Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 140618 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Universitas Indonesia, 1990
S28004
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Togi Elyazeer
"ABSTRAK
Penggunaan ferrocene sebagai sumber karbon dan katalis pada sintesis CNT menghasilkan jumlah pengotor yang tinggi. Ferrocene memiliki rasio besi-karbon (Fe/C) sebesar 46,5%. Penambahan sumber karbon kamper pada ferrocene akan memperoleh rasio Fe/C yang optimal sehingga mampu menurunkan jumlah pengotor pada produk. Metode yang dipakai adalah Floating Catalyst Chemical Vapour Deposition (FC-CVD) dengan sistem double furnace. Substrat yang dipakai adalah stainless steel 316 tipe gauze. Penentuan jumlah substrat dilakukan untuk memperoleh yield terbesar. Dua buah substrat pada sintesis menghasilkan yield terbesar yaitu 0,824 gram dari 4 gram prekursor kamper 100% (20,6%). Fe/C pada sintesis CNT divariasikan 0%, 6,8%, dan 46,5% untuk memperoleh hasil CNT dengan kualitas dan kuantitas terbaik. Rasio Fe/C 6,8% memiliki kualitas terbaik dan kuantitas tertinggi. Hasil karakterisasi SEM, EDS, dan TEM menunjukkan bahwa CNT pada variasi rasio Fe/C 6,8% memiliki diameter luar CNT sebesar 20-40 nm, persentase massa karbon sebesar 86,64%. Yield pada rasio ini sebesar 1,608 gram dari 4 gram prekursor (40,2%).

ABSTRACT
The use of ferrocene as a carbon source and catalyst in CNT synthesis results in a high amount of impurity. Ferrocene has iron-carbon (Fe/C) ratio of 46,5%. This study use camphor as additional carbon source may obtain an optimal Fe/C ratio, thus reducing the amout of impurity on product. The method used is Floating Catalyst Chemical Vapor Deposition (FC-CVD) with double furnace system. The substrate used is stainless steel 316 gauze-type. Determining number of substrat is done to get highest yield. Synthesis with two substrates produces the highest yield of 0,824 gram from 4 gram of 100% camphor as precursor (20,6%). The variation of Fe/C that will be done is 0%, 6,8%, and 46,5%. It is dicovered that Fe/C ratio of 6,8% has best quality and highest yield. The haracterization result of SEM, EDS, and TEM shows that CNT has outer diameter of 20-40 nm, mass percentage 86,64%. The yield at this ratio is 1,608 gram from 4 gram precursor (40,2%)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Samuel Raja
"Lapisan Zinc oxide dideposisikan diatas substrat silikon (Si) dan Indium Tin Oxide (ITO) menggunakan metode spin-coating. Prekursor yang dipilih adalah Zinc Acetate Dihydrate yang dilarutkan dalam 3 jenis pelarut yang berbeda-beda yaitu etilen glikol, aqua bides, dan aqua bides - etilen glikol. Setelah pendeposisian pada 2000 rpm selama 20 detik, lapisan diberi perlakuan panas yaitu drying pada 100°C dan suhu annealing pada temperature 500°C untuk membentuk 5 lapis ZnO dari setiap sampel.
Hasil dari pengujian X-Ray diffraction (XRD) dari sampel lapisan dengan 3 jenis larutan yang berbeda menunjukkan hasil struktur kristal yang sama yaitu heksagonal dengan parameter kisi yang berbeda-beda untuk setiap jenis pelarut dengan parameter kisi a=b≠c, namun berbeda nilai parameter untuk setiap pelarut berbeda. Sifat optis diinvestigasi dengan Uv-visible diffuse reflectance, dan energi band gap didapatkan. Hasil dari scanning electron microscopy (SEM) menginvestigasi morfologi lapisan dari pelarut yang berbeda. Sintesis dengan berbeda-beda pelarut menunjukkan pengaruh pada struktur dan sifat optis dari lapisan ZnO.

