Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 55925 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tiana D. Pusponegoro
"Berbeda dengan masyarakat Barat dan masyarakat lain yang menganut sistem monogamy dalam kehidupan perkawinannya, masyarakat Cina tradisional cenderung menganut sistem polyginy,yang memperbolehkan seorang pria untuk menikah dengan lebih dari seorang wanita. Bentuk nyata dari sistem perkawinan ini adalah perseliran atau concubinage. Bagi setiap wanita zaman sekarang, perseliran ini hampir pasti merupakan suatu hal yang menakutkan, yang sedapat mungkin ditolak dan dihindari dalam perjalanan hidupnya."
Depok: Universitas Indonesia, 1992
S12706
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Hardini
"Geji adalah wanita penghibur kelas atas yang hidup dalam masyarakat Cina tradisional. Kehidupan ge ji yang unik dan berbeda dari wanita Cina tradisional lainnya, justru menjadikan mereka sebagai golongan yang istimewa, tidak hanya di antara wanita-wanita, namun juga di dalam masyarakat Cina tradisional, khususnya pada masa dinasti Tang dan Song. Penulisan skripsi ini menerapkan metode kepustakaan dengan menggunakan buku-buku dan tulisan-tulisan yang memberikan informasi yang diperlukan, terutama mengenai kehidupan sosial, wanita, dan pelacuran. Dari pembahasan mengenai kehidupan ge ji ini saya menarik kesimpulan bahwa : sebagai suatu bagian masyarakat, ge ji tidak dianggap hina dan rendah seperti pelacur biasa, namun sebagai wanita, kedudukan geji dalam masyarakat tetap tidak lebih tinggi dari wanita biasa lainnya"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S13023
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tamba, Riani Uliana
"Skripsi ini membahas tentang salah satu bentuk kepercayaan dari masyarakat Cina tradisional yaitu kegiatan ramal mermal. Kegiatan ini. sudah dikenal oleh masyarakat Cina sejak ribuan tahun yang lain, hal tersebut dapat dibuktikan dengan ditemukannya catatan mengenai kegiatan ini dalam kitab-kitab sejarah Cina Kuno. Kegiatan meramal di Cina didasari oleh adanya pemikiran tradisional yang percaya pada kekuatan-kekuatan supraalami. Kekuatan itu diwujudkan menjadi berbagai macam konsep. Contohnya konsep Tian yaitu konsep kekuatan tertinggi yang menentukan Ming (nasib) semua makhluk hidup. Bagi masyarakat Cina yang percaya pada kegiatan ramal meramal ini, meramal bukan saja semata-mata hanya untuk menge_tahui masa depan seseorang saja (fortune teller). Bagi masyara_kat Cina tradisional meramal adalah untuk mencari jalan keluar dalam kesulitan hidup, mengetahui tindakan yang tepat: sesuai dengan kehendak kekuatan supraalami, bahkan ,juga sebagai penuntun menjalin kerjasama dengan manusia lain. Pada masa lain, kegiatan meramal ini mendapat tempat cukup..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S12968
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teresa Yasmin
"Makanan mempunyai peran penting dalam kebudayaan Cina terutama dalam segi sosial dan religi dari Jaman dulu sampai sekarang. Dalam kehidupan sosial orang Cina, yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan religi, makanan Cina berfungsi untuk menjaga hubungan baik orang Cina dengan kerabatnya, sanak-saudaranya dan anggota masyarakat lainnya. Hal itu dapat dilihat pada upacara perkawinan, kelahiran dan jamuan makan yang diselenggarakan formal maupun informal. Dalam kehidupan religi, makanan mempunyai fungsi untuk menjaga hubungan baik orang Cina dengan arwah nenek moyang dan dewa-dewa. Hal tersebut tercermin dalam upacara kematian dan upacara pemujaan terhadap arwah nenek moyang dan dewa-dewa. Metode penelitian yang dipakai adalah metode peneli_tian kepustakaan dan wawancara langsung. Melalui peneli_tian-penelitian tersebut dapat dilihat bahwa walaupun orang-orang Cina di Jakarta pada masa kini sedikit banyak masih menganggap makanan Cina memegang-peran penting dalam kehidupan sehari-hari dan dalam upacara tradiaional Cina. tetapi terdapat beberapa perbedaan dengan apa yang biasa dilakukan oleh nenek moyang mereka. Perbedaan-perbedaan tersebut disebabkan oleh: (1) kemajuan zaman; (2) Pengaruh kebudayaan setempat; (3) Agama."
