Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 156751 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Moh. Nizar
"Kelompok Salawat Wahidiyah adalah sebuah kelompok pengamal salawat yang diciptakan oleh Kyai Madjid Ma'rut di Kedonglo Kediri tahun 1963 sebagai jawaban beliau terhadap penyimpangan-penyimpangan syariat, tidak dihargainya lagi moral keagamaan dan kecenderungan mengukur kehidupan dari sudut kebendaan semata. Kelompok ini bersifat terbuka, artinya siapa saja holey mengamalkan bacaan-bacaan salawat Wahidiyah bahkan orang non-Islam sekalipun tanpa adanya proses baiat seperti organisasi sulisme pada umumnya. Karena diyakini bahwa wirid salawat tersebut merupakan wirid nida (panggilan). artinya siapa saja yang mau membacanya maka ia akan dipanggil oleh Allah untuk kembali ke jalan-Nya. Maka sangat wajar kalau mereka menjadikan 'fafiru ilallah yang maksudnya mari kita kembali ke jalan Allah sebagai doktrin kelompok. Para ahli ada yang memasukkan kelompok ini ke dalam tarikat ada pula yang tidak. Abdurrahman Wahid misalnya menamakan kelompok ini sebagai gerakan sufisme non_tarikat atau Moeslim Abdurrahman menyebutnya sebagai pseudo tarikat tarikat seine karena adanya perbedaan dengan pengertian tarikat pada umumnya. Dari penelitian ini diharapkan mampu mengetahui lebih lanjut tentang keberadaan kelompok tersebut dari sisi ajaran, amalan, keorganisasian, latar belakang sosial budaya terutama pengetahuan tentang ajaran agama Islam para penganutnya serta pandangan yang muncul dari mereka berdasarkan atas penguasaan ajaran agama tersebut. Dengan demikian penulis akan mendapatkan pengetahuan yang lebih mendalam dari salah satu ajaran sufisme di dalam Islam. Pada akhir pembahasan skripsi ini ditemukan adanya kekhususan Kelompok Wahidiyah .dari kelompok-kelompok sufisme pada umumnya, dan yang paling pokok dari kekhususan tersebut adalah tidak dikenalnya silsilah dan bai'at dalam ajarannya. Dari kekhususan ini melahirkan implikasi terhadap banyak hal, satu diantaranya adalah kelompok Wahidiyah tidak termasuk dalam tarikat mu'tabarah. Kota Surabaya sengaja dipilih, mewakili kota lainnya dengan mempertimbangkan heterogenitas terhadap banyak hal di samping kedekatannya dengan pusat penyiaran Wahidiyah di Kediri sehingga diharapkan kesimpulan yang dihasilkan akan memiliki tingkat validitas yang lebih dapat dipertanggungjawabkan."
