Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 100153 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Anita Ridayanti
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya efek antelmintik papain kasar (getah dari buah pepaya muda yang telah dikeringkan) yang diberikan peroral terhadap cacing lambung (Haemonchus pada domba. Dua belas ekor domba jantan berumur 3-4 bulan yang terinfeksi cacing lambung secara alamiah di bagi secara acak menjadi empat kelompok perlakuan, yaitu kelompok yang di beri papain kasar 1,2 g/kg bb; kelompok yang diberi papain kasar 0,6 g/kg bb ; kelompok yang diberi papain kasar 0,3 g/kg bb; dan kelompok yang tidak di beri papain papain kasar (kelompok kontrol). Efek antelmintik papain dapat dilihat dari penurunan jumlah telur cacing dan cacing; peningkatan nilai hematokrit, kadar hemoglobin, eritrosit dan berat badan. Data diolah dengan jumlah analisa statistik dekriptif dan diuji dengan analisa varians satu arah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi penurunan jumlah telur cacing pada kelompok yang diberi papain kasar 1,2 g/kg bb dan 0,3 g/kg bb (P < 0,05); tidak terjadi penurunan jumlah telur cacing pada kelompok yang diberi papain kasar 0,3 g/kg bb (P > 0,05); terjadi peningkatan nilai hematokrit dan kadar hemoglobin pada semua kelompok yang diberi papain kasar ( P < 0~05); tidak terjadi peningkatan jumlah eritrosit dan berat badan pada semua kelompok yang diberi papain kasar (P > 0,05); dan diperkirakan terjadi penurunan jumlah cacing pada semua kelompok perlakuan. Untuk memperjelas efek antelmintik dari papain kasar, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan mempergunakan infeksi buatan dari cacing lambung pada domba."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1993
S70320
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Sejumlah tanaman dan bahan alami lainnya telah banyak digunakan oleh peternak dalam mengatasi penyakit pada kambing dan domba, yang pada umumnya belum diuji aktivitasnya secara ilmiah. Aktivitas getah pepaya dalam mengatasi parasit saluran pencernaan Haemonchus contortus diuji pada domba yang telah diinfeksi secara buatan. Makanan dan lingkungan dijaga tidak terkontaminasi dan terinfeksi oleh H.contortus. Digunakan 20 ekor domba jantan yang dibagi menjadi 4 kelompok, satu kelompok digunakan sebagai kontrol dan kelompok yang lain diberi getah pepaya dengan dosis 0,33 g/kg bobot badan, 0,50 g/kg bb , dan 0,75 g/kg bb. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang nyata nilai telur per gram tinja (tpg) antara kelompok yang diberi 0,75 g/kg bb dan kelompok kontrol (P<0,05), akan tetapi tidak ada perbedaan yang nyata dalam jumlah cacing yang ditemukan (P>0,05) dari semua kelompok, walaupun kelompok kontrol menunjukkan jumlah cacing yang paling banyak dibandingkan dengan kelompok perlakuan lainnya. Dapat disimpulkan bahwa getah pepaya dapat digunakan untuk menanggulangi parasit H.contortus.
"
MPARIN 10 (1-2) 1997
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Helsy Pahlemy
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1995
S32005
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Benzimidazole (BZ) resistance to gastrointestinal nematodes in small ruminants (sheep and goat) has become a significant problem worldwide. Evidences of anthelmintic resistance to albendazole in Indonesia has been reported from some government owned farms in West Java, Central Java, and Yogyakarta. Previous study on the sheep parasite H. contortus had shown that the BZ resistance was related to selection for individuals in a population possesing a spesific β-tubulin isotype 1 gene. The study is aimed to determine mutation on coding region of central part of β-tubulin isotype 1 gene of H. contortus resistant strain from Indonesia. Seven H. contortus worms were isolated from four BZ resistant sheep from two government farms (SPTD Trijaya, Kuningan, West Java, and UPTD Pelayanan Kesehatan Hewan, Bantul, Yogyakarta), and from a BZ susceptible sheep from Cicurug, Sukabumi, West Java. DNA was extracted individually from female H. contortus worms. A fragment of 520 bp β-tubulin isotype 1 gene exon 3, 4, 5 was amplified using the PCR technique and then sequenced. The results showed that a single mutation occurred in codon 200 (from phenilalanine to tyrosine) had caused benzimidazole resistance in H. contortus from SPTD Trijaya, Kuningan, West Java. Mutation in β-tubulin isotype 1 gene of H. contortus from UPTD Pelayanan Kesehatan Hewan, Yogyakarta, occurred in codon 198 (from glutamate to glycine), codon 201 (from cystein to stop codon), and codon 202 (from isoleucyne to stop codon).
