Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 78472 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Diana Kartika
"Keberhasilan Jepang menguasai perekonomian dunia saat ini tidak terlepas dari proses industrialisasi dan modernisasi Jepang yang telah dipersiapkan pada akhir zaman Tokugawa dan revolusi industrinya berpuncak pada zaman Meiji. Proses industrialisasi Jepang pada awalnya mengalami kegagalan dan menimbulkan kegelisahan pada masyarakat Jepang. Tetapi negara ini telah banyak mendapat pelajaran yang berharga dari kegagalan menghadapi teknologi dari luar negeri (Barat). Semula pemerintah Jepang beranggapan bahwa dengan teknologi maju dari Barat dapat memacu pertumbuhan ekonomi negara tesebut. Namun, setelah mereka tidak berhasil dengan strategi itu, mereka dengan segera merubah atau membenahi strategi berikutnya, antara lain dengan nenyesuaikan teknologi yang cocok dengan kapasitas nasional (domestic capacity) dan kemampuan sosial (social capability) untuk nendukung industri di Jepang.
Industri yang dikembangkan untuk memacu pertumbuhan ekonomi dan kekuatan militer Jepang dengan melaksanakan slogan fukoku kyohsi (negara kaya militer kuat) dan shokusan kogyo (meningkatkan produktivitas dengan menggalakkan industrialisasi) dibedakan atas dua kategori utama. Pertama, industri sutera, kapas dan pemintalan benang sebagai industri yang diandalkan untuk memacu pertumbuhan ekonomi. Kedua, industri besi-baja dan transportasi sebagai industri strategis militer. Revolusi industri memberikan dampak yang cukup besar terhadap pertumbuhan ekonomi, politik dan keamanan, tetapi tidak memperlihatkan perubahan yang berarti terhadap perubahan sosial-budaya. Kepribadian masyarakat Jepang relatif tidak terpengaruh oleh adanya kebijaksanaan masuknya teknologi dan kelembagaan Barat.
Dampak revolusi industri terhadap perekonomian Jepang dapat dilihat dari perbaikan sumber modal, pertumbuhan ekonomi (GNP) yang meningkat, dan perbaikan struktur ekonomi Jepang. Dampak terhadap perubahan politik dan keamanan berupa munculnya gerakan-gerakan demokrasi (jiyu minken undo) yang bersumber dari ketidakpuasan sekelompok intelektual Jepang terhadap industrialisasi. Revolusi industri juga memberi dampak terhadap masuknya kelembagaan-kelembagaan politik modern Jepang, seperti partai politik dan konstitusi. Di samping itu industrialisasi memberi dampak yang eukup besar terhadap kekuatan militer Jepang, yang bahkan mampu menguasai beberapa negara melalui aksi perang untuk menguasai pasaran produk-produk mereka dan atau bahan-bahan baku yang dibutuhkan Jepang."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1991
S13551
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Linda Sesaria Sembung
"Skripsi ini membahas kondisi tenaga kerja wanita dalam industri tekstil Jepang zaman Meiji. Tenaga kerja wanita pada era Meiji memiliki peran penting dalam kesuksesan industrialisasi Jepang. Namun, meskipun kontribusi tenaga kerja wanita dalam sektor industri (terutama industri tekstil) sangat besar, kesejahteraan pekerja wanita sangat buruk dilihat dari kondisi lingkungan kerja yang berat, waktu kerja yang panjang serta upah yang rendah. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif-analisis. Hasil penelitian mengungkapkan buruknya kondisi tenaga kerja wanita berkaitan erat dengan eksploitasi kaum proletar yang dilakukan para pemilik modal serta subordinasi wanita yang dilakukan oleh masyarakat Jepang sebagai akibat dianutnya ideologi Konfusianisme yang mengatur hubungan sosial.

