Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 158905 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yani Lestari
"Setelah mengadakan penelitian kepustakaan mengenai teori kontras leksikal maka dapat diambil kesimpulan bahwa kontras leksikal sebagai istilah untuk perbedaan makna antar-kata secara semantis, terdiri atas beberapa jenis dan sub-jenis dengan sifat dan cirinya masing-masing. Kontras leksikal dibagi atas oposisi leksikal dan ketanlarasan. Oposisi leksikal ialah kontras leksikal yang biner dan dikotomis. Oposisi leksikal itu dibagi lagi atas antonimi yaitu oposisi yang memiliki gradasi dan bersifat relatif; oposisi komplementer yaitu oposisi yang tidak memiliki gradasi dan bersifat mutlak; kosok bali yaitu oposisi yang memiliki relasi secara timbal balik; oposisi berarah yaitu oposisi dengan implikasi gerak arah yang berlawanan; oposisi menyiku dan melintang yaitu oposisi yang dilihat dalam ruang tertentu secara menyiku dan melintang.Ketanlarasan yaitu kontras leksikal yang non-biner dan tidak dikotomis. la tidak mengalami pembagian seperti oposisi."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1983
S11173
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Muis
"Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi lalu mengelompokkan data jenis jenis oposisi makna leksikal di dalam bahasa Indonesia. Teori tentang oposisi makna leksikal seturut Cruse (1986) dijadikan kerangka acuan di dalam tesis ini. Kajian ini menggunakan metode kualitatif. Data pasangan oposisi makna leksikal diperoleh dari sejumlah terbitan. Di dalam telaah ini dibicarakan sebelas subtipe oposisi makna leksikal, yang mencakupi oposisi makna (1) komplemen, dengan tiga subtipenya: (la) komplemen interaktif. (lb) komplemen satisfaktif, dan (lc) komplemen kontraaktif, (2) antonim--dengan tiga pembagiannya: (2a) antonim berkutub, (2b) antonim seimbanglekuipolen, dan (2c) antonim bertumpang-tindih, yang di dalamnya mencakupi antonim ketunaan/privatif--, (3) tentangan direksional—yang meliputi subtipe (3a) tentangan antipodal, (3b) tentangan timbalan, (3c) tentangan reversif, dengan dua pembagiannya: tentangan reversif takbersandar dan tentangan reversif restitutif—, dan (4) tentangan relasional, yang mencakupi dua subtipe: (4a) konversif langsung dan (4b) konversif taklangsung. Di dalam beberapa pasangan oposisi leksikal itu terdapat pelbagai macam fitur makna. Beberapa fitur makna di dalam pasangan oposisi leksikal itu dideskripsikan di dalam kajian ini. Misalnya, laki-laki : perempuan fitur maknanya adalah fitur jenis kelamin dan pria : wanita berfitur makna fitur usia/umur. Tesis ini juga menjawab persoalan kelas kata apa raja yang mengungkapkan jenis oposisi makna leksikal tertentu. Di dalam bahasa Indonesia diketahui bahwa pasangan jenis oposisi leksikal tidak terdapat pada semua kelas kata. Melalui penelitian ini diketahui bahwa kekomplemenan terdapat pada (1) verba, (2) adjektiva_ (3) nomina, dan (4) adverbia. Keantoniman terdapat pada (1) verba dan (2) adjektiva Tentangan direksional terdapat pada (1) verba, (2) adjektiva, (3) nomina, (4) pronomina penunjuk, dan (5) preposisi. Tentangan relasional terdapat pada (1) verba, (2) adjektiva. (3) nomina, dan (4) konjungtor."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2003
T39167
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Skripsi ini membahas kalimat tanya bahasa Jawa. Tujuan akhir yang ingin dicapai adalah deskripsi mengenai ciri-ciri, pembentukan, dan jenis-jenis kalimat tanya bahasa Jawa.
Dari hasil penelitian diperoleh gambaran bahwa kalimat tanya bahasa Jawa setidaknya dibedakan atas tiga, yakni kalimat tanya total, parsial, dan alternatif. Kalimat tanya total menghendaki jawaban 'ya' dan 'tidak?, mempunyai ciri sering menggunakan kata bantu tanya apa dan berintonasi akhir tanya yang cenderung menaik. Berdasar atas sikap pembicara dalam mengajukan pertanyaan kepada lawan bicara, kalimat tanya total dibedakan atas empat jenis, yakni (1) jenis ketidaktahuan, (2) pengesahan, (3) kebimbangan, dan (4) pertimbangan.
