Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 204180 dokumen yang sesuai dengan query
cover
I Gde Suyatna
Bogor: Universitas Indonesia, 1982
301 SUY c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Frost, Mervyn
Cambridge, UK: Cambridge University Press, 1996
172.4 FRO e
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Siahaan, Frieda Maryam Mangunsong
"Penelitian ini adalah mengenai efektivitas kepemimpinan perempuan pengusaha pada empat kelompok etnis di Indonesia yang diteliti melalui faktor intrapersonal, interpersonal dan kultural. Penelitian ini perlu dilakukan karena dengan mengetahui dan membuktikan faktor-faktor yang mendukung efektivitas kepemimpinan perempuan dapat dilakukan upaya?upaya peningkatan dan pengembangan perempuan pengusaha yang memimpin di dunia usaha. Subyek penelitian ini adalah pemimpin perempuan pengusaha yang berasal dari etnis Bali di Bali, Jawa di Jawa Tengah, Minangkabau di Sumatera Barat dan Batak di Sumatera Utara.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model yang diajukan sesuai (fit) untuk menjelaskan hubungan kausal antara efektivitas kepemimpinan perempuan dengan faktor intrapersonal, interpersonal dan kultural. Namun, dampak ketiga variabel laten eksogen tidak signifikan terhadap variabel laten endogen. Hasil lain menunjukkan bahwa bawahan mempersepsi pemimpin perempuan pengusaha dari empat kelompok etnis memiliki efektivitas kepemimpinan yang tinggi dan bergaya transformasional. Perlu studi lanjut dengan menggunakan parameter pengukuran yang lebih bermakna bagi efektivitas kepemimpinan perempuan, jumlah subjek lebih banyak pada tiap kelompok etnis, dan variasi dari bidang usaha yang diteliti.

This is a research about effectiveness of businesswomen leadership in four different ethnic groups in Indonesia. The effectiveness is measured in a condition where the leadership is supported by several factors, such as intrapersonal skills, interpersonal skills and culture. The subjects of this research are 216 female leaders of business units that consist of at least 10 employees, from Bali in Bali, Java in central Java, Minangkabau in West Sumatra and Batak tribes (Karo, Angkola, Mandailing) in North Sumatra.
The result of this research shows that the examination of hypotheses using the theoretical model consisting of intrapersonal factors (leadership intelligence, sex roles, educational background), interpersonal factors (assertiveness, leadership style and leadership behaviour), and culture (family, business environment, and cultural environment) can be used to explain leadership effectiveness, although the influence of the three factors above are not significant. Almost all business women have a transformational leadership style. A more meaningful parameter to measure female leadership effectiveness, a larger number of subjects in each ethnic group, and variations of business fields are suggested.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fried, Charles
London: Harvard University Press, 1978
170 FRI r
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Fatya Permata Anbiya
"Penelitian pustaka mengenai unsur-unsur kebudayaan Bali dan ciri-ciri sastra populer dalam Lejak telah dilakukan di Perpustakaan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, Unit Perpustakaan Terpadu Universitas Indonesia, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, serta Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin.Hasil penelitian menunjukkan bahwa Lejak mengandung tujuh unsur kebudayaan Bali, yaitu bahasa, organisasi sosial, sistem pengetahuan dan ilmu gaib, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian, sistem religi, serta kesenian. Di samping itu, Lejak juga mengandung tujuh ciri kepopuleran, yaitu tokoh stereotip, sistem headline, pengharaman ambiguitas, fungsinya sebagai penghibur, sentimentalitas, serta bentuknya sebagai seni pelarian"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S10861
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1984/1985
301.45 POL
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Yolam Riwinda
"Globalisasi dan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi merupakan dua hal yang mendorong interkoneksi di abad 21. Perkembangan teknologi ini mendorong digitalisasi ekonomi, atau yang biasa disebut dengan ekonomi digital. Sejak pertama kali dibahas pada tahun 1990an, ekonomi digital terus berkembang secara praktis, maupun akademis melalui literatur-literatur yang membahasnya. Tulisan ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan bagaimana ekonomi digital dilihat dalam ilmu Hubungan Internasional? Dengan menggunakan perspektif ilmu HI, penulis mengkaji literatur-literatur yang membahas ekonomi digital. Penulis berpendapat bahwa ekonomi digital merupakan fenomena hubungan internasional yang  berpengaruh pada pergeseran peran aktor internasional, serta menciptakan dimensi baru dalam tata kelola global.Di era ekonomi digital, muncul aktor-aktor non negara yang memainkan peranan penting, hingga pada titik tertentu bersaing dengan negara dalam mengatur tata kelola. Ekonomi digital juga bersifat multidimensional, karena berdampak pada berbagai sektor. Pertama, memunculkan jenis pasar baru seperti e-commercedi sektor ekonomi. Kedua, mendorong e-government sebagai dampak di sektor politik. Ketiga, memunculkan isu keamanan cyber di sektor keamanan. Terakhir, di sektor pembangunan global, muncul dimensi baru, yakni pertimbangan aspek digital dalam pembangunan berkelanjutan.

