Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 213255 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gina Monita
"Diare karena rotavirus adalah masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Rotavirus grup A yang menyerang manusia adalah penyebab terbesar dari penyakit gastroenteritis akut pada anak - anak baik di negara maju maupun negara berkembang. Rotavirus saat ini menjadi subjek penelitian dan ujicoba untuk pencarian vaksin yang efektif dan aman. Penelitian dilakukan untuk menentukan prevalensi rotavirus grup A di daerah Makassar selama bulan Oktober 2005 sampai Oktober 2006. Sampel feses dengan gejala diare dikumpulkan dari pasien pediatri sebanyak 326 sampel. Sampel kemudian diuji dengan metode ELISA dan menunjukkan 26,07% positif terinfeksi rotavirus grup A. Sampel positif tersebut kemudian dianalisis lebih lanjut dengan metode RT dan nested PCR menunjukkan bahwa prevalensi terbesar dari galur rotavirus grup A di daerah Makassar adalah serotipe G4G9P[8] sebanyak 36,55 (n = 31).

Rotavirus diarrhea is a public health problem throughout the world. Group A human rotaviruses are a major cause of acute gastroenteritis in young children in both developing and developed countries. Rotaviruses are at present the subject of intense vaccine research and trials worldwide to find an effective and safety vaccine. The study was conducted to determine the prevalence of group A rotavirus in Makassar on October 2005 until October 2006. Three hundred twenty six stool samples were collected from pediatric patient with diarrhea symptoms. The samples were tested by ELISA method and resulted as 26,07% positive of group A rotavirus. The ELISA positive samples were then analyzed by RT and nested PCR method, subsequently, and result showed that the major prevalence of group A rotavirus in Makassar that is 36,55% (n = 31) were G4G9P[8] serotype."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2006
S33049
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Uut Utami
"Rotavirus grup A merupakan penyebab utama penyakit diare pada bayi dan anak balita di seluruh dunia. Metode deteksi strain rotavirus yang cepat dan sensitif adalah dengan menggunakan polymerase chain reaction (PCR). Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tingkat prevalensi infeksi rotavirus di Jakarta Utara dan menentukan hubungan data sebaran umur, jenis kelamin serta tingkat keparahan diare pasien terhadap proporsi strain rotavirus selama penelitian. Pada penelitian ini telah diperiksa 256 feses yang diambil pada bulan September 2005 sampai Januari 2006 dari anak-anak penderita diare akut di Jakarta Utara. Metode Enzyme Immunoassay (EIA) digunakan untuk skrining antigen VP6 pada feses, sebelum diteliti dengan teknik Polymerase Chain Reaction (PCR). Ada 100 sampel feses yang mengandung antigen VP6 rotavirus grup A.
Metode reverse transcription dan nested-multipleks PCR digunakan untuk mendeteksi gen VP7 (1.062 bp) dan VP4 (876 bp). Data prevalensi masing-masing serotipe P dan G dari pasien yang terinfeksi rotavirus di Jakarta Utara adalah: G1 9,3%; G2 9,3%; G3 2,1%; G9 6,2%;infeksi bersama G4 dan G9 47,4%; P[4] 12,4%; P[6] 12,4%, P[8] 32%; infeksi bersama P[6] dan P[8], 3,1%. Strain rotavirus yang paling banyak ditemukan adalah G4G9P[8] sebanyak 22,7% dan G4G9 dengan serotipe P yang tidak terdeteksi sebanyak 20,6%. Ada 8 sampel yang tidak berhasil dideteksi strainnya. Pada penelitian ini diketahui bahwa nilai tengah umur pasien strain rotavirus terdeteksi sama dengan nilai tengah umur pasien strain rotavirus tidak terdeteksi serta tidak ada perbedaan yang bermakna antara proporsi strain rotavirus terdeteksi dan strain rotavirus tidak terdeteksi berdasarkan jenis kelamin pasien dan tingkat keparahan diare pasien (p>0,05)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2006
S32544
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ace Yati Hayati
"Indonesia sebagai suatu negara yang sedang berkembang dengan keadaan lingkungan dan perilaku masyarakat yang kurang menguntungkan maka penyakit menular masih merupakan masalah dari kesehatan masyarakat. Penyakit yang mendapat prioritas untuk diadakan upaya pemberantasan adalah penyakit yang memiliki angka kesakitan dan kematian yang tinggi, terutama yang menyerang golongan anak-anak dan golongan usia produktif yang diantaranya adalah penyakit diare. Oleh karena itu dilakukannya penelitian ini untuk mengetahui faktor - faktor air bersih dan jamban yang berpengaruh terhadap kesakitan diare pada balita.
