Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 18369 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Haraza BT-Che Ishak
"Kongres Melayu pernah terjadi beberapa kali, misalnya pada tahun 1939 dan 1940, tetapi masalah yang diangkat tidak begitu jelas di dalam melawan penjajah. Kongres Melayu yang menulis ungkapan adalah Kongres Melayu se Tanah Melayu tahun 1946, dimana secara terang-terangan orang Melayu bangkit di dalam menentang penjajah, baik dari kalangan rakyat sampai raja-raja Melayu. Penulis juga mengungkapkan tentang awal perkembangan nasionalisme Melayu, terutama menyentuh mengenai mahasiswa Mekayu yang mendapat pendidikan di TimurTengah, perkembangan persuratkabaran dan organisasi-organisasi Melayu sejak 1920-an. Hal ini penting diungkapkan karena perkembangan Tanah Melayu seterusnya secara langsung atau tidak langsung mendapat pengaruh dari perkembangan-perkembangan masa lalu. Pendudukan Jepang juga semakin meningkatkan perjuangan menentang colonial, karena segala janji Jepang untuk memberi kemakmuran di Tanah Melayu adalah jauh dari kebenaran."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1992
S12218
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zali Abu Bakar
"Zali Abu Bakar, skripsi berjudul; SULTAN IDRIS TRAINING COLLEGE: Antara Pendidikan dan Semangat Nasionalisme Melayu (1922-1945). Di bawah bimbingan Dr. R.Z. Leirissa, Jurusan Sejarah, Fakultas Sastra, Universitas Indonesia, 1992. Syahdan, pada tanggal 22 Juni 1927 berkata seorang anggota Dewan Perwakilan Rakyat zaman Hindia Belanda; meskipun seorang awan di bidang pendidikan, saya memberikan diri mengambil bagian di dalam pertukaran pikiran atas dasar keyakinan mendalam bahwa dalam analisa terakhir pendidikan hanyalah alat menuju tujuan dan bahwa dia tidak akan bergerak lebih dari itu untuk menjadi tujuan dalam dirinya sendiri. Betapapun jua kepentingan dan kebutuhan masyarakat adalah yang terutama dan tentang itu saya ingin mengatakan; Bilamana kita meneliti sistem pendidikan kita, kita lihat adanya kekurangan pada 2 masalah pokok. Apakah pendidikan meningkatakan ketidak puasan dan mempertajamkan pertentangan? Apakah pendidikan turut mempertajam kontras sosia-ekonomi sedemikian rupa sehingga melonggorkan sendi-sendi persatuan? saya yakin bahwa pendidikan membawa pembangunan, meningkatkanherkat pribadi dan nasionalisme. Saya sadar bahwa justru karena akan datangnya satu yang spesifik dari berbagai lembaga pendidikan di Tanah melayu masa peniajahan ialah SITC. Motivasi yang melatar belakangi berdirinya SITC paling tidak ada 3 hal; Pertama, untuk memberi pendidikan kepada anak-anak Melayu dari golongan bawah. Kedua, sebagai sarana pembentukan k e dalam, untuk menentukan arah dan insperasi penjajahn_ Ketiga, menghemat biaya pendidikan yang kian membengkak.Pembukaan SITC merupakan detik yang memberi nafas baru pada kehidupan masyarakat Melayu, detik yang mungkin dapat meneteskan air mata syukur. Detik yang menandakan sebuah College for the Malay Teachers, di buka dengan rasminya di Tanjung Malim, Perak. Juga di sifatkan sebagai tanda zaman baru dalam sejarah pendidikan Melayu, Sir Wolfe, Director of Education, berkata; Ini adalah hari yang agung dalam sejarah bangsa Melayu, karena College ini dapat di anggap sebagai tanda penting dalam sejarah perkembangan pendidikan dan pelajaran Venekuler Melayu. Pendidikan dianggap sebagai penyebaran inteklektualisme, baik yang membangkitkan nasionalisme dengan segala jenis aksinya. Sering dikatakan SITC adalah tempat menyatukan nasionalisme Melayu. Dengan adanya Keberhasilan SITC melahirkan banyak guru-guru yang berdedikasi dan berdisplin, juga banyak melahirkan tokoh-tokoh politik, pakar-pakar bahasa dan sastera serta ilmuan lainnya telah menjadi catatan sejarah. Semanga t SITC itu terns hidup dari generasi ke generasi, karena Di sini mula berkembangnya asas Pendidikan dan Nasionalisme Melayu Engkau Iihat pads Masyarakat Masyarakat sawo Matang segala kemiskinannya, Segala kesempitannya, Segala Penderitaannya Engkau tidak bisa tidur, Ke mana engkau berada ke mana engkau pergi, Ia dalam dadamu, Ia sebagian darimu dan engkau sebagian darinya Engkau tak bisa tidur, Engkau sedih, Engkau rnenangis, Engkau menjerit-Jerit, Engkau akan senyum bila masyarakat senyum, Engkau akan bahagia bila masyarakat bahagia, Engkau akan damai bila masyarakat damai, Engkau akan maju bila masyarakat maju.(Masyarakat Sawa Matang, Nahmar Jamil, 1929)"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1992
