Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 145746 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Dyah Ayu Ratna Yulianti
"ABSTRAK
Senyawa bioaktif yang paling banyak terkandung pada Sargassum plagyophyllum adalah senyawa polifenol yaitu florotanin. Florotanin sensitif terhadap kondisi lingkungan, seperti suhu tinggi, cahaya, pH, kelembaban dan oksigen, dan dapat mengalami reaksi degradasi selama proses pembuatan produk dan penyimpanan. Ekstrak cair Sargassum plagyophyllum diformulasikan menjadi mikrosfer dengan penyalut maltodekstrin DE 10-15 melalui metode semprot kering pada suhu 110 C untuk meningkatkan stabilitas dari senyawa polifenol. Pada penelitian ini, dibuat empat formulasi mikrosfer dengan variasi maltodekstrin DE 10-15 sebanyak 0 , 5 , 10 dan 15 . Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh penggunaan maltodekstrin DE 10-15 terhadap stabilitas mikrosfer ekstrak Sargassum plagyophyllum selama proses pengeringan dengan menggunakan metode semprot kering dan selama penyimpanan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa serbuk tanpa maltodekstrin dan dengan maltodekstrin 15 lebih stabil apabila disimpan di suhu 4 2 C daripada di suhu 40 2 C dan suhu 28 2 C. Pada suhu 4 2 C, kadar florotanin serbuk dengan maltodekstrin 15 tetap sedangkan tanpa maltodekstrin mengalami penurunan sebesar 10 . Kesimpulan dari penelitian ini yaitu maltodekstrin DE 10-15 merupakan penyalut yang sesuai untuk memformulasikan serbuk mikrosfer Sargassum plagyophyllum dan dapat menjaga stabilitas serbuk selama proses pengeringan dan selama penyimpanan 2 bulan pada suhu 4 2 C.

ABSTRAK
Sargassum plagyophyllum is rich sources of phlorotannin as bioactive compound. Phlorotannin as polyphenol compound is generally sensitive to environmental conditions, including unfavourable temperatures, light, pH, moisture, and oxygen, and therefore susceptible to degradative reactions during product processing and storage. Sargassum plagyophyllum aqueous extract was formulated into microsphere by using maltodextrin DE 10 15 as coating agent through spray dry method with 110oC inlet temperature to increase stability of polyphenol compound. In this study, four microspheres were formulated by using variation of maltodextrin DE 10 15 with concentration of 0 , 5 , 10 and 15 respectively. The aim of this study was determining effects of using maltodextrin DE 10 15 on microsphere rsquo s stability during drying process and storage condition. The result showed that the powder without maltodextrin and with 15 of maltodextrin were more stable in temperature 4 2 C than in 28 2 C and 40 2 C. In temperature 4 2 C, phlorotannin contain in powder with 15 of maltodextrin was maintained, while the powder without maltodextrin lost 10 of its phlorotannin contain. Based on the results, it can be concluded that maltodextrin DE 10 15 was a suitable coating agent to formulate Sargassum plagyophyllum dry powder and maintain its stability during spray drying process at 110 C and during storage for 2 months in 4 2 C."
2017
S68653
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atika Rahmah
"Usaha mitigasi perubahan iklim dengan memanfaatkan vegetasi laut sebagaipenyerap blue carbon saat ini sedang digencarkan, salah satu vegetasi tersebut ialahmakroalga. Muara Binuangeun, Banten yang terletak di pesisir pulau Jawa merupakankawasan yang berpotensi sebagai penyerap CO2 dan dihuni oleh beragam jenismakroalga, antara lain Gracilaria verrucosa yang merupakan makroalga denganfrekuensi kehadiran tertinggi dan Halimeda opuntia yang dikenal sebagai makroalgaberkapur dimana kandungan nutriennya pernah diteliti di Muara Binuangeunsebelumnya. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Maret--Mei 2018, dengan tujuanuntuk mengetahui seberapa besar perbedaan potensi penyerapan dan penyimpanankarbon pada makroalga Gracilaria verrucosa dan Halimeda opuntia di MuaraBinuangeun, Banten. Hasil penelitian yang didapatkan yaitu rata-rata potensipenyerapan karbon G. verrucosa dan H. opuntia berturut-turut adalah sebesar 228,73gC/m2/hari dan 1500,57 gC/m2/hari, sedangkan rata-rata potensi penyimpanan karbonG. verrucosa dan H. opuntia berturut-turut adalah sebesar 135,29 gC/m2/hari dan217,01 gC/m2/hari. Kandungan karbon pada G. verrucosa adalah sebesar 4,47 sedangkan H. opuntia sebesar 4,64 . Berdasarkan analisis hasil uji T, potensipenyerapan karbon H. opuntia secara signifikan lebih tinggi dari G. verrucosa danpenyimpanan karbon H. opuntia lebih tinggi dari G. verrucosa namun tidak signifikan.Selain itu, kadar abu pada H. opuntia lebih tinggi daripada G. verrucosa dan kadar airH. opuntia lebih rendah daripada G. verrucosa. Hal tersebut dikarenakan H. opuntialebih banyak menyimpan karbon dalam bentuk zat kapur. Oleh karena itu, usahakonservasi dapat dilakukan pada makroalga yang berpotensi tinggi dalam penyerap danpenyimpan karbon seperti H. opuntia untuk mengurangi emisi karbon dari atmosfer.

