Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6163 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: 4003, 2000
332.1 Ban
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
A.S. Mahmoeddin
Jakarta: Rafflesia, 1996
332.1 Mah b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ferry Handjojo
"ABSTRAK
Dengan dikeluarkannya serangkaian deregulasi oleh pe
merintah sejak 1 Juni 1983 yang dilkuti oleh deregulasi
lain, yaitu Pakto 1988, Pakjan 1990 dan Pakfeb 1991, telah
menyebabkan persaingan yang semakin ketat dalam industri
perbankana Persaingan terjadi dalam hal merebut dana na
sabah, produk?produk perbankan baru, suku bunga yang kom
petitif, perubahan situasi dan sellers oriented menjadi
buyers oriented, serta penggunaan teknologi informasi dan
komputer sebagai alat untuk meningkatkan pelayanan. Dengan
demikian walaupun memberi kesempatan untuk meningkatkan
usaha, deregulasi di bidang perbankan juga menuntut para
pengusaha bank untuk meningkatkan kewaspadaan disamping
mutu pelayanan, karena dengan deregulasi berarti akan ter
jadi peningkatan persaingan antar bank, menipisnya margin
keuntungan serta rneningkatnya biaya overhead.
Melihat kondisi diatas, maka kekuatan bank dalam
memenangkan persaiflgafl untuk memperoleh dana masyarakat
akan tergantung dan tingkat kepercayaan masyarakat terha
dap bank, bauran produk, banyaknya jaringan atau kantor
cabang yang dimilik.i dan persepsi masyarakat terhadap
customer service bank yang bersangkutan. Sehingga diferen
siasi produk perbankan memegang peranan penting dalam
memenangkan persaingan. Tulisan ini menganalisis strategi
diferensiasi produk kartu bank (bankcard) pada PT Bank
Bali serta faktor-faktor yang menunjang keberhasilan
proses diferensiasi tersebut.
Dari hasil analisis terlihat bahwa proses diferensia
si produk kartu bank (bankcard) pada PT Bank Bali cukup
berhasil, terlihat pada pertumbuhan tabungannya sebesar
18,53% lebih besar dan pertumbuhan tabungan nasional
sebesar 14,06% pada periode yang berakhir pada 31 Desember
1994. Di tengah persaingan yang semakin ketat, dimana
banyak bermunculan produk?produk sejenis, BaliAccess
mempunyal keunggulan kompetitif karena kedudukannya
sebag first mover dan nama Bank Bali yang sudah dikenal
dan diidentikkan dengan kartu debet.
Untuk menunjang keberhasilan diferensiasi produk
BaliAccessnya, PT Bank Bali melakukan kerjasama dengan
Maestro untuk penerimaafl kartu debetnya secara interna?
sional, selain itu di dalam negeri dengan meningkatkan
kerjasama dengan berbagal merchant. Sedangkan untuk mem
perluas jaringan ATM internasionalnya Bank Bali bekerja
sama dengan Cirrus dan di dalam negeri dengan Alto dan
Jaringan ATM Bersama.
Untuk mengantisipasi persaingan dimasa yang akan
datang Bank Bali perlu mempertimbangkan penggunaan yang
le?bih luas dan kartu debetnya, misalnya untuk membayar
ta-gihan melalui jasa home banking, pembayaran telepon,
dsb. Selain itu juga dengan selalu mengikuti perkembangan
teknologi, misalnya perkembangan kartu plastik dan
pembayaran dengan E-Cash.
"
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Sastra
"Tesis ini membahas mengenai pengaruh brand Bank Mandiri terhadap brand equity Bank Syariah Mandiri. Brand Bank Mandiri mempengaruhi lima variabel pembentuk brand equity Bank Syariah Mandiri yaitu brand awareness, brand association, perceived quality, brand loyalty dan brand image. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif dan untuk analisis data menggunakan model binary logistic. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa brand Bank Mandiri mempengaruhi brand equity Bank Syariah Mandiri. Selanjutnya dalam penelitian ini menyarankan agar Bank Syariah Mandiri mengelola brand equity lebih baik lagi.

