Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 139152 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Priyono
"Selama beberapa tahun terakhir, surfaktan banyak digunakan dan telah diformulasi dalam sediaan farmasi dan kosmetika. Beberapa surfaktan telah dipelajari pengaruhnya terhadap peningkatan stabilitas suatu bahan obat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh solubilisasi surfaktanterhadap stabilitas aspirin dalam dapar fosfat pH 7,4. Surfaktan yang digunakan adalah Polisorbat 20, Polisorbat 60 dan Polisorbat 80. Jumlah yang digunakan sebesar 50 mg polisorbat 20, 25 mg polisorbat 60 dan 15 mg polisorbat 80. Stabilitas aspirin dilakukan dengan menyimpan pada temperatur 40° C, 50° C dan 60° C selama lima jam. Pengukuran kadar aspirin yang tertinggal dilakukan setiap satu jam dan dianalisis secara spektrofotometri simultan dengan metode Tinker dan Me bay pada panjang gelombang 275 nm dalam dapar klorida pH 2,4. Hasil menunjukkan bahwa solubilisasi polisorbat tidak meningkatkan stabilitas aspirin dalam dapar fosfat ph 7,4. Nilai konstanta kecepatan peruraian aspirin tanpa penambahan surfaktan lebih kecil daripada aspirin dengan penambahan surfaktan.

For the last few years, surfactant has already been used and formulatied in pharmaceutical preparation and cosmetics. There areseveral studies of the effect of several kinds of surfactants to increase the drug stability. This experiment is aimed to know the solubilization effect of surfactant to the stability of aspirin in pH 7.4 in buffer phosphat. The surfactants used for this experiment are Polysorbat 20, Polysorbat 60 and Polysorbat 80 in the amount of 50 mg of polysorbat 20, 25 mg of polysorbat 60 and 15 mg polisorbat 80. The stability test of aspirin was performed by keeping at 40°C, 50° C and 60° C for five hours. The measurement of the remained aspirin content was done every one hour and analyzed by simultaneous spectrophotometer using Tinker and Mc Bay method at the wave length of 275 nm in pH 2.4 of buffer chlorida. The results shows that the solubilization of polysorbat does not increase the stability of aspirin in pH 7.4 of buffer phosphat. The value of the decomposition rate constant for aspirin without the addition of surfactant proved to be lower than the added one.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1996
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iding Jahidin
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S41419
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Arif Hidayat
"Pada proses pengolahan nikel khususnya ferronickel, selain menghasilkan logam yang merupakan paduan ferronickel, juga dihasilkan terak ferronickel. Dan jika dipelajari kembali, ternyata didalam timbunan terak ferronickel ini masih banyak mengandung logam berharga. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan variasi komposisi aditif kalsium oksida dan pengaruh temperatur roasting terhadap peningkatan kadar logam berharga yang dapat diekstraksi dari terak ferronickel tersebut. Terak ferronickel dan aditif kalsium oksida dicampurkan menggunakan ball mill selama 5 menit dengan variasi komposisi yang berbeda yaitu sebanyak 80:20; 40:60; dan 60:40 sebanyak 10 gram. Kemudian sampel tersebut dikompaksi menggunakan mesin kompaksi hidraulik. Lalu sampel diroasting menggunakan tube furnace pada temperatur 900oC dan 1100oC dengan holding time selama 1 jam dan laju pemanasan sebesar 10oC/min. Setelah sampel diroasting, dilakukan pengujian SEM-EDS, ICP OES dan XRD. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa proses roasting pada terak ferronickel yang dicampurkan dengan aditif kalsium oksida ini berlangsung lebih optimal pada temperatur roasting 1100oC dibandingkan pada temperatur 900oC. Kemudian, hasil lain yang didapatkan dari penelitian ini yaitu sampel dengan komposisi 80:20 adalah sampel yang lebih optimal dalam peningkatan kadar logam berharga yang diperoleh dibandingkan sampel dengan komposisi 40:60 dan 60:40. Sehingga didapatkan kesimpulan bahwa sampel dengan komposisi 80:20 dan temperatur roasting 1100oC adalah variabel temperatur roasting dan variabel komposisi yang paling optimal untuk memperoleh peningkatan logam berharga pada terak ferronickel.