Penelitian ini menggunakan analisis data sekunder dengan pengumpulan data secara "cross-sectional" di Kabupaten Belu Prop. NTT. Desain penelitiannya adalah "case-control".
Kasus adalah rumah tangga yang ada balita sakit diare, sedangkan kontrol adalah rumah tangga yang ada balita tidak sakit diare di daerah yang sama.
Penelitian ini dilakukan pada 49 kasus dan 260 kontrol, dengan 11 variabel independen dan 1 variabel dependen, yaitu diare balita. Dari analisis regresi logistik multivariat diketahui besarnya pengaruh setiap faktor yang diteliti dengan mengendalikan semua faktor lain yang ikut mempengaruhi asosiasi tersebut.
Telah dibuktikan dengan analisis bivariat adanya faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko diare pada balita, yaitu, kuantitas air, kondisi jamban dan faktor yang secara tidak langsung mempengaruhi yaitu jumlah anggota rumah tangga dan kekayaan yang dimiliki.
Penelitian ini berrnaksud untuk mempelajari dampak penyediaan air bersih dan jamban terhadap diare balita daiam Skala terbatas di daerah pedesaan. Dari penelitian ini dapat diungkapkan bahwa hubungan antara air bersih dan kejadian diare balita merupakan "Water Washed Mechanism" disamping itu, ada kemungkinan lain yang dapat diungkapkan yaitu "Water Borne Mechanism", namun hal ini masih perlu ditegaskan dengan pemeriksaan bakteriologis air.
Dengan demikian disarankan kepada masyarakat setempat untuk mengupayakan dalam pengadaan air bersih yang mencukupi dan kualitas yang memenuhi syarat kesehatan untuk kebutuhan rumah tangga sehari-hari disamping memiliki serta memelihara sarana jamban.

Diseases which require the greatest attention are those that lead to high rates of morbidity and mortality, especially among children and people at productive age. A typical example is diarrhea.
Research is therefore needed to identify factors which influence diarrhea in children under five years of age such as water supply and excreta disposal.
This research uses secondary data from Puslitbang, Ministry of Health, and "cross sectional" data collected in Kabupaten Belu, NTT Province. It is designed as a "case control" study.
The case study involves households where child diarrhea is present and the control group consists of households in the same area where child diarrhea is not present.
The data analysis involved 49 eases of child diarrhea and 260 control samples. There were 11 independent variables and 1 dependent variable that was child diarrhea.
Logistic regression multivariate analysis was used to determine the magnitude of influence the risk factor variables on the dependent variable.
Using bivariate analysis it is shown that there are factors which can increase the diarrheal risk in children. These factors include water quality, the condition of latrines and indirect factors such as the number of household members and the level of household prosperity.
This research intends to investigate the impact of water supply and excreta disposal on child diarrhea on a village scale. From this research, it can be shown that the connection between water supply and child diarrhea is "water washed mechanism" as well. However, the latter needs to be proven by water bacteriological analysis.
It is therefore suggested that the local community provide a potable water storage capacity sufficient to meet their daily needs and that latrines are properly maintained.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
H. Mirsal Basyar
"Diare masih merupakan penyebab terbesar kesakitan dan kematian pada bayi dan anak balita di Kabupaten Pesisir Selatan Sumatera Barat dan merupakan masalah kesehatan masyarakat. Terapi rehidrasi oral dan pemberian makanan adalah teknologi tepat guna daiam menangani diare. Jika dilaksanakan sesuai anjuran dapat menurunkan angka kematian diatas 90%. Tatalaksana kasus diare akut di rumah tangga diharapkan efektif menurunkan risiko kejadian diare dengan dehidrasi berat.
