Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 108799 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Olivia Zoraya
"Berdasarkan pengamatan dari peta-peta tahun 1920-an, 1930-an dan 1940-an, diketahui bahwa wilayah Menteng dan Neuw Menteng mangalami perkembangan. Perkembangan terlihat dari penambahan unsur-unsur kota taman yang terdapat pada kedua wilayah tersebut. Pada tahun 1920-an dapat dilihat pembangunan telah dilakukan + 47 persen dari luas keseluruhan wilayah Menteng. Pada tahun ini telah dibangun 5 buah taman, jaringan jalan dengan lebar 16-30 m, beberapa bangunan hunian dengan luas 100m-100m, 4 buah bangunan umum dan jalur kereta api yang mengelilingi wilayah Menteng kecuali di bagian baratnya. Pada Peta 1930-an dapat dilihat pembangunan telah dilakukan +- 90 persen dari luas wilayah Menteng. Pada tahun ini terdapat penambahan pembangunan 4 buah taman, jaringan jalan lebar 16-20m, bangunan hunian dengan luas 500-800m, 6 buah bangunan umum. Sementara itu jalur kereta api tidak mengalami perubahan dari tahun 1920-an. Pada peta tahun 1940-an dapat dilihat keadaan wilayah Menteng tidak mengalami banyak perubahan apabila dibandingkan dengan peta tahun 1930-an. Perkembangan terlihat dari penambahan bangunan hunian. Sementara itu pada peta 1920-an Nieuw Menteng belum dimulai, tahun 1930-an dapat dilihat pembangunan fisik wilayah Nieuw Menteng telah dimulai. Pada tahun tersebut terdapat 1 buah taman, jaringan jalan dengan lebar 10-30 m, bangunan hunian dengan luas 100-300m, 1 bangunan umum dan jalur kereta api yang terdapat pada bagian utara wilayah Nieuw Menteng.Pada peta 1940-an dapat dilihat wilayah Nieuw Menteng tidak mengalami banyak berubahan dari apabila dibandingkan dengan peta tahun 1930-an..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S11615
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bahagio Raharjo
"Pendidikan modern di Banyuwangi yang didirikan pemerintah pertama kali hadir pada 1819 dalam bentuk Europeesche Lagere School (ELS), kurang lebih dua tahun sejak sekolah pertama didirikan di Hindia-Belanda. Keberadaan sekolah ini tidak terlepas dari kepentingan dan kebutuhan pemerintah untuk mempersiapkan pegawaipegawai pemerintah yang terampil. Meskipun kebutuhan akan sekolah modern semakin meningkat, sekolah-sekolah yang ada tidak berkembang dengan baik. Pemberlakuan kebijakan Politik Etis membuka kesempatan bagi pihak nonpemerintah. Maka berdirilah sekolah-sekolah oleh pengusaha Indo-Eropa, Arab, Tionghoa, serta organisasi pergerakan nasional. Tulisan ini melihat dinamika peran kelompok-kelompok dalam menjawab kebutuhan akan sekolah modern di Banyuwangi masa Kebijakan Politik Etis. Penelitian ini menggunakan metode sejarah untuk menjelaskan keadaan dan kebijakan pendidikan saat itu yang mendorong upaya dari sektor non pemerintah untuk secara aktif mendirikan sekolah untuk kebutuhan kelompoknya masing-masing. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan Politik Etis membuka kesempatan dan menguatkan keberadaan pihak-pihak di luar pemerintah untuk mendirikan sekolah di Banyuwangi dan mengembangkan pendidikan modern. Perubahan yang terjadi seperti menguatnya perusahaan perkebunan sehingga mendorong pembukaan wilayah baru, krisis ekonomi, dan politik segregasi menuntut adanya sekolah untuk semua kelompok."