.Globalization and the development of information and communication technology are two things which encourage interconnection in the 21stcenturyTechnological developments encourage economic digitalization, or what is commonly referred to as the digital economy. Since it’s first discussed during the 1990s, digital economy has been developing practically, as well as academically through the literatures. This paper aims to answer the following question: how is the digital economy seen in International Relations? Using IR perspective, this writing examines some of the literatures about digital economy. Digital economy is an international relations phenomenon which influences the shifting role of international actors, and creates a new dimension in global governance. In this era, the role of non-state actors emerge – to some extent – compete with the state in regulating governance. The digital economy is also multidimensional, as it affects various sectors. First, in the economy sector, it creates new types of markets, such as e-commerce. Second, in the politics, digital transformation enables e-government for the state. Third, in the security sector, it raises concern towards cybersecurity. Fourth, in the global development sector, a new dimension emerges, namely the consideration of digital aspects in sustainable development."
2019
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Abu Hanifah, 1906-
Jakarta: Departemen Sosial RI, 1996
361.25 ABU p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Titus, Harold H.
New York: merican Book Company, 1957
170 TIT e (1);170 TIT e (2)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Hamdi Muluk
"ABTRAK
Penelitian ini adalah mengenai STEREOTIP JENDER PADA TIGA KELOMPOK BUDAYA yang dikaji lewat bagaimana Ciri-ciri, Tipologi, dan Dimensi penilaian terhadap pria dan wanita pada tiga kelompok budaya, Batak, Minangkabau dan Jakarta.
Minat meneliti topik ini didorong oleh diangkatnya tema kesetaraan jender pada Konferensi Dunia IV tentang Wanita (FWCW) di Beijing - Cina, pada bulan September 1995. Salah satu makalah menyarankan diadakannya dekonstruksi terhadap sistem jender yang selama ini dianut. Persoalan timbul karena konsepsi mengenai sistem jender bagaimanakah yang dianggap tidak menindas perempuan harus dikembalikan pada bagaimana suatu masyarakat atau budaya tertentu memandang pria dan wanita secara keseluruhan. Peranan faktor belief terhadap pria dan wanita memegang peranan yang cukup besar dalam hal ini. Secara lebih spesifik ialah peranan stereotip jender, dan yang lebih penting lagi adalah dasar-dasar apa yang dipakai oleh suatu kultur dalam pembentukan stereotip jender. Karena stereotip jender sekarang ini lebih diartikan sebagai suatu struktur kognitif yang berisi belief-be/ief tentang atribut personal pria dan wanita yang meliputi; trait, perilaku, aktivitas dan peran yang dianut secara bersama-sama oleh suatu komunitas masyarakat. Maka penelitian ini akan mengeksplorasi struktur kognitif tadi yang meliputi; tipologi, dimensi penilaian serta ciri-ciri pria dan wanita pada ketiga budaya yang disebutkan diatas. Tiga budaya dipilih untuk mewakili keunikan Indonesia. Minangkabau dipilih karena struktur masyarakatnya yang menganut prinsip matrilineal. Batak dipilih karena sistem kekerabatannya yang sangat patriakat. Sementara Jakarta dipilih untuk mewakili budaya metropolitan.