Tujuan penelitian ini adalah menentukan hubungan antara tatalaksana di rumah tangga dengan kejadian dehidrasi berat. Penelitian ini dengan disain kasus kontrol dan data dikumpulkan 1 April 1998 - 31 Oktober 1999. Populasi studi adalah balita yang dirawat di rumah sakit Painan dan balita yang berobat ke puskesmas. Sampel kasus yang terkumpui adalah 47 kasus dan 47 sampel kontrol yang dipilih dengan simple random sampling (SRS)Menggunakan anaiisis regresi logistik ditemukan bahwa tatalaksana kasus diare akut di rumah tangga yang tidak sesuai anjuran Depkes RI menyebabkan kejadian diare dengan dehidrasi berat OR 3,13 (95% 1,61;12,45) kali lebih tinggi dibandingkan ibu yang melaksanakan tatalaksana kasus di rumah tangga yang sesuai anjuran Depkes RI.
Temuan penelitian ini untuk perbaikan upaya terapi rehidrasi oral dan pemberian makanan sebagai pencegahan kejadian dehidrasi berat. Upaya ini dianjurkan sebagai pendekatan yang lebih efektif. "
2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teguh Sarry Hartono
"Bakteri yang terdapat dalam usus manusia berada dalam keseimbangan dan memainkan peranan penting dalam fungsi metabolisme dan imunologi tubuh, Infeksi yang terjadi pada saluran cerna, seperti diare, dapat mengakibatkan terjadinya ketidakseimbangan pada komposisi bakteri usus tersebut. Pengetahuan mengenai profil mikroba usus pada kasus diare anak usia tertentu memiliki manfaat yang penting dalam memberikan informasi awal untuk pengembangan tata laksana kasus diare yang berkaitan dengan pengembalian keseimbangan mikroba usus.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan disain potong lintang. Feses dikumpulkan dari dua kelompok subyek penelitian, dengan diare dan tanpa diare dari anak-anak usia 2-12 tahun di Jakarta Utara. Sampel kemudian di ekstraksi dengan kit QIAmp® DNA Stool Mini untuk kemudian dilakukan deteksi dan identifikasi bakteri dengan menggunakan polymerase chain reaction / Electrospray Ionization-Mass Spectrometry. Secara keseluruhan diperoleh 80 subjek, terdiri dari 33 anak-anak yang mengalami diare (subyek diare) dan 47 anak-anak yang tidak mengalami diare (subjek non-diare). Tiga puluh dari 33 sampel dalam kelompok diare terdeteksi keberadaan bakteri. Enam dari 33 sampel memberikan hasil multiple matches, sedangkan 3 sampel lainnya tidak terdeteksi adanya bakteri.
Pada kelompok nondiare, di 28 dari 47 sampel terdeteksi adanya bakteri, hasil multiple matches pada 8 dari 47 sampel dan 13 sampel tidak terdeteksi adanya bakteri. Dalam kedua kelompok didominasi oleh Echerechia coli dan juga diikuti oleh Klebsiella pneumonia. Keragaman bakteri yang terdeteksi pada kelompok diare (12 dari 30 sampel) lebih dari pada kelompok non-diare (5 dari 28). Filum bakteri yang dideteksi pada kelompok sampel diare adalah Firmicutes (5 sampel), Proteobacteria (24), Bacteroidetes (1), dan di kelompok non diare adalah Actinobacteria (2), Proteobacteria (25), Verrucomicrobia (1). Hubungan antara enteropatogen dengan kejadian diare tidak signifikan secara statistik (p= 0,571, uji Chi-square), akan tetapi terdapat hubungan yang kuat antara risiko kejadian diare yang disebabkan oleh enteropatogen (OR = 0,724 dengan 95% CI: 0,237-2,215).
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa keragaman bakteri yang dideteksi pada kelompok diare lebih dari pada kelompok non-diare dengan adanya kesamaan dalam pola bakteri yang paling banyak terdeteksi pada kedua kelompok sampel, adanya temuan bakteri anggota filum Actinobacteria (Bifidobacterium longum) yang bersifat probiotik pada kelompok non diare dan tampaknya kemungkinan anak-anak yang positif enteropatogen pada fesesnya memiliki kecenderungan untuk mengalami diare dibandingkan dengan yang tidak.