Depok: Universitas Indonesia, 1993
S12713
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Budi Utami
"ABSTRAK
Dalam masyarakat Cina tradisional terdapat kelompok-kelompok kekerabatan yang disebut Zu. Anggota-anggota Zu terdiri dari keluarga-keluarga yang berdasarkan garis keturunan laki-laki yang masih dapat ditelusuri nenek moyangnya dan menetap bersama-sama dalam satu daerah. Zu-zu ini dapat berfungsi sebagai alat kontrol sosial dalam kehidupan masyarakat Cina tradisional. Kontrol sosial merupakan suatu proses yang direncanakan maupun tidak direncanakan dengan tujuan untuk mengajak, mendidik bahkan memaksa warga masyarakat agar mematuhi norma-norma dan nilai- nilai yang berlaku dalam suatu kelompok masyarakat. Keberhasilan suatu Zu dalam menjalankan fungsinya sebagai alat kontrol sosial dapat lebih membantu pemerintah kekai_saran dalam mengontrol rakyatnya. Dengan demikian Zu men-jadi kelompok panting pada masa pemerintahan kekaisaran.

"
1990
S12996
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Soplanit, Maria V.
"Keberadaan etnik Cina di Indonesia adalah suatu kenyataan sosial yang telah berlangsung sejak berabad-abad yang lalu. Aspek budaya kelompok masyarakat ini selalu menarik untuk diteliti dan dibahas. Salah satu diantaranya adalah perkawinan tradisional. Skripsi ini membahas pelaksanaan perkawinan tra-di sional di kalangan etnik Cina di daerah Tangerang. Untuk kepentingan penyusunannya telah dialkukan penelitian terhadap etnik Cina di beberapa desa di Kecamatan Teluknaga Tangerang. Perkawinan tradisional yang dideskripsikan adalah perkawinan tradisional golongan peranakan, yang rrerupakan kelompok mayoritas dari etnik Cina di daerah tersebut. Sebelum membahasnya, terlebih dahulu diberikan gambaran singkat mengenai beberapa aspek kehidupan etnik Cina, khususnya golongan peranakan di sana."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S13044
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anita Haryani
"Haryani, Anita. Ketergantungan Wanita Cina di Dalam Keluarga Cina Tradisional. Skripsi Sarjana Fakultas Sastra Jurusan Asia Timur Studi Cina Universitas Indonesia, 1993. Selama hidupnya, seorang wanita dalam keluarga Cina tradisional mengalami tiga fase ketergantungan. Pertama, sebelum menikah, ia bergantung pada ayahnya. Kedua, setelah menikah ia bergantung pada suaminya. Ketiga, setelah suaminya meninggal, ia bergantung pada anak laki-lakinya. Setiap fase ketergantungan tersebut secara garis besar dapat dibagi dalam dua bentuk ketergantungan. Yang pertama adalah ketergantungan ekonomi dan yang kedua adalah ketergantungan status. Ketergantungan ekonomi banyak dipengaruhi oleh keadaan masyarakat Cina pada waktu itu seperti bentuk masyarakatnya yang agraris, norma-norma yang menyebabkan wanita tidak leluasa bergerak dalam kehidupan sosialnya. Jenis ketergantungan ekonomi ini hampir sama dalam ketiga fase ketergantungan. Usaha-usaha wanita untuk melepaskan diri dari ketergantungan itu ada yang positif seperti menjadi biksu atau pendeta Tao (abad 19 dan 20), tetapi ada juga yang negatif seperti menjadi pelacur"
Depok: Universitas Indonesia, 1993
S12951
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ivana Lee
"Courtyard sebagai ruang terbuka ke langit dengan pelingkupnya yang memberikan pembedaan terhadap adanya ruang luar dan ruang dalam dianggap sebagai solusi modern dalam berarsitektur yang memberikan inovasi dalam penanganan masalah kenyamanan iklim, kebutuhan privasi dalam lingkungan yang padat. Dalam penulisan skripsi ini akan digali peranan courtyard dikaitkan dengan konsep pola tata ruang arsitektur masyarakat tradisional. Melalui tinjauan tersebut penulisan skripsi ini akan memperlihatkan keterikatan yang erat antara kehadiran courtyard dengan latar belakang kebudayaan tradisional khususnya pada tradisi budaya Cina, India dan Bali.