Zinc oxide Films were deposited on the substrate Silicon (Si) and Indium Tin Oxide (ITO) with a spin-coating method. Preferred precursor was Zinc Acetate Dihydrate dissolved in three different solvents ethylene glycol, aqua bidest, and aqua bidest - ethylene glycol. After deposited at 2000 rpm for 20 seconds, the films were dried at 100°C and annealed at 500°C in furnace for five layers each samples.
Results of X-ray diffraction (XRD) of 3 solvents showed the same crystal structure which was hexagonal, with lattice parameters a = b ≠ c were different for each solvent. Optical properties was investigated with Uv-visible diffuse reflectance, and so the band gap energy was achieved The results of scanning electron microscopy (SEM) investigated the morphology thin films of
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S62321
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Batubara, Ninda Hardina
"Lantanum-Metal Organic Frameworks (La-MOFs) dengan logam lantanum (III) dan ligan 2,6-naftalendikarboksilat telah berhasil disintesis melalui metode solvotermal. Dari optimasi suhu dan perbandingan komposisi pelarut diperoleh La-MOFs suhu 1200 C dengan pelarut DMF : Air (5:1) mL diperoleh yield terbesar 90%. Hidrogen sebagai salah satu pengganti bahan bakar fosil dapat diperoleh dari hasil fotokatalisis. La-MOFs memiliki area permukaan yang besar, jumlah situs aktif yang banyak serta energi pita celah yang dapat disesuaikan dengan mengatur ligan organik dan pusat logamnya agar dapat digunakan sebagai fotokatalis penghasil hidrogen. La-MOFs sebagai cromophores organik melalui efek ligan antena menyerap cahaya untuk menghasilkan hole dan elektron yang selanjutnya mentransfer muatan untuk menginduksi reaksi fotoredoks pada fotokatalisis.
La-MOFs dikarakterisasi dengan spektroskopi FTIR, adanya vibrasi C-O pada bilangan gelombang 1362 cm-1 dan 1401 cm-1 menunjukkan adanya ikatan koordinasi antara O dari karbonil dengan kation La (III) dan pada 1700 cm-1 gugus karboksil pada ligan karboksilat berhasil terdeprotonasi yang mengindikasikan telah terbentuknya La-MOFs. Pengukuran nilai energi band gap melalui UV VIS-DRS diperoleh sebesar 3,1 eV untuk La-MOFs 1200 C.
Hasil karakterisasi CV dari La-MOFs menunjukkan potensial reduksi sebesar -2,53 V vs NHE. Mapping SEM-EDX La-MOFs menunjukkan bentuk seperti batang (rod) dengan panjang sekitar 35 µm yang memiliki persebaran merata dari tiap atom penyusunnya yaitu La dan O. BET La-MOFs menunjukkan luas permukaan area 197.088 m2/g pada pH 9. La-MOFs 0,05 g menunjukkan hidrogen yang terproduksi paling banyak, yaitu 31,54 µmol selama 4 jam dan La-MOFs dengan deposit Ag 1% w/w sebanyak 37,52 µmol selama 4 jam.

Lanthanum-Metal Organic Frameworks (La-MOFs) based on Lanthanum (III) with 2,6 -napthalenedicarboxylic Acid ligands have been successfully synthesized through the solvothermal method. Based on the optimization of temperature and solvent show the La-MOFs with a temperature of 1200 and DMF : Water (5:1) mL obtained the best yield 90%. Hidrogen as a substitute for fossil fuels can be obtained from the results of photocatalysis. La-MOFs which have an ultra-large surface area, a large number of active sites and band gap energy can be adjusted by adjustic organic ligand and metal centers as an organic cromophores and through ligand effect of the antenna can serve to harvest light to produce photogenerated charge carriers for subsequent photoredox as photocatalysts.
La-MOFs were characterized by FTIR spectroscopy, the vibration of C-O at wave numbers 1362 and 1401 cm-1 indicates the existence of a coordination bond between of carbonyl and La (III). Wave numbers at 1700 cm-1 shows carboxyl group in the carboxylic ligand successfully deprotonated indicating La-MOFs. The measurements of the band gap energy through UV-VIS DRS was obtained at 3,1 eV for La-MOFs 1200 C. Cyclic Voltammetry from La-MOFs has a reduction potential of -2,53 V.