Microbiota present in the human intestinal are diverse and play important roles in metabolism and immunology. Infection that occurs in gastrointestinal tract, may lead to an imbalance in the composition of the intestinal bacteria. Knowledge on the intestinal microbes profile in children at spesific age with and without diarrhea might shed a light in the management of diarrhea associated with intestinal microflora imbalance. The objective this study is to obtain a profile of intestinal bacteria in children at spesific age with diarrhea and non-diarrhea which may be important for initial information in management of diarrhea associated intestinal microbes imbalance.
This study was an analitical descriptive with cross sectional design. Stool samples were collected from two groups of subjects, with diarrhea and without diarrhea in children of 2-12 years old in North Jakarta. The samples were extracted using QIAamp® DNA Stool Mini Kit first followed by detection and identification using Polymerase Chain Reaction / Electrospray Ionization-Mass Spectrometry. A total 80 subjects were obtained, consisted of 33 children with diarrhea (diarrhea subjects) and 47 children without diarrhea (non-diarrheal subjects). Thirty of the 33 stool samples in diarrhea group showed the presence of one species microorganism (complete match), 6 samples resulted in multiple matches, while the other three samples did no show any bacteria.
In the non-diarrhea group, of total 47 stool samples, 28 showed the presence of single match bacteria, 8 specimens gave result of multiple matches and 13 specimens showed no detectable bacteria. In both groups Echerechia coliand Klebsiella pneumonia appeared to be dominant. The bacteria present in the diarrhea group (12 of 30 samples) were more diverse than in nondiarrheal group (5 of 28). Phyla found in diarrhea group consisted of Firmicutes (5 samples), Proteobacteria (24), Bacteroidetes (1), while in non-diarrhea group were Actinobacteria (2), Proteobacteria (25), Verrucomicrobia (1).
The conclusion is bacteria detected in diarrhea group apparently were more diverse than in nondiarrhea. There was similarity in the pattern of most detected bacteria in both sample groups, however, member of Actinobacteria (Bifidobacterium longum) where detected only in non-diarrhea group. Likely the chance of children with enteropathogen detected in the stool would have diarrhea more than children with no enteropathogen detected.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Meyta Pratiwi
"Rotavirus grup A merupakan agen penting penyebab penyakit diare dengan tingkat keparahan yang cukup tinggi pada pasien bayi dan anak-anak khususnya di negara berkembang. Rotavirus diperkirakan telah menyebabkan lebih dari 800.000 kematian per tahunnya. Tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi tersebut menjadi latar belakang yang mendorong untuk pengembangan vaksin yang efektif melalui karakterisasi molekular dari galur rotavirus yang bersikulasi. Oleh karena itu dibutuhkan metode yang spesifik, sensitif serta cepat untuk mendeteksi dan menentukan serotipe dari galur rotavirus grup A.
Pada penelitian ini, 394 sampel feses yang diperoleh selama bulan September 2005 sampai dengan Januari 2006 dari bayi dan anak-anak dengan gejala diare di Mataram diuji dengan metode Enzyme Immunoassay (EIA) dan 82 sampel menunjukkan hasil positif (20,8%). Sampel positif tersebut kemudian dianalisis lebih lanjut dengan teknik Polymerase Chain Reaction (PCR). Hasil uji tersebut menunjukkan bahwa prevalensi dari serotipe G4G9 dengan tipe P nonserotipe (33 dari 81 [40,7%]) merupakan galur rotavirus yang paling banyak ditemui di Mataram."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2006
S32542
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suharyono
"LATAR BELAKANG PENELITIAN
Penyakit diare akut atau gastroenteritis akut merupakan satu penyakit penting di Indonesia yang masih merupakan sebab utama kesakitan dan kematian anak. Fenomena ini tercermin dalam laporan rumah-rumah sakit mengenai angka kesakitan dan kematian penderita diare di Bangsal Anak yang jauh melebihi penderita penyakit lain, yaitu sebanyak masing-masing 20 - 40 % dari jumlah bayi dan anak yang dirawat dan 10 - 20 % dari jumlah penderita diare yang dirawat.