S12625
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Samsul Kamil B. Osman
"Lahirnya gerakan kebangsaan di Tanah Melayu hampir bersamaan dengan munculnya gerakan. kebangsaan di Indone_sia. Namun dalam perkembangan awalnya, gerakan kebangsaan di Tanah Melayu berjalan agak lambat. Hingga tahun 1945, belum terlihat kesadaran.kebangsaan yang dapat mempersat_ukan seluruh penduduk Tanah Melayu. Kesadaran kebangsaan yang muncul sebelum tahun 1945 masih bercorak kedaerahan dan bersifat konservatif, yaitu berusaha mengembalikan status quo. Keadaan politik di Tanah Melayu mula berubah sete_lah Perang Pasifik berakhir. Kegagalan Tanah Melayu meraih kemerdekaan bersama Indonesia menyadarkan rakyat_nya bahwa mereka harus bersatu dan berusaha meneruskan perjuangan menuntut kemerdekaan Tanah Melayu. Kesadaran ini melahirkan Partai Kebangsaan Melayu Malaya (PKMM), yaitu merupakan partai politik pertama yang didirikan setelah Perang Pasifik usai pada penghujung tahun 1945. PKMM mempunyai beberapa ciri-ciri yang menarik dalam perjuangannya. Sebagai partai politik yang pertama didirikan setelah Perang Pasifik, partai ini mempunyai tanggung jawab yang besar untuk memimpin perjuangan menuntut kemerdekaan Tanah Melayu. PKMM meneruskan usaha untuk menyatukan kemerdekaan Tanah Melayu dan Indonesia membentuk 'Indonesia Raya'. Dalam perjuangannya, PKMM tidak hanya menunjukkan sikap antikolonial, namum juga bersikap antifeodal. Bagi PKMM, feodalisme merupakan penghambat untuk mendirikan sebuah negara Republik Ma_laya, yaitu bagian dari Republik Indonesia. PKMM dalam perjuangannya berhasil membuktikan bahwa ia merupakan partai politik yang tidak pernah ketandusan ide. Berbagai-bagai alternatif diusahakan untuk mewujudkan Malaya Merdeka yang mereka perjuangkan, walaupun beberapa usaha mereka sebelumnya menempuh kegagalan. Di puncak perjuangannya, PKMM berhasil menyusun sebuah konstitusi yang akan menjadi dasar negara seandainya kemerdekaan yang mereka perjuangkan berhasil diraih. 'Konstitusi Rakyat' yang disusun oleh PKMM-AMCJA mem_buktikan bahwa rakyat Tanah Melayu siap untuk mengambil alih pemerintahan dari Inggris dan bisa memerintah sendiri negara mereka. Di akhir perjuangannya, PKMM ' terpaksa' membubarkan partai itu. Namun selama perjuangannya, PKMM telah berha_sil menyadarkan rakyat Tanah Melayu betapa besarnya arti sebuah kemerdekaan. Perjuangan PKMM seharusnya dibangg akan, karena partai ini berhasil membuktikan bahwa ia telah meniadi salah satu pelopor gerakan kemerdektiaan Tanah Melayu yang kelak berhasil diraih pada tanggal 31 Agustus 1957."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S12573
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haji, Raja Ali Raja Ali al-haji
Singapore Royal Asiatic Society 1926
I 899.231 R 20
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta Pusat Penelitian dan Kebudayaan LIPI 1991
I 899.2 P 114
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Gade Ismail
"ABSTRAK