Mapping SEM-EDX La-MOFs shows a rod-like shape with a length of about 35 µm which has an even distribution of each of its constituent atoms La, O, and C. BET shows the surface area is 197.088 m2/g at pH 9. GC-TCD La-MOFs 0,05 g shows the most produced hidrogen which is 31,54 µmol for 4 hours and La-MOFs Ag (1%) is 37,52 µmol.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
T52459
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gerry Resmi Liyana
"Nanorods ZnO telah menarik minat banyak peneliti karena memiliki karakteristik unik yang berpotensi untuk diaplikasikan pada berbagai divais seperti light-emitting diode (LED), dye-sensitized solar cells (DSSC), dan field-effect transistor. Pengaturan parameter-parameter sintesis untuk mendapatkan karakteristik nanorods ZnO yang sesuai dengan aplikasi-aplikasi strategis tersebut telah dilakukan oleh banyak peneliti. Namun, belum banyak penelitian yang berkaitan dengan karakteristik nanorods ZnO yang sesuai untuk aplikasi pemanasan transparan yang menggabungkan performa panas dan transparansi optik yang tinggi. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki pengaruh variasi waktu pertumbuhan dan temperatur larutan bibit pada sifat optik dan elektrotermal lapisan tipis nanorods ZnO untuk aplikasi pemanas transparan. Untuk keperluan investigasi, larutan bibit disiapkan pada suhu 0, 30, dan 60 ℃ selama 1 jam dengan menggunakan seng nitrat tetrahidrat dan hexamethylenetetramine sebagai prekursor. Lapisan bibit tersebut kemudian diteteskan ke atas substrat kaca ITO dan didiamkan selama 10 menit. Selanjutnya, kaca ITO yang telah ditetesi larutan bibit tersebut diputar menggunakan spin coater dengan kecepatan 2000 rpm selama 20 detik lalu dianil pada temperatur 200℃ selama 5 menit. Setelah proses spin coating, lapisan nanorods ZnO ditumbuhkan menggunakan metode chemical bath deposition (CBD) pada suhu 90 ℃ dengan variasi waktu pertumbuhan yang berbeda (3, 4, dan 5 jam). Sampel yang telah disintesis dikarakterisasi menggunakan X-Ray Diffractometer (XRD), scanning electron microscope (SEM), ultraviolet-visible (UV-Vis) spectrophotometry. Untuk melihat hubungan antara struktur dan morfologi sampel dengan karakterisik optik dan elektrotermalnya, resistivitas listrik diukur menggunakan four-point probe dan performa panas menggunakan termokopel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja pemanas transparan optimal yang menggabungkan transmitansi tinggi dan resistivitas rendah ditemukan dalam sampel yang disiapkan dengan temperatur larutan bibit 30°C dan waktu pertumbuhan 3 jam dengan resistivitas sekitar 0,882×10−4 ohm.cm dan transmitansi sebesar 60,01%. Selain itu, nanorods ZnO dengan waktu pertumbuhan yang lebih lama, kristalinitas yang lebih baik, cakupan substrat yang baik dengan ukuran diameter yang seragam menunjukkan suhu keadaan tunak (steady-state temperature) dan laju pemanasan/pendinginan yang tinggi. Namun, transparansi optiknya menurun secara bertahap dengan pertambahan waktu tumbuh yang diduga sebagai konsekuensi dari peningkatan cakupan nanorods ZnO pada substrat

ZnO nanorods have been attracting much interest of researchers owing to their unique properties and extensive potential for various applications including light-emitting diode, dye-sensitized solar cells, and field-effect transistor. Controlling synthesis parameters to obtain the desired characteristics of ZnO nanorods for those strategic applications has been done by many investigators. However, there has not been much research related to the suitable characteristics of ZnO nanorods required for a transparent heating application combining high thermal performance and optical transparency. Therefore, this study was aimed at investigating the effect of different growth time and seeds solution temperature on the optical and electrothermal properties of ZnO nanorods thin films. For investigation purposes, the seed solutions were initially prepared at the temperature of 0, 30, and 60℃ for 1 hour by using zinc nitrate tetrahydrate and hexamethylenetetramine as precursors. The ZnO seed layers were subsequently deposited onto ITO glass substrates by spin coating technique before the chemical bath deposition (CBD) growth at temperature of 90℃ for three different growth times (3, 4, and 5 hours). The synthesized ZnO nanorods were characterized by field-emission scanning electron microscopy, x-ray