Pada tahun 1967 dirawat sebanyak 2.085 penderita diare di Bangsal Anak R S Dr. Cipto Mangunkusumo/Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta yang merupakan 37,2 % dari seluruh penderita anak (5.606) yang dirawat pada masa itu. Pada tahun 1974 dirawat sebanyak 1.233 anak dengan diare di bangsal yang sama, yaitu 27,2 % dari seluruh penderita anak (4.529) yang dirawat.
Pada Seminar Nasional Rehidrasi ke-I tahun 1974 dilaporkan tentang suatu penelitian longitudinal dan menyebutkan serangan diare dalam komunitas ialah 400 per tiap 1.000 penduduk setiap tahun dan kebanyakan (70 - 80 %) terdapat pada anak di bawah umur 5 tahun (Brotowasisto,. 1975). Banyak faktor, di antaranya kesehatan lingkungan, higene perorangan, keadaan gizi, faktor sosioekonomi, edukasi akan menentukan jumlah serangan diare ini. Walaupun hanya sebagian kasus diare akan mengalami dehidrasi, namun banyak kasus akan meninggal bila tidak dilakukan tindakan-tindakan seperlunya.
Pada tahun 1975 diperkirakan terdapatnya sebanyak 500 juta serangan diare pada anak Asia, Afrika dan Amerika Latin yang mengakibatkan 5 sampai 18 juta kematian (Rohde dan Northrup, 1976). Angka kematian kasus diare yang dirawat di rumah sakit (sebelum tahun 1974) masih sangat tinggi, yaitu di atas 15 % di pelbagai rumah sakit di Indonesia; Sutejo dkk. (1961) melaporkan kematian sebesar 20,2 %; bahkan sampai tahun 1974, sebelum diadakan Seminar Nasional Rehidrasi ke-I pada tahun 1974, angka kematian masih tinggi seperti dilaporkan oleh Taslim dkk. (1974) sebesar 26,4 %; demikian Pula angka kematian oleh sebab diare karena Kolera seperti. dilaporkan oleh Ismoediyanto dan Haroen Noerasid (1963) sebesar 46,2 %.
Pengelolaan diare akut pada bayi dan anak telah mengalami kemajuan pesat sejak ditingkatkannya pengetahuan tentang faktor-faktor yang menjadi penyulit (komplikasi) diare akut, Sejak sebelum tahun 1960 pada waktu angka kematian diare akut di Bangsal Anak RSCM/FKUI masih 60,2 %; diketahui bahwa komplikasi diare akut berupa asidosis merupakan salah satu penyebab utama kematian; maka cairan intravena yang semula terdiri dari glukosa dan NaCl 0,9 % dimodifikasi dengan menambahkan Nalaktat. Penggunaan cairan baru tersebut menyebabkan penurunan angka kematian dari 60,2 % menjadi 20,2 % (Sutejo dkk., 1961)."
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Soehardjono Sastromihardjo
"Pengelolaan diare akut pada bayi dan anak telah mengalami kemajuan pesat sejak ditingkatkannya pengetahuan tentang faktor-faktor yang menjadi penyulit (komplikasi) diare akut. Sejak sebelum tahun 1960 pada waktu angka kematian diare akut di Bangsal Anak RSCM/FKUI masih 60,2 % diketahui bahwa komplikasi diare akut berupa asidosis merupakan salah satu penyebab utama kematian, maka cairan intravena yang semula terdiri dari glukosa dan NaCl 0.9 % dimodifikasi dengan menambahkan Na-laktat. Penggunaan cairan baru tersebut menyebabkan penurunan angka kematian dari 60,2 %menjadi 20,2 %.
