Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 51977 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maria Elvira Lanni Sundah
"Analisa atas penggunaan elemen-elemen lakon pada lakon Look Back In Anger, seperti yang telah dibahas dalam bab-bab di depan, membawa kita pada kesimpulan bahwa tema keterasingan dalam lakon ini lebih bersifat sosial dengan hadirnya banyak topik sosial, seperti masalah diskriminasi kelas atau ketidak adilan sosial, kemunafikan kaum gerejawan dan pemerintah, dan lain sebagainya. Namun masalah-masalah tersebut tidak dibahas secara mendalam dan cukup bersungguh-sungguh. Meskipun tokoh utama Jimmy Porter sering disebutkan sebagai anggota kelas menegah bawah atau kelas buruh; namun luapan perasaan serta penderitaan atau keluhan-keluhan keterasingannya tidak secara kha mewakili perasaan serta penderitaan keterasingan kelas tersebut, melainkan bersifat khas perorangan. Pembahasan dalam karya tulis ini, juga mambawa kita kepada kesimpulan bahwa sebenarnya Jimmy tidak mempunyai alasan untuk menuntut perubahan-perubahan sosial. Dalam soal, pendidikan, misalnya, Jimmy telah ikut pula menikmati fasilitas pendidikan perguruan tinggi, yang pada mulanya hanya terbuka bagi kalangan elite kelas atas sebagai salah satu perwujudan usaha pemerintah dalam pemerataan sosial. Bahwa Jimmy tidak mempunyai pekerjaan yang layak, hal itu disebabkan oleh pilihannya sendiri. Hal-hal tersebut diatas menunjukkan bahwa lakon Look Back In Anger "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1979
S14230
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Jayengrana
"Sebuah karya kadang-kadang sulit untukdimasukkan dalam suatu genre tertentu, apalagi pada masa-masa tertentu, misalnya abad XIX, masa dimulainya aliran Romantisme. Pada permulaan abad ini situasi politik di Perancis tidak stabil akibat Revolusi Industri. Keresahan dalam masyarakat dan perobahan nilai kehidupan yang tanpa pedoman membangkitkan individualisme (Lagarde, 1969). Hal ini terlihat pula dalam kesusasteraan. Adanya perkembangan ilmu pengetahuan serta latar belakang kehidupan masyarakat Perancis telah mengakibatkan berkembangnya kesusasteraan yang bebas. Penulis-penulis mulai mengungkapkan dirinya dengan kebebasan yang lebih besar. Romantisme juga memperbaharui dunia teater yang mendapat sukses besar menjelang tahun 1830. Victor Hugo, pelopor drama romantic, menyatakan dalam bukunya Preface de Cromwell bahwa ia ingin menerapkan suatu drama moderen terutama yang ditandai oleh percampuran genre_"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1986
S14319
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Badriyah A. S. Mukhlis
"Tujuan penulisan skripsi ini ialah menunjukkan bahwa fungsi keragaman ruang dalam lakon Lorenzaccio mendukung keragaman tokoh, peristiwa, waktu dan mendukung keutuhan karya. Metode penelitian yang dipakai ialah metode struktural yaitu suatu cara pendekatan intrinsik yang menggunakan Ilmu Bahasa sebagai dasarnya. Dasar teori yang dipakai ialah teori Anne Obersfeld mengenai alur, tokoh, ruang dan waktu yang terdapat dalam bukunya Lire le Theatre. Hasil penelitian membuktikan bahwa alur lakon tidak tunggal, tokoh beragam, ruang beragam dan waktu beragam. Ruang yang beragam mendukung keragaman peristiwa yang terjadi di dalamnya. Pergantian ruang terjadi sebagai konsekwensi dari perpindahan tokoh untuk melakukan tindakan. Waktu cerita yang beragam sesuai pula dengan keragaman ruang. Keragaman ruang terlihat mendukung keutuhan karya karena sesuai dengan keragaman alur, keragaman tokoh dan keragaman waktu sehingga terdapat keselarasan antara unsur-unsur tersebut dalam membentuk keutuhan karya. Selain itu terlihat pula dukungan keragaman ruang dalam fungsi utama ruang, yaitu pembentukan realita fiktif. Keragaman ruang bukanlah suatu yang berlebih-lebihan, melainkan wajar untuk menceritakan suatu realita fiktif yang betul-betul hidup sesuai dengan tema pergolakan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S14288
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Martha Santoso
