Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 133679 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anton Bahtiar
"Minyak Tradisional X yang mengandung daun sirih, daun pegagan, jahe, lengkuas clan cengkeh merupakan salah satu obat tradisional yang thproduksi di Kawasan Tangerang, biasa dipergunakan dalam kalangan keluarga besar produsen untuk mengobati luka pasca khitan, sehingga luka tersebut menjadi cepat sembuh clan tidak mengalami infeksi. Oleh sebab itu diteliti efek dari Minyak Tradisional X dalam hal penyembuhan luka tersebut. Telah ditakukan Uji Antibakteni pada Minyak Tradisional X, minyak buatan clan infus daun sinih terhadap bakteri yang biasa terdapat pada luka. Pengambilan sampet diambil secara acak sebanyak 3 sampel dari 3 bulan produksi yaitu bulan Juni, Juli, clan Agustus 1996. Juga dilakukan analisa senyawa eugenol dengan menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis. Metode pengujian yang digunakan adalah metode dilusi penipisan lempeng agar untuk penentuan Kadar Hambat Minimal Minyak Tradisional X terhadap bakteni uji Staphylococcus aureus clan Pseudomonas aeruginosa serta pemeriksaan senyawa eugenol dengan Metode kromatog rafi Lapis Tipis. HasH penelitian menunjukan bahwa Minyak Tradisional X dan minyak buatan tidak mempunyai efek hambatan maupun daya bunuh terhadap kedua jenis kuman uji yang dipakai. Infus daun sirih sebagai pembanding menunjukan efek menghambat dan membunuh pada konsentrasi 8% untuk Staphylococcus, aureus dan 16% untuk Pseudomonas aeru ginosa . Minyak Tradisional X dan minyak buatan juga tidak menunjukan adanya senyawa eugenol yang diduga terdapat di dalam Minyak Obat Tradisional dan berefek antibakteri.

The Traditional X Oil containing simplisia Piper betle leaf, pegagan leaf, ginger, Iengkuas, and clover, as one of traditional medicine which is commonly used by members of the big family of the producer for treatment of post circumsision wound, so that the wound shows no infection and cure is achieved in several days only. Therefore, the effect of the Traditional X Oil to the curing of the wounds is examined. Tested is the antimicrobial activity of The Traditional X Oil to microba that might exist in wounds. Collecting sample had been done three times randomly from three months production in June, July, and August 1996. Also, it had been examined oil which made and infusion Piper betle according to the comparison of the Traditional X Oil. In this experiment agar plate thinning dillution methods had been used to determine Minimum Inhibitory Concentration to the tested bacteria, Staphylococcus aureus and Pseudomonas aeruginosa and examining whether such oil contain of eugenol substance by using TLC. As a result of the experiment indicates that the Traditional X Oil had neither bactericide nor bacteriostatic activity to both of species of bacteria which had been used. The made oil also indicated to the same effect within the Traditional X Oil. Infusion of Piper betle which was used as comparison in the experiment showed bacteriostatic effect in a concentration of 8% for Staphylococcus aureus and a 16% for Pseudomonas aeruginosa. The Traditional X Oil had not eugenol constituent that had been predicted before as antibacteria."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S32192
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cristiani
"Daun handeuleum merupakan salah satu tanaman yang telah lama dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia sebagai obat wasir.dalarn bentuk infus atau rebusan. Dalam upaya mengembangkan bentuk sethaan farmasi, maka dibuat sediaan dalam bentuk ekstrak etanol. Untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak pada penggunaan yang terus-menerus, maka dilakukan uji keamanan terhadap aktivitas GPT dan GOT plasma serta jaringan hati. Pada penelitian ml digunakan 80 ekor tikus putih jantan yang dibagi menjadi empat kelompok. Kelompok I adalah kelompok yang diberi ekstrak etanol daun handeuleum dosis 1,08 g/Kg bb, kelompok II adalah kelompok yang diberi ekstrak etanol handeuleum dosis 0,36 g/Kg bb, kelompok Ill adalah kelompok yang diberi ekstrak etanol daun handeuleum 0,12 g/Kg bb, kelompok IV adalah kelompok kontrol yang diberi aquadest. Ketiga kelompok uji tersebut mendapatkan ekstrak etanol yang diberikan setiap hari secara oral selama 90 han. Pada han ke-31 clan han ke-91 tikus dibedah clan diambil darah serta hatinya, kemudian dilakukan pengukuran aktivitas GPT clan GOT plasma clan pengukuran derajat kerusakan lobulus janingan hati. Hasil pengukuran akUvitas GPT clan GOT plasma menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna antara ke!ompok normal dengan kelompok I, II, clan Ill setelah dibeni ekstrak selama 30 hari sedangkan pada pemberian selama 90 han ada perbedaan bermakna antara kelompok normal dengan kelompok I. HasH pemeniksaan histologi menunjukkan bahwa penggunaan ekstrak daun handeuleum dosis 0,36 clan 0,12 g per Kg bb selama 30 clan 90 hari tidak menyebahkan kerusakan janingan hati, sedangkan penggunaan dosis 1,08 g/Kg b.b dalam jangka waktu lebih lama diduga dapat menyebabkan kerusakan jaringan hati yang serius.

