Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4882 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Freyn, Hubert
Shanghai: Kelly & Walsh, Limited, 1940
378.51 FRE c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Hongkong : International Studies Group , 1969
335.434 5 EDU
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Zhou, Aiming
Beijing: China Intercontinental Press, 2004
SIN 371.9051 ZHO t (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Destinia Natalira Arisandi
"Pendidikan merupakan hak setiap orang, termasuk anak-anak keturunan Tionghoa. Namun, pada masa pemerintah kolonial Hindia Belanda di Indonesia, orang Tionghoa yang saat itu berstatus sebagai Middlemen minority harus memperjuangkan pendidikannya. Ketika politik etis diberlakukan, pendidikan berfokus pada pribumi. Berangkat dari permasalahan tersebut, dirumuskan tiga pertanyaan, yaitu 1.Jenis sekolah apa saja yang diikuti oleh anak-anak Tionghoa pada zaman kolonialisme Belanda di Indonesia? 2. Mata pelajaran apa saja dengan bahasa pengantar apa yang digunakan di sekolah-sekolah tersebut? 3. Anak-anak keturunan Tionghoa golongan apa saja yang dapat mengenyam pendidikan di sekolah-sekolah tersebut? Penelitian metode kualitatif dengan sumber data berupa buku dan artikel, baik luring maupun daring. Dalam penelitian ini didapati bahwa pendidikan anak-anak Tionghoa pada zaman pemerintah kolonial di Hindia Belanda dapat dibagi menjadi dua, yaitu sekolah yang diselenggarakan rakyat seperti sekolah THHK dan sekolah yang diselenggarakan pemerintah kolonial Hindia Belanda seperti ELS, HIS, dan HCS. Setiap sekolah memiliki kurikulum dan syarat masuk yang berbeda. Hal ini mempengaruhi pemilihan sekolah Tionghoa Totok dan Peranakan
Kata kunci: pendidikan; Tionghoa;Indonesia; pemerintah Kolonial Hindia Belanda

Everyone has the right of to education. Chinese descent children whose status were Middlemen minority had to fight for their education during Dutch East Indies era. The education in ethical policy was only focused on the indigenous people. Through the particular problem, there are three questions formulated, 1. What kind of school did the Chinese children attend during Dutch East Indies era? 2. What kind of subject and what language used in those particular schools? 3. What kind of group of Chinese descent children who could attend those particular schools? This research uses qualitative method. The data resources are obtained from both online or offline sources, such as books and articles. The result of this research shows Chinese children during Dutch East Indies era were divided into two categories: the school run by the society, such as THHK school and the schools run by Dutch East Indies government, such as ELS, HIS and HCS. Every school has different curriculum and requirements. The differences affect Totok Chinese and Peranakan Chinese’s preference on education.
Keywords: education; Chinese; Indonesia; Dutch East Indies era
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Doan, Tran Van
Washington: The council for research in values and philosophy , 2000
370.951 DOA p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Chicago, Illinois: The University of Chicago Press, 1956
378 PUB
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Safira Iswari Putri
"Pencapaian Tiongkok sebagai kekuatan baru dalam perekonomian dunia tidak lepas dari
keberhasilan pelaksanaan kebijakan pendidikan. Pendidikan adalah hal fundamental yang
sangat penting dalam perkembangan suatu negara. Semakin baik sistem pendidikan yang
diterapkan, semakin baik pula sumber daya manusia yang dihasilkan. Tiongkok perlu
sistem pendidikan yang baik dan kokoh untuk menghadapi tantangan dunia internasional
di abad 21. Pada era kontemporer pasca-Mao Zedong, pemerintah Tiongkok telah
melakukan banyak reformasi dalam bidang pendidikan, khususnya pada tingkat
pendidikan tinggi. Pada era Deng Xiaoping, pendidikan dipandang sebagai alat yang
penting untuk mencapai modernisasi ekonomi. Proyek 211 dan Proyek 985 dicetuskan
pada era kepemimpinan Jiang Zemin. Kedua proyek tersebut merupakan pelopor
pesatnya perkembangan pendidikan tinggi di Tiongkok. Hal ini disebabkan Proyek 211
dan Proyek 985 bertujuan untuk menjadikan perguruan tinggi di Tiongkok sebagai
Universitas Kelas Dunia. Kedua proyek ini merupakan salah satu faktor kunci yang
berhasil mengantarkan beberapa perguruan tinggi Tiongkok meraih posisi dalam
pemeringkatan 100 besar universitas terbaik dunia dan menyamai kedudukan berbagai
universitas bergengsi dunia. Tugas akhir ini menggunakan pendekatan historis untuk
menjelaskan dan menganalisis proses Proyek 211 dan Proyek 985, prestasi yang dicapai
oleh universitas 211 dan 985, serta pengaruh Proyek 211 dan Proyek 985 dalam
meningkatkan kualitas pendidikan tinggi di Tiongkok.