Setelah dalam bab-bab terdahulu dilakukan pembahasan secara panjang lebar, maka pada bahagian ini dibuat suatu kesimpulan umum dari studi ini. Berhubung Kesultanan Sambas bukanlah suatu kesul¬tanan agraris, maka pemasukan penguasa dari berbagai pajak sebagaimana lazimnya pada kerajaan-kerajaan agraris tidak mungkin terlaksana di kesultanan ini. Sesuai dengan sifat kesultanan ini yang merupakan Ke¬sultanan muara swngai yang dibangun oleh para panda-tang yang berasal dari luar pulau ini, maka pemasukan untuk penguasa didasarkan kepada penguasaan perdagang¬an antara daerah pesisir dengan daerah pedalaman. Daerah pedalaman yang luas di hulu-hulu sungai yang didiami oleh penduduk Dayak yang bercocok tanam di ladang-ladang dan mencari hasil hutan, serta penduduk Gina yang bekerja pada tambang-tambang emas, merupakan daerah yang menghasilkan berbagai barang yang sangat laku untuk diexport ke luar negeri. Daerah pedalaman itu juga merupakan pasar yang paling baik untuk menjual..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1985
T39137
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hamzan bin Ab Hamid
"KMM yang dibentuk atas prakarsa golongan muda nasionalis Melayu muncul sebagai satu organisasi yang memperjuangkan kemerdekaan bagi Malaya. Bagi KMM sudah waktunya orang-orang Melayu membuka mata melihat dan membuat penilaian terhadap pemerintahan Inggris di Malaya. Penindasan terhadap orang Melayu yang membawa dampak yang buruk baik dari segi ekonomi, sosial dan politik sepantasnya ditentang oleh orang-orang Melayu.Konsekuensi dari sikap KMM itu, mereka tidak mau bekerjasama dengan pemerintah Inggris, sehingga mereka sanggup bekerjasama dengan pihak lain, dalam hal ini Jepang untuk meruntuhkan kekuasaan Inggris di Malaya. Bekerjasama dengan Jepang tidaklah dapat diartikan sebagai upaya untuk melepas apa yang diperjuangkan dan apa yang dicita-citakan kemerdekaan Malaya, tetapi hanya sekadar taktik dari KMM dengan harapan Jepang bersedia memberikan kemerdekaan atau paling tidak suatu bentuk pemerintahan sendiri kepada Malaya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1992
S13075
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Panuti Hadimurti Mohammad Sudjiman
"Sources for the study of Malay royal customs There are various works which include reference to Malay royal customs. These include Raffles' MS No. 18 of the so-called Sejarah Melayu.l According to Chapter VI of this text, Sultan Iskandar Syah--founder of Malaka--was the initiator of a system of court ceremonial; he instituted the appointment of four ministers to sit in the audience hall for consultation. He also appointed forty heralds to pass on orders given by the king. The heralds were to stand on either side of the steps leading to the throne. Furthermore, sons of good descent were recruited as pages, to bear the king's belongincf6.2 When Iskandar.Syah died, he was succeeded 'by his son Raja Kecil Besar who was styled Sultan Megat.Radin Tengah, later in the text always called Raja Tengah, succeeded his father Sultan Megat as sultan of Malaka. He became a Muslim and was styled Sultan Muhammad Syah. The Bendahara and all the people of Malaka were also converted. Sultan Muhammad Syah was said to be the first Muslim ruler of Malaka and the first to introduce regulations on taboos and obligations for commoners regarding the Malaka court.3 Abdullah's edition of the Sejarah Melayu has a slightly different version of the course of events : in its Chapter XI not Iskandar Syah the founder of Malaka but his son and"
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1979
RB 30 P 34 a
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azman B. Ismail
"ABSTRAK
Malayan Union merupakan suatu kebijaksanaan pemerintah kolonial Inggris di Tanah Melayu sesudah berakhirnya Perang Dunia II yang didasarkan kepada kepentingan-kepentingan yang sangat besar dalam bidang ekonomi dan politik. Pelaksanaan gagasan tersebut telah mendapat tantangan dan aksi-aksi protes seluruh orang-orang Melayu. Penentangan inilah yang telah memunculkan beberapa golongan yang berjuang dengan 'cara' tersendiri. Diantaranya adalah golongan sastrawan nasionalis dan para 'penulis pinggir' yang memperjuangkan nasib dan masa depan negaranya dengan menggunakan pena-pena dan tinta yang dipersembahkan dalam bentuk kuntum-kuntum puisi yang membakar semangat orang-orang Melayu.