Kalimat tanya parsial merupakan kalimat tanya yang menghendaki jawaban yang informatif. Kalimat tanya total ini ditandai dengan adanya kata ganti tanya apa, sapa, geneya, endi, kapan, dan pira, dan berintonasi akhir tanya yang cenderung menurun. Pembentukan kalimat tanya parsial ini dengan menggunakan kata ganti tanya. Berdasar atas hal yang ditanyakan kalimat tanya parsial bahasa Jawa dibedakan atas sepuluh jenis, yakni: (1) jenis sebab, (2) situasional, (3) lokatif, (4) kala, (5) deiktik, (6) partisipan, (?) tindakan, (B) identif, (9) obyektif, dan (10) kuantitatif.
Kalimat tanya alternatif bahasa Jawa adalah kalimat tanya yang menghendaki jawaban pilihan dua atau lebih. Kalimat tanya alternatif ini ditandai dengan adanya kata penghubung apa diantara pilihan jawaban, kata ingkar ora 'tidak', dan berintonasi tanya naik di tengah kemudian menurun diakhir kalimat. Pembentukan kalimat ini adalah dengan menggunakan kata penghubung apa diantara pilihan jawaban, dan kata ingkar ora 'tidak'. Berdasar atas pilihan jawaban kalimat tanya alternatif ini dibedakan atas dua, yakni (1) pemilihan total. dan (2) pemilihan parsial."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1997
S11711
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Gaffar Ruskhan
"Kontak bahasa yang terjadi antara satu masyarakat dengan masyarakat yang lain akan berpengaruh pada bahasa yang bersangkutan. Kontak bahasa itu tidak dapat dipisahkan dengan kontak budaya yang terjadi, bahkan dipandang sebagai salah satu aspek kontak budaya. Weinreich (1953:5) menyebutkan bahwa pengaruh bahasa lain ke bahasa tertentu merupakan difusi dan akulturasi budaya. Menurut Schuchardt seperti yang dikutip Haugen (1992:198), pengaruh tersebut terlihat pada kosakata yang dipungut oleh bahasa tertentu. Hal itu merupakan ciri keuniversalan bahasa. Tidak ada satu bahasa pun yang luput dari pengaruh bahasa atau dialek lain. Bahasa Inggris yang merupakan bahasa terkemuka, misalnya, memungut tidak kurang dari separuh kosakatanya dari bahasa Latin, Yunani, Skandinavia, dan Perancis (Robins, 1991:438; Gonda, 1973: 26; Moeliono, 1968:441; 1981:162). Bahkan, bahasa Inggris merupakan salah satu bahasa Eropa yang terbuka terhadap pungutan (Jespersen, 1955; Baugh, 1968; Ahmad, 1992). Masalah pemungutan ke dalam suatu bahasa berkaitan dengan tingkat kedwibahasaan masyarakat yang melakukan perriungutan itu (Haugen, 1950;
1973; Broselow, 1991:200--201). Pada awalnya pemungutan terbatas pada penutur dwibahasawan. Setelah meniadi pungutan ("barang jadi"), penutur ekabahasawan memanfaatkannya meniadi kata sehari-hari (Moeliono, 1989: 162; Samsuri, 1980:58). Hal itu ditandai pula oleh penggunaan dua bahasa secara bergantian dan berturut-turut oleh penutur dwibahasawan atau alih kode (Haugen, 1992:198), baik dalam bentuk sebuah kalimat maupun di antara kalimat sehingga menghasilkan butir pungutan baru ke dalam perbendaharaan bahasanya (Clyne, 1987). Kondisi yang demikian berlaku pula di dalam bahasa Indonesia. Sebagai masyarakat yang multibahasa, alih kode yang menghasilkan pemungutan itu berlangsung dalam kehidupan berbahasa. Hal itu terlihat dengan cukup banyaknya pungutan dari berbagai bahasa, baik dari bahasa asing maupun dari bahasa daerah. Salah satu pungutan itu berasal dari bahasa Arab.