Handeuleum leaves (Graptophylium pictum (L.) Grim have been used by Indonesian people to cure several kinds of diseases such as haemorrhoid. The usage is by boiling it in water (infusion). Ethanol extract as a dosage form is created to provide the pharmaceutical dosage form. To know the effect of continuous feeding of handeuleum extract, a safety test is conducted toward the activities of plasma GPT and GOT and also the liver tissues. Eighty male white rats used in the study were divided into four groups. The first group was given with the ethanol extract of handeuleum leaves as mush as 1,08 g/Kg body weight. The second group was given with the ethanol extract of handeuleum leaves as much as 0,36 g/Kg body weight. The third group was given with the ethanol extract of handeuleum leaves as much as 0,12 g/ Kg body weight and the fourth group was a control group received water only. Those first three groups were given with the ethanol extract orally every day for ninety days. At the 31st and 9 1st day, the rats were operated. The blood and the liver were taken from the rat bodies, then the activities of the plasma GPT and GOT and the degree of liver damage were measured. The measurement of plasma GPT and GOT shows that there is no significant difference between the normal group and group I, II and Ill which were given with the extract after 30 days, but there is significant difference between the normal group and group I which were given with extract after 90 days. The histology examination shows that the usage of handeuleum leaves ethanol extract in 0,36 g and 0,12 g/ Kg body weight dosage after 30 and 90 days do not cause the liver tissues damage, but the usage in 1,08 g/Kg body weight dosage for a longer period may cause the serious liver tissues damage."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahidah Sukriah
"Tingginya angka kematian yang disehabkan oleh penyakit jantung koroner sangat perlu untuk dicermati. Mengingat biaya pengobatan yang semakin mahal, maka pencegahan terhadap terjadinya penyakit mi adalah alternatif lain yang lebih menguntungkan. Menggunakan tanaman obat merupakan pilihan yang terbaik untuk mencegah terjadinya penyakit mi sejak dini. Salah satu tanaman yang diduga berkhasiat adalah biji kenari (Canariurn indicum Linn.). Penelitian mi dilakukan untuk mengetahui efek sari air biji kenari terhadap kadar kolesterol total dan trigliserida tikus putih yang diberi diit tinggi kolesterol. Pada percobaan digunakan 30 (tiga puluh) ekor tikus putih jantan galur Wistar dengan berat badan 150 sampai 200 g dan umur 3 sampai 4 bulan yang dibagi secara acak menjadi lima kelompok. Kelompok pertama diberi diit standar merupakan kontrol normal, kelompok kedua diberi diit campuran kuning telur dan sukrosa 2,5g1200 g bb (berat badan) / hari merupakan kontrol perlakuan. Kelompok ketiga, keempat dan kelima masing-masing diberikan sari air biji kenari dengan dosis: 0,8 g/ 200 g bb / han; 1,6 g / 200 g bb/ han; 3,2 g / 200 g bb / han, serta diit kuning telur dan sukrosa yang sama jumlahnya dengan kelompok kedua. Setelah empat minggu perlakuan, tikus dibedah, darahnya diambil melalui jantung, lalu diukur kadar kolesterol total dan trigliseridanya dengan metoda CHOD-PAP. Dari hasil percobaan didapat bahwa sari air biji kenari dapat menurunkan kadar kolesterol total clan trigliserida. Pemberian sari air biji kenari yang memberikan hasil penurunan kadar kolesterol total clan trigliserida terbesar adalah dosis 3,2 g1200 g bb / han, tetapi dosis mi menyebabkan hipolipidemia. Maka dosis terbaik dimana terjadi penurunan kadar kolesterol total dan trigliserida secara sangat bermakna tanpa menyebabkan hipolipidemia diberikan oleh kelompok dosis 1,6 g / 200 g bb / han.