Efforts to mitigate climate change by utilizing marine vegetation as a blue carbonabsorber are currently being intensified, one of which is macroalgae vegetation. MuaraBinuangeun, Banten, which is located on the coast of Java, is a potential area as a CO2absorber and is inhabited by various types of macroalgae, including Gracilariaverrucosa which is the macroalgae with the highest attendance frequency and Halimedaopuntia, known as calcareous macroalgae, whose nutrient content have been studied inMuara Binuangeun before. This research was conducted in March May 2018, with theaim to know how much the difference of the carbon absorption and storage potentialbetween Gracilaria verrucosa and Halimeda opuntia in Muara Binuangeun, Banten.The result showed that the average carbon absorption potential of G. verrucosa and H.opuntia was 228.73 gC m2 day and 1500.57 gC m2 day, respectively, while the averagecarbon storage potential of G. verrucosa and H. opuntia were respectively 135.29gC m2 day and 217.01 gC m2 day. The carbon content of G. verrucosa was 4.47 whileH. opuntia was 4.64. Based on the analysis of T test results, the potential of H.opuntia carbon absorption was significantly higher than G. verrucosa and the carbonstorage of H. opuntia was higher than G. verrucosa but not significant. In addition, ashcontent in H. opuntia is higher than G. verrucosa while H. opuntia water content islower than G. verrucosa. It is because H. opuntia stores more carbon in the form ofcalcium carbonate. Therefore, conservation efforts can be done on high potential macroalgaein carbon sinks and storage such as H. opuntia to reduce carbon emissions fromthe atmosphere.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sabila Robbani
"ABSTRAK
Perubahan gaya hidup yang tidak sehat dapat menjadi faktor pemicu meningkatnya kadar kolesterol, hipertensi, dan obesitas hingga beresiko terbentuknya aterosklerosis. Aterosklerosis adalah pengerasan dan penyempitan arteri sehingga mengakibatkan peredaran darah menjadi lebih lambat bahkan dapat terhambat. Aterosklerosis merupakan penyebab utama penyakit kardiovaskular, yaitu penyakit jantung koroner dan stroke. Berdasarkan fakta WHO media centre 2016 , penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di dunia. Di Indonesia, stroke menjadi penyebab kematian utama. Salah satu herbal yang berpotensi untuk mengatasi penyakit tersebut adalah Jamu Antiaterosklerosis yang terdiri dari daun tanjung, daun belimbing manis, dan temulawak melalui ekstraksi refluks. Hasil skrining fitokimia bahan Jamu Antiaterosklerosis ukuran simplisia, 60.