In nickel processing, especially ferronickel, besides producing metal which is a ferronickel alloy, ferronickel slag is also produced. And it turns out that in this pile of ferronickel slag still contains a lot of precious metals. The purpose of this study was to determine the effect of adding variations in the composition of calcium oxide additives and the effect of roasting temperature on increasing levels of precious metals that can be extracted from the ferronickel slag. Ferronickel slag and calcium oxide additives were mixed using a ball mill for 5 minutes with a different composition variation of 80:20; 40:60; and 60:40 as many as 10 grams. Then the sample is compacted using a hydraulic compacting machine. Then the sample is roasted using a tube furnace at 900 oC and 1100 oC with a holding time for 1 hour and heating rate of 10 oC/min. After that, SEM-EDS, ICP OES and XRD tests are performed. The results of this study indicate that the roasting process in ferronickel slag mixed with calcium oxide additives takes place more optimally at a roasting temperature of 1100 oC compared to 900 oC. Then, another result obtained from this study is that the sample with a composition of 80:20 is more optimal in increasing levels of precious metals obtained compared to samples with compositions of 40:60 and 60:40. So it can be concluded that the sample with a composition of 80:20 and roasting temperature of 1100 oC is the most optimal roasting temperature variable and composition variable to obtain an increase precious metals in ferronickel slag.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andriatno Martono
"Selama beberapa tahun terakhir surfaktan telah berhasil diformulasikan dalam sediaan farmasi dan kosmetika karena terjadinya peristiwa solubilisasi. Beberapa surfaktan dalam larutan aqua dipelajari pengaruhnya terhadap solubilisasi kristal aspirin. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki pengaruh panambahan surfaktan terhadap laju dissolusi aspirin. Aspirin diformulasikan untuk sediaan tablet Surfaktan yang digunakan adalah polisorbat 20, polisorbat 80 , dan Na lauril sulfat. Variasi jumlah surfaktan yang ditambahkan adalah 5 mg, 12, 5 mg, 25 mg , dan 50 mg. Dissolusi dilakukan selama 30 menit dalam medium dapar asetat 0,05 M pH 4,5 dan suhu 37°C +/- 0,5 °. Aspirin yang terlarut ditentukan kadarnya dengan menggunakan spektrofotome terpada panjang gelombang 265 nm dalam dapar asetat 0,05M pH 4,5. Surfaktan menurunkan laju dissolusi aspirin. Semakin tinggi jumlah surfaktan yang ditambahkan semakin besar penghambatan yang terjadi. Urutan daya hambat surfaktan terhadap laju dissolusi aspirin adalah polisorbat 20 > polisorbat 80 > Na lauril sulfat untuk penambahan surfaktan 5 mg sedangkan untuk penambahan surfaktan diatas 5 mg adalah polisorbat 20 > Na lauril sulfat > polisorbat 80."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1995
S70328
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Sujak M.K.
"Penelitian pemodelan localized surface plasmon resonance LSPR paduan emas-perak wt dengan nilai x=0, 20, 40, 60, 80, dan 100 telah berhasil dilakukan menggunakan simulasi MNPBEM. Simulasi dilakukan pada satu nanorod model batang dengan variasi aspek rasio dan komposisi pada diameter D=20nm, D=40nm, D=60nm, dan D=80nm. Untuk mengamati fenomena LSPR, gelombang cahaya yang dalam hal ini medan listrik, diberikan pada dua arah yang berbeda, yaitu arah sejajar sumbu utama batang dan tegak lurus sumbu utama batang dengan jangkauan panjang gelombang 200nm-1200nm. Hasil simulasi menunjukkan ada dua puncak yang masing-masing dihasilkan dari dua polarisasi yang berbeda diseluruh aspek rasio yang berbeda, yaitu puncak dengan energi yang lebih rendah dihasilkan dari polarisasi medan listrik sejajar sumbu utama dan puncak dengan energi yang lebih tinggi dihasilkan dari polarisasi medan listrik tegak lurus sumbu utama. Ketika aspek rasio dan komposisi Ag semakin meningkat, mode eksitasi yang lebih tinggi dapat diamati seperti mode quadrupole dan hexapole. Kemudian, pada komposisi paduannya didapatkan dua puncak ketika medan listrik diberikan pada arah tegak lurus sumbu utama, dua puncak ini diduga kontribusi dari masing-masing unsur penyusunnya yang saling terkopel dengan interaksi yang lemah. Berdasarkan hasil penelitian ini, didapatkan informasi fenomena LSPR pada paduan Au/Ag yang berada didaerah cahaya tampak pada masing-masing diameter.