diffraction, and ultraviolet-visible spectrophotometry. To investigate the relationship between the structural and morphological characteristics of the synthesized ZnO nanorods with its electrothermal properties, we measured electrical resistivity using the Four Point Probe and heat performance using thermocouples. The results showed that optimum transparent heater performance combining high transmittance and low resistivity was found in samples prepared with seeds solution temperature of 30°C and growth time of 3 hours with resistivity of 0.882×10−4 ohm.cm and transmittance of 60.01%. In addition, the films for longer growth time with better crystallinity, good substrate coverage, and uniformity in their size exhibited a higher steady-state temperature with higher heating/cooling rate. However, its optical transparency decreased gradually with the prolongation of the growth time, which was expected as a consequence of the increase in ZnO nanorods coverage on the substrates."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T55098
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arda Yogatama
"Material multi lapisan Barium Titanat (BaTiO3)/Barium Zirconium Titanat (BaZrTiO3) berhasil ditumbuhkan pada substrat silikon (Si). Lapisan tersebut disintesis dengan metode Chemical Solution Deposition yang diikuti dengan Spin Coating. Dalam sintesis lapisan BTO/BZT tersebut dilakukan variasi siklus heat treatment pada proses penambahan lapisan. Lapisan dikarakterisasi dengan XRD dan SEM guna melihat mikrostruktur serta morfologi yang terbentuk. Parameter sintesis lapisan didapatkan pada lapisan BTO/BZT dengan kecepatan putar 3000 rpm dengan proses pemanasan (1 Siklus). Terjadi peningkatan crystallite size yang sebanding dengan peningkatan kristalinitas pada lapisan dengan proses pemanasan (1Siklus). Crystallite size yang didapatkan kisaran diameter 42-48 nm.

A multilayered material Barium Titanate (BaTiO3)/Barium Zirconium Titanate (BaZrTiO3) has been successfully grown on a silicon substrate. The aforementioned layer was synthesized employing the Chemical Solution Deposition method and Spin Coating method. Temperature cycle variation was conducted within the synthesis process of the layer addition process. The layer was characterized using XRD and SEM in order to observe the microstructure and the morphology of the newly added layer. Layer formation of BTO has been optimized at 3000 rpm in one temperature cycle. There was a proportional increase of crystallite size in respect to the increase in the crystalinity of the layer within one temperature cycle. Crystallite size obtained ranges from 42-48nm in diameter."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S62055
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fayza Yulia Citra
"Menurunkan emisi dan konsentrasi gas rumah kaca menjadi perhatian utama untuk mengatasi masalah pemanasan global. Salah satu metode untuk mengurangi emisi  adalah dengan mengimplementasikan penangkapan dan penyimpanan gas karbondioksida (CCS). Selain mengembangkan teknologi CCS, investigasi pada material yang memiliki kinerja pemisahan gas yang tinggi dan biaya rendah juga telah dilakukan secara mendalam. Material kristal berpori yang baru, metal-organic framework (MOF), yang terdiri dari ion logam dan ligan organik dalam beberapa tahun terakhir sebagai jenis adsorben yang menjanjikan telah muncul. MIL-101 Cr, salah satu jenis MOF, telah menarik banyak perhatian peneliti untuk mengembangkan kinerja adsorpsi . Kami telah mensintesis dan melakukan fungsionalisasi ligan asam 1,4-benzenedicarboxylic (BDC) menjadi 2,6-naphtalenedicarboxylic acid (NDC) dalam kerangka organik logam MIL-101 (MOF) untuk gas adsorpsi karbondioksida. Sintesis dilakukan melalui metode reaksi hidrotermal tanpa menggunakan pelarut fluorin. Propertis pori material seperti struktur, morfologi, stabilitas termal, dan fungsi kimia dari MIL-101 BDC dan MIL-101 NDC diukur dengan adsorpsi/desorpsi , X-ray difraksi (XRD), scanning electron microscope (SEM), analisis termogravimetri (TGA), dan analisis Fourier transform infrared spectroscopy (FTIR). Serapan volumetrik dari  diukur dalam suhu 300-338 K dan tekanan hingga 10 bar. Hasilnya menunjukkan bahwa MIL-101 BDC menyerap lebih banyak dibandingkan dengan MIL-101 NDC. Penyerapan maxium dari adsorpsi  terdapat pada kondisi suhu ruang 300 ºK dan tekanan pada 10 bar.