This thesis describes the impact of Bank Mandiri Brand on Bank Syariah Mandiri Brand Equity. Bank Mandiri Brand influences five variables forming the brand equity of Bank Syariah Mandiri, namely brand awareness, brand association, perceived quality, brand loyality and brand image. This is a qualitative study with a descriptive design and fur data aualysis it adopts binary logistic model. The results of the study conclude that the brand of Bank Mandiri has impact on the brand equity of Bank Syariah Mandiri. This study further suggest that Bank Syariah Mandiri manage its brand equity in a better manner.
"
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T 25480
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Mulyani
"ABSTRAK
Deregulasi perbankan memberikan kemudahan dan keleluasaan dalam usaha
perbankan, akan tetapi kemudian disusul kebijakan prudential banking yang
mengakibatkan perubahan yang drastis dalam usaha perbankan dan mengakibatkan
timbulnya berbagai permasalahan. Permasalahan yang ada diantaranya adalah:
1. Persaingan didunia perbankan menjadi demikian ketat, bahkan cenderung tidak
wajar lagi karena jumlah bank yang berlebihan sebagai akibat deregulasi yang
memberikan kemudahan dalam pembukaan bank dan cabang bank.
2. Kredit bermasalah yang jumlahnya cukup besar, akibat ekspansi yang berlebihan
tanpa menerapkan asas prudential banking.
3. Penerapan regulasi kembali dalam bentuk prudential banking menyebabkan
lingkungan usaha berubah dratis, bank bersikap terlalu berhati-hati dalam
penyaluran kredit sehingga ekspansi menunm bahkan zero growth. Dilain pihak
bank juga telah terbebani dengan kredit bermasalah.
4. Tingginya tingkat suku bunga deposit serta belum efisiennya sistim perbankan
kita mengakibatkan suku bunga kredìt yang tinggi dan mendorong pengusaha
mencari alternatif pembiayaan yang lebth murah.
Masalah-masalah tersebut diatas menyebabkan kineija sebagian besar bank
menurun, antara lain ditandai dengan menurunnya return on assets dan return on
equity.
Menghadapi perubahan lingkungan yang sangat drastis, bank harus merubah
strategi dan mencari alternatif strategi yang tepat agar dapat bertahan dan dapat
nieningkatkan kinetjanya. Dalam hal ini, penelitian dilakukan untuk melihat
kemungkinan dilakukannya relokasi kantor cabang sebagai alternatif strategi untuk
meningkatkan kineija bank.
Berbagai analisis dilakukan untuk dapat mengidentifikasikan faktor-faktor
internal maupun eksternal bank, sehìngga dapat diidentifikasikan peluang dan
ancaman yang dihadapi dalaim indusfri perbankan, seña kekuatan dan kelemahan
yang dimiliki Bank ?X?. Sehingga pada akhirnya akan dapat diidentifikasikan
alternatif pilihan strategi yang cocok bagi bank.
Adapun metodologi penelitian yang digunakan adalah melalui telaah
kepustakaan untuk mencari landasan teori dan pendekatan masalahnya, termasuk
pula dalam mengolah data sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber serta
studi lapangan untuk mendapatkan gambaran mengenai kenyataan dalam
prakteknya.
Identifikasi dan analisis dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP)
terhadap berbagai faktor di atas menunjukkan bahwa kelemahan-kelemahan Bank
?X? disebabkan oleh jaringan kantor cabang yang tidak memadai. Untuk mengatasi
Kelemahan-kelemahan tersebut diperlukan adanya suatu strategi yang tepat yang
difokuskan kepada upaya untuk mengeliminasi kelemahan-kelemahan tersebut
agar dapat lebih efektif dalam usahanya memanfaatkan peluang yang ada.