The high number of mortality which caused by the coroner heart disease is very need to be observed. Because the cost to cure is very expensive, preventive action for this disease is the advantageus alternative. Using herb medicine is the best choice to prevent this disease from the early time, one of the plant that can be used to cure is canary seed( Canarium indicum Linn.). The aim of this observation is to find out the effect of the canary seed juice to the total cholesterol and triglyceride rate of white rats which have been given high cholesterol diet. The observation have used 30 (thirty) male wistar white rats with 150 to 200 g of weight and 3 to 4 months of age, which has been devided into five group randomly. First group were given standard diet which a normal control, second group were given mixture of yolk and sucrose diet 2,5 g I 200 g bw (body weight) I day as a treatment control. For third group, fourth and fifth group, each of them were given canary seed juice with: 0,8 g / 200 g bw / day ; 1,6 g / 200 g bw / day; 3,2 g / 200 g bw / day dosage, yolk and sucrose diet in the same quantity with the second group. After four weeks of treatment, the rats have been surgeried, the blood was taken from the heart, and then total cholesterol and triglyceride rate measured by CHOD-PAP method. From the observation we can prove that canary seed juice can decrease the total cholesterol and triglyceride rate. The highest result for decreasing total cholesterol and triglyceride rate by giving canary seed juice 3,2 g / 200 g bw / day dosage, but this dosage could causing hypolipidemic. The best result was given by group of rats were given 1,6 g / 200 g bw / day dosage of the canary seed juice which can decrease total cholesterol and triglyceride rate without causing hypolipidemic."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chindy Dwi Martinah
"Stroke iskemik merupakan salah satu jenis penyakit kardiovaskular yang disebabkan oleh bekuan darah yang menghalangi aliran darah ke otak. Saat iskemia, sel saraf mengalami aktivasi yang menginduksi pelepasan glutamat dalam jumlah besar sehingga terjadi stimulasi reseptor glutamat berlebihan yang akhirnya dapat terjadi eksitotoksisitas. Penghambatan reseptor glutamat ionotropik, yaitu reseptor AMPA, menjadi pendekatan untuk pengobatan iskemia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi kemungkinan senyawa herbal Indonesia sebagai antagonis reseptor AMPA. Dalam penelitian ini, penapisan virtual dilakukan dengan metode penambatan menggunakan AutoDock untuk menemukan kandidat antagonis reseptor AMPA dari basis data tanaman obat Indonesia. Metode penapisan virtual divalidasi oleh area under curve AUC dari kurva ROC dan enrichment factor EF . Lipinski rsquo;s Rule of Five digunakan untuk menyaring hasil skrining. Validasi hasil penapisan virtual menunjukkan bahwa AUC adalah 0,9385 dan EF 1 adalah 23,5550. Hasil skrining dari basis data tanaman obat Indonesia menunjukkan lima senyawa sanggenol O, blazeispirol X, progesterone, nimolicinol, dan boeravinone F -8,51; -8,39; -8,19; -8,17; -8,08 kkal / mol, masing-masing dan memiliki interaksi dengan residu reseptor AMPA TYR61A dan THR91A. Lima senyawa dari database herbal Indonesia sanggenol O, blazeispirol X, progesteron, nimolicinol, dan boeravinone F memiliki potensi sebagai antagonis reseptor AMPA berdasarkan metode penambatan.

