Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 37478 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ossi Trimayasari
"Trimayasari. Analisa Keramik Temuan Dari Marunda, DKI Jakarta: Kaleksi Museum Sejarah Jakarta (di bawah bimbingan Ronny Siswandi, SS. MA.). Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 1993. Analisa keramik dari Marunda meliputi analisa terhadap bentuk, hiasan dan teknologi. Dari analisa tersebut dapat diperoleh pertanggalan dan tempat asal pembuatan keramik. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui keberadaan keramik dari Marunda. Dengan demikian digunakan perbandingan dengan pasar lkan. Dipilihnya Pasar Ikan karena kedekatan wilayah dan merupakan bandar keramik. Analisa temuan keramik dari Marunda yang telah dilakukan menghasilkan pertanggalan dan tempat asal pembuatan yaitu Cina dari masa Ming akhir - Ching akhir abad ke-17 M - 20 M, kemudian Jepang berasal dari abad ke-17 M - 20 M, dan Eropa dari abad ke-19 M - 20 M. Berdasarkan temuan keramik dan didukung beberapa peninggalan sejarah yang masih ada, serta ditunjang oleh data sejarah diperoleh dugaan bahwa Marunda mulai berkembang sejak abad ke-17 M dan meningkat pada abad ke-19 hingga saat ini. Penelitian keramik. Pasar Ikan yang diperoleh dari Laporan HasiI Ekskavasi (1980) menunjukan pertanggalan dan tempat asal pembuatan yaitu Cina dari masa Ming - Ching akhir abad ke-15 M - 20 M. Jepang abad ke-17 M - 18 M, Eropa abad ke-17 M - 19 M. Persia abad ke-17 M - 19 M, Siam abad ke-14 M - 19 M, dan Vietnam abad ke-15 M - 16 M. Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan penelitian ini adalah, Pasar Ikan telah menjadi bandar utama perdagangan keramik sejak abad ke-17 M dan abad ke-18 M. Sedangkan fase pemukiman yang paling ramai ialah dari abad ke-17 M hingga 19 M. Perbandingan antara keramik dari Marunda dan Pasar Ikan meliputi bentuk, pertanggalan dan tempat asal pembuatan, serta mutu keramik. Berdasarkan hasil analisa keramik dari. Marunda dan Pasar Ikan, diantara keduanya dilakukan perbandingan. Hasil yang diperoleh yaitu: 1.Variabilitas bentuk lebih tinggi di Pasar Ikan daripada di Marunda, hal ini mengingat Pasar Ikan merupakan bandar keramik.. 2.Variabilitas tempat asal pembuatan, lebih tinggi di Pasar Ikan dibanding di Marunda. Hal ini diduna Marunda memiliki selera tertentu. 3.Variabilitas kronologi menunjuk.an Pasar Ikan lebih dulu berkembang daripada Marunda. 4. Populasi keramik terbanyak antara Marunda dan Pasar Ikan berasal dari abad ke-18 M - 19 M sedangkan puncak, perdagangan keramik abad ke-17 M - 18 M. Dugaan yang dapat diajukan, perdagangan keramik lokal justru semakin ramai/ bebas setelah pengaruh monopoli VOC semakin berkurang."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S11595
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faizah Fina
"Faizah Fina. Analisis Keramik Jepang Koleksi Musium Sejarah Jakarta. Di bawah bimbingan Dr. Heriyanti O. Untoro). Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 2000 (xi + 125 hal, 1 peta,1 bagan, 6 tabel, 4 lamp, 51 Bab. 121-125). Keramik Jepang merupakan salah satu dari sekian banyak jenis keramik yang ada di Batavia. Keramik Jepang ini memiliki beberapa keistimewaan, antara lain mempunyai jenis dan motif hiasan, serta warna yang beragam. Keramik Jepang dalam penelitian ini berjumlah 1095 pecahan, berasal dari Situs Pasar Ikan dan sekarang merupakan koleksi Musium Sejarah Jakarta. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui tipe-tipe keramik Jepang, terutama tipe-ripe apa yang paling banyak dan sedikit. Untuk mencapai hasil penelitian ini ada beberapa tahap yang harus dilakukan, yaitu: 1). Pengumpulan data, yaitu dengan melihat sumber kepustakaan, pengamatan langsung terhadap keramik Jepang di musium dan wawancara terhadap ahli keramik. 2). Pengolahan data, yaitu dengan cara menganalisis bentuk dan hiasan. 3) Penafsiran data, yaitu pembahasan mengenai keterkaitan antara tipe-tipe keramik Jepang dengan data sejarah. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa keramik Jepang ini terdiri dari sembilan bentuk yaitu piring (722 buah), mangkuk (241 buah), botol (75 buah), guci (23 buah), tutup (21 buah), vas (5 buah), albarello (5 buah) dan terakhir cepuk (3 buah). Piring dan mangkuk terdiri dari dua tipe, sedangkan yang lain satu tipe. Pada piring hiasan yang terbanyak ialah hiasan piring VII, sedangkan pada mangkuk ialah Masan mangkuk I. Tipe piring dan mangkuk tersebut merupakan jenis keramik kasar (Coarse ware) yang dibuat pada tahun 1650 M sampai dengan tahun 1680 M. Dan basil kesimpulan dapat diketahui bahwa keramik Jepang merupakan salah satu komodilas perdagangan yang cukup diperhitungkan oleh VOC, disamping komoditas lainnya, misalnya rempah-rempah. Hal ini didasari oleh beberapa alasan yaitu pertama, VOC mendapat keuntungan dari penjualan keramik, sehingga VOC membuka kantor dagang di Jepang untuk memperoleh keramik. ketika kiln-kiln di Cina tidak memproduksi keramik. Masan kedua yaitu bukti tentang catatan harian perdagangan keramik oleh Volker yang selalu mencatat kapal-kapal atau junk junk yang membawa keramik."