The achievement of the Peoples Republic of China as a new power in the economic
world cannot be separated from the successful implementation of its education policy.
Education is a fundamental thing that is very important in the development of a country.
The better the education system which it implements, the better the human resources it
will produce. China needs a stable and solid education system to face global obstacles in
the 21st century. In the post-Mao Zedong contemporary era, the Chinese government had
carried out many reforms for education, especially in higher education. In Deng
Xiaopings reign, education was seen as an important device to achieve economic
modernization. The 211 and 985 Projects were initiated in Jiang Zemins reign. Both
projects are the pioneers for the rapid development of higher education in China. This is
due to the 211 and 985 Projects goal to transform universities in China to be World Class
University. These projects are one of the keys that successfully led several universities in
China to gain someplace in the top 100 rankings of the world's best universities. Those
China universities also can be compared with various prestigious universities in the world.
The research of this final project carried out through the historical approach to explain
and analyze the processes of Project 211 and Project 985, achievements that have been
achieved by 211 and 985 universities, and the impact of the 211 Project and 985 Project
in developing the quality of higher education in China.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Pepper, Suzanne
Cambridge, UK: Cambridge University Press, 2000
370.951 PEP r
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Beijing, China : Foreign Language Press, 1983
370.951 EDU
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Edo Yuliandra
"Universitas Indonesia telah mengalami beberapa kali perubahan peraturan yang menjadi landasan pengelolaannya, mulai dari PP 152/2000, PP 66/2010, dan UU 12/2012 yang baru saja disahkan. Perubahan peraturan tersebut merubah bagaimana tatanan dan praktik pengelolaan Universitas Indonesia. Perubahan yang terjadi terlihat pada hubungan universitas dengan stakeholdernya. Selain itu, perubahan tersebut mengakibatkan organ universitas seperti MWA dan SAU menjadi organ yang ada namun tidak diakui dalam Peraturan Pemerintah di masa transisi. Perubahan ini juga menyebabkan terganggunya operasional Universitas Indonesia karena ketiadaan rektor.
Setelah dilakukan wawancara dan tinjauan terhadap peraturan yang berlaku, penelitian ini menyimpulkan bahwa Universitas Indonesia saat ini menerapkan pola PTP yang mana terdapat MWA dan SU sementara yang dibentuk oleh rektor sebelum Universitas Indonesia sebagai PTN BH resmi disahkan. Artinya, pola seperti BHMN dengan dua pengawas operasional yaitu MWA dan SU masih tetap ada. Organ pengawas MWA dan SAU terpisah dengan eksekutif universitas sehingga dapat disimpulkan bahwa Universitas Indonesia menerapkan dual system structure dalam tata kelolanya.

There was some changes of regulation of higher education in University of Indonesia, since, PP 152/2000, PP 66/2010, dan UU 12/2012. These changes create the structure and governance practice in Universitas Indonesia. It can be seen in it?s relationship with stakeholders. This changes make MWA and SAU become unauthorized entity in Peraturan Pemerintah while Universitas Indonesia is still in transition phase. Morover, it disturbs university?s operation because of the absence of rector.
After some interviews was held and regulation was evaluated, this research conclude that right now, Universitas Indonesia was governed as PTP where MWA and SU created by rector are still exist. It means that BHMN structure is still applied in Universitas Indonesia. MWA and SAU are separated with board of executive of Universitas Indonesia which means that Universitas Indonesia is applying dual system structure in it's governance.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S46074
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>