Dari hasil Analisa Strenghts, Weaknesess, Opportunities dan Threats (SWOT) dan
dengan pendekatan model Matrik Penulihan Grand Strategi Pearce dan Robinson,
menunjukkan bahwa pilihan strategi yang efektif bagi Bank ?X? saat ini adalah turn
around/retrenchment. Selanjutnya, dengan menggunakan pendekatan pilihan strategi
pasca deregulasi yang disusun oleh Bleeke, maka pilihan strategi yang sesuai
dengan kondisi internal Bank ?X?, yang mendorong arah turn-around/retrechment,
adalah focused segment marketer yattu pemasaran dilakukan secara terfokus pada
segmen tertentu yang menekankan pada kualitas pelayanan yang lebih baik.
Sebagai implementasi dan pilihan strategi di atas, Bank melakukan efisiensi
biaya, pengurangan asset dan pemilihan market yang profitabel, sebagaimana
langkah-langkah yang disarankan oleh Bleeke untuk pilihan strategi focused segment
marketer. Efisiensi biaya dilakukan melalui pengketatan anggaran, sedangkan
pengurangan asset dan pemilihan market yang profitabel dilakukan dengan
mengupayakan penataan kembali lokasi kantor cabang yang diikuti dengan relokasi
kantor cabang ke daerah yang lebih berpotensi dan mendukung perkembangan
cabang.
Penataan kembali lokasi cabang diawali dengan melakukan evaluasi terhadap
kinerja cabang-cabang, tujuannya untak menentukan cabang-cabang yang akan
direlokasi. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan metode AHP terhadap
variabel-vanabel intern dan ekstern yang mempengaruhi kinerja cabang. Hasil
evaluasi kinerja cabang menunjukkan 6 (enam) cabang harus direlokasi ke daerah
daerah yang lebih berpotensi dan mendukung perkembangan cabang.
Menurut pendapat kami, dengan jumlah kantor cabang yang terbatas
meskipun telah dilakukan penyempurnaan jaringan melalui relokasi, kebijakan
relokasi tersebut tetap harus diikuti dengan kebijakan-kebijakan lain yang
mendukung. Bank ?X? harus melakukan penyempumaan produk disesuaikan
dengan kebutuhan pasar, peningkatan kegiatan pemasaran, perbaíkan sumber daya
manusia dan pengembangan sistem informasi melalui pemanfaatan teknologi
inforrnasi. Disamping itu, dalam memilih lokasi baru yang akan dipilih harus
didahului dengan studi yang mendukung kelayakan pembukaan cabang.
"
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Julius Dermawan
"ABSTRAK
Dana masyarakat merupakan salah satu sumber dana yang vital bagi bank. Berbagal
upaya dilakukan oleh manajemen bank untuk mencapai suatu posisi dana yang terbaik
bagi pendanaan usahanya. Kesalahan dalam pengelolaan dana masyarakat akan
mengakibatkan permasalahan yang senus dalam operasi bank.
Sejak deregulasi perbankan pada bulan Juni 1983 yang dikenal dengan PAKJUN 1983
dan berbaga kebijakan serta undang undang yang dikeluarkan oleh pemerintah setelah
itu, telah mendorong perbankan nasional Indonesia berada dalam suatu era kehidupan
yang sangat dinamis. Banyaknya jumlah bank yang tumbuh secara tidak langsung
mengakibatkan persaingan antar bank dalam merebut pasar dana masyarakat menjadi
semakin tinggi. Untuk menghadapi persaingan tersebut setiap bank menggunakan
berbagai teknik pemasaran yang berbeda balk dengan memanfaatkan jaringan distribusi
yang dimiliki, kualitas jasa dan pelayanan dan berbagai pendekatan Iainnya. Sedangkan
untuk mengukur tingkat keberhasilan usaha tersebut, manajemen bank juga
menggunakan berbagai key indicator yang berbeda pada masing bank.