Tiga pendekatan yang sering dilakukan dalam rangka mengeksplorasi persepsi terhadap orang atau dalam mengeksplorasi struktur kognisi sosial suatu budaya tertentu dikemukakan dalam studi ini. Pertama adalah pendekatan assosianistik, yang berpendat bahwa orang akan berpikir tentang orang lain dengan berpatokan pada ciri-ciri yang saling berkorelasi, atau menarik asosiasi antara orang dengan ciri yang dikenakan pada orang tersebut. Dalam bidang stereotip jender, pandangan ini sering juga disebut sebagai pendekatan trait. Pendekatan kedua, disebut pendekatan dimensional, yang beranggapan bahwa dasar dari suatu stereotip sosial adalah dimensi-dimensi penilaian yang akan dipakai sebagai landasan pembentukan stereotip sosial. Pada pendekatan ini yang dipentingkan adalah dimensi global yang paling mendasar yang dipakai orang dalam pembentukan suatu stereotip sosial. Pendekatan ketiga, disebut pendekatan tipologikal. Pendekatan ini berasumsi bahwa dasar pembentukan suatu stereotip sosial adalah tereletak pada adanya belief tentang bagaimana seperangkat ciri tertentu yang cenderung membentuk cluster atau tipologi tertentu. Dalam bidang stereotip jender, tipologi yang dimaksud adalah tipologi pria dan wanita.
Penelitian dalam rangka tesis magister ini terdiri dari penelitian pendahuluan dan penelitian utama. Penelitian pendahuluan adalah untuk mencari sampel-sampel sub-tipe atau tipe-tipe pria dan wanita yang representatif mewakiliki kultur tersebut. Sampel pria dan wanita yang dicari adalah tipe-tipe pria dan wanita yang dianggap merupakan salient type untuk kultur tersebut, ditambah tipe-tipe unik yang mencirikan kultur tersebut. Selain itu lewat penelitian pendahuluan ini juga dicari trait atau ciri-ciri yang dapat dipakai sebagai skala untuk menilai tipe-tipe yagn sudah didapat. Hasil studi pendahuluan ini dipakai untuk mengkonstruksi alat ukur yang dapat dipakai untuk mendapatkan hasil penelitian utama berupa; tipologi, dimensi penilaian dan profil ciri/trait masing-masing tipe-tipe pria dan wanita.
Pada penelitian pendahuluan, pada ketiga kultur sampel dipilih secara pruposive, yaitu orang dewasa yang dianggap sudah bisa merepresentasikan stereotip sosial masyarakat mereka. Kriteria utama pemilihan sampel adalah kelekatan dengan budaya tempat mereka berada. Pada kultur Batak sampel diambil dari 20 orang pria dan 20 mahasiswa USU yang berasal dari daerah-daerah yang diidentifikasi masih menganut ketat budaya Batak. Pada kultur Minangkabau sampel diambil dari 20 orang pria dan 20 orang wanita mahasiswa ASK1 Padangpanjang, juga berasal dari daerah-daerah yang masih kuat menganut budaya Minangkabau. Pada kultur Jakarta, sampel diambil dari 20 orang pria dan 20 orang wanita mahasiswa Unika Atmajaya yang dianggap lebih dipengaruhi nilai-nilai modernitas ibukota Jakarta. Sampel yang diikutsertakan adalah mereka-mereka yang merasa sudah tidak punya keterikatan lagi dengan budaya asal orang tua mereka, dimana identitas sosial mereka lebih sebagai warga ibukota. Hasil studi pendahuluan pada budaya Batak mendapatkan 18 label tipe pria, 5 label bersifat unik untuk budaya mereka. Didapat juga 18 label tipe wanita, 3 label bersifat unik untuk budaya mereka. Pada budaya Minangkabau didapat 18 label tipe pria, 5 label bersifat unik untuk budaya mereka. Didapat juga 19 tipe wanita, 4 label bersifat unik untuk budaya tersebut. Pada budaya kota besar (Jakarta), didapat 19 label tipe pria, 6 label bersifat khas Jakarta. Didapat juga 18 label tipe wanita, dimana 4 label merupakan ripe khas Jakarta. Hasil studi mengenai trait berhasil mengidentifikasi 36 trait yang dijadikan 18 skala bipolar - semantic differential.