The focus of this study is the conditions of female labour in the textile industry in Meiji Japan. Female labour in the Meiji period has an important role in the success of Japanese industrialization. However, although the contribution of female labour in the industrial sector (particularly textiles) is very large, workers' welfare are very poor based on the severe working conditions, long working hours and low wages. This research is qualitative descriptive-analytical interpretive. The results of this study revealed the poor condition of female labour is closely related to the exploitation of the proletariat by the capitalists and subordination of women by the Japanese people as a result of adoption of Confucian ideology that control the social relations."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S44413
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Dewi Andriani
"BAB1 Pendahuluan
1.1. Latar Belakang Permasalahan.
Perubahan yang terjadi dalam masyarakat suatu negara dapat terwujud akibat terjadinya proses modernises!. Modernisasi menurut Prof. J.W. Schoorl di dalam bukunya yang berjudul Modernisasi dirumuskan sebagai suatu penerapan pengetahuan ilmiah yang ada kepada semua aktivitas, semua bidang kehidupan atau kepada semua aspek-aspek kemasyarakatan. Modernisasi juga merupakan suatu proses transformasi, yakni suatu perubahan masyarakat dalam segala aspek-aspeknya yang meliputi aspek sosial, budaya, politik dan ekonomi. Akan tetapi tidak semua perubahan dapat didefinisikan sebagai modernisasi karena hanya perubahan yang ada sangkutpautnya dengan tambahan ilmu pengetahuan saja yang dapat digolongkan ke dalamnya. (J.W. Schoorl, 1991:4).
Selanjutnya ia mengatakan bahwa tambahan pengetahuan ilmiah merupakan faktor yang terpenting dalam modernisasi. Sehubungan dengan hal tersebut maka masyarakat itu dikatakan lebih atau kurang modern apabiia lebih atau kurang menerapkan pengetahuan dengan cara yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. (J.W. Schoorl, 1991:4) Proses modernisasi sendiri berjalan melalui proses akulturasi yaitu suatu proses perubahan kebudayaan dimana dua kelompok atau lebih yang berbeda mempunyai kontak yang terus menerus dan berakibat salah satu dari kelompok itu mengambil alih unsur-unsur dari kelompok lainnya.(J.W. Schoorl, 1991:19).
Kata modernisasi dalam kamus besar Jepang mengandung pengertian sebagai berikut:
Genrai, kindaika modernization wa dentoo shakai ya fuken shakai nado no zenkin shakai kara kindai shakai he no idoo ya soreni shitagau shakai. Bunka ryoiki de no henka o yubi shimesu keiyooshi toshite, oobei shakai demo furui kara tsukawarete kita chuuritsu teki na gainen ni suginai. Sokoni bukka teki imi ga komerarenj toshitemo, sorewa modanizumu nado to iu kotoba nado to omonatte [touseifu ni] em to iu hodo no imi shika mo nasarete inai.
Shikashi [seiyou no shoogeki] no shita ni, soreni tsui tsuki hikkooshu begu [ue kara no kindaika] seisaku torareta zenhatsu shookoku ni oitewa, kono kotobawa tokui na imi naiyoo o motsu mono toshite hattachishita. Sokodewa, kindaika to wa, seiyoo kindai shookoku o modem toshite, sono seiji, keizai, gunji, bunka no taisei o ito teki ni tori irete jikoku no hatten o hakaru koto o ippan ni imi sum yooni naru. (Daihyakka Jitten, 1984:617)
Artinya:
"Pada dasamya Kindaika adalah kata sifat yang menunjukkan suatu bentuk perubahan masyarakat dan budaya dari seluruh wilayah yang menyertai perubahan dari masyarakat yang belum modem seperti masyarakat tradisional atau masyarakat feodalisme menjadi masyarakat modem. Konsep ini tidak lebih dari suatu konsep yang dipakai sejak dahulu kala dalam masyarakat Barat. Meskipun memiliki arti yang penting namun Kindaika tidak memiliki arti sebagai suatu perubahan seperti yang dimiliki oleh modernisasi di Barat.
Tetapi kata ini selain merupakan pengaruh Barat, keberadaannya diseluruh negeri yang belum berkembang yang mengadopsi tindakan politik berkembang dengan memiliki arti yang khusus. Kindaika sebagai model modernisasi Barat secara umum memiliki arti melakukan ekspansi bagi negaranya dengan mengadopsi sistem budaya, militer, ekonomi dan sosial."