2000
S13306
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Enik Purnawati
"Data diperoleh dari sumber primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara dengan pengurus pusat Yayasan perjuangan Wahidiyah dan buku-buku terbitan Wahidiyah. Sedangkan data sekunder diperoleh dari sumber pustaka berupa buku-buku yang terdapat di perpustakaan pusat UI, perpustakaan FIB UI, perpustakaan STIS dan STIE Wahidiyah Kediri, dan perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah. Hasil analisis adalah bentuk amalan dari salawat Wahidiyah yang disebut mujahadah merupakan sarana untuk memperkuat batin sehingga dapat menerapkan ajaran Wahidiyah dengan baik dan juga sebagai sarana untuk menanggulangi terputusnya hubungan manusia dengan Allah, Rasul, dan Ghaus. Cara pengamalannya menggunakan aturan yang telah ditetapkan oleh pencipta salawat, namun terdapat berbagai keringanan dan kemudahan di dalamnya, serta pengecualian dalam kondisi-kondisi tertentu. Amalan-amalan Wahidiyah mayoritas merupakan amalan yang bersifat praktis dan mudah untuk dilaksanakan oleh mereka yang memiliki pengetahuan agama yang cukup maupun yang kurang sehingga mempermudah penerimaan masyarakat. Selain itu, amalan Wahidiyah bisa beradaptasi dengan budaya masyarakat lokal, seperti adanya mujahadah untuk pertanian, peternakan, perdagangan, dan sebagainya. Jamaah atau kelompok pengamal salawat Wahidiyah umumnya dibentuk berdasarkan pembagian wilayah geografis, dan pelaksanaan mujahadah secara bersama-sama atau berjamaah dengan waktu yang teratur menyebabkan interaksi antar pengamal semakin sering yang memungkinkan terjalinnya hubungan yang erat sehingga diperoleh rasa kebersamaan dan persaudaraan. Dalam pelaksanaan mujahadah, nampak sekali bahwa Wahidiyah mengamalkan sufisme, yaitu dengan membaca zikir-zikir yang telah terangkum dalam lembaran salawat Wahidiyah. Hal ini membuktikan bahwa Wahidiyah lebih mengutamakan segi-segi batin daripada pelaksanaan ibadah lahir. Dengan kata lain, dapat pula disimpulkan bahwa Wahidiyah ikut memperbaiki masyarakat dengan jalan batiniah, yaitu dengan melaksanakan amalannya yang disebut mujahadah."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2007
S13143
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abid Fathurrahman Arif
"Penelitian ini membahas tentang organisasi masyarakat Front Pembela Islam (FPI) yang dibubarkan secara resmi oleh Pemerintah Indonesia tertanggal 30 Desember 2020 dengan pendekatan tipologi ideologi keagamaan dan gerakan FPI berdasarkan pengaruhnya di tengah masyarakat Indonesia yang majemuk dan keterkaitannnya dengan penerapan kebijakan Pemerintah Indonesia. Teori yang digunakan adalah Islamisme/Fundamentalisme/Islam Politik disertai Teori Kebijakan Publik (Public Policy) sebagai pisau bedah analisis penelitian ini. Metode penelitian yang diigunakan adalah kualitatif melalui wawancara, observasi dan studi pustaka. Berdasarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 Menteri, FPI dibubarkan secara resmi organisasi dan kegiatannya karena dianggap menganggu ketertiban masyarakat dan ideologi yang tidak sesuai dengan dasar negara Republik Indonesia. Kebijakan Pemerintah ini bersifat inkremental/marginal dalam pengambilan keputusannya yang faktor utamanya persinggungan kepentingan politik dengan kelompok Islamis. Di sisi lain, Pemerintah juga menerapkan kebijakan pidana bagi para tokohnya dan menjadikan mitra pertimbangan mengatasi permasalahan nasional. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi wawasan kebaruan menyikapi organisasi FPI sebagai salah satu gerakan Islam kontemporer dan mewujudkan peran keadilan dan obyektivitas dalam kebijakan yang diterapkan pemerintah Indonesia terhadap pergerakan Islam lainnya.