Puisi-puisi nasionalisme dan patriotisme tersebut telah dimuatkan di dalam media-media massa Melayu yang dikoordinasi oleh golongan mereka sehingga menjadi senja_ta yang efektif untuk membakar semangat nasionalisme orang-orang Melayu, membangunkan mereka dari 'ranjang' kolonialisme. Lewat puisi-puisi tersebut juga golongan ini 'menentang' pemerintahan kolonial Inggris, mengkritik kebijaksanaan-kebijaksanaan mereka yang menyebabkan Terjadinya kepincangan-kepincangan pada orang-orang Melayu.
Penulisan skripsi ini didasarkan kepada penelitian dan studi keperpustakaan serta wawancara baik wawancara langsung maupun rekaman wawancara oleh Bagian Sejarah Lisan Arkib Negara Malaysia.

"
1995
S12149
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Firdaningsih
"Skripsi ini membahas kemampuan mahasiswa Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI angkatan 2003. Bertujuan menggambarkan perjuangan kaum perempuan Indonesia memperbaiki nasib kaum perempuan pada saat itu. Kongres Perempuan Indonesia II membahas tentang perburuhan, usaha pemberantasan buta huruf serta pemberantasan perdagangan perempuan dan anak-anak. Keputusan-keputusan yang dihasilkan, cukup memberikan angin segar dalam menentukan arah perjuangan dalam memperbaiki nasib kaum perempuan pada saat itu. Dalam hal perburuhan, Kongres membuat suatu badan penyelidikan perburuhan perempuan Indonesia, mempunyai kewajiban menyelidiki keadaan buruh perempuan diseluruh Indonesia. Untuk pemberantasan buta huruf, Kongres mendirikan Badan Pemberantasan Buta Huruf, diadakanlah regristratiebereau (kantor pendaftaran), mempunyai tugas mengajarkan kepada beberapa orang buta huruf dalam jangka waktu tertentu. Serta didirikan suatu perkumpulan untuk mengatasi masalah perdagangan perempuan dan anak-anak, yaitu Perkumpulan Pembasmian Perdagangan Perempuan dan Anak-anak (P.P.P.P.A.).

This undergraduate thesis discusses the ability of Faculty of Humanities? students 2003th entranced. This thesis explained the Indonesian Women Movements to renovate their destiny. Therefore, in the Kongres Perempuan Indonesia II, at Jakarta, 20-24th July 1935, they discussed; about the women labors; how to make Indonesian people literate, especially women, and avoid the human trafficking, both women and children. This congres was very important and helpful to make direct movement that fixed Indonesian women destinies at those times. For women labors, congress built an organization called Badan Penyelidikan Perburuhan Perempuan, the assignment had responsibility to comprehend welfares of the women labor in Indonesia. The Congress also built the Registratiebureau against illiteracy in Indonesia. The last, they made an organization called Perkumpulan Pembasmian Perdagangan Perempuan dan anak-anak (PPPPA), to stop human trafficking in Indonesia."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S12491
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>