We have perform modelling of LSPR alloy with x 0, 20, 40, 60, 80, and 100 within weight percent using MNPBEM Toolbox simulation. The simulation was taking by single nanorod varied aspec ratio and fraction of silver with diameter D 20nm, 40nm, 60nm, and 80nm, respectively. To investigated the LSPR phenomenon, the incident light in range 200nm 1200nm, especially in electric field, is given by two differ polarization, that is parallel and perpendicular principal axis of nanorod, respectively. The result show two peaks appear for given differ polarization in whole aspec ratio. One peak with higher and lower energy was produced by parallel and perpendicular polarization, respectively. Higher orders were observed, like quadrupole and hexapole when increasing aspec ratio and silver composition. Furthermore, there was two peaks appears in alloying system when incident light was given in perpendicular principal axis, its guessed contribution from gold and silver electron conduction rsquo s oscillation separately due to lack coupling between them. Based on this result, we can determine the threshold aspec ratio and silver composition with varying diameter, where the LSPR phenomenon exist in visible range.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifanny Adelia Dewinasjah
"Osteoporosis adalah penyakit yang ditandai dengan adanya penurunan massa tulang yang parah sehingga meningkatkan risiko terjadinya retak atau patah tulang. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa pemberian aspirin dosis tinggi (300 mg) terbukti dapat menurunkan kadar Sphingosine-1-Phosphate (S1P) dalam plasma. Kadar rendah S1P dalam darah dapat mengaktifkan S1PR1 yang dapat mengarahkan prekursor osteoklas kembali ke darah sehingga proses osteoklastogenesis dapat terhambat. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi pengaruh pemberian aspirin dengan kombinasi kalsium secara in vivo. Penelitian ini menggunakan tikus putih betina Sprague-Dawley yang dibagi menjadi 8 kelompok, yaitu sham dan kontrol negatif yang diberikan 1ml CMC Na 0,5%, kontrol positif diberikan tamoksifen sitrat 3,6 mg/200 g BB/hari, kelompok aspirin diberikan aspirin 5,4 mg/200 g BB/hari, kelompok kalsium diberikan kalsium sitrat 15 mg/200 g BB/hari, serta 3 kelompok variasi dosis aspirin dalam kombinasi dengan kalsium sitrat yaitu D1 aspirin 1,8 mg/200 g BB/hari, D2 aspirin 5,4 mg/200 g BB/hari, D3 aspirin 16,2 mg/200 g BB/hari dimana ketiga variasi dosis tersebut dikombinasikan dengan dosis kalsium sitrat 15 mg/200 g BB/hari secara peroral. Semua tikus dilakukan ovariektomi, kecuali kelompok sham dilakukan pembedahan tanpa pengambilan ovarium. Tikus dipelihara 4 minggu pasca operasi, lalu diberi perlakuan selama 28 hari. Parameter pertama yang diukur adalah berat tulang tibia dengan rata-rata kelompok sham 321,90 ± 10,39 mg, kontrol negatif 272,300 ± 54,18 mg, kontrol positif 312,50 ± 40,86 mg, aspirin 336,67 mg, kalsium 335, 90 ± 60,66 mg, D1 346,27 ± 83,90 mg, D2 377,00 ± 36,10 mg, dan D3 336,67 ± 4,5 mg. Parameter kedua yang diukur adalah kadar kalsium dengan rata-rata kelompok kelompok sham 111,08 ± 4,74 mg, kontrol negatif 89,30 ± 23,94 mg, kontrol positif 109,69 ± 20,25 mg, aspirin 123,01 ± 17,98 mg, kalsium 124,53 ± 32,11 mg, D1 120,19 ± 3,63 mg, D2 149,22 ± 17,13 mg, dan D3 121,60 ± 5,21 mg. Berdasarkan penelitian, pengaruh pemberian dosis kombinasi aspirin 5,4 mg/200 g BB/hari dan dosis kalsium 15 mg/200 g BB/hari pada tikus dapat meningkatkan berat dan kadar kalsium tulang tibia secara efektif.