Lowering emissions and the concentration of greenhouse gasses become the major concern to overcome the global warming issue. One method to reduce emissions is to implement the carbon capture and storage (CCS). In addition to developing the CCS technology, the investigations on materials that have high gas separation performance and low costs are also widely executed. A new type of crystalline porous material, metal-organic framework (MOF), which consists of metal ions and organic ligands in recent years as a promising type of adsorbent has emerged. MIL-101 Cr, one type of MOF, has attracted a lot of attention among researchers to develop the performance of  adsorption. We have designed the functionalization ligand of 1,4-benzenedicarboxylic acid (BDC) to 2,6-naphtalenedicarboxylic acid (NDC) in MIL-101 metal organic framework (MOF) untuk adsorpsi gas karbondioksida. The synthesis is carried out via fluorine free hydrothermal reaction method. The porous properties, structure, morphology, thermal stability, and chemical functionalities of MIL-101 BDC dan MIL-101 NDC were measured by adsorption/desorption , X-ray diffraction (XRD), scanning electron microscope (SEM), thermogravimetric analysis (TGA), dan Fourier transform infrared spectroscopy (FTIR) analysis. The volumetric uptakes of were experimentally measured in the temperature 300-338 ºK and pressure up to 10 bar. The result show that the MIL-101 BDC adsorbs more as compared with MIL-101 NDC. The maxium uptakes of adsorption is in the condition of room temperature and pressure at 10 bar."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T51905
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nababan, Binsar
"Telah dirancang dan dibuat sistem penumbuhan semikonduktor yang telah digunakan dalam penumbuhan semikonduktor lapisan tipis Cadmium Telleruide (CdTe). Sistem penumbuhan yang dirancang dan yang dibuat tersebut, terdiri dari tabung tempat penu nbuhan yang dibuat dari tabung kwarsa, sedangkan kumparan pemanas dibuat dari kawat kantha tipe A dengan diameter 0,508 mm dan resistivitasnya 9,915 ohm/m Sebagai dudukan source, dopant dan substrat holder dibuat dan grafit.
Untuk menutup tabung tempat penumbuhan semikonduktor tersebut, dibuat penutup tabung dari bahan messing yang dilengkapi dengan sheel dan bahan apiezon grease yang digunakan untuk menghindari kebocoran pada persambungan antara tabung kwarsa dengan tutup tabung tersebut. Untuk mendeteksi keadaan temperatur yang terjadi dalam tabung kwarsa, pada masing masing lokasi source, dopant dan substrat holder digunakan thermocoupet tipe K. Untuk mengontrol temperatur yang terjadi dalam tabung kwarsa, digunakan alat kontrol temperatur yang diintegrasikan dengan triac, sebagai alat pembatas temperatur bila melebihi yang ditentukan sebelumnya.