Ischemic stroke is one type of cardiovascular disease caused by blood clots that block blood flow to the brain. During ischemia, nerve cells undergo activation that induce large amounts of glutamate release resulting in excessive glutamate receptor stimulation which can eventually lead to excitotoxicity. Inhibition of the ionotropic glutamate receptor, i.e. the AMPA receptor, becomes approach to the treatment of ischemia. The aim of this study is to explore possibility of Indonesian herbal compound as AMPA receptor antagonist. In this study, virtual screening was performed by docking method using AutoDock to find the antagonist candidate of AMPA receptor from Indonesian herbal database. Virtual screening method was validated by area under curve AUC of ROC curve and enrichment factor EF . Lipinski rsquo s Rule of Five was used to filter the screening result. The validation of virtual screening results showed that AUC is 0.9385 and EF 1 is 23.5550. The screening result of Indonesian herbal database show top five compound sanggenol O, blazeispirol X, progesterone, nimolicinol, and boeravinone F 8.51 8.39 8.19 8.17 8.08 kcal mol, respectively and have interaction with TYR61A and THR91A residues of AMPA receptor. Five compounds of the Indonesia herbal database sanggenol O, blazeispirol X, progesterone, nimolicinol, and boeravinone F have potency as an AMPA receptor antagonist based on the docking method.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauzia
"Intensitas penggunaan antibiotik yang relatif tinggi menimbulkan berbagai permasalahan yang merupakan ancaman bagi masyarakat, terutama masalah resistensi bakteri terhadap antibiotik. Hal tersebut mendorong dilakukannya penelitian mengenai tanaman penghasil antibakteri alternatif. Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl) merupakan tanaman asli Indonesia yang berasal dari Papua yang sudah dikenal sejak lama sebagai obat tradisional. Tanaman ini diketahui berpotensi mengobati berbagai penyakit seperti eksim, jerawat, dan luka gigitan serangga. Kandungan zat aktif yang terdapat pada tanaman mahkota dewa antara lain alkaloid, flavonoid, saponin, terpenoid, tanin, dan lignan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya antibakteri serta konsentrasi terbaik ekstrak etanol daging buah mahkota dewa dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, dan Klebsiella pneumoniae yang telah resisten terhadap beberapa antibiotik. Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode uji difusi agar menurut Kirby- Baurer dengan mengamati zona hambat pertumbuhan bakteri uji sebagai parameter. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial dengan dua faktor, yaitu jenis bakteri dan konsentrasi ekstrak.
Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan koloni bakteri uji dengan nilai konsentrasi terbaik 50%. Uji statistik dengan sidik ragam menunjukkan bahwa perbedaan jenis bakteri dan konsentrasi ekstrak masing-masing berpengaruh nyata (P<0,05). Interaksi antar kedua faktor tersebut pun memberikan makna yang nyata (P<0,05).

Relatively high intensity in using antibiotics caused variation problem that are a treat to society, especially bacterial resistance to antibiotic problems. This problems need to be solved with doing research about plant that could be used as alternative for producing antibacteri. Mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl) is a native plant, i.e from Papua that have been known as a traditional medicine. This plant is known had potential ability to cure many diseases, such as eczema, acne, and wound caused by insect bits. Active substance in this plant, e.g. alkaloid, flavonoid, saponin, terpenoid, tanin, and lignans.
The aims of this study to determine the best concentration of extract ethanol of the crown fruit of Mahkota dewa that showed the highest antibacterial activity in inhibiting the growth of Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, and Klebsiella pneumoniae that was resistant to many antibiotics. Antibacterial activity assays was conducted with Kirby-Baurer agar diffusion method by observing bacterial growth inhibition zone as parameter. This study was completely randomized factorial design with two factors, the type of bacteria and extract concentration.
This study showed that the best concentration that inhibit the growth of bacterial colonial tested was 50%. Statistical test for variance analysis showed that difference type of bacteria and each of concentration extract was significantly (P<0,05). Interaction between the two factors also significant (P<0,05).