"Nama Ionesco sudah tidak asing agi dalam dunia teater. Kita tidak dapat memisahkan namanya dari teater kontemporer. Karya-karyanya sudah banyak dipentaskan di berbagai belahan dunia, juga di Indonesia. Goenawan Mohamad, pengamat teater Indonesia mutahir, setelah melihat banyaknya karya-karya Ionesco yang pernah dipentaskan di negri ini, tidak mengingkari adanya pengaruh Ionesco dalam pertumbuhan teater Indonesia: Tak terlampau mengherankan apabila pengaruh tokoh teater absurd yang paling banyak bicara ini punya jejaknya dalam teater kita (Goenawan M; l98O:103). Di negrinya sendiri, pada awal pemunculannya, Ionesco banyak mendapat serangan dari para kritikus sastra, karena karya-karyanya yang dianggap mengesampingkan konvensi drama pada jamannya. Ionesco sendiri menyebut lakon-lakonnya dengan anti-theatre, yaitu sebagai semacam kritik untuk lakon-lakon konvensional yang tidak pernah disu_kainya. Dalam lakon La Cantatrice Chauve (1950) misalnya, banyak hal aneh yang dapat di jumpai. Terlihat bahwa antara peristiwa satu dan lainnya tidak berkai tan, dan seakan-akan tidak berujung pangkal. Keterangan waktu dikacau-balaukan (bunyi dentang jam tujuh belas kali). Tokoh-tokohnya juga nampak aneh."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1983
S14336
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusmiati Alius, Author
"Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan terjadinya perkembangan dalam diri tokoh Isabelle, serta menunjukkan hal-hal yang membuat timbulnya perkembangan tersebut. Skripsi berpijak pada metode struktural. Dasar teori yang dipakai adalah teori mengenai alur dan tokoh
dari Anne Uhersfeld, dalam bukunya Lire le Theatre.
Hasil analisis menunjukkan bahwa pada mulanya Isabelle sangat terikat pada Hantu. Ia menganggap Hantu sebagai bagian yang tak dapat terpisahkan dari hidupnya, dibuktikan melalui tindakannya yang selalu menghadirkan tokoh ini dalam tiap kesempatan.
Namun kemudian terjadi perkembangan dalam dirinya. yang merupakan hasil dari usaha sekelompok tokoh (Penilik Sekolah, Pengawas Ukuran dan Timbangan, Pedagang Obat
Serta Walikota). Dengan caranya masing-masing, mereka berusaha menyadarkan Isabelle akan kekeliruannya selama ini. Hantu bukanlah merupakan wujud nyata, melainkan
hasil dari renungan imajinasinya yang sangat kuat, sebagai pelarian untuk mencapai kebahagiaan."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Darsimah Mandah
Depok: Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, 1993
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Dwi Irmawati
"Wayang kulit purwa merupakan produk budaya Jawa yang mengandung tontonan, tuntunan, dan tatanan. Lakon pada pertunjukan wayang kulit purwa terbagi dalam lima zaman, yakni mitos awal zaman, Lokapala, Arjunasasrabahu, Ramayana, dan Mahabharata. Lakon Dumadine Sanjata Cakra termasuk ke dalam mitos awal zaman. Pada pertunjukkan wayang kulit purwa selalu menyajikan pertarungan antara keutamaan dan keangkaramurkaan. Penyebab pertarungan keduanya ialah berhubungan dengan perebutan harta, tahta, dan wanita. Dalam lakon Dumadine Sanjata Cakra dikandung etika kekuasaan. Penelitian ini membahas etika kekuasaan melalui deskripsi pertarungankeutamaan dengan keangkaramurkaan, mitos dan kekuasaan, dan simbol dan kekuasaan  dalam lakon Dumadine Senjata Cakra. Untuk menjawab permasalahan, penelitian ini menerapkan metode deskriptif kualitatif dari Creswell (2010), transkripsi lisan ke tulis, kerangka konseptual etika kekuasaan dari Franz Magnis Duseno (1984), kerangka konseptual mitos dari Van Peursen (1989), dan kerangka teori simbol dari Turner dalam Disesrtasi Woro Aryandini (1998). Penelitian ini menyajikan hasil pembahasan yang signifikan bahwa etika kekuasaan melalui kajian tentang senjata cakra mampu memberikan pedoman dan tuntunan spiritual bagi masyarakat. Etika kekuasaan dikonstruksi melalui pertarungan kekuatan keutamaan dengan keangkaramurkaan, mitos, dan simbol. Senjata Cakra sebagai manifestasi dari spiritualitas kekuasaan manusia memberikan motivasi terhadap keberlangsungan keharmonisan dan keselarasan alam semesta.