Osteoporosis is a disease characterized by a severe decrease in bone mass that increases the risk of fractures. Previous studies have shown that high-dose aspirin (300 mg) has been shown to reduce plasma levels of Sphingosine-1-Phosphate (S1P). Low levels of S1P in the blood can activate S1PR1 which can direct osteoclast precursors back to the blood so that the process of osteoclastogenesis can be inhibited. This study was conducted to evaluate the effect of aspirin and calcium combination in vivo. This study used female Sprague-Dawley rats which were divided into 8 groups, namely sham and negative control which were given 1ml CMC Na 0.5%, positive control was given tamoxifen citrate 3.6 mg/200 g BW/day, aspirin group was given aspirin. 5.4 mg/200 g BW/day, the calcium group was given calcium citrate 15 mg/200 g BW/day, as well as 3 groups with variations in the dose of aspirin in combination with calcium citrate, namely D1 aspirin 1.8 mg/200 g BW/day, D2 aspirin 5.4 mg/200 g BW/day, D3 aspirin 16.2 mg/200 g BW/day where the three variations of the dose were combined with a dose of calcium citrate 15 mg/200 g BW/day. All rats were ovariectomized, except for the sham group which underwent surgery without removing the ovaries. After 4 weeks of ovariectomy, rats were treated for 28 days orally. The first parameter that was measured was the mass of the tibia bone with the average for bone mass in each group are 321.90 ± 10.39 mg for sham group, 272.300 ± 54.18 mg for negative control, 312.50 ± 40.86 mg for positive control, 336.67 mg for aspirin group, 335, 90 ± 60.66 mg for calcium group, 346.27 ± 83.90 mg for D1, 377.00 ± 36.10 mg for D2, and 336.67 ± 4.5 mg for D3. The second parameter measured was calcium levels with the average for calcium levels in each group are 111.08 ± 4.74 mg for sham group, 89.30 ± 23.94 mg for negative control, 109.69 ± 20.25 mg for positive control, 123.01 ± 17.98 mg for aspirin group, 124.53 ± 32.11 mg for calcium group, 120.19 ± 3.63 mg for D1, 149.22 ± 17.13 mg for D2, and 121.60 ± 5.21 mg for D3. Based on the research, the effect of a combination dose of aspirin 5.4 mg/200 g BW/day and calcium dose 15 mg/200 g BW/day in rats can increase the weight and calcium levels of the tibia bone effectively."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Rizky Prasetyaning
"Osteoporosis adalah penyakit tulang yang ditandai dengan rendahnya massa tulang yang menyebabkan peningkatan risiko patah tulang. Pada penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa aspirin dapat mengurangi kadar S1P (Sphingosine-1-Phosphate) sehingga resorpsi tulang akibat osteoklas dapat menurun. Kombinasi aspirin dan kalsium digunakan dalam penelitian ini untuk melihat pengaruhnya terhadap jumlah sel osteoklas. Penelitian ini dilakukan pada tikus putih betina Sprague-Dawley yang dibagi menjadi 8 kelompok yaitu kelompok sham dan kontrol negatif yang diberikan CMC Na 0,5%, kelompok kontrol positif yang diberikan tamoksifen 3,6 mg/200 gBB/hari, kelompok aspirin yang diberikan aspirin 5,4 mg/200gBB/hari, kelompok kalsium yang diberikan kalsium 15 mg/200 g BB/hari, serta kelompok kombinasi aspirin dan kalsium dengan masing-masing dosisnya yaitu D1 aspirin 1,8 mg/200 g BB/hari dan kalsium 15 mg/200gBB/hari; D2 aspirin 5,4 mg/200gBB/hari dan kalsium 15 mg/200gBB/hari; dan D3 aspirin 16,2 mg/200gBB/hari dan kalsium 15 mg/200gBB/hari secara peroral. Sebelum pemberian obat, semua tikus dibedah ovariektomi kecuali kelompok sham dan kontrol negatif yang dibedah sham. Setelah pembedahan, tikus dipelihara selama 28 hari kemudian diberikan obat. Parameter yang