2000
S11833
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Taty Kurniawati
"Keramik kraak Cina merupakan salah satu dari sekian banyak keramik Cina di Batavia. Seperti keramik Cina pada umumnya, keramik kraak Cina memiliki beberapa keistimewaan, antara lain keramik ini mempunyai gaya hias berpanil-panil yang pernah populer pada abad 17 sehingga menyebabkan para bangsawan di Eropa memilikinya Serta ditiru oleh negara penghasil keramik. Karena kepopulerannya keramik ini pernah dipesan oleh direktur VOC di Batavia. Batavia pada saat itu (abad 17) merupakan pusat perdagangan. Keramik kraak Cina dalam penelitian ini berjumlah 928 pecahan, berasal dari situs Pasar Ikan dan sekarang merupakan koleksi Museum Sejarah Jakarta. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui tipe-tipe keramik kraak, terutama tipe-tipe apa saja yang paling banyak dan sedikit. Untuk mencapai hasil penelitian ini ada beberapa tahap yang harus dilakukan yaitu 1) pengumpulan data, yaitu dengan melihat sumber kepustakaan, pengamatan langsung keramik kraak Cina di museum dan wawancara terhadap para ahli keramik 2). Pengolahan data, yaitu dengan cara menganalisis bentuk dan hiasan. Dari hasil analisis bentuk diketahui tipe-tipe keramik kraak Cina, sedangkan dalam analisis hiasan dapat diketahui jenis-jenis hiasan apa saja yang terdapat pada wadah-wadah keramik kraak Cina 3). Penafsiran data, yang dalam tahap ini dibahas mengenai keterkaitan antara tipe-tipe keramik kraak dengan data sejarah. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keramik kraak terdiri dari piring dengan jumlah 832 pecahan, mangkuk 65 pecahan dan botol 31 pecahan. Semua bentuk piring dan mangkuk bila dilihat dari penampang atas tepiannya berbentuk bulat, sedangkan botol berbentuk buah pear. Piring dan mangkuk mempunyai 3 tipe dan botol hanya 1 tipe, Jenis hiasan yang paling banyak ialah --hiasan piring III Tipe ini juga paling banyak dijumpai di lapangan sehingga banyak negara penghasil keramik seperti Jepang, Eropa dan Persia rneniru tipe ini. Jenis hiasan yang paling sedikit ialah terdapat pada hiasan mangkuk I dengan jumlah 15 buah, Nama kraak pada keramik kraak Cina berasal dari kapal Portugis yang oleh orang Belanda disebut dengan carrack, sehingga keramik yang berada dalam carrack tersebut disebut dengan kraak. Nama ini pertama kali muncul ketika tahun 1602 dan 1604 yaitu pada.saat carrack Santa Catharina dan carrack San Jago ditangkap. Dari hasil kesimpulan dapat diketahui bahwa keramik kraak Cina merupakan keramik yang sebenarnya dibawa dalam jumlah besar. Hal ini terungkap dalam data-data sejarah yang mengatakan bahwa banyak kapal-kapal yang mengangkut keramik kraak Cina yang karam di lautan dan dalam koleksi museum serta koleksi pribadi. Keramik kraak Cina banyak dipakai untuk kebutuhan sehari-hari, seperti hal nya dalam lukisan lukisan Belanda yang menggambarkan keramik kraak Cina untuk alat perlengkapan makan."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1999
S12063
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Sukrisnovianti