ABSTRACT
The change of unhealthy lifestyle can be a factor increased cholesterol levels, hypertension, and obesity, further, risk of the formation of atherosclerosis. Atherosclerosis is the hardening and narrowing arteries that cause the blood circulation will become slower or even stagnation. Atherosclerosis is a major cause of cardiovascular disease, such as the coronary heart disease and stroke. WHO fact based media center 2016 , cardiovascular disease is the number one cause of death in the world. In Indonesia, stroke also causes of death number one. One of the herbs that has a potential to overcome the disease is Jamu Antiatherosclerosis, which consist of tanjung leaf, starfruit leaf, and curcuma by reflux extraction. Based on phytochemical screening of simplicia, 60"
2017
S66939
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Futihati Ruhama Zulfa
"Kanker paru merupakan salah satu kanker yang memiliki angka mortalitas yang tinggi di Indonesia. Sargassum polycystum merupakan salah satu spesies rumput laut yang banyak ditemui di perairan laut Indonesia dan memiliki potensi sebagai agen antikanker namun belum banyak diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder dan aktivitas sitotoksik dari ekstrak Sargassum polycystum terhadap sel kanker paru A-549. Sargassum polycystum diekstraksi menggunakan empat jenis pelarut, sehingga menghasilkan empat jenis ekstrak Sargassum polycystum, yaitu ekstrak n-heksana, ekstrak etil asetat, ekstrak kloroform, dan ekstrak etanol. Uji fitokimia pada keempat ekstrak Sargassum polycystum menunjukkan metabolit sekunder berupa flavonoid, tannin, glikosida, alkaloid, triterpenoid, dan steroid. Pada uji KLT menunjukkan bahwa ekstrak Sargassum polycystum memiliki tiga hingga empat senyawa kimia. Uji in vitro aktivitas sitotoksik keempat ekstrak Sargassum polycystum terhadap sel kanker paru A549 menggunakan metode MTT assay pada panjang gelombang 492 nm dengan 5 variasi konsentrasi, yaitu 3,125 g/mL; 6,25 g/mL; 12,5 g/mL; 25 g/mL; dan 50 g/mL. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan microsoft excel sehingga diperoleh nilai IC50. Berdasarkan nilai IC50 yang diperoleh, semua ekstrak memiliki nilai IC500,05. Hal ini menunjukkan ekstrak n-heksana memiliki aktivitas sitotoksik paling kuat terhadap sel kanker paru A-549 dibandingkan ekstrak lainnya, sehingga ekstrak n-heksana Sargassum polycystum berpotensi dikembangkan sebagai agen antikanker paru.

Lung cancer is one of cancer that has high mortality rate in Indonesia. Sargassum polycystum is one of macroalgae species that commonly found in Indonesian marine and can be developed as anticancer agent but has not been widely studied. Objective of this research is to know second metabolites compounds and cytotoxic activity of extract Sargassum polycyctum on A 549 lung cancer cell. Sargassum polycystum was extracted using four solvent to produce four extract, there are n hexane extract, ethyl acetate extract, chloroform extract, and ethanol extract. Phytochemical test of each extract showed positive result of flavonoid, tannin, glycoside, alkaloid, triterpenoid, and steroid. Besides, TLC test showed there were three to four chemical compound in each extract of Sargassum polycystum. In vitro cytotoxic activity of four extract Sargassum polycystum on A 549 lung cancer were tested using MTT assay on 492 nm wavelength and devided into five different concentration, there are 3,125 g ml 6,25 g ml 12,5 g ml 25 g ml and 50 g ml. The obtained data were analyzed using microsoft excel to get IC50 value. The result showed that each extract of Sargassum polycycstum had IC50 values less than 100 g ml. This means each extract of Sargassum polcystum has cytotoxic activity against A 549 lung cancer cell. Among four extract of Sargassum polycytum, n hexane extract has the lowest IC50 value 24,1 g ml and shows the most potent cytotoxic activity against A 549 lung cancer cell. Statistical analytic showed p value 0,05. So, n hexane extract of Sargassum polycystum potential to be developed as antilung cancer agent."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Monica Salsabilla
"Makroalga merupakan tumbuhan yang banyak dimanfaatkan sebagai sumber makanan bagi organisme laut dan manusia. Makroalga Sargassum cinereum pada bagian permukaan thalli dapat terakumulasi oleh miktoplastik yang memiliki daya akumulasi tinggi di perairan Pulau Semak Daun. Kontaminasi mikroplastik pada bagian makroalga terjadi karena adanya akumulasi mikroplastik pada tempat tumbuh makroalga. Mikroplastik dapat menempel, melilit, maupun terbungkus oleh makroalga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk, warna, dan ukuran mikroplastik dan pengaruh variasi waktu pengocokkan terhadap pengurangan kelimpahan mikroplastik pada makroalga Sargassum cinereum J. Agardh 1848. Sampel pada permukaan makroalga diambil sebanyak 10 g, kemudian diberi perlakuan pengocokkan dengan perbedaan waktu 5 menit, 10 menit, dan 15 menit dan disaring menggunakan kertas saring Whatman filter. Sampel yang menempel kuat pada makroalga dilarutkan dengan larutan NaOH, kemudian disaring menggunkan kertas Whatman filter. Sampel kontrol negatif di diamkan selama 15 menit, sedangkan kontrol positif langsung dilakukan penyaringan. Bentuk mikroplastik didominasi oleh fiber sebesar 58% dengan jumlah 36,5 partikel/g. Warna mikroplastik didominasi oleh biru sebesar 75%. Persentase pengurangan kelimpahan mikroplastik pada kelompok perlakuan tertinggi terdapat pada perlakuan pengocokkan selama 15 menit (K15) sebesar 70% dan terendah pada perlakuan kontrol negatif (KN) sebesar 45%. Uji One Way ANOVA membuktikan bahwa adanya perbedaan rata-rata kelimpahan mikroplastik pada kelompok perlakuan pengocokkan dengan nilai signifikan sebesar 0,002 (< 0,05). Waktu pengocokkan mempengaruhi pengurangan kelimpahan mikroplastik pada makroalga Sargassum cinereum.

