Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13199 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tobi, Hendrik Boli
"Hakekat kemanusiaan yang paling mendasar adalah upaya memberi makna dalam setiap pengalaman kesehariannya. Ada berbagai macam yang dilakukan manusia untuk memaknai hidupnya, salah satunya adalah hermeneutika. Bermula dari upaya menerjemahkan karya-karya klasik dari jaman Yunani Kuno, hermeneutika terus berkembang seiring dengan kemajuan kajian intelektual lainnya filsafat, ilmu hukum, sastra, teologi dan studi feminisme. Salah satu tokoh dalam kajian hermeneutika adalah Hans-Georg Gadamer, seorang filsuf Jerman. Gadamer telah melakukan terobosan penting dalam kajian hermeneutika dengan menawarkan suatu pendekatan hermeneutis yang didasarkan pada pertemuan dua pihak (teks masa silam dengan penafsir) dalam suatu dialog yang produktif. Dialog yang mempertemukan dua cakrawala/horison antara teks dengan penafsir, kemudian menghasilkan suatu makna baru (kebaruan teks) bagi kepentingan si penafsir untuk memaknai hidupnya. Kajian hermeneutika Gadamer inilah yang dipakai penulis untuk memaknai kembali teks masa silam yaitu Sarinah karya Sukarno (tokoh terkemuka nasionalisme Indonesia). Teks Sarinah ini pada jamannya merupakan salah satu acuan utama bagi pedoman dan pengembangan wacana dari gerakan perempuan pada masa pergerakan nasional sampai dengan berakhirnya pemerintahan Sukarno. Cakrawala dari teks Sarinah adalah relasi antara gerakan perempuan di Indonesia dengan politik nasional anti imperialisme-kolonialisme. Dalam hal ini, teks ini berbicara tentang akar permasalahan ketertindasan rakyat Indonesia (termasuk perempuan di dalamnya) adalah politik neo imperialisme-kolonialisme yang dilakukan oleh penjajah barat. Untuk mengakhiri akar ketertindasan, seluruh komponen rakyat harus bahu-membahu berjuang melawannya. Di sini ada terjadi proses identifikasi antara persoalan nasional (secara global) dengan persoalan perempuan (secara khusus). Perempuan baru bisa bebas dari ketertindasan apabila politik anti imperialisme-kolonialisme telah menang. Cakrawala penafsir adalah persoalan penyederhanaan masalah perempuan dan subordinasi gerakan perempuan dalam politik nasional. Penyederhanaan masalah keperempuanan sering terjadi karena banyak analis luput melihat kompleksitas persoalan perempuan. Dampak yang muncul dari proses simplifikasi masalah keperempuanan adalah tidak tuntasnya penanganan dan solusi atas masalah-masalah yang khas melekat pada perempuan, Subordinasi gerakan perempuan seringkali terjadi di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Atas nama politik yang lebih besar, wacana dan gerakan keperempuanan sering dikorbankan. Kedua cakrawala di atas bisa dijembatani melalui dialog Gadamerian yang mempunyai beberapa unsur yaitu adanya perpaduan cakrawala antara cakrawala penafsir dengan cakrawala teks masa lalu, fungsi transformatif dari dialog, dan adanya aspek penerapan dari dialog. Unsur-unsur tersebutlah yang akan menghasilkan dialog yang produktif antara saya sebagai penafsir dengan teks Sarinah."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2003
S16030
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inyiak Ridwan Muzir
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2016
121.686 INY h
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Manullang, E. Fernando M.
"Beberapa para sarjana hukum itu menafsirkan secara metodologis tulisan hukum yang dihasilkannya, sambil mencari pendasaran filosofisnya dengan merujuk hermeneutika hukumnya Hans Georg Gadamer. Hermeneutika ini adalah bagian dari hermeneutika filosofis yang dapat diaplikasikan dalam bidang hukum, selain teologi dan filologi. Oleh karena itu, hermeneutika ini bekerja secara umum dan dalam tataran ontologis. Pemahaman demikian justru tidak dikenal dalam ilmu hukum, karena penafsiran dalam ilmu hukum itu lebih berkarater metodologis, hal yang jelas-jelas ditentang oleh Gadamer. Pandangan ahli hukum yang demikian bisa secara potensial membuat sesat pikir atas gagasan Gadamer mengenai hermeneutika hukum"
Depok: Badan Penerbit FHUI, 2018
340 JHP 48:2 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ayub Ranoh
Jakarta: Gunung Mulia, 2000
256 AYU k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sukarno
Djakarta: Jajasan Pembangunan, 1951
396.9 SUK s (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Masykur
"Dewasa ini hermeneutika menjadi permasalahan yang menarik untuk dieksplorasi dan dianalisis. Hermeneutika pertama muncul berkaitan dengan kata hermeneia yang diungkapkan oleh Plato, Aristoteles, dan Philo. Signifikansi dan urgensi hermeneutika diperlukan sekali ketika ingin menjelaskan dan memahami realitas yang berkaitan dengan mitos dan agama. Untuk keperluan itu, interpretasi teks Ricoeur ini memberikan alternatif yang berbeda dengan hermeneutika Romantis dan hermeneutika ontologis-eksistensial.