"Temuan keramik Kangxi dari Pasar Ikan dan Marunda berupa pecahan yang belum diketahui bentuk asal dari pecahan tersebut. Untuk itulah penelitian ini akan mencoba mengangkat masalah identifikasi bentuk, dan ragam hias yang ada pada keramik Kangxi. Setelah dilakukan penelitian ternyata bentuk asal dari pecahan keramik tersebut beragam. Mulai dari piring dalam berbagai ukuran, mangkuk yangberaneka jenis, cepuk, vas, teko, botol, sloki dan arca. Jumlah yang terbanyak adalah mangkuk. Ragam hias keramik ini juga bervariasi dari motif flora, fauna, geometris, lambang, tulisan, bangunan, manusia dan pemandangan alam. Jenis-jenis keramik Kangxi tidak semua ditemukan hanya ada jenis famille verte, Blanc de Cine, Batavian ware dan keramik biru putih. Dari banyaknya pecahan yang ada dapat disempulkan bahwa pada abad 17 daerah ini merupakan tempat perdagangan keramik yang cukup ramai."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2000
S12065
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R.A. Teguh Harisusanto
"ABSTRAK
Tempayan keramik adalah sebuah wadah yang umumnya terbuat dari tanah fiat, batuan atau campuran keduanya; bentuknya tinggi dan membesar di bagian badannya. Pemakaian Tempa_yan keramik mempunyai kurun waktu yang begitu panjang, yai_tu sejak masa prasejarah, masa pengaruh agama Hindu-Budha, masa pengaruh agama Islam, masa pengaruh Kolonial dan bahkan pemakaian tersebut masih berlanjut sampai sekarang.
Kurun waktu yang begitu panjang dilalui oleh tempayan keramik, tentunya akan mempengaruhi perkembangan tempayan keramik tersebut dari waktu ke waktu, baik dari segi bentuk, hiasan, glasir maupun ukuran. Tidaklah berlebihan jika me-ngatakan, bahwa koleksi Museum Nasional Jakarta cukup mewah ntuk melihat perkembangan tempayan keramik dari waktu ke waktu, yang meliputi bentuk, hiasan, glasir dan ukuran.
Pemerian terhadap tempayan-tempayan keramik dilakukan untuk mengenali setiap atribut yang terdapat dalam tempayan keramik tersebut serta mengklasifikasikan atribut kedalam tipe dan' variasi. Atribut bentuk dijadikan dasar klasifikas i tipologi, karena tempayan keramik yang dikaji semuanya utuh. Sedangkan atribut hiasan, glasir dan ukuran dijadikan sebagai variasi tipe.
Analisa tempayan keramik dilakukan dengan mengkorela_sikan atribut bentuk dengan atribut lainnya, yaitu atribut hiasan, glasir dan ukuran. Bari setiap tipe terdiri dari sejumlah variasi, baik yang berupa variasi hiasan, glasir maupun ukuran.
Pada tahapan akhir dilakukan penafsiran atas data yang dikaji, dengan melakukan korelasi terhadap setiap tipe ben_tuk beserta variasi-variasinya dengan penjaman dan tempat asal pembuatan keramik itu. Penentuan jaman dan tempatt asal berlandaskaa kepada sejumlah atribut terbanyak, yang mengacu kepada jaman dan tempat asal pembu_atan dari tempayan-tempayan keramik tersebut.
Kajian lain yang mendukung analisa adalah tinjauan umum Tempayan yang terdiri dari Perkembangan Tempayan, Masuk_nya Tempayan Asing di Indonesia serta Tempayan dalam Sumber Sejarah.

"
1990
S12024
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ekowati Sundari
"Keramik sebagai benda kuno banyak temukan di Indonesia, yang antara lain berasal dari Cina, Vietnam, Thailand, Jepang, Myanmar, Eropa, dan Timur Tengah. Pertanggalannya yang paling tua dari 206 Sebelum Masehi dan yang termuda sampai awal abad ke-20 Masehi. Dibuat dari tanah liat (earthenware), batuan (stoneware), dan porselin (porcelain). Keramik tersebut ada yang satu warna (monochrome) dan beberapa warna (polychrome), Sifatnya tidak mudah pecah atau rusak, karena bahan dan prosesnya yang baik. Dari kerarnik dapat diketahui pertanggalan dan tempal asal pembuatannya dengan memperhatikan aspek-aspek yang ada. Temuan keramik di dalam penelitian arkeologi adalah dapat membantu menentukan pertanggalan relatif, misalnya sebuah situs.