Sebagai salah satu baglan dan industri perbankan nasional. Bank BNI juga tidak terlepas
dari lingkungan persaingan tersebut. Dengan memanfaatkan berbagai konsep
pemasaran, bank BNI menjadi saiah satu bank yang mempunyai share terbesar di
Indonesia. Dengan basis bisnis yang masih didominasi oleh bisnis perkreditan, sumber
dana khususnya dana masyarakat menjadi bagian yang penting dalam kebijakan bianis
Bank BNI. Seiring dengan berkembarignya bisnis perkreditan terutama pada sektor
korporasi telah menjadikan usaha penghimpunan dana menjadi semakin penting. Untuk
menjamin posisi likuiditas usaha dalam pembiayaan bisnis perkreditan, Bank BNI juga
tidak luput dari persaingan dalam penghimpunan dana khususnya dana masyarakat.
Oleh karena itu segala upaya dilakukan untuk mengarnankan posisi likuiditas yang antara
lain dengan memanfaatkan jaringan distribusi melalui cabang-cabang untuk menghimpun
dana masyarakat. Upaya penghimpunan dana masyarakat pada Cabang ABC
merupakan suatu bukti kongkrit dari pelaksanaan kebijakan tersebut. Sedangkan untuk
memacu prestasi cabang dalam mencapai tujuan penghimpunan dana tersebut, target
posisi dana nienjadi indikator utama bagi Bank BNI. Pencapaian atas target yang telah
ditetapkan melalui Corporate Plan menjadi ukuran kinerja cabang dalam melakukan
penghimpunan dana masyarakat.
Permasalahan yang timbul kemudian adalah ketika krisis ekonomi mulal merebak dan
menggoncang perekonomian nasional. Knsis yang diawali dengan jatuhnya nilai tukar
mata uang Rupiah terhadap mata uang Dollar Amenka tersebut, telah menjadi awal yang
buruk bagi perbankan nasional. Kondisi yang kemudian membawa perbankan ke dalam
kondisi krisis telah mengakibatkan bank menghadapì berbagai perrnasalahan kongkrit,
antara lain menurunnya kepercayaan masyarakat, Negative Spread, Non Peforming
Loan yang tinggl, dan berbagai masalah lainnya. Keadaan ¡ni menjadi semakin serius
karena pertumbuhan dana masyarakat pada Cabang ABC temyata mengalami lonjakan
yang luar blasa. Namun disisi lain bermuara pada permasalahan profitabilitas dan
likuiditas. Dari gambaran tersebut dl atas timbul pertanyaan apakan penilaian kinerja
pennghimpunan dana masyarakat dengan semata-mata mempertimbangkan target
pencapalan masih relevan sebagal indikator pengukuran kInerja.
"
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Camellia permatasari
"ABSTRAK
Analisa likuiditas sangat penting dilakukan oleh bank terutama dalarn menjaga
kewajiban pembayaran yang dilakukan bank setiap hari untuk kepentingan para nasabah.
Kegagalan dalam memenuhi kewajibannya tersebut akan berakibat fatal. Sedangkan
analisa profitabilitas adalah analisa yang ditujukan untuk mengukur tingkat efisiensi
usaha dan profitabititas yang dicapai oleb bank yang bersangkutan
Pada saat krisis, industri perbankan mengalami masalah yang semakin rumit,
terutama dalam menjaga agar banknya tidak kebabisan likuiditas, dimana likuiditas
merupakan tolok ukur pertama untuk menetapkan kepercayaan terhadap suatu bank, yang
sudah hilang akibat knisis yang berkepanjangan.
Oleh karena itu setiap bank perlu melakukan pengelolaan likuiditas dan
profitabilitas agar kineija bank dapat diperbaiki sehingga bank yang bersangkutan tetap
dapat bertahan dan bersaing serta dapat menaikkan peringkat banknya menjadi yang lebib
baik.
Adapun permasalahan utama yang dihadapi olek Bank CIC pada sat ini adalah
bagaimana melakukan pengelolaan likuiditas yang baik agar banknya tidak mengalami
kesulitan likuiditas, selain Itu ketatnya persaingan dalam industri perbankan pada saat ini
juga merupakan masalah yang tidak kalah penting sehingga perlu dianalisis bagaimana
lingkungan indu sth dañ bank yang bersangkutan sehingga dapat menghadapi berbagai
tantangan dan hamb atan agar dapat tetap bersaing diantara bank-bank yang ada di
Indonesia.