Kalimantan Barat : Balai Pelestarian Nilai Budaya , 2022
900 HAN 5:2 (2022)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Maman Soetarman Mahayana
"ABSTRAK
Berakhirnya abad XIX dan memasuki awal abad XX, bagi bangsa Indonesia merupakan masa yang amat penting, mengingat pada masa itulah bangsa Indonesia memasuki masa transisi, yaitu masa ketika terjadi perubahan besar dari masyarakat dengan budaya lisan ke budaya tulis dan dari budaya dengar ke budaya baca. Masuknya sistem pendidikan modern (Belanda), telah ikut mempercepat proses terjadinya perubahan besar itu. Dunia pendidikan tidak lagi menjadi milik para bangsawan, tetapi juga para priyayi rendah. Muncul kemudian elite priyayi yang, karena dampak pendidikan itu pula, menyadari pentingnya arti pendidikan bagi bangsa Indonesia. Tumbuhlah kepedulian dan kesadaran mereka akan nasib bangsanya. Lahirlah kemudian apa yang disebut sebagai Kebangkitan Nasional.
Meningkatnya golongan pribumi yang dapat membaca dan menulis itu ditanggapi pula dengan bermunculannya media massa berbahasa Melayu. Media massa yang menggunakan bahasa Melayu, ternyata paling luas penyebarannya dan paling banyak masyarakat pembacanya. Kebanyakan pribumi waktu itu relatif dapat membaca dan memahami bahasa Melayu dibandingkan bahasa daerah tertentu. Maka pilihan pada sasaran pembaca yang berbahasa Melayu, ditanggapi pula oleh para pemilik modal atau mereka yang punya idealisme dan komitmen kebangsaan, untuk menerbitkan dan mengelola sendiri majalah atau surat kabar yang akan diterbitkannya. Di berbagai daerah lalu muncullah surat-surat kabar atau majalah yang berbahasa Melayu yang dikelola oleh pribumi sendiri. Para pengelola surat kabar atau majalah itu, menyadari pula bahwa lewat media massa, berbagai gagasan untuk kemajuan bangsa dapat dipublikasikan secara luas ke segenap lapisan masyarakat.
Dalam suasana perubahan itulah, gagasan R.A. Kartini mengenai emansipasi menyebar luas, baik melalui publikasi di media massa, maupun lewat tindakan kongkret dengan mendirikan sekolah-sekolah untuk kaum perempuan. Tirto Adhi Soerjo adalah salah seorang perintis yang memulai penerbitan majalah khusus kaum wanita, yaitu Poetri Hindia. Berturut-turut kemudian Wanita Swara, Poetri-Mardika dan majalah wanita lainnya yang tersebar di pelosok tanah air.
Mengingat waktu itu kendala utama bagi kaum wanita untuk memperoleh kemajuan menyangkut soal pendidikan, feodalisme dan adat istiadat yang membelenggu, maka isi majalah-majalah wanita itu pun, semuanya mencoba memasalahkan kedudukan dan emansipasi.wanita. Sampai tahun 1928, masalah ini benar-benar mendominasi tema yang diangkat majalah-majalah wanita. Persoalan itulah yang coba ditelusuri dan diungkapkan penelitian ini dalam kaitannya dengan gagasan emansipasi wanita."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2000
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
D. Rusdianto Erawan
"Ajaran Islam tidak mengajarkan cara membuat mesjid secara fisik, sehingga bentuk bangunan mesjid di dunia berbeda satu sama lain tergantung budaya masyarakat yang mendukungnya. Di Jakarta bangunan mesjid yang masih dapat dilihat secara fisik, semuanya berasal dari masa kolonial, sehingga arsitektur kolonial, menurut penelitian terdahulu, turut mewarnai bangunan mesjid secara fisik. Masyarakat yang bermukim di Jakarta sejak dahulu sangat majemuk, sehingga selain budaya tradisional dan kolonial kemungkinan ada unsur budaya lain yang masuk, terutama budaya yang berkembang disekitar mesjid. Selain itu, pada awal abad ke-20 berkembang pula arsitektur indis dan arsitektur bergaya kubisme, maka penelitian ini dimaksudkan untuk melihat seberapa besar unsur-unsur budaya di atas dalam mempengaruhi bentuk mesjid secara fisik, baik arsitektur maupun ornamental. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan mengklasifikasi bentuk komponen yang ada pada mesjid-mesjid yang diteliti. Tahap selanjutnya adalah membandingkan bentuk komponen tersebut dengan bentuk yang sama, yang terdapat pada mesjid lain atau bangunan lain, yang memiliki kesamaan akar budaya dan umur. Dari hasil penelitian yang dilakukan dengan sumber data Mesjid Al-Makmur, Cikini dan Mesjid Hidayatullah, Karet, dapat ditarik kesimpulan bahwa mesjid-mesjid pada awal abad ke-20, secara arsitektural dan ornamental dipengaruhi oleh unsur- budaya tradisional, kolonial, lingkungan sekitar, Arab, dan Cina. Mesjid-mesjid tersebut tidak memiliki ornamen yang kaya. Selain itu mesjid-mesjid tersebut memperlihatkan unsur budaya indis dan arsitektur kubisme yang berkembang pesat pada saat itu."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1999