Pengalaman Sutejo dkk. di atas telah ntenggugah penulis untuk mempelajari lebih lanjut masalah diare akut, sehingga penanggulangannya akan lebih baik dan lebih memadai dengan hasil angka kematian dapat diturunkan. Faktor penyebab kematian berupa komplikasi lain (renjatan dan hipokalemia) dan masalah lain yang berkaitan dengan diare akut belum sepenuhnya ditanggulangi secara memadai dan menyebabkan angka kematian diare akut masih tinggi.
Masalah lain yang berkaitan dengan diare akut tersebut ialah antara lain penyakit penyerta (PEM atau malnutrisi protein energi, ensefalitis. bronkopneumonia, sepsis dan lainnya), diare akut yang melanjut dan diare akin pada penyakit bedah usus (Hirschsprung, 'Necrotizing enterocolitis, NEC' dan lainnya ). Yang cara penatalaksanaan termasuk pendekatan diagnosis dan pengobatannya adalah berbeda. Pada tahun 1980 angka kematian karena diare akut dan penyakit penderita masih tinggi. berkisar antara 14 dan 20 %.
Di komunitas, berdasarkan penelitian rumah tangga ('household study') di Indonesia pada tahun 1980 diperkirakan kematian oleh karena diare merupakan l8 % dari seluruh kematian penduduk per tahun, besarnya masalah kematian bayi disebabkan oleh diare digambarkan oleh angka-angka berikut, jumlah kematian bayi pada tahun 3980 karena diare adalah 24% dari seluruh kematian. Jumlah bayi Indonesia pada tahun 1980 adalah 35.9 x 147.500.000 = 5.295.250. Angka kematian hayi ('infant mortality rate') 1.000 di Indonesia adalah 100 per 1.000 bayi.
Diare akut pada bayi dan anak merupakan masalah karena :
(a) kematian penderita disebabkan oleh diare akut masih tinggi dan pengobatan (penanggulangan) terhadap komplikasinya berupa dehidrasi berat/renjatan dan hipokalemia belum memadai (di klinik);
(b) pengaruh daripada faktor penyakit lain seperti penyakit penyerta (PEM, penyakit bedah usus dan lainnya) pada diare akut yang akan memperberat penyakitnya dan pengobatan yang belum memadai."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1985
D381
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kamsul
"Penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan di negara berkembang adalah penyakit diare. Penyakit ini sering menimbulkan KLB dan penyebab kesakitan serta kematian pada balita. Diperkirakan di seluruh negara berkembang setiap tahun terdapat 1,3 milyar penderita dengan 3,2 juta kematian pada balita akibat diare.
Dari SKRT 1992, penyakit diare sebagai penyumbang kematian kedua pada bayi dan balita, dengan proporsi 11% kematian pada bayi dan 23% pads anak balita. Sedangkan SKRT 1995, disebutkan penyakit ini penyebab kematian ketiga pada balita yaitu sebesar 13,9%, untuk luar Jawa dan Bali penyebab kematian 16,4% pads bayi dan 20,6% pada anak balita.
Di Propinsi Sumatera Selatan Tahun 1998 tercatat angka kesakitan diare 18,38/1000 penduduk (CFR 0,003%), Tahun 1999 meningkat menjadi 21,19/1000 penduduk (CFR 0,001%) dan Tahun 2002 meningkat lagi menjadi 22,97/1000 penduduk dengan CFR 0%. Pada tahun 2000, jumlah kasus diare yang berobat ke Puskesmas di propinsi ini sebanyak 36.557 kasus, 40,8% diantaranya (14.913 kasus) adalah kasus diare pada golongan balita.
Untuk Kota Palembang, data Tahun 2002 dilaporkan kasus diare 28,7/1000 penduduk (26,4% dari jumlah kasus di Prop. Sumatera Selatan), angka tersebut juga sudah meningkat dari tahun sebelumnya (2001) yang tercatat sebesar 24,55/1000 penduduk dengan CFR 0%.
Beberapa penelitian mengatakan diare tidak terlepas dari kondisi sanitasi dasar yang tidak baik, seperti sarana air bersih, jamban dan lain-lain, disamping faktor status gizi, perilaku atau faktor lainnya. Berdasarkan data dan informasi tersebut, penulis tertarik melakukan penelitian serupa di tempat berbeda dengan tujuan ingin mengetahui hubungan sanitasi dasar yang meliputi penggunaan sarana air bersih, tingkat risiko pencemaran sarana air bersih, kondisi jamban keluarga, kondisi saluran pembuangan air limbah, kondisi tempat pembuangan sampah sementara, dan kondisi rumah dengan insiden diare pada balita di Puskesmas Wilayah Kota Palembang Tahun 2001-2003.