Pada penumbuhan semikonduktor tersebut, menggunakan source Cadmium Tefleruide (CdTe) dan dopant Aluminium (Al) dengan kemurnian 6N, sedangkan substrat holdernya menggunakan grafit dan gelas corning. Penumbuhan semikonduktor lapis CdTe dilakukan dalam tabung kwarsa yang divakumkan dengan metoda penguapan CVD (Chemical Vapour Deposition). Penumbuhan semikonduktor lapis ini dilakukan dengan cara source maupun dopant dipanaskan sampai menguap sedangkan substrat holder dipanaskan antara 360 samai 460 C, kemudian dialirkan gas nitrogen (N2) untuk membawa uap-uap source maupun dopant ke substrat holder. Dari hasil penumbuhan yang dilakukan diperoleh semikonduktor tipe-n dan tipe-p."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sigit Sudarmaji
"ABSTRAK
Banyak proses yang telah diterapkan pada dunia industri dalam mengubah ukuran partikel, dari partikel kecil menjadi besar, antara lain dalam bentuk pelet, ekstrusi atau granular. Bentuk pelet memilih kelebihan dari bentuk ekstrusi maupun granular yaitu lebih kuat dan rapat. Tetapi dari segi adsorpsi, proses pemeletan (binder, tekanan dan kalsinasi) justru mengurangi luas permukaan dan volume mikropori yang menyebabkan pembatasan difusi sehingga kapasitas adsorpsi berkurang.
Dalam penelitian ini sebagai asorben digunakan zeolit alam Malang yang mempunyai kandungan Mordenite cukup besar. Untuk meningkatkan kemampuan adsorpsinya zeolit alam terlebih dahulu dimodifikasi dengan pertukaran kation menggunakan larutan NaCl 3M dengan perbandingan zeolit : larutan ( 1 gr : 2 ml). Larutan dan zeolit diaduk selama +/- 10 jam pada suhu ruang. Setelah dimodifikasi ZMT dipeletkan dengan menggunakan alat peliet press dengan air sebagai binder, kemudian dikalsinasi pada suhu 140 °C. Pemeletan dilakukan dengan variasi tekanan 2, 4 dan 6 ton serta variasi binder 25% dan 30% berat kering zeolit.
Pengujian kapasitas adsorpsi dilakukan dengan menggunakan alat Syngas Reaction System di Laboratorium RRK & KGA TGP-FTUI. Uji kapasitas adsorpsi dilakukan sebanyak 3 kali (2.5 sirklus) dengan menggunakan gas umpan udara pada kondisi suhu ruang. Regenerasi dilakukan dengan metode thermal swing desorprion. Dari uji kapasitas adsorpsi ternyata palet ZMT 30% mempunyai kinerja yang realtif lebih baik dibandingkan pelet ZMT 25%. Pelet ZMT 30% mempunyai kapasitas adsorpsi yang lebih baik karena dengan semakin banyaknya binder yang digunakan zat-zat pengotor yang ada dalam zeolit kemungkinan yang terbawa keluar waktu kalsinasi maupun degasing akan Iebih banyak. Daya tahan ZMT 30% juga lebih baik karena dengan komposisi binder 30% aplikasi tekanan pada waktu pembuatan pelet lebih efektif sehingga menghasilkan pelet yang lebih rapat dan kuat.
Dengan semakin besarnya tekanan yang digunakan dalam pembuatan pelet ZMT ternyata daya adsorpsinya berkurang akan tetapi pelet tersebut akan mempunyai ketahanan terhadap operasi siklus. Bila tekanan yang digunakan terlalu kecil walau mempunyai daya adsorpsi yang cukup baik akan tetapi penurunan kapasitas adsorpsinya cukup besar setelah diregenerasi. Seperti pada pelet ZMT yang dibuat dengan tekanan 2 ton kapasitas adsorpsinya pada adsorpsi-3 lebih kecil dibandingkan dengan kapasitas adsorpsi peiet ZMT yang dibuat dengan tekanan 4 ton.
Secara umum penelitian ini menghasilkan pelet zeolit yang relatif lebih baik dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya [8]. Dalam penelitian dihasilkan pelet yang mempunyai kapasitas adsorpsi terbesar adalah pelet ZMT dengan komposisi binder 30% dan tekanan pembuatan 2 ton, yang mempunyai kapasitas adsorpsi-1 sebesar 0.15899 mg H2O/gr zeolit. Hasil tersebut lebih besar jika dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya yaitu sebesar 0.105 mg H2O/gr zeolit. Untuk operasi siklus adsorpsi-regenerasi pelet ZMT dengan komposisi binder 30% dan tekanan pembuatan 6 ton, mempunyai ketahanan operasi yang lebih baik dibandingkan pelet ZMT yang lainnya.