S11882
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irma Adiati Rahmayani
"ABSTRACT
Skripsi ini membahas mengenai keterlibatan Community Development Committee (CDC) dalam pemenuhan kesejahteraan anak di Menteng. Selain itu, penelitian ini juga membahas mengenai hambatan CDC dalam pemenuhan kesejahteraan anak dan juga melihat upaya yang dilakukan oleh CDC dalam mengatasi hambatan tersebut. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. CDC merupakan kelompok di masyarakat yang pembentukannya diinisiasi oleh Community Development Project (CDP) dengan tujuan sebagai mitra kerja CDP dan sebagai lembaga yang dipersiapkan untuk melanjutkan program saat GNI Batavia CDP Menteng Area sudah tidak ada di Menteng Tenggulun dan Menteng Jaya Kelurahan Menteng Jakarta Pusat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa CDC telah terlibat dalam proses persiapan, assessment, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program dalam pemenuhan kesejahteraan anak di Menteng Tenggulun dan Menteng Jaya, Kelurahan Menteng, Jakarta Pusat.

ABSTRACT
This research discusses the Community Development Committees (CDC) involvement in fulfilling child welfare in Menteng Tenggulun and Menteng Jaya, Menteng Urban Village, Central Jakarta. Furthermore, this research also discusses the obstacles of CDC in fulfilling child welfare and also examines the efforts made by the CDC in overcoming those obstacles. This research is a qualitative research with descriptive design. CDC is a group in the community initiated by Community Development Project (CDP) which aiming to be CDP partners and as an institution prepared to continue the program when the GNI Batavia CDP Menteng Area is no longer in Menteng. The results show that the CDC has been involved in the process of preparation, assessment, planning, implementation and evaluation of the programs in fulfilling child welfare in Menteng Tenggulun and Menteng Jaya, Menteng Urban Village, Central Jakarta."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
A. Sadili Somaatmadja
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1991
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Scherer, Savitri
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1985
320.959 8 SCH k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Putra Surya Wardhana
"Tujuan penelitian ini adalah mengkaji representasi Babad Pasanggrahan Madusita tentang modernitas dan hedonisme. Modernitas dan hedonisme menjadi gaya hidup elite kerajaan Jawa pada akhir abad XIX hingga awal abad XX. Modernisasi dilakukan di kerajaan tradisional Jawa, yaitu Kasunanan Surakarta Hadiningrat pada masa Paku Buwana X. Penelitian ini menggunakan metode analisis data kualitatif dengan menggunakan sudut pandang kajian budaya. Permasalahan yang diteliti adalah bagaimana modernitas memberi
ciri pada gaya hidup hedonisme dalam Babad Pasanggrahan Madusita, bentuk representasi,
dan makna Babad Pasanggrahan Madusita. Beberapa penelitian terdahulu masih fokus pada aspek lokalitas, nilai-nilai moral, pendidikan, budaya, dan agama dari suatu naskah. Oleh sebab itu, penelitian ini dibuat untuk mengisi kekosongan kajian tentang representasi Babad Pasanggrahan Madusita tentang modernitas dan hedonisme yang dipengaruhi oleh
wacana-wacana hasil interaksi budaya Jawa dan budaya Eropa. Hasil penelitian menunjukkan Babad Pasanggrahan Madusita ditulis saat modernitas menjadi jiwa zaman. Akhir abad XIX, hedonisme menjadi gaya hidup bangsawan istana yang disokong oleh modernisasi. Bentuk representasi naskah tentang modernitas dan hedonisme ditunjukkan melalui narasi
perjalanan dan pencatatan aset-aset Pesanggrahan Madusita. Maknanya adalah kemajuan dan kemegahan pada masa Paku Buwana X sebagai “Kaisar Jawa” di era modern."