Pada studi utama di tiga lingkup budaya tersebut digunakan prosedur yang sama. Untuk budaya Batak, kuesionair yang berisi 18 tipe pria ditambah satu tipe laki-laki secara umum (tipikal) dan 18 tipe wanita ditambah tipe wanita secara umum (tipikal) dinilai oleh masing-masing 30 orang pria dan 30 orang wanita, mahasiswa USU dengan kriteria seperti yang dipakai pada studi pendahuluan. Pada budaya Minangkabau berlaku prosedur yang sama, kuesionair yang berisi 18 tipe pria ditambah satu tipe laki-laki secara umum (tipikal) dan 18 tipe wanita ditambah tipe wanita secara umum (tipikal) dinilai oleh masing-masing 30 orang pria dan 30 wanita, mahasiswa ASK1 Padangpanjang dengan kritereia seperti yang dipakai pada studi pendahuluan. Pada budaya Jakarta, kuesionair yang berisi 19 tipe pria ditambah satu tipe laki-laki secara umum (tipikal) dan 19 tipe wanita ditambah tipe wanita secara umum (tipikal) dinilai oleh masing-masing 30 pria dan 30 wanita, mahasiswa Unika Atmajaya dengan kriteria seperti yang dipakai pada studi pendahuluan. Data-data hasil penilaian terhadap kuesionair ini diolah dengan teknik analisa statistika Multidimensional scaling (MDS) untuk mendapatkan dimensi penilaian. Sementara untuk mendapatkan tipologi dipergunakan teknik analisa statistika Hierarchical Clustering Analysis. Sementara untuk mendapatkan profil trait digunakan analisis profil dengan mencari mean rating untuk setiap tipe.
Hasil studi utama mendapatkan hasil sebagai berikut.
Pada budaya Batak dimensi penilaian yang melandasi stereotip jender laki-laki adalah: 1) Dimensi aktivitas baik versus aktivitas buruk, 2) Dimensi keras versus lembut. Didapat 6 tipologi pria yang distingtif: 1) Hedonis, 2) Sensitif/lembut, 3) Pemimpin, 4) 'Raja'/Birokrat, 5) Flamboyan dan 6) Kasar/Agresif. Stereotip umum Iaki-Iaki Batak adalah: tipe 'Raja'/Birokrat, sementara stereotip khususnya adalah: tipe Hedonis, perantau dan 'raja'. Dimensi yang melandasi stereotip jender perempuan adalah: 1) Dimensi baik versus buruk, 2) Dimensi Dinamisme. Didapat 9 tipologi wanita yang distingtif: 1) Karir, 2) Organisatoris, 3) Fotomodel, 4) Tomboi, 5) Ibu rumah tangga, 6) Setia/naif, 7) Orientasi seksual, 8) Penggoda dan 9) Bawel. Stereotip umum wanita Batak adalah: tipe ibu rumah tangga, dan wanita anggun. Sementara stereotip khusus adalah: Bawel, istri setia, dan inang-inang. Secara keseluruhan gambaran stereotip pria lebih jelas dibanding gambaran stereotip wanita, yang mengindikasikan adanya pengaruh sistem kekerabatan Patriakat dalam hal ini.