"
JURAGBIO 4 (2) 2008
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh biji dan getah pepaya terhadap cacing Haemonchus contortus secara in vitro. Biji dan getah diambil dari bauh pepaya, sedangkan cacing H.contortus dikumpulkan dari abdomasum domba. Untuk pelarut biji dan getah pepaya digunakan cairan abomasum domba dengan 3 konsentrasi larutan dan 3 ulangan dalam cawan petri yang masing-masing berisi 10 ekor cacing. Untuk biji pepaya dibuat 0,0% ; 0,5% ; 1,0% dan 1,5% sedangkan getah pepaya dibuat 0,0% ; 0,25% ; 0,5% ; 1,0%. Pengamatan dilakukan terhadap mortalitas cacing yang dilihat dalam selang waktu tertentu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa makin tinggi konsentrasi maka jumlah cacing yang mati makin bertambah. Konsentrasi yang dapat membunuh 100% cacing untuk biji pepaya adalah 1,5% dalam waktu 2 jam, sedangkan untuk getah pepaya adalah konsentrasi 1,0% dalam waktu 4 jam 30 menit. Pada akhir percobaan semua konsentrasi biji pepaya menyebabkan kematian cacing sebesar 100%, sedangkam konsentrasi 0,25% ; 0,5% ; dan 1,0% getah pepaya masing-masing menyebabkan kematian cacing sebesar 70% ; 93% ; dan 100%. Hasil ini menunjukkan bahwa kemungkinan biji dan getah pepaya dapat digunakan sebagai antelmintik. "
MPARIN 10 (1-2) 1997
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Infeksi cacing Nematoda gastrointestinal biasa terdapat pada hampir semua ternak domba di Indonesia. Angka prevalensinya sekitar 80%. Dewasa ini pengembangan ternak domba di daerah perkebunan karet sedang digalakkan. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang perbedaan daerah penggembalaan di perkebunan karet dan di lahan yang bukan perkebunan karet. Sejumlah 189 ekor domba berasal dari 17 peternak di daerah kecamatan Galang, kabupaten Deli Serang, Sumatera Utara dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok pertama adalah ternak yang digembalakan di daerah perkebunan karet dan kelompok kedua adalah ternak yang digembalakan di daerah persawahan atau tegalan. Tiap kelompok dibagi menjadi 2 sub-kelompok, yaitu yang pertama diberi obat cacing oksfendazol dengan dosis 4,5 mg/kg bobot badan dan yang kedua tidak diberi obat cacing. Pengamatan tinja dilakukan 2 kali, yaitu waktu pemberian obat cacing dan 1 bulan kemudian setelah pemberian obat cacing. Pemberian oksfendazol dapat menurunkan secara nyata jumlah telur cacing dan meningatkan bobot badan domba secara nyata di kedua lokasi penelitian."
MPARIN 8 (1-2) 1995
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Yolazenia
"Ruang lingkup dan cara penelitian: Infeksi cacing dan atopi akan meningkatkan respon Th2. Pada infeksi cacing terjadi peningkatan IgE poliklonal yang dapat menekan atopi. Hipotesis tentang adanya efek proteksi dari infeksi cacing terhadap atopi telah lama menjadi kontroversi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara infeksi cacing dan atopi pada ibu hamil di daerah endemis filariasis. Penelitian ini merupakan studi cross-sectional. Sebanyak 286 orang ibu hamil dari daerah endemis filariasis, Kelurahan Jati Sampuma dan Jati Karya, Bekasi, diperiksa tinja untuk infeksi cacing usus, dan serologi Immunochromatographic test untuk infeksi filaria (Wuchereria bancrofi). Atopi pada ibu hamil dilihat dari Skin prick test yang positif dan riwayat alergi. ELISA digunakan untuk menentukan kadar IgE total, dan pengisian kuesioner untuk menilai status sosial ekonomi, pendidikan, dan riwayat alergi.
Hasil : Ada kecenderungan bahwa infeksi cacing (filaria dan atau cacing usus) mempunyai efek proteksi terhadap atopi (OR = 0,63 (95%CI: 0,37-1,08); P=0,09). Kadar IgE total rata-rata paling tinggi pada infeksi cacing filaria dengan prosentase atopi paling rendah (OR=0,51), diikuti oleh subjek yang terinfeksi cacing usus (4R=0,76) dan subjek tanpa infeksi cacing kadar IgE total rata-ratanya paling rendah dengan prosentase atopi paling tiriggi (DR=1,58). Infeksi cacing lebih banyak ditemukan pada sosial ekonomi dan pendidikan kurang, tetapi tidak terdapat perbedaan kasus atopi pada sosial ekonomi dan pendidikan baik dibanding kurang. Dengan mengontrol variabel sosial ekonomi, pendidikan, infeksi cacing usus, infeksi cacing campur (cacing usus dan atau filaria) dan kadar IgE total terdapat perbedaan bermakna kasus atopi pada ibu hamil yang terinfeksi filaria dengan tidak terinfeksi (DR=0,45, 95%CI(0,21-0,98); p=0,04).
Kesimpulan : Infeksi cacing (terutama filaria) mempunyai efek proteksi terhadap atopi pada ibu hamil di daerah endemis filariasis."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T16231
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ichsan Muchtar DJ
"Telah dilakukan penelitian pemeriksaan efek antelmintik dari perasan buah mengkudu (Morinda citrifolia Linn) infeksi nematoda pada domba lokal. Pemeriksaan yang terhadap dilakukan meliputi penghitungan telur cacing tiap gram tinja, penimbangan berat badan dan pemeriksaan gambaran darah (henatokrit, sel darah merah, sel darah putih dan hemoglobin). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perasan buah mengkudu dengan dosis 1 gr per kg berat badan efektif untuk mengobati infeksi nematoda pada domba."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1991
S70329
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sandra Liza
"ABSTRAK
Telah dilakulan penelitian mengenai efek akar lobak (Raphanus sativus Linn) terhadap batu kandung kemih buatan pada tikus putih. Pada percobaan ini, batu kandung kemih dibuat dengan menempatkan benang sutra ("Mersilk" 3-0 dengan panjang 1 cm) ke dalam kandung kemih tikus. Setelah 14 hari penempatan Intl, perasan akar lobak diberikan secara oral selama 7 hari berturut-turut. Sehari setelah pemberian terakhir tikus dimatikan kemudian batu kandung kemihnya diambil melalui prosedur operasi dan ditimbang. Hasil percobaan menunjukk an bahwa efek penghancuran terhadap batu kandung kemih terlihat pada dosis 12 g : 12 g dan 60 g per 200 g BB. Semakin tinggi dosis yang diberikan daya penghancuran terhadap batu kandung kernih semakin besar."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1992
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>