Kalimantan Barat : Balai Pelestarian Nilai Budaya , 2022
900 HAN 6:1 (2022)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dita Restu Darmawati
"ABSTRAK
Kecamatan Menteng merupakan salah satu wilayah administrasi yang terdapat di Kota Jakarta Pusat, Provinsi DKI Jakarta. Dahulu Kecamatan Menteng merupakan salah satu tempat di Indonesia yang pernah dikembangkan dan memiliki lansekap bercirikan sebagai lsquo;kota taman rsquo;. Akan tetapi seiring perkembangan zaman, Kecamatan Menteng telah mengalami perubahan karakteristik lingkungan terutama yang berkaitan dengan konsep kota taman. Perubahan karakteristik lingkungan yang dialami oleh Kecamatan Menteng selanjutnya bisa mempengaruhi kepekaan tempat penduduk dan identitas yang dimiliki oleh kecamatan tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pola karakteristik lingkungan Kecamatan Menteng yang ditinjau dari kepekaan tempat penduduk dan identitas tempat yang terbentuk pada Kecamatan Menteng seiring perubahan karakteristik lingkungan yang terjadi sebagai kota taman. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam terhadap informan kunci dan penyebaran kuesioner kepada pelaku berbagai kegiatan di Kecamatan Menteng. Semua data yang telah terkumpul diketagorikan ke dalam beberapa tema. Proses analisis dilakukan dengan metode triangulasi antara literatur sejarah Kecamatan Menteng, dokumen perencanaan Kecamatan Menteng, penemuan kata kunci dan tema dari hasil wawancara. Hasil analisis menunjukkan bahwa apabila ditinjau berdasarkan kepekaan tempat penduduk, secara keseluruhan wilayah Kecamatan Menteng saat ini sudah tidak lagi memiliki karakteristik lingkungan sebagai kota taman. Wilayah Kecamatan Menteng yang masih memiliki sisa-sisa dari karakteristik lingkungan bercirikan kota taman adalah wilayah Kecamatan Menteng bagian selatan. Sementara untuk identitas tempat yang melekat pada wilayah Kecamatan Menteng adalah sebagai tempat hunian bagi penduduk yang memiliki image ellite serta tempat kegiatan bernilai ekonomi tinggi. Sebagai kesimpulan didapatkan bahwa secara fisik Kecamatan Menteng sudah banyak mengalami perubahan, kecuali pada wilayah bagian selatan. Secara sosial, Kecamatan Menteng juga telah mengalami perubahan karakter dan identitas.

ABSTRACT
Menteng Subdistrict is one of the administrative areas located in the Central Jakarta City, DKI Jakarta Province. Formerly Menteng Subdistrict is one of the places in Indonesia that has been developed and has a landscape characterized as 39 garden city 39 . Along with the times of development, Menteng Subdistrict has experienced changes in environmental characteristics particularly associated with the concept of garden city. The changes of environmental characteristics that experienced by Menteng subdistrict could further affect to the citizen rsquo s sense of place and the identity of those subdistrict. This research conducted to analyze the environmental characteristics pattern of Menteng Subdistrict based on the citizen rsquo s sense of place and the place identity where is formed in Menteng Subdistrict along with environmental characteristic changes as garden city. Data collection is conducted through in depth interviews with key informants and distribute questionnaires to actors of various activities in Menteng Subdistrict. All of collected data is categorized into several themes. Analysis process apply the triangulation method between historical literature of Menteng Subdistrict, of Menteng Subdistrict planning document, and discover keyword and theme from interview result. Results of the analysis shows that based on the citizen rsquo s sense of place, the whole area of Menteng Subdistrict now is no longer has an environmental characteristic as a garden city. Part of Menteng Subdistrict which still has remnants of environmental characteristics as garden city is at the southern region of that subdistrict. Whereas for the place identity that attached to the Menteng Subdistrict is as a shelter for residents who have an ellite image and place of high economic value activities. In conclusion, it is found that physically Menteng Subdistrict has been changed much,except the southern region. Socially, the character and identity of Menteng Subdistrict has been changed."
2017
S68366
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>