Dengan permasalahan di atas, penulis mengambil judul Interpretasi Teks dalam Hermeneutika Paul Ricoeur. Dengan judul ini, ada tiga masalah dalam bentuk pertanyaan, yaitu: Pertama, apa yang dimaksud dengan interpretasi teks Ricoeur tersebut? Kedua, apa yang dimaksud dengan teks Ricoeur tersebut? Ketiga, bagaimana penerapan interpretasi teks Ricoeur dalam hubungannya dengan hermeneutika Romantis dan hermeneutika ontologis-eksistensial? Kerangka teori yang digunakan adalah bahwa teori interpretasi teks Ricoeur haaya dapat dipahami dengan memahami teks yang difiksasi dengan tulisan.
Tesis ini bersifat deskriptif-analitis yang tampak pada metode-metode yang digunakan. Tesis ini merupakan studi pustaka. Pustaka primer yang digunakan adalah The Conflict of Interpretations: Essays in Hermeneutics, Interpretation Theory: Discourse and the Surplus Meaning, dan From Text to Action: Essays in Hermeneutic. Sedangkan, pustaka sekunder yang digunakan adalah pustaka yang menjelaskan hermeneutika dan interpretasi teks Ricoeur. Persoalan interpretasi teks dalam hermeneutika Ricoeur dideskripsikan, dianalisis, dan diinterpretaslkan dengan metode deskripsi, metode pemahaman,dan metode hermeneutika Ricoeur yang didasarkan pada interpretasi teks.
Pada akhir pembahasan, penulis berefleksikan secara kritis dengan metode refleksi kritis. Inti sari dari tesis ini membahas pemikiran hermeneutika fenomenologis Ricoeur yang meletakkan interpretasi teks sebagai dasar metode hermeneutikanya. Interpretasi teks Ricoeur dapat digunakan untuk membaca makna yang tersembunyi dalam teks yang mengandung makna yang tampak. Interpretasi teks Ricoeur ini merupakan distingsi antara hermeneutika Romantis dan hermeneutika ontologis-eksistensial. Distingsi antara kedua hermeneutika itu tampak pada ontonomi teks dengan konsep apropriasi-distansiasi, erklaren-verstehen, dan tindakan penuh makna sebagai teks. Dengan demikian, sebagai refleksi kritis ada dua temuan dalam tesis ini. Pertama, bahwa interpretasi teks Ricoeur merupakan mediasi antara hermeneutika Romantis sebagai kutub obyektif dan hermeneutika ontologis-eksistensial sebagai kutub subyektif. Kedua, bahwa hermeneutika fenomenologis Ricoeur merupakan mediasi antara fenomenologi Husserl dan strukturalisme Saussure."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
T11823
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Hermeneutics is a theory that deals with text interpretation.This theory is commonly used as a method to understand a text althoughhermenutics itself does not explicity formulate the practical steps to understand to text
."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Fakhri Iwansyah
"Tesis ini adalah penelitian terhadap apa itu hakikat realitas menurut Slavoj Zizek. Penelitian ini menggunakan metode refleksi kritis dan fenomenologi-hermeneutika Gadamer untuk menganalisis teori yang ditawarkan oleh Slavoj Zizek. Menggabungkan Psikoanalisis Lacanian dengan Idealisme Jerman, pemikiran Zizek penuh dengan kontradiksi dan paradoks karena memang realitas itu ternyata sarat dengan kontradiksi. Realitas simbolik ternyata hanyalah fiksi yang menyembunyikan di belakangnya suatu void yang memberikan dimensi performatif. Temuan penelitian ini adalah tidak ada sesuatu yang konsisten akan dirinya sendiri; dan dengan demikian realitas simbolik tidak lengkap, tidak selesai, dan berkontradiksi secara internal. Dalam pemikiran Zizek tidak ada sesuatu yang tidak cacat secara ontologis; tidak ada substansi yang bukan merupakan kegagalan representasi namun justru kegagalan representasi ini adalah konstitutif akan esensi substansi. Akan tetapi, sejauh realitas itu tidak utuh dan terbelah dari dalam, subjek memiliki potensi untuk bebas secara radikal: subjek dapat membangun dunia lain, realitas simbolik yang lain.