Dengan desain penelitian ekologi, dan unit analisis data laporan triwulan insiden diare pada balita dan sarana sanitasi dasar di 34 Puskesmas di Kota Palembang selama 3 tahun (2001-2003) serta menggunakan analisis regresi linier ganda maka disimpulkan bahwa ada hubungan bermakna antara kondisi jamban keluarga, kondisi saluran pembuangan air limbah dan kondisi rumah dengan insiden diare pada balita. Faktor paling dominan yang berhubungan dengan insiden diare pada balita adalah kondisi saluran pembuangan air limbah.
Untuk mengantisipasi insiden diare pada balita dimasa mendatang hendaknya dilakukan upaya perbaikan sarana sanitasi dasar dengan memprioritaskan pada faktor yang berhubungan secara signifikan dengan insiden diare yaitu kondisi SP.AL, rumah dan jamban keluarga yang dapat dilakukan secara bertahap melalui kegiatan proyek percontohan, pemberian dana atau material stimulan untuk perbaikan rumah dan pembuatan sarana sanitasi dasar yang memenuhi syarat.
Disisi lain guna meningkatkan pengetahuan masyarakat, perlu juga dilakukan penyuluhan kepada masyarakat melalui kegiatan di posyandu, pertemuan di kelurahan, RT atau RW serta kegiatan pemantauan rumah yang dilakukan secara berkala dalam waktu 3 bulan sekali. Disisi lain, sebaiknya perlu juga dilakukan penelitian lanjutan dengan melihat faktor-faktor lain yang berhubungan dengan insiden diare sehingga hasil penelitian yang ada akan lebih komprehensif untuk menggambarkan faktor-faktor yang mempengaruhi diare.

The Relation Between the Base Sanitation and the Diarrhea Incident on Under Kindergarten at Polyclinic in Palembang City Region of Year 2001-2003The contagious disease that is still being a health problem factor of the growth country is diarrhea disease. This disease often brings about KLB, painful and death on under kindergarten. On predict, in all of growth country every years there are 1.3 billions sufferers with 3.2 millions deaths on under kindergarten caused by diarrhea.
From SKRT 1992, the diarrhea disease is the second death contributor of baby and under kindergarten, with proportion 11% death on baby and 23% death on under kindergarten. Meanwhile, in SKRT 1995 was said that this disease is the third death agent on under kindergarten that is as big as 13.9%, for outer of Java and Bali is the death agent 16.4% on baby and 20.6% on under kindergarten.
In Province of Sumatera Selatan in year of 1998 was recorded the number of diarrhea sufferer 18.38/1000 inhabitant (CFR 0.003%), in year of 1999 was increased became 21.19/1000 inhabitant (CFR 0.001%) and year of 2002 was increased again became 22.97/1000 inhabitant with CFR 0%. In year of 2000, the amount of diarrhea cases which got medical treatment at polyclinic in this province was as many as 36,557 cases, 40.8% among of them (14,913 cases) were diarrhea cases on under kindergarten group.
In Palembang City, data of year of 2002 was reported that the diarrhea cases 28.7/1000 inhabitant (26.4% number of cases in Province of Sumatera Selatan), the number had increased from previous year (2001) which was recorded as big as 24.5511000 inhabitant with CFR 0%.
Several researches assert that diarrhea is not regardless with bad condition of the base sanitation, such as pure water supply, lavatory, and so on, besides nutrient status factor, behaviors or another factors. Based on the data and such information, I am interesting to perform similar research in different place with objective is to determine the relation of sanitation base which is consist of pure water utilizing, risk level of water supply pollution, family's lavatory, drainage of waste water, temporary dump and house condition, with diarrhea incident on under kindergarten at polyclinic in Palembang City Region of year 2001-2003.