This research discusses the community organization Islamic Defenders Front (FPI) which was officially disbanded by the Indonesian Government on 30 December 2020 with approach typology of religious ideology and the FPI movement based on its influence in the diverse Indonesian society and its relationship with the Indonesia Government’s policy. The theory used is Islamism/Fundamentalism/Political Islam from with Public Policy Theory from were also used as knife for the analysis of this research. The research method used is qualitative through interviews, observation and literature study. Based on the Joint Decree (SKB) of 3 Ministers, FPI's organization and activities were officially disbanded because it was deemed to be disrupting public order and an ideology that was not accordance with the country foundation Republic of Indonesia. This government policy is incremental/marginal in its decision making, the main factor being the intersection of political interests with Islamist group. On the other hand, the Government also implements criminal policies for its figures and makes them consideration partners in overcoming national problems. This research be expected provide new insights for respond about FPI organization as a contemporary Islamic movement and realizing the role of justice and objectivity in the policies implemented by the Indonesian government towards other Islamic movements."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Norty Prastity
Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan Rakyat RI, {s.a.}
324 KAJ 20:3 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Teguh Handoko
"Penelitian yang dituangkan dalam bentuk skripsi ini pada dasarnya membahas mengenai korelasi/ hubungan antara bentuk-bentuk gapura dengan keletakannya di dalam kompleks keraton. Gapura merupakan bangunan pintu gerbang yang keberadaannya tidak terbatas hanya pada kompleks keraton saja, tetapi dapat juga berada pada kompleks pemakaman, mesjid, candi dan sebagainya. Data berupa gapura keraton diambil sebagai objek penelitian ini mengingat keraton memiliki berbagai simbol kekuasaan yang diungkapkan antara lain lewat arsitekturnya. Dari deskripsi gapura-gapura pada keraton-keraton di Cirebon (Keraton Kasepuhan, Kanoman dan Kacerbonan), dapat dilihat banyaknya variasi-variasi bentuk gapura, meskipun pada dasarnya tetap merupakan 2 tipe, candi bentar dan paduraksa. Pengaruh arsitektur Hindu (pra-Islam) masih tampak pada gapura-gapura tersebut. Misalnya dari ragam hiasnya serta adanya komponen-komponen pelengkap gapura yang biasanya terdapat pada candi, yaitu pipi-tangga, menara sudut pipi-tangga dan kemuncak. Pola dasar peletakan gapura-gapura di kompleks keraton pun masih menampakkan pola lama. Seperti yang terlihat di Keraton Kasepuhan dan Kanoman dimana gapura-gapura candi bentar ditempatkan pada halaman luar dan gapura-gapura paduraksa pada halaman dalam."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Meigalia
"Penelitian ini membahas pewarisan tradisi lisan Minangkabau, Salawat Dulang yang dilakukan secara formal dan nonformal, ditinjau dari tats kelolanya masing¬masing. Selain itu, penelitian ini juga membahas 'formula' yang merupakan bagian dalam pewarisan tersebut karena seorang penutur tradisi lisan pada dasarnya tidak menghafalkan, tetapi mengingat sejumlah kata atau frasa yang biasa disebut dengan istilah 'formula'. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan melakukan observasi, wawancara, serta analisis teks. Hasil penelitian memperlihatkan adanya sistem tata kelola yang berbeda antara pewarisan yang dilakukan secara formal dengan pewarisan secara nonformal. Formula sebagai bagian dari pewarisan itu ada yang tidak dapat digubah dan ada yang memberikan keleluasaan bagi penuturnya untuk berimprovisasi dan menggubahnya sesuai dengan kreatifitas mereka.

This research discusses about formal and informal learning of Minangkabau oral tradition, Salawat Dulang. This research also discusses about 'formula' as a part of the learning process because basically the singers of oral tradition do not remember every lines, but momorizing few word or phrase which we call 'formula'. This is a qualitative research by doing observation there are different management system between formal learning and informal learning. As a part of the learning, there are certain formula that could not be composed, and there are certain formula that give liberation for the singers to improvise and compose them according to their creativity."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2009
T25960
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Cita Rochmatul Inayah
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas Salawat Wahidiyah karya KH. Abdoel Madjid Ma’roef.
Salawat Wahidiyah terdiri dari dua bentuk sastra: prosa dan puisi. Penelitian ini
menggunakan metode penelitian deskriptif analisis melalui pendekatan struktural.