Dalam pembahasan di sini, adalah mengkaji koleksi keramik Museum Nasional Jakarta, yang berasal dari Cina dari masa dinasti Ming (1368-1644), yang dibuat dari porselin dan termasuk polychrome. yaitu berwarna biru-putih. Warna biru yang dilukiskan pada latar porselin putih. Lukisannya berwarna biru yang berupa ragam hias yang bersumber dari kepercayaan. Ragam hias yang dilukis merupakan gambar-gambar perlambangan yang mempunyai banyak arti. Hasil pengolahan data terdapat ragam hias tanaman, binatang, binatang mitos, figur, kepercayaan (agama), gejala alam, huruf, dan struktur. Data keramiknya berjumlah 111 koleksi. Bentuk yang terbanyak adalah piring, yang berjumlah 41 koleksi dan ragam hias terbanyak adalah binatang mitos naga, kilin, dan burung hong, yang berjumlah atau terdapat pada 31 koleksi. Salah satu contoh adalah naga yang antara lain merupakan lambang kesuburan atau dilarnbangkan sebagai pria. Sejak masa dinasti Han (206-220 SM), naga menjadi lambang dari kaisar sebagai anak dari surga dan naga bercakar lima hanya boleh dipakai oleh raja.
Konsep kepercayaan awal di Cina yang berkembahg sejak masa dinasti Shang (1766-1401 SM), yaitu sejak ditemukan aksara untuk pertamakalinya dan menjadi dasar pemikiran mereka hingga sekarang. Gagasan dasar yang membimbing bangsa Cina untuk mengembangkan tradisi seni adalah ajaran dari kepercayaan tersebut, antara lain adalah alam gaib, nenek moyang, dewa tertinggi, para dewa lain di bawahnya Kemudian menjadi dasar dalam perkembangan selanjutnya yaitu munculnya ajaran Konghucu (abad ke-4-5 SM) yang menekankan hubungan antar manusia (humanisme) dan ajaran Tao (abad ke-G SM) yang menekankan keseimbangan alam semesta (naturalisme). Media dari kepercayaan tersebut dapat berupa logam, keramik, lukisan, kesusasteraan, arsitektural, area, tekstil, dan sebagainya. Kebudayaan Cina sepanjang sejarah, dapat berjalan terus dan bertahan walaupun dalam kondisi sulit, seperti peperangan, pergantian dinasti, alam yang tidak ramah, dan pembangunan kanal, istana, serta tembok besar. Mempelajari materi kebudayaan Cina, berarti mempelajari kepercayaan mereka."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2005
T15340
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Syarifah Alwiyah
"R. Syarifah Alwiyah, 079403022A, Analisis pedang masa kolonial koleksi Museum Sejarah Jakarta dan Museum Negeri Sri Baduga Bandung (Di bawah bimbingan Wanny Rahardjo W. M. Hum), Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 2000. Pedang adalah salah satu contoh senjata penyerang dengan bentuk seperti pisau panjang yang bersifat universal. Pedang selain sebagai senjata sering pula diperuntukan sebagai simbol status seseorang. Sebagai peninggalan masa kolonial, beberapa pedang koleksi Museum Sejarah Jakarta dan Museum Negeri Sri Baduga Bandung cukup menunjang untuk dijadikan bahan penelitian karena memperlihatkan keanekaragaman bentuk, ukuran dan hiasan. Pada penelitian ini, upaya pengolahan data dilakukan dengan mengklasifikasikan berdasarkan ciri atributnya yang diarahkan kepada pembentukan tipe-tipe untuk kemudian di analisis. Pengungkapan masalah berdasarkan dimensi bentuk ini dikarenakan hanya aspek tersebut yang cukup lengkap terdapat pada data. Bentuk-bentuk dasar yang diperoleh dari basil pengamatan sebagai tahap awal klasifikasi adalah bilah, gagang, sarung, hiasan dan ukuran. Bentuk dasar bilah terbagi atas empat bentuk. Sedangkan bentuk gagang terdiri dari bagian grips, knuckle bow, quillon, pommel, langet dan backstrap. Penentuan atribut kuat untuk menghasilkan type-type didasarkan kepada perbedaan bentuk dasar bilah. Setelah dilakukan penganalogian dengan berbagai literatur, dapat disimpulkan suatu perkiraan mengenai kronologi data. Hal ini ditunjang oleh adanya angka tahun yang terdapat pada empat buah bilah pedang. Sedangkan berdasarkan analogi kegunaan, dapat diperoleh lima jenis kegunaan pedang yaitu pedang untuk bermain anggar, pedang eksekusioner, pedang berburu, pedang untuk berperang dan pedang sebagai pelengkap busana pria untuk acara-acara tertentu"