With ecology research design, analysis unit of three-months data report of diarrhea incident on under kindergarten and base sanitation facility in 34 polyclinics in Palembang City during 3 years (2001-2003), and using double analysis of linear regression, so having a conclusion that there is significant correlation between family's lavatory condition, waste water drainage. condition and house condition with diarrhea incident on under kindergarten. The most dominant factor which has correlation with diarrhea incident on under kindergarten is waste water drainage condition.
To anticipate the diarrhea incident on under kindergarten in the future, ought to effort restoration of sanitation base facility by taking priority on factors which have significant relation with diarrhea incident, that is SPAL condition, house and family's lavatory that could do gradually through model project activities, donation, or stimulant material for house restoration and developing qualify base sanitation facility.
In another side for upgrading public knowledge, also need to take elucidation toward public through posyandu activities, confluence in kelurahan, RT or RW, and houses monitoring activity, that are performed periodically once of 3 months. Additionally, preferable that needs to do the advance research by consider another factors which have correlation with diarrhea incident, thus the available research result would more comprehensive for describing the factors which have diarrhea influence.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T13090
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiku Bakti Bawono Adisasmito
"Penyakit diare menempati urutan kelima dari 10 penyakit utama pada pasien rawat jalan di RS merupakan topik yang sering diteliti secara akademik di bidang kesehatan masyarakat. Penelitian berupa systematic review terhadap 18 penelitian akademik FKM UI yang dilakukan pada tahun 2000-2005 dengan 3884 (kisaran 65-500) subyek penelitian bertujuan untuk melihat faktor risiko diare pada bayi dan balita di Indonesia. Data yang dikumpulkan dianalisis secara univariat dan bivariat. Sebagian besar penelitian menggunakan literatur diare lama berasal dari buku, bahan dari depkes dan penelitian sebelumnya berupa skripsi dan tesis. Semua alat ukur yang digunakan dalam 18 penelitian tidak dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Faktor risiko yang sering diteliti adalah faktor lingkungan yaitu sarana air bersih dan jamban. Faktor risiko diare menurut faktor ibu yang bermakna adalah: pengetahuan, perilaku dan hygiene ibu. Faktor risiko diare menurut faktor anak: status gizi, dan pemberian ASI eksklusif. Faktor lingkungan berdasarkan sarana air bersih (SAB), yang lebih banyak diteliti adalah jenis SAB (rerata OR=3,19), risiko pencemaran SAB (rerata OR=7,89), sarana jamban (rerata OR=17,25). Berdasarkan hasil uji t ada dua variabel yang menunjukkan perbedaan yang signifikan antara skripsi dan tesis yaitu jumlah variabel independen dan jumlah referensi yang digunakan. Kesimpulan penelitian ini: faktor risiko diare yang paling banyak diteliti adalah faktor lingkungan. Kualitas penulisan akademik yang direview belum memadai.

Diarrhea Risk Factors of Infant and Children Under Five Years in Indonesia: A Systematic Review of Public Health Academic Studies. Diarrhea is one of the national public health problems most researched academically in the school of public health. This systematic review research aimed at exploring risk factors of diarrhea involved 18 academic products in the form of graduate thesis and undergraduate final academic paper of School of Public Health University of Indonesia in the year 2000-2005. The subjects (3884, ranging from 65 to 500) of these academic research products were mothers, infants, and children under age of 5. Data were analyzed univariate & bivariate. Most of the literatures used as reference in these research were old diarrhea reference books, publication from Ministry of Health and previous academic research results (i.e. thesis and final academic paper). None of the research instruments reviewed was tested its validity and its realibility. Risk factors most researched were related to environmental factor, i.e. clean water & toilet. The significant mother?s risk factors were knowledge, behaviour and hygiene. The significant children?s risk factors were nutritional status & brestfeeding. Environmental risk factors associated with access to clean water were source of clean water (average OR=3.19), risk of being contaminated (average OR=7.89), and ownership of the clean water source (average OR=17.25). By t-test, the differences between thesis and undergraduate final academic paper were number of independent variables & literature references used. Overall, the quality of academic research products is not sufficiently qualified."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>