Teori yang digunakan untuk menganalisis bentuk salawat tersebut adalah struktur
bahasa untuk prosa dan teori ilmu ‘aruud untuk puisi, sedangkan untuk menganalisis
makna menggunakan teori ilmu Ma’ani. Hasil analisis menunjukkan bahwa teks
Salawat Wahidiyah menggunakan bahasa Arab yang mudah dipahami dan bentuk
puisinya mengikuti gaya puisi Klasik. Unsur Ma’ani yang dominan dari salawat ini
adalah al-‘amr berjenis al-du’aa sehingga tema salawat ini adalah doa; doa kepada
Allah, kepada Nabi Muhammad SAW, dan kepada Gauṡ
K

ABSTRACT
This research about Salawat Wahidiyah of KH. Abdoel Madjid Ma’roef. This
Salawat consist of two literature forms: proses and poetries. This research uses library
research methods with structural approach. Grammatical in Arab language is theory
which is used to analyze prose forms, and ‘aruud is theory which is used to analyze
poetry forms. In besides, ma’ani is used to analyze the meaning. The result show that
Salawat Wahidiyah uses Arabic language that easy to understand and appropriate
Arabic classic poem style. Al-du’aa which is the type of Al-Amr form is the
dominant elements in this salawat, its show that the theme of this salawat is prayer.
There are three kinds of prayer: pray to Allah, pray to Prophet Muhammad SAW,
and, pray to Gauṡ."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S54306
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Umairoh
"
ABSTRAK
Muhammadiyah yang merupakan salah satu organisasi sosial keagamaan terbesar di Indonesia, dalam perkembangan selarahnya tidak lepas dari pengaruh gerakan pembaharuan yang terjadi di dunia Islam. Pada awal berdirinya organisasi tersebut mendapat tantangan dari berbagai golongan masyarakat Indonesia. Namun pada akhirnya mendapatkan dukungan luas sehingga dari tahun ke tahun jumlah cabang dan ranting Muhammadiyah mengaiami peningkatan.
Kemajuan yang diperoleh Muhammadiyah tidak lepas dari peranan para pucuk pimpinan Muhammadiyah. Salah satu di antaranya adalah K.H.Mas Mansur. K.H.Mas Mansur sebagai seorang tokoh pergerakan tidak hanya aktif dalam organisasi Muhammadiyah saja, tetapi juga aktif dalam Majelis Islam A_la Indonesia (MIAI), Partai Islam Indonesia( PII ) dan Pusat Tenaga Rakyat (PUTERA). Dari berbagai organisasi yang ditekuninya itu, peran yang paling menonjol adalah dalam Muhammadiyah.
Pada masa kepemimpinan K.H.Mas Mansur, terjadi beberapa peristiwa panting yang secara langsung maupun tidak langsung mclibatkan K.H_Mas Mansur selaku Ketua Muhammadiyah, seperti : Ordonansi Perkawinan Tercatat, Ordonansi guru dan Penyelenggaraan Perangko Amal Muhammadiyah. Di samping peristiwa-peristiwa tersebut, masih banyak peristiwa lainnya yang terjadi dan dapat diselesaikannya dengan batik oleh K.H.Mas Mansur selaku Ketua Muhammadiyah.
"
1998
S12517
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sriwiyanti
"Stupa dalam agama Buddha merpunyai nilai keagamaan yang penting dan merupakan lambang dari agama Buddha (Ber_net Kempers, 1976). Stupa itu sendiri berupa bangunan bar_bentuk kubah (Anda) yang berdiri di atas sebuah lapik dan dimahkotai oleh sebuah yasthi (tiang) dan chatra (payung). Yasthi berdiri di atas harmika yang terdapat di atas Menurut jenisnya stupa di Indonesia terdiri dari tiga macam :Stupa sebagai puncak dari suatu bangunan.Stupa sebagai bangunan lengkap, berdiri sendiri atau berkelompok seperti candi Muara Takus, candi Borobudur, candi Biaro Bahal, dan candi Sumberawan.Stupa sebagai pelengkap bangunan selaku candi per_wara seperti stupa pada kelompok candi perwara candi Plaosan Lor (Soekmono, 1974 : 64).Candi terbesar dalam bentuk stupa yang berdiri sendiri ialah candi Borobudur yang terletak di dataran tinggi Kedu di sebelah selatan kota Magelang. Pada relief candi..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1983
S11975
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>