2000
S11981
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laurentia M. N. D
"Artefak adalah salah satu data arkeologi yang sangat penting peranannya dalam usaha merekonstruksi Kebudayaan masa lalu manusia melalui suatu penelitian. Untuk dapat mencapai tujuan dari penelitian tersebut, harus dilakukan tiga tahapan penelitian arkeologi, yaitu observasi (pengumpulan data), deskripsi (pengolahan data) dan eksplanasi (penafsiran data). Untuk penelitian ini digunakan sampel berupa cermin perunggu koleksi Museum Nasional Jakarta yang berasal dari pulau Jawa. Selain menggunakan cermin perunggu sebagai data utama penelitian ini, digunakan juga Karangan-karangan yang membahas tentang cermin, baik cermin-cermin dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, seperti dari Cina dan Eropa. Setelah melakukan pendataan atas cermin-cermin perunggu koleksi Museum Nasional Jakarta, yang secara kwantitatif maupun kwalitatif telah memenuhi persyaratan untuk digunakan sebagai data penelitian, hasil dari pendataan ini kemudian diolah. Pada pengolahan data dilakukan pemilahan untuk menetapkan data-data yang akan diteliti. Data-data ini kemudian dibagi menjadi dua kelompok yaitu, kelompok cermin dan kelompok tangkai. Masing-masing kelompok kemudian dipilah lagi berdasarkan atribut bentuk dan hiasannya. Dari basil pemilahan ini didapatkan ciri-ciri cermin dan tangkai. Untuk dapat menafsirkan ciri-ciri cermin perunggu, digunakan metode klasifikasi. Secara umum klasifikasi diartikan sebagai pemilahan ke dalam golongan-golongan, sedangkan secara khusus klasifikasi merupakan suatu tindakan pemilahan artefak yang bertujuan membentuk kelas atau tipe, dimana penggolongan atas kelas dan tipe sepenuhnya merupakan rancangan si peneliti. Dalam penelitian ini, ciri-ciri dari hasil pemilahan yang dilakukan terhadap cermin perunggu dimaksudkan untuk membentuk tipe, karena tipe artefak sekurang-kurangnya harus menunjukkan perkaitan antara dua ciri. Pada cermin-cermin ini, ciri-ciri tersebut adalah atribut bentuk dan atribut hiasan. Setelah berhasil membentuk tipe-tipe serta variasinya, dapatlah diamati tipe dan variasi yang paling banyak muncul. Dengan melihat hubungan antara hiasan, ukuran serta berat cermin perunggu dengan bukti-bukti yang ada mengenai kegunaan cermin sebagai obyek yang berkaitan dengan kecantikan dan keagamaan, dapatlah kiranya disimpulkan bahwa cermin perunggu di pulau Jawa memang digunakan oleh wanita sebagai obyek kecantikan dan juga digunakan oleh para pendeta dan pertapa untuk upacara-upacara keagamaan maupun sebagai bekal kubur."
1989
S11784
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuniarso K. Adi
Semarang: Departemen Pendidikan Nasional, 2000
738 YUN k (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Angger Prawitasari
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas penerapan pelestarian pada koleksi tua milik perpustakaan Museum Sejarah Jakarta. Pelaksanaan pelestarian dalam perpustakaan mencakup kegiatan kontrol kondisi lingkungan dan kondisi fisik koleksi tua perpustakaan. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Hasil penelitian menyarankan bahwa penggunaan alat serap air (dehumidifier) dapat membantu mengurangi permasalahan yang dihadapi dalam perpustakaan, yakni dapat mengurangi tingkat kelembaban udara dalam ruangan dan rak penyimpanan koleksi perpustakaan dan mempengaruhi kondisi seasaman dan kadar air pada kertas.

Abstract
This research discussed aabout the preservation for old manuscripts collection at the Museum History of Jakarta_s Library. The activities of preservationinclude, controlling of the area and physical condition of the old collections. This research used qualitative methodswith descriptive design on it. The result of this research is that dehumidifier can slove the library_s problem. Dehumidifier can reduce the humidity in the library_s room and the rack of collections. It allows to stabilize the acid and moisture in the paper though not in an effective time."
2010
S14859
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>