Macroalgae are plants that are widely used as a food source for marine organisms and humans. Sargassum cinereum macroalgae on the surface of the thalli can be accumulated by mytoplastics which have high accumulation power in the waters of Semak Daun Island. Microplastic contamination in the macroalgae section occurs due to the accumulation of microplastics in the macroalgae growing sites. Microplastics can be attached, wrapped around, or covered by macroalgae. This study aims to determine the shape, color, and size of microplastics and the effect of variations in shaking time on the reduction of microplastics in macroalgae Sargassum cinereum J. Agardh 1848. Samples on the surface of macroalgae were taken as much as 10 g, then given shaking treatment with a time difference of 5 minutes, 10 minutes, and 15 minutes and filtered using a Whatman filter paper filter. Samples that adhered strongly to macroalgae were dissolved with NaOH solution, then filtered using Whatman filter paper. The negative control sample was allowed to stand for 15 minutes, while the positive control sample was immediately assessed. The form of microplastic is dominated by fiber by 58% with a total of 36.5 particles/g. The color of microplastic is dominated by blue by 75%. The percentage of microplastic reduction in the treatment group was highest in the shaking treatment for 15 minutes (K15) by 70% and the lowest in the negative treatment (KN) 45%. The One-Way ANOVA test proved that the difference between the mean and microplastics in the shaking treatment group had a significant value of 0.002 (< 0.05). Shaking time affects the reduction of microplastic in macroalga Sargassum cinereum."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian mengenai kandungan kimia dari Sargassum binderi Sonder dan Sargassum polycystum Agardh telah dilakukan di Pulau Lipan, Kepulauan Seribu dan Pulau Kalong, Ujung Kulon pada bulan Juli--Agustus
2007. Penelitian bertujuan untuk mengetahui dan membandingkan nilai kandungan kimia yang dimiliki oleh kedua jenis Sargassum di kedua pulau tersebut, serta mengetahui pengaruh parameter lingkungan perairan
terhadap kandungan kimianya. Kandungan kimia yang dianalisis dalam penelitian adalah karbohidrat, serat, protein, lemak, dan mineral (N, P, K, I, Na, Ca, Fe, Mg). Parameter lingkungan perairan yang dianalisis adalah
kedalaman, suhu, salinitas, dan pH. Penelitian bersifat kuantitatif-deskriptif dan pengambilan sampel dilakukan dengan cara acak pilih (purposive random) di sisi Timur dan Selatan pulau-pulau tersebut. Berdasarkan hasil
penelitian diketahui bahwa S. polycystum yang berasal dari Pulau Kalong memiliki kandungan kimia tertinggi di antara seluruh sampel. Parameter lingkungan perairan yang terbukti memengaruhi nilai kandungan kimia kedua
jenis Sargassum adalah kedalaman, suhu, dan salinitas."