Pada budaya Minangkabau dimensi penilaian yang melandasi stereotip jender laki-laki adalah: 1) Dimensi dapat dipercaya versus tidak dapat dipercaya, 2) Dimensi keras versus lembut. Didapat 4 tipologi pria yang tidak terlalu distingtif satu sama lainnya: 1) Idealis atau moralis, 2) Pragmatis, 3) Tidak patuh norma, dan 4) 'Gafia'/culas. Stereotip umum laki-laki Minangkabau adalah tipe: Ustad, Penghulu, Wiraswastawan, dan Perantau. Sementara stereotip khususnya adalah tipe: Ustad, Penghulu, Perantau dan Pembual. Dimensi yang melandasi stereotip jender perempuan adalah: 1) Dimensi karakter baik versus karakter buruk, 2) Dimensi keras versus lembut, serta kuat versus lemah. Didapat 7 tipologi wanita yang distingtif: 1) Karir, 2) Tomboi, 3) Organisatoris, 4) Organisatoris, 5) Polos/naif, 6) Orientasi seksual, 7) Munafik. Stereotip umum wanita Minangkabau adalah tipe: ibu rumah tangga, istri setia, bundo kanduang, dan wanita anggun. Sementara stereotip khususnya adalah tipe: Jual mahal, Istri mandiri, amai-amai dan Bundo kanduang, Secara keseluruhan gambaran stereotip jender pria lebih kabur dan tidak sejelas gambaran stereotip wanita, hal ini mengindikasikan adanya pengaruh sistem kekerabatan Matrileineal dalam hal ini.
Pada budaya kota besar Jakarta, dimensi penilaian yang melandasi stereotip lender laki-laki adalah: 1) Dimensi dapat diandalkan versus tidak dapat diandalkan, 2) Dimensi penampilan buruk versus penampilan baik. Didapat 7 tipologi pria yang distingtif satu sama lainnya: 1) Karir, 2) Birokrat, 3) Kreatif, 4) Sportif/Gentlerrman, 5) Hedonis, 6) Flamboyan, dan 7) Hippies. Stereotip umum laki-laki Jakarta adalah tipe: Birokrat, sementara stereotip khusus adalah; tipe Workaholik, Aktivis, Mr. 'Cueks', Metal, Hippies dan Hura-hura. Dimensi yang melandasi stereotip jender perempuan lebih kompleks dibanding penilaian terhadap stereotip jender laki-laki dan perempuan pada kultur lainnya. Didapat tiga dimensi: 1) Dimensi dapat dipercaya versus tidak dapat dipercaya, 2) Dimensi aktif versus tidak aktif, dan 3) Dimensi daya tahan fisik. Didapat 6 tipologi yang distingtif: 1) Polos/naif, 2) Ibu rumah tangga, 3) Anggun, 4) Anggun, Manipulatif, 5) karir, dan 6) Organisatoris. Stereotip umum wanita Jakarta adalah tipe: Wanita anggun. Sementara stereotip khususnya adalah: wanita materialistik, Wanita karir, Workaholik. Secara keseluruhan gambaran stereotip jender pria hampir sama jelasnya dibanding gambaran stereotip wanita. Hal ini mengindikasikan adanya pengaruh nilai-nilai modernitas dalam hal ini, dimana relasi jender ada kecenderungan ke arah yang lebih egaliter.
Hasil penelitian stereotip jender pada ketiga budaya yang diteliti memperlihatkan persamaan dan perbedaan namun satu hal yang sangat jelas adalah: pengaruh budaya yang berbeda yang ditandai oleh sistem kekerabatan yang berbeda antar ketiga kultur ini, membuat stereotip jender pada ketiga budaya ini menjadi lebih diwarnai oleh nilai-nilai atau oleh hal-hal yang mendapat penekanan pada ketiga sampel budaya tersebut.
Gambaran hasil penelitian stereotip jender pada ketiga budaya ini menjadi bahan diskusi untuk lebih bisa memahami perdebatan mengenai ketimpangan ataupun kesetaraan jender. Disarankan untuk melakukan studi lebih lanjut untuk meneliti pengaruh stereotip jender, dengan melibatkan aspek afektif, sikap, dan aspek perilaku dalam hubungannya dengan sistem jender pada sampel dan budaya yang lebih luas, seperti budaya Jawa dan Sunda yang merupakan mayoritas penduduk Indonesia.
"
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>