diukur adalah berat tulang tibia dan jumlah sel osteoklas yang dilihat secara histopatologi dengan pewarnaan HE (Hematoksilin-Eosin). Berat tulang tibia kelompok sham 321,90±10,39mg, kontrol negatif 272,30±54,18mg, kontrol positif 312,50±40,86mg, aspirin 336,67±29,57mg, kalsium 335,90±60,66mg, D1 346,27±83,91mg, D2 377,00±4,51mg, D3 366,67±48,52mg. Jumlah sel osteoklas kelompok sham 7,8±0,4sel/lapang pandang, kontrol negatif 9,13±1,10sel/lapang pandang, kontrol positif 8,13±1,67sel/lapang pandang, aspirin 7,53±1,52sel/lapang pandang, kalsium 7,67±0,64sel/lapang pandang, D1 7,47±0,31sel/lapang pandang, D2 5,33±0,99sel/lapang pandang, D3 7,67±0,31sel/lapang pandang. Hasil ini menunjukkan bahwa aspirin dan kalsium dapat meningkatkan berat tulang dan menurunkan jumlah sel osteoklas.

Osteoporosis is a bone disease characterized by low bone mass which causes an increased risk of fracture. Previous study have shown that aspirin can reduce S1P (Sphingosine-1-Phosphate) levels so that bone resorption due to osteoclasts can decrease. The combination of aspirin and calcium was used in this study to see its effect on the number of osteoclasts. This study was conducted on female white Sprague-Dawley rats which were divided into 8 groups, sham, negative control groups were given 0.5% CMC Na, positive control group was given tamoxifen 3.6 mg/200gBW/day, aspirin group was given 5.4 mg/200gBW/day, calcium group was given calcium 15 mg/200gBW/day, and the aspirin and calcium combination group with each dose of D1 aspirin 1.8 mg/200gBW/day and calcium 15 mg/200gBW/day, D2 aspirin 5.4 mg/200gBW/day and calcium 15 mg/200gBW/day, and D3 aspirin 16.2 mg/200gBW/day and calcium 15 mg/200gBW/day orally. All rats were ovariectomized except for the normal group and the negative control group which underwent sham surgery. The rats were kept for 28 days and then given the drug. The parameters measured were the weight of the tibia bone and the number of osteoclasts seen histopathologically with HE (Hematoxylin-Eosin) staining. Weight of tibia bone are 321.90±10.39mg for sham, 272.30±54.18mg for negative control, 312.50±40.86mg for positive control, 336.67±29.57mg for aspirin, 335.90±60.66mg for calcium, 346.27±83.91mg for D1, 377.00±4.51mg for D2, 366.67±48.52mg for D3. The number of osteoclasts in cells/field of view are 7.8±0.4 for sham, 9.13±1.10 for negative control, 8.13±1.67 for positive control, 7.53±1.52 for aspirin, 7.67±0.64 for calcium, 7.47±0.31 for D1, 5.33±0.99 for D2, 7.67±0.31 for D3. The result is the combination of aspirin and calcium can increase bone weight and decrease the number of osteoclasts.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kadek Fajar Marta
"ABSTRAK
Tingkat Kesesuaian Dan Penerimaan Subjek Terhadap Uji Pembalut 20 Menit Dibandingkan 60 Menit Sebagai Metode Pengukuran Derajat Keparahan Inkontinensia Urin Tipe TekananKadek Fajar Marta, Fernandi MoegniDivisi uroginekologi dan rekonstruksi, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia AbstrakMengingat prevalensi yang tinggi dan efek negatif dari SUI maka perlu dilakukan penanganan yang tepat. Pemilihan terapi sangat tergantung dari penilaian derajat keparahan SUI yang diderita. Diperlukan suatu metode akurat yang secara objektif dapat mengukur derajat keparahan SUI sehingga terapi dapat diberikan secara tepat. Penelitian ini menggunakan desain eksperimen silang sehingga hanya memerlukan satu kelompok sampel yang akan menjadi pembanding bagi dirinya sendiri. Pasien SUI yang terdiagnosis di Poliklinik Uroginekologi Cipto Mangunkusumo, General Hospital, Jakarta, Indonesia dan memenuhi