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S44533
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evi Sultriana Zachri
"Tanaman cengkeh (Eugenia aromatica O.K.) termasuk dalam familia Myrtaceae, tersebar luas di Indonesia, Malaysia, Pulau Madagaskar, dan Tanzania. Daun tanaman mi mengandung minyak atsiri yang banyak dipakai untuk bahan baku isolasi eugenol dan pembuatan vanilin. Penggunaan eugenol dalam bidang farmasi yaitu sebagai obat analgesik gigi, dan campuran eugenol dengan seng oksida digunakan untuk menghilangkan karang gigi. Di samping itu eugenol juga dipakai sebagai pengharum sabun, parfum dan pengawet niakanan. Penelitian mi bertujuan untuk membandingkan eugenol dari minyak A (eugenol A) dan minyak B (eugenol B) dengan sediaan eugenol yang ada dalam perdagangan yaitu eugenol C, D, E, F, dan G. Minyak A diperoleh dari penyulingan daun cengkeh gugur, dan minyak B diperoleh dari dalain perdagangan. Isolasi minyak A dari simplisia daun cengkeh gugur menggunakan penyulingan air, dan basil yang diperoleh 3,06 % WE Isolasi eugenol dari minyak A mempunyai rendemen sekitar 73,85% v/v, dan eugenol dari minyak B sebesar 63,30% v/v. Uji sifat fisika bobot jenis dari minyak A, minyak B, eugenol A dan eugenol B berada di bawah standar mutunya. Uji indeks bias minyak A, minyak B, eugenol C, D, E, dan F memenubi standan, sedangkan eugenol A, B, dan G tidak memenuhi standar. Adapun uji kelarutan hanya minyak B dan eugenol G yang tidak memenuhi standar mutu perdagangan. Analisis kromato grain eugenol A menunjukkan jumlah puncak yang lebih banyak daripada eugenol B, hampir sama dengan eugenol C, D, G, dan lebih sedikit dari eugenol E dan F. Sedangkan jumlah puncak eugenol B lebih sedikit daripada sediaan eugenol C, D, E, F, dan G. PAR eugenol A dan B lebih tinggi dibandingkan dengan PAR eugenol pada minyaknya. Sedangkan PAR eugenol A, B, G hampir sama, dan lebih tinggi dibandingkan dengan PAR eugenol C, D, E, dan F.

Clove (Eugenia aromatica O.K) is one of the plant that belongs to the family Myrtaceae, spreads over Indonesia, Malaysia, Madagaskar island, and Tanzania. The leaf containes volatile oil used as basic substance for isolation of eugenol and synthesis of vanilin. Application of eugenol in pharmacy is for tooth analgesic, its mixture with zinc oxyde is used to make coral tartar disappear. It is also used as corrigentia odoris of soap, parfume and food preservative. Purpose of this research is to compare eugenol A (from volatile oil A) and eugenol B (from volatile oil B) with eugenol C, D, E. F, and G from the market using gas chromatography with FFAP coloumn. Volatile oil A was produced by destillation of clove's fallen leaf, and volatile oil B was collected from the market (Bengkulu). The result showed that volatile oil A produced by destilation contained 3,06% v/w, isolation of eugenol A from volatile oil A contained 73,85% v/v, and eugenol B from volatile oil B contained 63,30% v/v. The result of specific gravity test indicated that all of the samples are still below standart, refractive index test showed that only volatile oil A and B, eugenol C, D, E, and F are qualify, and solubility in alcohol 70 % test showed that volatile oil B and eugenol G are not qualify. Analysis of chromatogram eugenol A showed large number of total peak than eugenol B, almost same to eugenol C, D, G, less than eugenol E and F. Total of peak eugenol B are less than eugcnol C, D, E, F, and G. PAR eugenol A and B are higher- than their PAR in their oil. PAR eugenol A, B, G almost same, and higher than PAR eugenol C, D, E, and F."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Mulzimatus Syarifah