This thesis is a research on what is reality according to Slavoj Zizek. This study uses critical reflection and Gadamer's phenomenology-hermeneutics methods to analyze the theory offered by Slavoj Zizek. Combining Lacanian Psychoanalysis with German Idealism, Zizek's thinking is full of contradictions and paradoxes because reality is indeed full of contradictions. Symbolic reality turns out to be just a fiction that hides behind it a void that gives a performative dimension. The findings of this study are that nothing is self-consistent; and thus symbolic reality is incomplete, inconsistent, and internally contradictory. In Zizek's thinking there is nothing that is not ontologically flawed; there is no substance which is not a failure of representation but rather that this failure of representation is constitutive of the substance’s essence. However, in as much as reality is incomplete and divided from within, the subject has the potential to be radically free: the subject can construct another world, another symbolic reality."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Toto Sugiarto
"Disertasi ini menelaah sistem ideologi khas bangsa Indonesia, yaitu Sosio-Demokrasi Pancasila. Sistem ideologi sosio-demokrasi Pancasila dicita-citakan untuk menciptakan masyarakat Indonesia yang sejahtera dan berkeadilan sosial. Realitas di tengah masyarakat sekarang, ada ketimpangan sosial dan jurang yang tajam antara yang miskin dan yang kaya. Penyebabnya adalah bangsa ini belum mempraktekan secara sempurna sistem sosio-demokrasi Pancasila sebagai yang digagas oleh para Bapak Pendiri Bangsa. Karena itu diperlukan upaya untuk menggali kembali nilai-nilai luhur yang terkandung dalam sistem sosio-demokrasi Pancasila. Penggalian ini, setidaknya, untuk mencapai dua tujuan. Pertama, mengkaji asumsi-asumsi terkait demokrasi khas Indonesia yang menurut Sukarno mencari keberesan politik dan ekonomi, keberesan negeri dan keberesan rezeki. Artinya, menurut Sukarno sosio-demokrasi ini bisa menghasilkan kesejahteraan berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Sosio-demokrasi itu sendiri, seperti juga demokrasi liberal, adalah sistem yang dapat terjadi pembaruan di dalamnya, adaptasi dengan kehendak zaman. Kedua, melakukan penafsiran terhadap sosio-demokrasi dan asumsi-asumsi di dalam konsep sosio-demokrasi tersebut. Teks ditafsirkan dengan mengikutsertakan horison penulis. Konsep-konsep sosio-demokrasi yang lahir di era awal kemerdekaan Republik Indonesia ditafsirkan ulang di era sekarang ini. Dengan menggunakan metode hermeneutika Gadamer, peneliti menyimpulkan bahwa prinsip-prinsip dalam sosio-demokrasi Pancasila dapat menciptakan kesejahteraan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

This dissertation examines the typical ideological system of the Indonesian nation, namely the socio-democracy of the Pancasila. The ideological system of Socio-democracy of Pancasila aspires to create a prosperous and socially just Indonesian society. The reality in today's society is that there is social inequality and a sharp gap between the poor and the rich. The reason is that this nation has not perfectly practiced the Pancasila socio-democratic system as initiated by the Founding Fathers. Because of this, efforts are needed to exhume the noble values embodied in the Pancasila socio-democratic system. This excavation, at least, to achieve two goals. First, it examines assumptions related to typical Indonesian democracy which, according to Sukarno, seeks political and economic order, state order and livelihood order. This means, according to Sukarno, this socio-democracy can produce socially just welfare for all Indonesian people. Socio-democracy itself, like liberal democracy, is a system that can be reformed within, adapting to the will of the times. Second, interpreting socio-democracy and the assumptions in the socio-democratic concept. The text is interpreted by including the author's horizon. The concepts of socio-democracy that were born in the early era of the independence of the Republic of Indonesia are reinterpreted in the current era. Using Gadamer's hermeneutic method, the researcher concludes that the principles of Pancasila socio-democracy can create social welfare and justice for all Indonesian people."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ranggga Wisnumerta
"Penelitian ini membahas tentang makna alam mengharapkan manusia akan meninjau kembali pola intraksi yang dilakukan terhadap alam. Karena pemahaman cakrawala yang sempit dan salah terhadap lingkungan akan mengakibatkan kesalahan dalam cara kita berintraksi dengan alam, dimana efek yang ditimbulkan dari intraksi kita terhadap alam dan akan mempenaruhi sebagai makhluk hidul dan berada di alam."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S16158
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>