Pengaruh Bahasa Arab ke dalam bahasa Melayu--yang kemudian bernama Bahasa Indonesia--bersamaan dengan masuk agama Islam ke Nusantara. Berkaitan dengan pengaruh bahasa Arab itu, ada baiknya dikemukakan pandangan tentang masuknya agama Islam ke Nusantara. Ada dua pandangan mengenai masuknya agama Islam ke Nusantara ini. Pandangan pertama mengatakan bahwa agama Islam masuk ke Nusantara ini pada abad ke-7 (Baried, 1982; Sudarno, 1990; Dasuki et al., 1993; Azmi, 1993; Tiandrasasmita, 1993) dan pandangan lain mengatakan bahwa Islam masuk ke Nusantara ini pada abad ke-13 Masehi (Tiandrasasmita, 1993; Abdulgani, 1993)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1990
LA 499.2 I 300
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Lestari
"Setiap bahasa pada dasarnya mempunyai sistem sendiri dan cara untuk mengungkapkan gagasan sendiri. Itu sebabnya bahasa dikatakan bersifat unik. Namur, ternyata ada hal-hal yang sama terdapat pada dua bahasa yang berbeda. Misalnya, orang menemukan unsur-unsur leksikal seasal di dalam bahasa Prancis dan bahasa Indonesia, padahal kedua bahasa tersebut tidak berkerabat. Pada umumnya unsur-unsur leksikal seasal, misalnya demonstration - demonstrasi, devaluation - devaluasi, embarcation - embarkasi, dan sebagainya, dianggap memiliki makna yang sama. Kenyataannya, makna dari embarcation berbeda dengan makna dari embarkasi. Untuk menggambarkan persamaan den perbedaan makna unsur-unsur leksikal seasal bahasa Prancis dan bahasa Indonesia, skripsi yang berjudul Unsur-unsur Leksikal Seasal Bahasa Prancis dan Bahasa Indonesia ini menggunakan metode analisis kontrastif dan teori-teori polisemi dan monosemi.
Hasil dari pembandingan makna unsur-unsur leksikal seasal menunjukkan bahwa persamaan unsur-unsur leksikal tersebut adalah: (1) Unsur-unsur leksikal seasal bahasa Prancis dan bahasa Indonesia bersifat polisemis dan monosemis; (2) Makna pada umumnya 'perbuatan' atau 'hasil dari suatu tindakan'; (3) Ada beberapa unsur leksikal memiliki makna yang sama dan disebut sebagai seasal asli.
Perbedaan unsur-unsur leksikal seasal bahasa Prancis dan bahasa Indonesia ialah: (1) Pada umumnya, makna unsur leksikal bahasa Prancis lebih banyak (polisemis) daripada makna unsur leksikal bahasa Indonesia; (2) Sebagian besar pasangan leksikal seasal Prancis-Indonesia adalah seasal sebagian, maksudnya ada makna yang sama dan ada makna yang berbeda; (3) Sebagian kecil unsur-unsur leksikal seasal tersebut berbeda makna dan disebut seasal palsu. Karena sebagian besar pasangan leksikal seasal bahasa Prancis dan bahasa Indonesia adalah seasal sebagian, secara umum dapat disimpulkan bahwa makna dari unsur-unsur leksikal tersebut berbeda."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gyani Buditjahja
"Bahasa pada hakekatnya adalah alat komunikasi yang paling utama bagi kehidupan manusia. Bahasa timbul, sesuai dengan kebutuhan manusia di dalam hidupnya dan bahasa merupakan ciri yang membedakan manusia dan hewan. Hanya dengan perantaraan bahasa lah orang dapat mengungkapkan jalan pikirannya ke_pada sesamanya dan di saat lain mencoba untuk mama_hami apa yang diungkapkan oleh orang lain kepadanya. seluruh aspek kehidupan manusia tak mungkin dapat berjalan dengan semestinya tanpa pemakaian bahasa. Dengan kata lain di dalam segala aktivitasnya dan terutama sekali di dalam kehidupan bermasyarakat, orang seluruhnya bergantung pada penggunaan bahasa (Samsuri, 1976:2). Oleh karena setiap individu tidak terlepas dari kehidupan kelompok atau masyarakatnya masing-masing, dan setiap orang memiliki caranya sendiri dalam mengungkapkan pengalaman hidup, maka sudah pada tempatnyalah apabila dikatakan bahwa bahasa di dunia berbeda-beda, dalam arti masing-masing mempunyai ciri khas dan keunikannya sendiri-sendiri. Meskipun demikian, perbedaan itu tak perlu dianggap sebagai suatu kesulitan komunikasi yang tak dapat_"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1979