Universitas Indonesia, 2008
S31510
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Lindadevi
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian aktifitas anti bakteri secara in vitro dari ekstrak bawang putih (Allium sativum Linn.) terhadap sebagai jenis kuman standard internasional dan kuman liar yang diasingkan dari penderita dengan dia cara yaitu dengan penentuan konsentrasi hambatan minimum (iiC) ekstrak bawang putih dan penentuan lebar zona hambatan cakram berisi ekstrak bawang putih 2436,0 ug. Penentuan aktiritas antibakteri ekstrak bawang putih yang didasarkan atas besarnya MIC/mi memberikan hasil sebagei beri kut : 1, Dan! 93 strain yang diperiksa, 24 strain dihambat pada konsentrcsi 5145 9 0 ug/mi, 31 strain dihambat pada konsentrasi 2572,50 ug/mi, 20 strain dihambat pada konsentrasi 1286,25 ug/mi dan 18 strain dihambat pade konsentrasi643,12 ug/mi menggunakan metode pengencaran peda agar. 2. Dan! 93 strain yang diperiksa, 20 strain dihambat peda konsentrasi 2572,50 ug/mI, 27 strain diham&at pade konsentrasi 1286 0 25 ug/mi, 31 strain dihambat pada konsentrasi 643,12 ug/ini dan 15 strain dihambat peda konsentrai 321,56 ug/mi, menggunakan metode pengenceran dengan kaldu. Pemeniksaan aktifitas antibakteri ekstrak hawang putih didasarken atas lebar zone henbatan dari cakrerisi ekstrak bawang putih 2436,0)ug/ml memberikan hasil sebagal berikut 1. Dari 3 strain stenri yang diperiksa, lebar zone hambaten rata-rta dari Steohylococcus aureus adalah 31,01 mm total den lebar zone hambatan raterate dari Escherichje coil den Pseudononas aeruinose berturut-turut adalah 1,39 mm total den 12 0 14 mm total. 2. sari 93 strain kuman yang diperiksa, lebar zora hambatan terkecil adalah 6 mm den terbesar 32 mm."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1986
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hukma Shabiyya Rizki
"Latar belakang: Candida glabrata merupakan salah satu penyebab kandidiasis non-albicans dengan prevalensi yang terus meningkat, utamanya pada pasien imunosupresi. Peningkatan resistensi C. glabrata terhadap golongan azol dan nistatin mendorong pencarian pengobatan alternatif. Daun mangkokan (Polyscias scutellaria Fosberg) mengandung zat dengan aktivitas antifungal.
Tujuan: Mengetahui aktivitas antifungal ekstrak n-heksana daun mangkokan terhadap pertumbuhan Candida glabrata.
Metode: Pada metode difusi cakram dan dilusi terdapat lima kelompok uji dengan konsentrasi ekstrak n-heksana mangkokan 800, 1600, 3200, 6400, 12800 ppm dan kelompok kontrol yang diukur diameter zona hambat pada metode difusi cakram dan nilai Optical Density (OD) pada metode dilusi.
Hasil: Pada metode difusi cakram, semua kelompok termasuk kategori resisten (< 20 mm) dengan nilai tertinggi pada konsentrasi 1600 ppm (4,33 ± 0,58 mm). Pada metode dilusi, nilai terendah OD kelompok uji pada konsentrasi 12800 ppm (0,334933±0,00340 AU). Terdapat tren peningkatan aktivitas antifungal yang sejalan dengan peningkatan konsentrasi namun sebaran data tidak normal. Terdapat signifikansi antarkelompok pada metode dilusi (p = 0,025) sedangkan tidak signifikan pada metode difusi cakram (p = 0.553).
Simpulan: Ekstrak n-heksana daun mangkokan memiliki KHM 12800 ppm untuk menghambat pertumbuhan C.glabrata dengan KHM metode difusi cakram 1600 ppm dan metode dilusi 12800 ppm.

Introduction: C.glabrata is non-albicans candidiasis with increasing prevalence and its resistance towards azoles and nistatin, commonly seen in immunocompromised patients. Polyscias scutellaria Fosberg leaves contain substances with antifungal properties.
Aim: To evaluate the antinfungal activity of P. scutellaria leaves n-hexana extract against C. glabrata.
Methods: In-vitro tests (disc diffusion and dilution test) use five treatment group with P. scutellaria concentration of 800, 1600, 3200, 6400, 12800 ppm and control groups, done in triplo. Disc diffution test is measured with inhibition zone diameter and dilution test with optical density (OD).
Result: Disc diffusion test results on all groups shown to be resistance (inhibition zone <20 mm) and the highest inhibition zone in 1600 ppm group (4,33 ± 0,58 mm). Dilution test with the lowest OD value is 12800 ppm group (0,334933±0,00340 AU). A trend of increased antifungal activity with increased concentration is seen, although both tests do not have normal distribution (p<0.05). Disc diffusion test (p = 0.553) showed no significance between groups, while dilution test (p = 0.553) showed otherwise.