Tujuan penulisan ini adalah untuk menganalisa sejauhmana pengelolaan likuiditas bank CIC dibandingkan dengan benchmarknya yaitu Bank BCA, hingga tetap mampu bertahan menghadapi gempuran bilamana terjadi rush pada bank mengingat krisis kepercayaan yang makin rendah dari masyarakat terhadap bank-bank di Indonesia, menganalisa bagaimana kondisi profitabilitas dari Bank CIC pada rentang waktu terjadinya krisis ekonomi dibandingkan dengan benchmarknya, kemudian menganalisa lingkungan industry Bank CIC guna mengantisipasi adanya persaingan serta hambatan dan tantangan yang dapat mengganggu kelangsungan hidup CIC dalam mempertahankan posisi banknya dan dapat menaikkan peringkat banknya menjadi lebih baik, begitupun juga dilihat bagaimana lingkungan industry dari bank BCA.
Hasil dari analisa likuiditas yang dilakukan terhadap kedua bank menyimpulkan
bahwa kondisi likuiditas dan Bank CIC antara tahun 1997 hingga 1999 secara
keseluruhan meningkat. Teqadinya krisis ekonomi yang melanda Indonesia tidak
menggoyahkan posisi likuiditas dan Bank CIC, karena dari analisa yang dilakukan
terhadap beberapa rasio terlihat bahwa CIC sangat berhati-hati dalam menempatkan
dananya pada pos-pos yang menghasilkafl dan mengurangi persentase dana yang akan
ditempatkan pada kredit, sehingga kemampuan CIC untuk membayar kewajibannya
kepada para nasabah meningkat
Sedangkan dari analisa likuiditas yang dilakukan terhadap Bank BCA dapat
disimpulkan bahwa antara tahun 1997-1998, kondisi likuiditas BCA sedikit menurun,
sehubungan dengan terjadinya rush pada BCA, disamping itu karena BCA memiliki
deposan dalam jumiah yang banyak, dimana semakin banyak deposan dengan suku bunga
yang tinggi akan semakin sulit bagi BCA untuk melunasi kewajibannya.
Menurunnya likuiditas pada tahun tersebut yang ditandai dengan menurunnya
rasio short term securities deposit menandakan bahwa jumlah dana yang ditempatk
path surat berharga berkurang (tabel 4.6) dan dana yang ada cenderung ditempatkan
untuk membiayai kredit (terjadi kenaikan pemberian kredit anta.ra 1997-1998) dimana
kredit merupakan asset yang paling tidak liquid dan beresiko besar karena adanya
kemungkinan terjadinya kredit macet.
Namun pada tahun 1999 kondisi likuiditas BCA sudah mulai meningkat yang
mana kemampuan dari BCA untuk membayar kewajibannya kepada para nasabah juga
meningkat seiring dengan membaiknya kondisi ekonomi dan kebijakan yang dilakukan
BCA untuk memperketat pemberian kredit.
Dari analisa profitabilitas yang dilakukan terhadap kedua bank, secara umum
kondisi profitabilitas tahun 1998 kedua bank tersebut agak terganggu, hal ini disebabkan
karena menurunnya kinerja perbankan akibat dan adanya kebijakan suku bunga tinggi,,
banyaknya kredit macet yang menyebabkan kerugian yang sangat besar bagi kedun bank
tersebut. Akan tetapi pada tahun 1999, kondisi profitabilitas sudah mulai meningkat
sewing dengan menurunnya beban bunga yang harus ditanggung dan membaìknya
kondisi perekonomian Indonesia yang sedikit banyak sangat berpengaruh terhadap
kelangsungan hidup perbankan.