Dari hasil tinjauan tersebut akan disimpulkan bahwa courtyard lebih dari sekedar memberikan pembedaan terhadap adanya ruang luar dan ruang dalam ataupun solusi terhadap kenyamanan fisik. Bagi masyarakat tradisional melalui konsep orientasi tertentunya, memaknai courtyard sebagai simbolisasi yang mencerminkan konsep pandangan hidup mereka untuk menciptakan keseimbangan dan keharmonisan kehidupan manusia di dunia. Pada akhirnya, dari semua uraian tersebut akan didapatkan suatu pelajaran yang berharga mengenai konsep berarsitektur khususnya sebuah courtyard dalam pola tata ruang arsitektur.

Courtyard--as a clear space enclosed by walls or buildings open to sky defines what is "the outside" and "the inside" and in architecture it is believed to be one of modern innovation that gives solution to climatic problem, lack of privacy in crowded environment. But in this writings, courtyard will observed through traditional society points of view considered to their spatial organization concepts. The observation will show the interconnection between courtyard and culture values of Chinese, Indian, and Balinese societies.
The result showed that courtyard is more than its physical enclosure that defines "the outside" and "the inside" or its function in giving some physical comfort in particular area. In certain orientation concepts of traditional societies, courtyard acts as symbols that reflect their points of view about harmony in their lives with universe. In the end, this observation hopefully gives a wider lesson about architecture concepts especially courtyard in spatial organization concepts.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S48374
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulianingsih
"ABSTRAK
Upacara Kematian merupakan suatu upacara yang penting bagi orang Cina. Untuk melaksanakan suatu upacara kematian yang sempurna dan sesuai dengan kepercayaan mereka, sebagian kecil masyarakat Cina beragama Budha di Jakarta menyerahkan pelaksanaan upacara kematian pada Caima.
Kehidupan Caima di Cina dahulu sama dengan Bi qiu ni ( biarawati Budha ). Namun praktek keagamaan yang dilakukan oleh Caima sudah menyerap tradisi dalam masyarakat. Di Cina dahulu, banyak penganut Budha yang menggunakan jasa Caima dalam upacara kematian. Caima yang ada di Jakarta sekarang juga dikenal sebagai biarawati, namun kehidupannya sangat berbeda dengan Bi qiu ni. Caima hidup dari imbalan yang diberikan oleh keluarga yang menggunakan jasanya dalam upacara kematian.
Tugas Caima dalam suatu upacara kematian adalah meman_jatkan doa-doa untuk arwah yang meninggal. Pembacaan doa yang diiringi dengan alat musik sederhana mengha_silkan lagu yang cukup menarik. Alunan lagu yang berisi doa-doa dan atraksi yang dilakukan oleh Caima membuat orang yang datang melayat tinggal lebih lama. Tugas besar yang dilakukan oleh Caima dalam upacara kematian membuat biaya yang dikeluarkan oleh keluarga orang yang meninggal cukup besar. Ini adalah salah satu penyebab langkanya upacara kematian yang dilaksa_nakan oleh Caima.

"
1995
S13088
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gondomono
Depok: Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 1996
305.8 GON m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>