant of the project, and to have access to courses. Women were very active in the whole process of planation activities, but subordinated only as family woker. They did not earn as individuals, and did not have autonomy over the earnings anymore. Because of the gender ideology embedded both in cultural as well as social structure, women always had their multiple burdens. Before the project, women had their triple-role: reproductive, productive, and community managing -and duringthe project they still have to he responsible for the triple-role. From its result it-is suggested to development planner and decisionmaker, precisely to those in charge for planation project, to compose explicit-written gudelines to prohibit discrimination against women in planation. It is also suggested for those related to the field to conduct gender sensitivity and gender equality Craning to the women and men farmers, for them to be able to develop new ways of working and relating.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2001
T 10261
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Supian
"Perkebunan karet muncul dan berkembang di daerah Subang di sebabkan oleh empat faktor. Pertama, adanya kesamaan suhu atau iklim antara Brazil sebagi negeri asal tanaman karet dengan Indonesia, terutama daerah Subang. Kedua, bersamaanan dengan dimulainya perkebunan karet Hevea Brasiliensis di Subang dan beberapa tempat di Indonesia, terutama sekitar ta_hun 1880-an muncul penyakit daun kopi dan tanaman tebu, ser_ta jatuhnya harga gula yang pada tahun 1877 mencapai f.19 sepikul menjadi 13.5 sepikul pada. tahun 1883, harga kopi pun jatuh antara tahun 1877 dengan tahun 1883 dari tadinya f.60 sepikul menjadi f.30 - 35 sepikul. Sementara gula dan kopi menjadi komoditi utama. di Subang dan beberapa daerah di se_kitarnya, sehingga penanaman pohon karet ditingkatkan. Tam_bahan pula dengan berkembangnya industri di Eropa dan Ameri_ka Serikat, makas permintaan karet di pasaran dunia meningka t. Ketiga, munculnya industri khususnya industri ban mobil yang juga menentukan, dan hasil perkebunan k aret Subang diarahkan kepada permintaan pabrik ban Amerika Serikat. Keempat, tersedianya sarana penunjang berupa jalan, pelabuhan Pamanukan, serta sarana angkutan seperti kereta api dan lori."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1992
S12616
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agustin Winarni
"Agarwood producing plant (Aquilaria microcarpa Baill.) is one of the Non Timber Forest Products (NTFP) that high value. However, its population had strongly decreased due to overexploitation. The objective of this study was to know the population of A. microcarpa. This study was conducted from October-December 2010. This research used sampling technique by mean of making quadrate transect were laid by systematic. Result of this study were as follows; there were poles and sapling stage at Hutan Kota Gunung Kembang (HKGK) and tree, poles and sapling stage at HKGK. Poles stage of A. microcarpa at HKGK was important value index (IVI) 16,18% and sapling stage IVI 20,58%. However, tree stages of A. microcarpa at Hutan Karet was 102,75%; pole stage 20,05% and sapling stage 8,85% respectively. A positive correlation was found between DBH and height. Pole density was 35 trees/ha and sapling stage was 320 trees/ha at HKGK. Tree was 67 trees/ha; pole 17 trees/ha, and sapling 67 trees/ha at Hutan Karet. The population density of A. microcarpa at HKGK more higher than Hutan Karet."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
T29530
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Isri Wulandari
"Rubber dan Koelie mengisahkan kehidupan para pekerja di perkebunan karet di daerah Sumatra Timur. Para pekerja tersebut tidak hanya berasal dari dalam negeri, tetapi juga dari luar negri. Rubber berkisah tentang kehidupan para pekerja Barat yang berasal dari Eropa dan Amerika. Mereka dikenal dengan sebutan planter atau pekebun. Para pekebun memiliki jabatan yang berbeda. Jabatan terendah adalah asisten, kemudian manajer, disusul inspektur dan yang tertinggi adalah manajer utama. Beberapa pekebun mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan kehidupan di perkebunan. Resiko terberat yang dihadapi asisten adalah pembunuhan asisten oleh kuli. Koelie bercerita tentang kehidupan para pekerja non-Barat yaitu orang pribumi (Jawa dan Sunda) dan orang-orang Cina. Mereka bekerja sebagai kerani, mandor kepala, mandor, centeng dan kuli. Para pekerja pribumi sangat membenci pekerja Cina, karena taraf hidup pekerja Cina lebih baik dibanding para pekerja pribumi. Akibat yang fatal adalah terjadinya pembunuhan terhadap para pekerja Cina. Pembunuhan yang terjadi baik pada pekerja Barat maupun pekerja Cina merupakan indikasi bahwa hubungan antara pekebun dan kuli Berta hubungan antar sesama kuli tidak harmonis."
Depok: Universitas Indonesia, 1993
S15924
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Redi Rahmat
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1992
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Nanik Ambar Suharyanti
"Salah satu tantangan yang dihadapi Indonesia dalam target pencapaian ISPO yaitu perkebunan kelapa sawit yang telah tertanam di lahan gambut, baik untuk perkebunan swasta maupun perkebunan rakyat. Beberapa permasalahan diantaranya terkait produktivitas, lingkungan, ekonomi dan sosial. Riset ini bertujuan untuk membangun model perkebunan kelapa sawit berkelanjutan dan membuat sintesis perbaikan. Metode riset adalah analisis statistik dynamic multivariate regression, analisis keekonomian (NPV dan IRR) serta pemodelan system dynamics. Hasil riset pada perkebunan kelapa sawit swasta, urutan variabel yang paling berpengaruh yaitu OER CPO, kerapatan tanam, TMAT dan pemupukan. Untuk perkebunan kelapa sawit rakyat, urutan variabel teknis yang berpengaruh adalah kebakaran, periode panen, pemupukan dan umur tanaman. Kesimpulan riset menyatakan, model pengelolaan perkebunan kelapa sawit swasta dibangun dengan intervensi skenario optimis yaitu peningkatan persentase OER CPO 20%, kerapatan tanam 15%, pemupukan 15% dan TMAT 100%. Untuk perkebunan kelapa sawit rakyat, kunci utamanya adalah kebakaran dan kelembagaan agar dapat mencapai target keberlanjutan.

One of the challenges faced by Indonesia in achieving the ISPO target is oil palm plantations existing planted on peatlands, both for private plantations and smallholder. Some of these problems are related to productivity, environment, economy, and social. This study aims to build a model of sustainable oil palm plantations and synthesize improvements. The research methods used are dynamic multivariate regression statistical analysis, economic analysis (NPV and IRR), and system dynamics modeling. The research results on private oil palm plantations, the order of the most influential variables are OER CPO, planting density, groundwater level, and fertilization. For smallholder, the technical variables influence fire, harvest time, fertilization, and plant age. The study's conclusion stated that the private oil palm plantation model was built with an optimistic scenario intervention, namely an increase in the percentage of OER CPO 20%, planting density 15%, fertilization 15%, and groundwater level 100%. For smallholder, the key is fire and institutions to achieve sustainability targets."
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>