* Modernisasi sendiri menurut seorang ahli sosiologi Jepang, Kennichi
Tominaga, tidak selalu mengandung pengertian Westernisasi. Hal ini diakibatkan karena modernisasi yang terjadi di negara-negara non Barat mempunyai perbedaan-perbadaan tertentu dalam hal kebudayaan tradisionaf setempat yang tetap dipertahankan. la juga menjelaskan bahwa apabila modernisasi yang terjadi di negara-negara non Barat dilakukan dengan memasukkan bentuk-bentuk kebudayaan Barat secara bulat dan utuh maka hal tersebut dapat dikatakan sebagai Westernisasi atau Eropanisasi. (Tominaga, 1990: 53-59).
Proses modernisasi sendiri dapat di katakan terjadi di hampir semua bangsa di dunia. Manifestasi proses ini diawali di wilayah Eropa dan Amerika dengan serangkaian peristiwa yang terjadi sekitar abad 16 seperti perang kemerdekaan Amerika tahun 1765-1783, revolusi Perancis tahun 1760 serta revolusi industri di Inggeris tahun 1830. Semua peristiwa tersebut menjadi penyebab timbulnya proses modernisasi di segala bidang kehidupan yang melanda ke seluruh dunia sampai dengan akhir perang dunia kedua.
Penyebarannya menyebabkan masyarakat dunia sering dibagi menjadi dua kategori yaitu negara maju dan negara yang sedang berkembang, masing-masing terdiri atas negara yang telah mengalami modernisasi dan negara yang sedang mengalami modernisasi. Di dalam proses modernisasi termuat pula aspek-aspek rencana pembangunan sosial, ekonomi, budaya atau politik dari suatu negara. Aspek yang paling spektakuler dalam modernisasi suatu masyarakat adalah penggantian teknik produksi dari cara-cara tradisional ke cara-cara modern seperti halnya yang terjadi pada revolusi industri. Akan tetapi proses yang disebut revolusi industri itu hanya satu bagian atau satu aspek saja dari suatu proses yang lebih luas."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2002
T488
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tambunan, Kathrin Octiana
"ABSTRAK
Tujuan penulisan skripsi ini, yang dilakukan sebagai salah satu persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sastra pada tahun 1996, ialah memaparkan serta mengkaji pemikiran dari seorang politikus pada zaman Meiji, yaitu Mori Arinori dalam memodernisasikan Jepang. Kesimpulan yang diperoleh dari pengkajian seorang tokoh Mori Arinori adalah bagaimana dia dapat mencetuskan pemikirannya untuk memodernisasikan Jepang, dengan gaya dan pikirannya yang berani dan gigih. la memiliki tekad yang tinggi untuk memajukan Jepang dengan hasil pemikirannya yang modern. Latar belakang keluarga dan pendidikan yang dipelajarinya menjadikan Mori Arinori memiliki pemikiran bergaya Eropa. Negara Jepang yang pada saat itu menurut Mori sangat ketinggalan zaman, sehingga tidak akan mengalami kemajuan jika tidak melakukan tindakan modernisasi seperti penghapusan kebiasaan menyandang pedang pada kaum samurai, pemakaian bahasa Inggris, dan mengajarkan pendidikan bergaya militer. Karena dinilai pemikirannya terlalu berani dan...