kriteria inklusi, mendapatkan dua kali uji pembalut yaitu uji pembalut 20 menit kemudian uji pembalut 60 menit atau sebaliknya dengan selisih jangka waktu satu minggu dan akan diwawancarai menggunakan kuisioner pada setiap uji pembalut selesai dikerjakan. Kuisioner ini dibuat oleh peneliti dan sebelum digunakan ke subjek penelitian, dilakukan uji coba pada 5 orang pasien perempuan yang didiagnosis SUI. Hasil Kappa R = 0,84 yang menunjukkan uji pembalut 20 menit memiliki uji kesesuaian yang baik dengan uji pembalut 60 menit. Pada tingkat kepuasan didapatkan 25 responden 83,3 mengatakan puas pada uji pembalut 20 menit, bahkan 5 responden 16,7 mengatakan sangat puas. Sedangkan pada uji pembalut 60 menit, 3 responden 10 mengatakan kurang puas dan sisanya mengatakan puas. Terdapat kesesuaian yang baik antara pemeriksaan uji pembalut 20 menit dan 60 menit dalam menilai derajat keparahan inkontinensia urin. Pada pemeriksaan uji pembalut selama 20 menit didapatkan persentase subjek yang menyatakan puas dan sangat puas lebih tinggi dibandingkan dengan uji pembalut selama 60 menit. Kata kunci: Uji pembalut 20 menit, uji pembalut 60 menit, tingkat kesesuaian dan penerimaan subjek

ABSTRACT
Level of agreement and Acceptance of 20 Minute versus 60 Minutes Sanitary Pad Test as a Method of Measuring Severity Degree of Stress Urinary IncontinenceKadek Fajar Marta, Fernandi MoegniUrogynecology Reconstruction Surgery Division, Faculty of Medicine, Universitas Indonesia AbstractLevel of agreement and Acceptance of 20 Minute versus 60 Minutes Sanitary Pad Test as a Method of Measuring Severity Degree of Stress Urinary IncontinenceGiven the high prevalence and negative effects of SUI is necessary to do the appropriate treatment. Selection of therapy depends on the assessment of the severity of SUI. An accurate method is needed which can objectively measure the severity of SUI so that therapy can be administered appropriatelyThis study used cross-experimental design so that it only requires one sample group that will be compared to itself. The subject are SUI patients in Urogynecology Polyclinic Cipto Mangunkusumo, General Hospital, Jakarta, Indonesia and met the inclusion criteria. Two times sanitary pad test was obtained, the first test was 20 minutes pad test and then followed with 60 minutes pad test or vice versa within one-week period. Subjects will be interviewed using questionnaire at the end of each pad test. The questionnaire was prepared by the researcher and a trial was performed on 5 patients prior the use to the subject of the study.Results Kappa R = 0.84 indicating that a 20-minute sanitary pad test had a good level of agreement to 60-minute. On the level of satisfaction, 25 respondents 83,3 stated that they were satisfied with 20 minute pad test and 5 respondents 16,7 stated that they were very satisfied. On the other hand, 3 respondents 10 stated that they were less satisfied with the 60-minute sanitary pad test, and the others was satisfied.There is a good agreement between the 20 minute and 60 minute sanitary pad test in assessing the severity of urinary incontinence. Compared to 60 minutes sanitary pad test, 20 minutes pad test obtained higher percentage of subject rsquo;s satisfaction. Keywords: 20 Minutes Sanitary Pad Test, 60 Minutes Sanitary Pad Test, Stress Urinary Incontinence
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Zahriah