S14122
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Susilawati
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2007
T38595
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novan T. Maridal
"Berbagai jenis penyimpangan yang terdapat. dalam tuturan bahasa Inggris para awak kabin telah dilakukan pada perusahaan penerbangan Garuda Indonesia dari bulan April sampai Juni 1994. Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk memberikan, dan mengenali penyimpangan-penyimpangan yang terdapat dalam tuturan para awak kabin. Dari hasil penelitian ini diharapkan akan adanya masukan untuk perusahaan yang bersangkutan. Pangumpulan data dilakukan dengan menggunakan cara pembagian kuesioner dan wawancara langsung sejumlah awak kabin jalur penerbangan internasional.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyimpangan Leksikal berjumlah 22 %, penyirnpangan gramatikal 55 %. dan penyimpangan pragmatis 27 %, Faktor-faktor yang mempengaruhi penyimpangan ini antara lain karena kurangnya pemakaian bahasa Inggris di antara mereka, singkatnya pelatihan yang diberikan dan lain-lain di jelaskan. Untuk mengurangi terjadinya penyimpangan-penyimpangan tersebut perlu dilakukan usaha-usaha sebagai berikut : (1) Menjadikan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua atau bahasa komun.ikasi ant.a.rawak kabin. (2) Adanya penyesuaian jumlah jam pengajaran bahasa Inggris dalam program pelatihan awak kabin internasional sesuai dengan tingkatannya masing-masing. (3) Mempertebal rasa kesadaran dan pentingnya bahasa Inggris antarawak kabin, tidak hanya sebagai media komunikasi dengan penumpang tetapi juga sebagai citra perusahan dan bangsa."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S13033
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
V. Ronauli Ilyawati
"Setiap bahasa mempunyai system semantis yang berbeda. Yang dibahas dalam sistem semantis ini antara lain medan makna. Medan makna suatu unsur leksikal dalam bahasa yang satu memang jarang sekali yang identik dengan medan makna unsur sejenis dalam bahasa lain. Adanya perbedaan medan makna antara unsur leksikal dan padanannya merupakan titik tolak penelitian ini. Selain perbedaan medan makna, masalah lain yang akan dibahas adalah teknik penerjemahan dan sifat padanan. Karena penelitian ini berfokus pada adanya perbedaan medan makna dalam sebuah karya terjemahan maka sejumlah konsep mengenai semantik dan terjemahan digunakan sebagai dasar penelitian.
Data yang berhasil dikumpulkan berjumlah 61 buah. 24 buah di antaranya termasuk dalam kategori semantis objek sedangkan sisanya, yaitu 37 buah termasuk dalam kategori semantis peristiwa.
Hasil analisis menunjukkan bahwa perbedaan medan makna antara BI dan BP disebabkan oleh faktor kebudayaan, yaitu kebudayaan matari1 (2 data), kebudayaan sosial (3 data), religi (3 data) dan bahasa (4 data). Sebab lainnya adalah masalah pilihan kata, maksudnya dalam sejumlah data penerjemah memilih unsur leksikal yang bermedan makna luas sebagai padanan unsur leksikal yang bermedan makna sempit.
Dilihat dari teknik penerjemahan, sebagian besar teknik yang ditempuh adalah modulasi sebagian untuk keseluruhan dan jumlahnya mencapai 38 buah atau 62,2%. Sisanya terbagi dalam padanan berpenjelasan 11 data, modulasi dinamis-statis 1 data, modulasi wadah isi 1 data dan modulasi 10 data.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa, walaupun ada perbedaan medan makna antara unsur leksikal BP yang dipadankan dengan unsur leksikal BI, sebagian besar merupakan padanan memadai. Yang lainnya adalah padanan kurang memadai 7 buah dan padanan tidak memadai 5 buah."
Depok: Universitas Indonesia, 1989
S14536
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>