"
1996
S13993
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Noviantoro
"Pada permulaan Zaman Meiji terjadi perubahan besar-besaran pada masyarakat Jepang pada berbagai aspek kehidupan. Ketika masa tersebut, diskriminasi sosial masyarakat dihapuskan dan Jepang membuka dari masuknya peradaban barat setelah sekian lama mengisolasi negeri. Hal ini adalah konsekuensi yang dijaiani setelah Kaisar Meiji mengumumkan Gokajo no Goseimon (Lima Sumpah Kaisar) yang menjadi ideologi dan landasan berpijak pemerintahan baru Meiji. Dengan terjadinya perubahan yang besar pada kemajuan Jepang terutama dalam bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan, juga dibarengi dengan masuknya kebudayaan dan paham-paham barat yang dikenal dengan istilah westernisasi atau seiyouka. Kaisar melihat gejala-gejala sosial yang terjadi pada masyarakat sehingga dirasa perlu untuk membuat rambu-rambu untuk mengatasi implikasi dari kebijakannya memodernisasi negeri dengan mengeluarkan Kyouiku Chokugo (Sabda Kaisar tentang Pendidikan). Kyouiku Chokugo adalah maklumat yang dikeluarkan untuk membentuk sebuah pendidikan yang berbasis moral yang bersumber dari ajaran Konfusianisme."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2006
S13894
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ansar Anwar
Bogor: Maharini Press, 1999
370.952 A 303 p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nana Rahayu
"ABSTRAK
Tesis mi membahas pengembangan pendidikan melalui buku-buku pelajaran yang
digunakan pada sekolah dasar di Kyoto-shi pada zaman Meiji Tujuan dan
penelitian mi adalah untuk memberikan pengetahuan mengenam sejarah
modernisasi dalam pendidikan di Jepang yang berawal dari zaman Meiji
Penelitian im adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptmf Hasil
penelitian menjelaskan bahwa buku-buku yang digunakan pada pendidikan
sekolah dasar di Kyoto shi pada zaman Meiji dibagi menjadi tiga kelompok
pendidikan pada masa transisi pendidikan yang mengarah kepada pendidikan
Barat dan pendidikan untuk memngkatkan taraf hidup manusia Pembagian
kelompok buku-buku pelajaran tersebut berdasarkan konsep jitsugaku.

ABSTRACT
This thesis discusses the development of education through textbooks used in
primary schools in Kyoto shi in the Meiji era The objective of this thesis is to
deepen our knowledge about the history of modernization in education in Japan
which started from the Meiji era Using descriptive approach this thesis explains
that the textbooks used in primary schools in Kyoto shi in the Meiji era can be
divided into three categories the transitional era the Western education and the
education for a better life These categories are found by applying the concept of
jitsugaku on the textbooks.

"
2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Ketut Surajaya
"Salah satu syarat yang mesti dipenuhi dalam menyelesaikan studi sarjana pada Fakultas Sastra Universitas Indonesia, adalah membuat karya tulis ilmiah dalam bentuk Skripsi. Penulisan SKRIPSI bukan hanya semata merupakan syarat, akan tetapi bertujuan lebih memperdalam wawasan ilmiah, Mengembarkan pikir, memupuk sebuah ketrampilan yang sangat berguna untuk mengembangkan studi spesialisasi. Disamping itu juga bertujuan untuk memupuk keberanian berkarya, kemudian mempertanggung jawabkan basil karya tersebut. Penulis yang mengambil spesialisasi dalam bidang Sejarah Politik di Jepang, khususnya mengenai Gerakan Demokrasi (Jiyuu Mi ken Undoo_) pada Zaman Meiji, antara tahun 1874-18871 berdasarkan beberapa alasan tertentu. Pertama, banyak buku-buku soearah maupun tulisan-_tulisan ilmiah ditulis, mengenai perubahan besar yang terjadi pada Zaman Meiji, maupun pada Zaman sesudah perang, yang merupaken bagian terpenting dari sejarah modernisasi Jepang. Akan tetapi kebanyakan buku-buku sejarah, maupun tulisan-tulisan ilmiah tersebut ditu_lis dalam bahassa Jepang, maupun bahasa asing yang ti_dak dimengerti oleh bangsa-bangsa lain, sehingga hanya mampu diketahui oleh segolongan kecil masyarakat. Pada hal ditinjau dari kepentingan sejarah dan masyarakat sangat panting untuk mengetahui hal tersebut, mengingat kemajuan-kemajuan yang dicapai oleh suatu maeya_rakat, maupun bangsa Use. dilihat dari pengalanan pengalaman sejarah yang dialami . Oleh masyarakat maupun bangsa bersangkutan. Khususnya di Indonesia, buku-buku sejarah, maupun tulisan-tulisan ilmiah mengenai Jepang yang ditulis delam bahasa Indonesia sangat sedikit, bo-leh dikatakan belum berarti kalau dibandingkan dengan tulisan-tulisan dalam bahasa asing lainnya. Dengan adanya tulisan SKRIPSI ini rmullah-mudahan menambah Iiteratur mengenai Jepang, yang sangat dibutuh_ken oleh mereka-mereka yang berminat da!am bidang studi mengenai Jepang. Penulis mengekui dengan tutus bahwa se-cara keseluruhan, dialenea ini akan ditemui kekurangan_ kekurengan, maupun kelemahan-kelemahan. Salah satu faktor penyebab ialah masih sangat terbatasnya penguasaan bahasa Jepang oleh penulis yang merupakan kebutuhan primer di delam mengadaan penelitian-penelitian tersebut."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1975
S14040
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iqbal Adzhani
"Skripsi ini membahas mengenai perkembangan pariwisata di Jepang pada zaman Meiji yang berlangsung dari tahun 1868 sampai 1912. Fokus utama penelitian ini adalah menjelaskan bagaimana Jepang yang pada saat itu baru membuka negaranya kepada dunia luar menghadapi hal-hal baru dan asing dari barat seperti ilmu pengetahuan, teknologi dan Ideologi/pemikiran serta bagaimana mereka memanfaatkannya untuk mengembangkan Pariwisata Jepang. penelitian ini mengindikasikan bahwa Jepang dapat menggunakan ilmu pengetahuan, teknologi dan pemikiran-pemikiran dari barat untuk memodernisasi industri pariwisatanya sehingga Jepang dapat melayani wisatawan, terutama wisatawan asing dari barat dengan baik dan menunjukkan bahwa Jepang memiliki tingkat peradaban yang setara dengan mereka.