Conclusion: Leaf n-hexana extract of P. scutellaria can effectively inhibit C.glabrata (MIC 12800 ppm) with MIC value of disc diffusion test and dilution test 1600 ppm and 12800 ppm, respectively.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annissatul Fitria
"Bakteri Aeromonas hydrophila merupakan bakteri sering menimbulkan wabah penyakit pada ikan budidaya. Lingkungan yang buruk juga dapat menyebabkan stres oksidatif pada ikan. Ipomoea aquatica mengandung senyawa fenol dan flavonoid yang telah terbukti memiliki aktivitas antioksidan dan antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar fenol dan flavonoid total, serta untuk menguji aktivitas antioksidan dan antibakteri terhadap ekstrak etanol 80% daun, batang, dan akar I. aquatica secara terpisah yang diekstraksi dengan metode ekstraksi UAE. Penetapan kadar fenol total dilakukan dengan metode Folin-Ciocalteu, sedangkan penetapan kadar flavonoid total dilakukan dengan metode kolorimetri AlCl3. Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode DPPH dan FRAP. Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode difusi cakram. Hasil penetapan kadar fenol total pada bagian daun sebesar (210,33 mg EAG/g ekstrak), batang (83,76 mg EAG/g ekstrak), dan akar (93,62 mg EAG/g ekstrak), sedangkan penetapan kadar flavonoid total memberikan hasil pada bagian daun sebesar (46,67 mg EK/g ekstrak), batang (14,43 mg EK/g ekstrak), dan akar (21,63 mg EK/g ekstrak). Hasil uji aktivitas antioksidan DPPH menunjukkan nilai IC50 pada daun sebesar (9,93 μg/mL), batang (18,10 μg/mL), dan akar (17,91 μg/mL), sedangkan hasil pengujian aktivitas antioksidan FRAP pada bagian daun sebesar (74,17 g Fe2SO4 ekuivalen/ 100 g ekstrak), batang (26,44 g Fe2SO4 ekuivalen/ 100 g ekstrak), dan akar (46,47 g Fe2SO4 ekuivalen/ 100 g ekstrak). Hasil pengujian aktivitas antibakteri dengan metode difusi cakram menunjukkan adanya aktivitas antibakteri dengan diameter zona hambat sebesar 10,95 mm pada daun dan 9,35 mm pada batang, sedangkan ekstrak akar kangkung air tidak memiliki aktivitas antibakteri. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun, batang, dan akar kangkung air memiliki aktivitas antioksidan, sedangkan aktivitas antibakteri hanya dimiliki oleh ekstrak daun dan batang kangkung air.

Aeromonas hydrophila is a bacterium that often causes disease outbreaks in cultured fish. A bad environment can also cause oxidative stress in fish. Ipomoea aquatica contains phenolic and flavonoid compounds that have been shown to have antioxidant and antibacterial activity. This study aims to determine the total phenol and flavonoid levels, as well as to test the antioxidant and antibacterial activity of the 80% ethanol extract of the leaves, stems, and roots of I. aquatica which were extracted using the UAE extraction method. Determination of total phenol content was carried out using the Folin-Ciocalteu method, while the determination of total flavonoid content was carried out using the AlCl3 colorimetric method. Antioxidant activity testing was carried out using the DPPH and FRAP methods. Antibacterial activity was tested by disc diffusion method. The results of the determination of total phenol levels in the leaves (210.33 mg EAG/g extract), stems (83.76 mg EAG/g extract), and roots (93.62 mg EAG/g extract), while the determination of total flavonoid levels gave results in the leaves (46.67 mg EK/g extract), stem (14.43 mg EK/g extract), and roots (21.63 mg EK/g extract). The results of the DPPH antioxidant activity test showed IC50 values in leaves (9.93 g/mL), stems (18.10 g/mL), and roots (17.91 g/mL), while the results of testing for FRAP antioxidant activity in leaves of (74.17 g Fe2SO4 equivalent/ 100 g extract), stem (26.44 g Fe2SO4 equivalent/ 100 g extract), and roots (46.47 g Fe2SO4equivalent/ 100 g extract). The results of the antibacterial activity test using the disc diffusion method showed antibacterial activity with an inhibition zone diameter of 10.95 mm on leaves and 9.35 mm on stems, while water spinach root extract had no antibacterial activity. Based on the results of these studies, it can be concluded that the extracts of water spinach leaves, stems, and roots have antioxidant activity, while the antibacterial activity is only possessed by water spinach leaf and stem extracts."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>