"Berbagai penelitian telah membuktikan khasiat ekstrak air rosella (Hibiscus sabdariffa L) dalam pemeliharaan fungsi kardiovaskular. Penggunaan ekstrak air rosella yang dikoadministrasikan dengan aspirin berpotensi untuk terjadi, karena aspirin merupakan terapi yang juga digunakan dalam pemeliharaan fungsi kardiovaskular, khususnya sebagai antiplatelet. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak air rosella terhadap farmakokinetik dan farmakodinamik aspirin. Studi interaksi farmakokinetik dan farmakodinamik ekstrak air rosella dengan aspirin terbagi dalam beberapa kelompok perlakuan, yaitu kelompok aspirin tunggal, rosella tunggal dan tiga kelompok ko-administrasi ekstrak air rosella dengan aspirin. Ekstrak air rosella dalam tiga variasi dosis yang diberikan secara ko-administrasi dengan aspirin tidak memberikan pengaruh yang signifikan secara statistik terhadap AUC, Cmaks, tmaks, Vd, Klirens, dan t1/2 asam salisilat. Selain itu, pemberian ekstrak air rosella secara ko-administrasi dengan aspirin tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan waktu perdarahan dan survival rate dari tikus uji. Berdasarkan  hasil penelitian ini disimpulkan, ekstrak air rosella yang digunakan secara ko-administrasi dengan aspirin pada tikus tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap farmakokinetik dan farmakodinamik aspirin.

Various studies have proven the efficacy of Roselle (Hibiscus sabdariffa L) in maintaining cardiovascular function. The use of aqueous extract of Roselle with aspirin has the potential to occur, because aspirin is a therapy that is also used in the maintenance of cardiovascular function, especially as antiplatelet. This study aimed to determine the effect of aqueous extract of Roselle on the pharmacokinetics and pharmacodynamics of aspirin. The study of pharmacokinetic and pharmacodynamic interactions of aqueous extract of Roselle with aspirin was divided into several treatment groups: single aspirin group, single Roselle and three co-administration groups of aqueous extract of Roselle with aspirin. Co-administration aqueous extract of Roselle with aspirin did not have a significant difference on AUC, Cmax, Tmax, Vd, clearance, and t½ salicylic acid. In addition, co-administration aqueous extract of Roselle and aspirin did not show a significant increase in the bleeding time and survival rate of rats. In conclusion, aqueous extract of Roselle used by co-administration with aspirin in rats did not have a significant effect on the pharmacokinetics and pharmacodynamics of aspirin."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
T54283
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachmat Santoso
"Besi Tuang Nodular (BTN) atau Ductile iron adalah salah satu dari jenis besi tuang yang memiliki grafit yang berbentuk bulat. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk meningkatkan sifat mekanisnya, baik itu dengan metoda perlakuan panas menjadi ADI (Austempered Ductile Iron), maupun dengan dengan cara memasukkan unsur lain kedalam logam. Penulis mencoba meneliti untuk meningkatkan sifat mekanisnya dengan cara yang kedua, tctapi metoda yang dilakukan adalah dengan mengubah jumlah komposisi Mangan dan Tembaganya saja, sehingga biaya pembuatannya lebih murah. Sampel uji dalam penelitian ini diperoleh dengan memodifikasi kandungan Mangan 0,6% dan tembaga 0,4% pada komposisi kimia FCD 60. Pengujian yang dilakukan adalah uji komposisi kimia, uji mekanis (kekerasan, uji tarik, elongasi) dan uji struktur mikro. Hasilnya menunjukkan bahwa pengaruh kandungan 0, 7% Mn dan 0,4% Cu dapat meningkatkan sifat mekanisnya, hasilnya dapat mendekati sifat sifat mekanis AD! dengan mampu tarik 899N/mm2 dan kekerasannya 293 HB."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S37721
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>