Hasil dan analisa lingkungan industri yang dilakukan terhadap kedua bank
tersebut tidak jauh berbeda, karena kedua bank tersebut bergerak dalam industni yang
sama akan tetapi karena perbedaan ukuran dalam bal asset, yang ditandai dengan
banyaknya jumlah kantor cabang, nagabah dan lain-lain indikator antara kedua bank
tersebut maka Bank CIC dan Bank BCA memiliki perbedaan dalain faktor ancanian
pendatang barn, dunana hambatan masuknya pendatang barn Yang dinilal dan segi skala
ekonomis, keunggulan yang bukan disebabkan oleh kemampuan finansial seria akses
jalur distribusi menyebabkan hambatan masuk bagi pendatang baru untuk dapat
menyaingi bank CIC relatif rendah, sedangkan bagi Bank BCA tinggi karena BCA sudah
memiliki skala ekonomi yang sangat besar sehingga dibutuhkan investasi yang sangat
besar untuk dapat menyaingi BCA.
"
2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alifaira Hidayat Putri
"Pandemi Covid-19 menyebabkan pemerintah mengeluarkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pada beberapa wilayah di Indonesia yang berdampak kepada perekonomian masyarakat yang menurun termasuk dalam bidang Perbankan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah terdapat perubahan atas kualitas aset bank yang diukur dengan NPL dan tingkat profitabilitas bank yang diukur dengan ROA dan NIM. Serta menguji faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan dari nilai kualitas aset bank (NPL) dan tingkat profitabilitas bank (ROA dan NIM). Faktor-faktor tersebut adalah jenis bank, BOPO, CAR, LDR, NIM, NPL dan SIZE. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank Umum Syariah dan Bank Umum Konvensional yang laporan keuangan pada kuartal kedua tahun 2020 telah tersedia di website OJK. Berdasarkan metode Purposive Sampling dengan kriteria tersebut, sampel yang layak digunakan sebanyak 77 bank yaitu 11 Bank Umum Syariah dan 66 Bank Umum Konvensional. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder dan cross section. Teknik analisis yang digunakan adalah dependent two variables dan regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel NPL, ROA dan NIM mengalami perubahan yang signifikan pada periode Covid-19. Penelitian ini juga menemukan bahwa faktor-faktor internal bank seperti BOPO, CAR, LDR dan SIZE tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Perubahan NPL, Perubahan ROA dan Perubahan NIM. NIM tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Perubahan NPL dan Perubahan ROA. NPL tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Perubahan NIM dan Perubahan ROA. Serta Jenis Bank tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Perubahan NPL dan Perubahan ROA, namun berpengaruh terhadap Perubahan NIM.

The Covid-19 pandemic caused the government to issue Large-Scale Social Restrictions (PSBB) policies in several regions in Indonesia that have an impact on the declining economy of the community including in the banking sector. This study aims to test whether there are differences in the bank's asset quality measured by NPL and bank’s level of profitability measured by ROA and NIM. As well as examining the factors that influence changes in the value of bank's asset quality (NPL) and bank’s level of profitability (ROA and NIM). These factors are the type of bank, BOPO, CAR, LDR, NIM, NPL and SIZE. The data used in this study are Sharia Commercial Banks and Conventional Commercial Banks whose financial statements in the second quarter of 2020 are available on the OJK website. Based on Purposive Sampling method with the cryteris, the sample is feasible to use as many as 77 banks, namely 11 Sharia Commercial Banks and 66 Conventional Commercial Banks. The types of data used are secondary and cross section data. The analytical techniques used are dependent two variables and multiple linear regression. The results showed that the NPL, ROA and NIM variables experienced significant differences in the Covid-19 period. This study also found that internal bank factors such as BOPO, CAR, LDR and SIZE did not significantly influence the changes in NPL, changes in ROA and changes in NIM. NIM has no significant effect on changes in NPL and changes in ROA. NPL has no significant effect on changes in NIM and changes in ROA. The type of bank does not have a significant effect on changes in NPL and changes in ROA, but has an effect on changes in NIM."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raihan Fadhila Ananda Pradhana
"Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan analisis terhadap bagaimana bank size, credit risk, dan concentration ratio mempengaruhi indikator profitabilitas bank umum di Indonesia. Sampel penelitian ini berupa 72 Bank Umum yang masuk kedalam kategori BUKU dengan rentang penelitian mulai dari tahun 2015 hingga 2019. Sampel tersebut diregresikan menggunakan metode panel regression dengan model estimasi berupa Random Effect Model. Penelitian ini menemukan bahwa variabel credit risk, bank size, dan concentration ratio berpengaruh signifikan terhadap indikator profitabilitas ROA. Kemudian penelitian ini juga menemukan bahwa variabel concentration ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap indikator profitabilitas ROE, dan variabel bank size dan credit risk berpengaruh signifikan terhadap indikator profitabilitas ROE.