Dalam operasi siklus adsorpsi-regenerasi 2.5 siklus pelet ZMT dengan komposisi binder 30% serta tekanan pembuatan 2 ton masih lebih baik dibanding pelet ZMT yang lainnya, hal ini bisa dilihat dari kapasitas adsorpsi terbesar dan total uap air yang diadsorp juga terbesar. Akan tetapi hasil ini bisa lain jika operasi adsorpsinya lebih lama. Sebab untuk operasi yang lama diperlukan pelet yang selain mempunyai daya adsorpsi baik juga ketahanan terhadap operasi siklus juga diperhatikan. Dengan hal ini perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai daya adsorpsi suatu zeolit untuk kondisi operasi yang berbeda."
2000
S50809
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reza Rizqi Nurhidayat
"Reaktor unggun terfluidakan memiliki transfer panas dan massa yang lebih baik dibandingkan dengan reaktor unggun tetap untuk produksi carbon canotube (CNT) pada metode chemical vapor deposition (CVD). Pada penelitian ini dilakukan uji coba reaktor unggun terfluidakan untuk produksi CNT dari Liquefied Petroleum Gas (LPG) menggunakan katalis Fe-Co-Mo/MgO dan mendapatkan pengaruh waktu reaksi, suhu reaksi, dan laju alir LPG terhadap yield, diameter, morfologi, luas permukaan, volume pori, dan kristalinitas dari CNT. Hasil CNT yang berhasil diproduksi berjenis MWCNT. Peningkatan waktu reaksi dari 30 menit menjadi 90 menit meningkatkan yield CNT dari 33,07% menjadi 38,83% (gr CNT/gr katalis (%)) tetapi diameter luar meningkat dari 14-29 nm menjadi 14-44 nm. Peningkatan suhu reaksi menyebabkan yield, diameter, kristalinitas CNT meningkat. Suhu setting sebesar 900 ⁰C (suhu real= 600-820 ⁰C) menghasilkan yield yang tertinggi sebesar 50,5% dengan diameter dalam sebesar 9-20 nm dan 18-37 nm diameter luar. Penambahan laju alir LPG dari 260 mL/menit menjadi 390 mL/menit menaikan yield dari 50,5% menjadi 82,77% dan meningkatkan diameter luar dari 18-37 nm menjadi 20-44 nm. Sedangkan, luas permukaan dan volume pori dari CNT menurun dengan meningkatnya waktu reaksi, suhu reaksi, dan laju alir LPG.

Fluidized bed reactor has better heat and mass transfer compared to fixed bed reactor for production of carbon nanotube (CNT) using chemical vapor deposition method (CVD). The aim of this research is to trial fluidized bed reactor for CNT production from Liquefied Petroleum Gas (LPG) using Fe-Co-Mo/MgO catalyst and to study the influence of reaction time, temperature, and LPG flow rate on yield, diameter, morphology, surface area, pore volume, and cristallinity of CNT. The result showed that MWCNT has been sucessfully produced. Increasing reaction time from 30 minutes to 90 minutes improved yield of CNT from 33.07% to 38.83% (gr CNT/gr catalyst (%)) and outer diameter from 14-29 nm to 14-44 nm. Improving reaction temperature increased yield, diameter, and cristallinity of CNT. The setting temperature of 900 ⁰C (real temperature = 600-820 ⁰C) produced the highest yield, i.e 50,5%, with 9-20 nm of inner diameter and 18-37 nm of outer diameter. Improving LPG flow rate from 260 mL/minutes to 390 mL/minutes increased yield from 50.50% to 82.77% and outer from 18-37 nm to 20-44 nm. Meanwhile, surface area and pore volume of CNT decreased with increasing reaction time, temperature, and LPG flow rate."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
T45707
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>