"Curcuma xanthorrhiza Roxb. adalah tanaman asli Indonesia yang memiliki kandungan xantorizol dan kurkuminoid, terutama pada bagian rimpangnya. Ekstraksi rimpang temulawak menggunakan pelarut cairan ionik (IL) dengan metode ultrasound assisted extraction (UAE). IL merupakan salah satu pelarut alternatif yang polaritasnya dapat dirancang bergantung pada kation dan anionnya dan UAE merupakan salah satu metode ekstraksi modern dengan keuntungan berupa konsumsi jumlah pelarut yang lebih rendah. Tujuan dari penelitian ini ialah mengoptimasi ekstraksi, mendapatkan kondisi optimum ekstraksi, dan membandingkan hasil ekstraksi rimpang temulawak C12MIMCl-UAE dengan maserasi-etanol 96%. Variabel bebas yang digunakan dalam kondisi optimasi ialah konsentrasi IL, waktu ekstraksi, dan rasio serbuk-pelarut. Ketiga variabel tersebut dilakukan perancangan menggunakan metode Response Surface Methodology-Box Behnken Design (RSM-BBD) dan dihasilkan 17 runs kondisi optimasi. Hasil optimum dari ke-17 runs tersebut terdapat pada run ke-5 dengan kondisi ekstraksi berupa konsentrasi IL 0,12 M, waktu ekstraksi selama 20 menit, dan rasio serbuk-pelarut 1:30 g/mL. Perolehan kadar xantorizol dan kurkuminoid terhadap serbuk pada kondisi optimum IL-UAE dengan penambahan Na2SO4 dan diklorometana ialah 43,121 mg/g dan 10,576 mg/g dengan rendemen sebesar 29,99%. Hasil tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan perolehan kadar xantorizol dan kurkuminoid terhadap serbuk dengan metode ekstraksi maserasi-etanol 96%, yaitu 9,256 mg/g dan 2,163 mg/g dengan rendemen sebesar 8,92%.

Curcuma xanthorrhiza Roxb. (javanese turmeric), is an Indonesia native plant that contains xanthorrhizol and curcuminoid, especially in its rhizome. Extraction of javanese turmeric rhizomes has been done using ionic liquid (IL) as a solvent by ultrasound assisted extraction (UAE) method. IL is one of the alternative solvents whose polarity can be designed according to its cation and anion and UAE is one of the modern extraction methods with the advantage of consuming a lower amount of solvent. The aim of this study is to optimize extraction, obtain optimum extraction conditions, and to compare the extraction results of javanese turmeric rhizome using C12MIMCl-UAE and maceration-96% ethanol. The all variables used optimization conditions are IL concentration, extraction time, and powder-solvent ratio. The three variables were designed using the Response Surface Methodology-Box Behnken Design (RSM-BBD) method and produced 17 runs of optimization conditions. The optimum results of the 17 runs were found in the 5th run with extraction conditions: 0.12 M of IL concentrations, 20 minutes of extraction times, and 1:30 g/mL of powder-solvent ratios. The xanthorrhizol and curcuminoid levels in powder under optimum conditions of IL-UAE with the addition of Na2SO4 and dichloromethane were 43,12 mg/g and 10,58 mg/g with 29,99% of yield. The result were higher than those of maceration-96% ethanol extraction method, which could only extract 9,26 mg/g and 2,16 mg/g of xanthorrhizol and curcuminoid content with 8,92% of yield."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Fauziah Fadhly
"Sebagai negara tropis, Indonesia memiliki flora yang beragam yang memperkaya sumber daya alamnya. Dari beragam jenis flora tersebut, terdapat juga tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk tujuan pengobatan. Salah satu jenis tanaman yang biasa digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai tanaman obat adalah tanaman Amomum cardamomum yang umumnya dikenal sebagai tumbuhan kapulaga. Tanaman ini diyakini memiliki kegunaan dalam bidang medis yang dipercaya dapat berperan dalam pengobatan berbagai jenis penyakit, seperti untuk meredakan gangguan pencernaan, saluran kencing, pernapasan, dan sistem saraf. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi kandungan kimia, khususnya fenol dan minyak atsiri, pada benih tanaman Amomum cardamomum yang nantinya dapat dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan manfaat dari ekstrak biji tanaman tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain penelitian deskriptif seperti uji ekstrak, kromatografi lapis tipis, dan uji spektrofotometri. Dari berbagai tes tersebut, diperoleh hasil bahwa ekstrak biji Amomum cardamomum mengandung senyawa fenol dan minyak esensial. Dengan hasil ini, dapat disimpulkan bahwa Amomum cardamomum biji mengandung minyak atsiri dan fenol yang dapat digunakan sebagai pengobatan beberapa penyakit.