This study Japan Tourism development by Japanese Government and society in Meiji era under Emperor Meiji'rule from 1868 1912 to the development of Japanese Tourism at that time. The main focus on this study is are to explain how Japanese at that time who had just opened their country to the world faced new and foreign things from the west like knowledge, technologies, and ideologies ideals and then how they utilized it to developed Japan tourism. This study results reveals that Japan can used those western knowledge, technologies and ideals to modernized their tourism industry so that Japan could serve the tourists, especially those from the western hemisphere nicely and showed them that Japan are at the same level as them in terms of civilization.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ike Iswary Lawanda
"ABSTRAK
Kesimpulan penelitian ini, wanita Jepang khususnya wanita di zaman Meiji di dalam program industrialisasi pemerintah peran nya dianggap rendah dan tidak dihargai. Namun, tidak disangkal bahwa kondisi wanita menjadi lebih baik.
Pembagian kerja antara pria dan wanita serta patriarkat menjadi doktrin yang tidak dapat dihindari dalam masyarakat Jepang. Perubahan dalam lapangan pekerjaan memberikan akses kepada wanita untuk menerima upah sebagai tenaga kerja. Walaupun tekanan dalam pekerjaan terhadap wanita tidak dapat dihindari, upah sangat rendah yang diterima, dan pekerjaan wanita yang dianggap paruh waktu dengan waktu kerja yang panjang. Pendaya gunaan tenaga kerja wanita sangat tinggi dan perbedaan upah dibandingkan pria berada di tingkatan terbawah.
Jiyuminken menciptakan perundang undangan (Dainihon Teikokukenpo dan Meijiminpo) mengandung maksud memperbaiki status wanita, kenytaannya hanya pada hal tertentu dan terbatas. Penyebab dari rintangan bagi wanita perangkat hukum Meijiminpo mempertegas pembatasan kedudukan wanita dan sistem sebagai dasar dari Meijiminpo menekan pembagian kerja di dalam rumah tangga.
wanita dari shakaishugi (faham sosialis) menampilkan akibat dari sistem le dan kapitalisme yang membentuk kondisi tidak sama bagi wanita. Pria menerapkan sistem Ie pada pekerjaan di luar rumah tangga sehingga dapat menarik keuntungan dari kondisi tersebut. Wanita ditekankan memiliki sebagian besar tanggung jawab di lingkungan domestik dan pemeliharaan anak.
Usaha menempatkan wanita sama dengan pria dilakukan dengan pandangan sosialis, namun pada kenyataannya gender merupakan faktor penentu di dalam hubungan sosial masyarakat. Wanita terbagi menurut gender dan startifikasi masyarakat. Menjadi wanita ryosaikenbo sangat penting, semua wanita diperlakukan sebagai isteri yang baik dan ibu yang bijaksana di dalam rumah tangga, tempat kerja dan masyarakat. Dalam kenyataan kehidupan wanita Jepang direndahkan tidak dihargai.

"
1995
T3923
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>