Wayang kulit purwa is a Javanese cultural product that contains spectacle, guidance and order. The plays in the Purwa shadow puppet show are divided into five eras, namely the myth of the beginning of the era, Lokapala, Arjunasasrabahu, Ramayana, and Mahabharata. Dumadine Sanjata Cakra’s play is included in the myth of the beginning of time. Purwa shadow puppet shows always present a battle between virtue and cruelty. The cause of the fight between the two is related to the struggle for wealth, throne and women. In Dumadine Sanjata Cakra's play, the ethics of power is contained. This research discusses the ethics of power through descriptions of the struggle between virtue and wrath, myth and power, and symbols and power in Dumadine's play Weapon Cakra. To answer the problem, this research applies Creswell's(2010) qualitative descriptive method, oral to written transcription, the power ethics conceptual framework of Franz Magnis Suseno (1984), Van Peursen's conceptual framework of myth (1998), and Turner's symbol theory framework in a Dissertasion byWoro Aryandini (1998). This research presents significant discussion results that the ethics of power through the study of chakra weapons are able to provide spiritual guidance and guidance for society. The ethic of power is constructed through a struggle between the power of primacy and terror, myth and symbols. Chakra weapons as a manifestation of the spirituality of human power provide motivation for the continued harmony and harmony of the universe."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Davina Aussieria
"Skripsi ini membahas mengenai keterasingan yang dialami tokoh Duc de Reichstadt dalam drama L?Aiglon karya Edmond Rostand ditinjau dari analisis alur, latar, tokoh dan pengujaran. Hasil analisis dari alur, latar, tokoh dan pengujaran menunjukkan bahwa Duc de Reichstadt, putra Napoleon yang diasingkan ke Austria ini mengalami keterasingan. Hal ini menyebabkan kerancuan pada identitasnya. Ia menjadi terasing dari masa lalunya dan ingin terbebas dari keterasingan yang dialaminya.

The focus of this study is the estrangement of Duc of Reichstadt, the main character of L?Aiglon a drama written by Edmond Rostand, reviewed by analyses on plot, setting, characters and speeches. Analysis on plot, setting, characters and speeches showed that Duc of Reichstadt, the son of Napoleon who was exiled in Austria, suffered of estrangement. This is led to confusion about his identity. He became isolated from his past and therefore wants to liberate himself from his estrangement."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S42225
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Akbar Abdillah
"Penelitian ini menganalisis prosedur penerjemahan bentuk-bentuk kata sapaan dalam novel Er Ist Wieder Da karya Timur Vermes yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris karya Jamie Bulloch berjudul Look Who's Back. Data dianalisis menggunakan teori prosedur penerjemahan oleh Newmark, Molina & Albir, Pertheghella dan Viney & Darbelnet. Penelitian ini dilakukan secara kualitatif dengan cara deskriptif kepustakaan karena korpus penelitian ini adalah novel. Jenis kata sapaan di dalam novel, seperti kata ganti lain, nama diri, gelar/pangkat, nomina + ku dan nomina lain. Bentuk sapaan dibagi berdasarkan prosedur, enam kasus menggunakan prosedur padanan budaya, dua kasus menggunakan prosedur ekuivalen fungsional, tiga kasus menggunakan prosedur peminjaman, tiga kasus menggunakan prosedur modulasi, dua kasus menggunakan prosedur couplet, enam kasus menggunakan prosedur amplifikasi, empat kasus menggunakan prosedur penerjemahan harfiah, kasus menggunakan prosedur literal, satu kasus menggunakan prosedur reduksi, dua kasus menggunakan prosedur lokalisasi dialek dan satu kasus menggunakan prosedur eksplisitasi.

This study analyzes the procedure of translating the forms of address in Timur Vermes's novel Er Ist Wieder Da translated into English by Jamie Bulloch titled Look who's back. The data was analyzed using the theory of translation procedures by Peter Newmark, Lucía Molina & Amparo Hurtado Albir, Pertheghella dan Viney & Darbelnet. This study was conducted using qualitative with means of descriptive literature because the corpus of this study is novel. Types of Address in the novel, such as other pronouns, personal names, titles/ranks, possessive adjective, and other nouns. The forms of address were divided based on the procedure, six cases used cultural equivalent procedure, two cases used functional equivalent procedure, three cases used borrowing procedure, three cases used modulation procedure, two cases used couplet procedure, six cases used amplification procedure, four cases used literal translation procedure, one case used reduction procedure, two cases used dialect localization procedure and one case used explicitation procedure."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Whelen, Christopher.
London: Faber and Faber , 1959
782.812 WHE w
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>