As a tropical country, Indonesia has diverse floras that enrich the natural resources. Among a variety of flora, there are also plants that can be used as a medicinal plant. One type of plant commonly used by Indonesian society as a medicinal plant is a Amomum cardamomum plant commonly known as cardamom plants. These plants are believed that they are able to cure various diseases, such as to relieve digestive disorders, urinary, repiratory, and even nervous system problem. Therefore, this study was conducted to identify the chemical contents of, particularly phenols and volatile oil, the seeds of Amomum cardamomum plants that later can conduct further research to determine the benefits of this plant seed extract. This research was done by using descriptive study design such as extract test, thin layer chromatography, and spectrophotometry test. These tests obtained results that Amomum cardamomum seed extract contains phenol compounds and essential oils. By these results, it is concluded that the Amomum cardamomum seed contains phenol and volatile oil that can be used as the treatment of some diseases.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Panjaitan, Exaudi Ebennezer
"Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) terbukti kaya akan kandungan xanton yang memiliki potensi aktivitas antioksidan yang sangat tinggi. Pada penelitian ini digunakan metode peredaman DPPH (2,2-Difenil-1-pikrilhidrazil) untuk mengetahui IC50 dari ektrak etanol kulit buah manggis dan sediaan serum. Penelitian ini merupakan aplikasi dari ekstrak kulit buah manggis dalam sediaan likuid dengan sedikit pelarut dan banyak komponen bioaktif, yang dalam istilah kosmetik disebut sebagai serum. Penelitian ini bertujuan untuk menguji stabilitas fisik dan pengaruh dari vitamin C terhadap aktivitas, stabilitas dan daya penetrasi ekstrak etanol kulit buah manggis pada serum antikerut. Selanjutnya ekstrak diformulasikan ke dalam tiga jenis sediaan yang terdapat variasi vitamin C sebagai peningkat penetrasi dan satu sediaan tanpa ekstrak dan vitamin C. Ketiga sediaan diuji daya penetrasinya secara in vitro dengan sel difusi Franz menggunakan membran abdomen tikus betina galur Sprague-Dawley. Nilai IC50 ekstrak etanol kulit manggis adalah 15,27 ppm, sedangkan sediaan formula 1, 2, 3 dan 4 berturut-turut adalah 109.347,45; 13.275,86; 2014,18 dan 126,52 ppm. Jumlah kumulatif xanton total yang terpenetrasi dari sediaan formula 2, 3 dan 4 berturut-turut adalah 15,79±0,18; 26,85±1,03 dan 61,05±2,53%. Fluks dari sediaan formula 2, 3 dan 4 berturut-turut adalah 0,15±0,003; 0,37±0,01 dan 0,92±0,03 μg/cm2.jam. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan adanya vitamin C akan meningkatkan daya penetrasi sediaan serum. Seluruh sediaan menunjukkan kestabilan secara fisik.

Mangosteen pericarp (Garcinia mangostana L.) has been proved to have plenty of xanthone with high antioxidant. This study was done using DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl) to determine the IC50 of ethanolic extract of mangosteen pericarp and serum preparations containing extract. This study is an application of mangosteen pericarp extract in liquid preparations with a little solvent and many bioactive components, which in terms of cosmetics called serum. The aims of this study are to test the physical stability and the effect of vitamin C on the activity, stability and penetration ability of ethanolic extract of mangosteen pericarp on antiaging serum. Furthermore, ethanolic extract formulated into three variations in preparation of vitamin C as a penetration enhancer and one preparations without extract and vitamin C. The three preparations were examined their penetration ability by in vitro Franz diffusion cell using rat abdominal skin as diffusion membrane. IC50 values of ethanolic extract of mangosteen pericarp were obtained at 15,27 ppm, whilst the preparations formula 1, 2, 3 and 4 were 109.347,45; 13.275,86; 2014,18 and 126,52 ppm, respectively. Total cumulative penetration of total xanthone from formula 2, 3 and 4 were 15,79±0,18; 26,85±1,03 and 61,05±2,53%, respectively. Flux of total xanthone from formula 2, 3 dan 4 were 0,15±0,003; 0,37±0,01 and 0,92±0,03 μg/cm2.hour, respectively. Based on these results, it can be concluded that the presence of vitamin C will increase the penetration ability of serum preparation. All preparations showed physical stability.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S47083
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Tamsiah Yulianti
"Penelitian laboratorium telah dilaksanakan. untuk meme
riksa 12 tanaman obat, yang diduga masing-masiig mengandung
zat bakteriostatjk atau bakterisid.
Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk menipelajar
secara kualitatif aktifitas antibakteni in vitro dan
tanaman terhadap Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa
dan Staphylococcus aureus.
Pilihan untuk mengambil Escherichia coli, Pseudomonas
aeruginosa dan Staphylococcus aureus sebagai kuman percoba
an didasarkan atas kenyataan, bahwa inikroorganisma tersebut
dianggap merupakan kuman patogen yang paling sening ditemu
kan pada infeksi manusia, terutama pada. infeksi genitourina
rius;. mikroorganisma tersebut pada .umumnya adalah resisten
terhadap banyak antibiotik.
Tes aktifitas antibakteni dilakukan dengan cara cakram
dengan melaksanakan teknik Kirby-Bauer dengan beberapa
modifikasi dan penyesuaian, seperti yang biasa dikerjakan
di Bagian Mikrobiolo.gi Fakultas Kedokteran Universitas Indo
nesia Jakarta.
Hasil tes aktifitas antibakteni adalah sangat baik,
oleh karena 8 dari sejumlah 12 tanaman obat yang dipeniksa
menunjukkan hasil pengaruh antibakteri secara in vitro yang
sangat jelas, seperti yang diperlihatkan berturut-turut oleh Allium sativum L, Psidium guajava L, Punica granatum L
var alba. Areca catechu L, sedangkan Lf tanaman (Averrhoa bi
limbi L, Boesenbergia pandurata (Poxb.) Schlecht, Moringa
oleifera Larnk dan Musa brachycarpa Backer) inemperlihatkan
aktifitas antibakterj yang leinah.
Aktifitas antibakterj terhadap ketiga jenis kuman (Escherichia
coil, Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus)
yang dicoba diperiihatkan oleh tanarnan Ailium sativum L.
Aktifitas antibakteri hanya terhadap kuman Staphylococcus
aureus adaiah tanaman Areca catechu L, Boesenbergia pandura
ta (Poxb.,) Schlecht, Moringa oleifera Lamk, Psidium guaja-.
va L dan Punica granatum L var aiba, sedangkan Averrhoa biiirnbi
L adaiah positif antibakterial hanya terhadap Pseudomonas
aeruginosa; disamping itu Musa brachycarpa Backer agk
nya memperiihatkan a,ktifitas antibakteri yang relatif iemah
terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coil.
Mernpe].ajari hasil yang diperoieh dari penelitian laboratoriurn,
maka dapat diambil kesimpuian sebagai benikut
1. Beberapa tanaman obat yang terbukti mengandung zat anti-.
bakteni, dapat digunakan iangsung sebagai obat untuk men
hiiangkari infeksi kuman, oleh masyarakat yang tinggal di
daerah terpencil.
2. Dari sejumiah 12 tanaman obat yang dipeniksa, Allium sativuin
L yang aktifitas antibakterinya terhadap ke 3 spesies
kuman yang dicoba, dapat dianggap sebagal antibakteri
yang berspektrum lebar.
3. Sernua tanaman obat yang dicoba dan terbukti mengandung
zat antibakteri, sebaiknya dicoba lebih lanjut terhadap
spesies kuman yang jumiahnya lebih besar yang diasingkan
dari pasien (strain liar).
14. Semua tanarnan obat yang dicoba, yang secara kualitatif
menunjukkan aktifitas antibakteri, sebaiknya dicoba le-
: bih lanjut secara kuantitatif.
5. Oleh karena zat antibakteri yang dicoba itu merupakan ba
han kasar (crude) yang diekstraksi dari tanaman, maka Se
baiknya penelitian lanjutan dilakeanakan untuk mengetahui
zat apa yang sesungguhnya mempunyai aktifitas antibakteni.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1986
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>