This research aims to analyze how bank size, credit risk, and concentration ratio affects bank’s profitability indicators in Indonesia. This research uses a sample of 72 conventional banks which are classified as BUKU with the period of research ranging from the year 2015 until 2019. These samples will be regressed according to panel regression method and will use Random Effect Model as the method of estimation. This reasearch found that credit risk, bank size, and concentration ratio affects ROA significantly. Furthermore, this research also found that concentration ratio does not affect ROE significantly, while bank size and credit risk affects ROE significantly"
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
ST. Untung Pujadi
"RINGKASAN EKSEKUTIF
Dalam lingkungan perbankan yang sifatnya cenderung menuju cuslomer driven, suatu bank
yang kurang memperhatikan arti pentingnya peran layanan kepada nasabah cepat atau lambat akan
mengakibatkan bank tersebut tersingkir dan kancah persaingan yang teijadi Dalam situasi
persaingan yang seperti itu jika suatu bank sangat concern dengan mutu, kualitas layanan dan
selalu memperbaharui layanan yang diberikannya setiap saat sesuai dengan perubahan perilaku
nasabah maka dapat dijamin bahwa bank tersebut tetap dapat bertahan dañ kancah persaingan
yang terjadi.
Tumbuhnya persaingan antar bank daiam pemberian dan peningkatan kualitas layanannya,
mengakibatkan bank-bank yang ada saling bebenah diri. Selain menciptakan produk-produk baru
yang sesuai dengan kebutuhan nasabah, masmg-masing bank mulai meningkatkan kualitas
Jayanannya. Berbagai macam strateji pelayanan mulai diperkenalkan dimana masing-masing
bank saling menyatakan keunggulafl yang dimilikinya.
Dari hasil penelitian mengenai kualitas layanan yang dilakukan dengan menggunakan
metode SERVQUAL (= persepsi - harapan) pada 10 dimensi tayanan yaitu responsiveness,
reliability, credibility, security, communication, tangibles, courtesy, competence, acces, dan
understanthng the customers di salah satu Bank Umum Swata Nasional (Devisa) diperoleh basil
yang menunjukkan bahwa servqual score atau skor gap untuk kesepuluh dimensi layanan di bank
tersebut ternyata bemilai negatif. Nilai negatif dalam serv quai score ini terjadi karena skor
persepsi nasabah terhadap kualitas layanan yang diberikan pihak manajemen bank lebib rendah
dan skor harapan mengenai kualitas layanan yang diinginkan oleh nasabah bank tersebut. Dengan
kata lain, servqual score yang bernilal negatif ini dapat menunjukkan bahwa saat ini kualitas
layanan yang diberikan oleh bank tersebut belum sesuai dengan apa yang menjadi harapan bagi
nasabahnya. Lebih jauh lagi tentang serquaI score yang bernilai negatif menunjukkan bahwa ada
ketidakpuasan nasabah sebagai konsumen pada kualitas layanan yang diberikan oleh bank
tersebut.
Dari hasil penelitian juga dapat diketahui bahwa ada dua kemungkinan yang menyebabkan
servqual score atau skor gap bernilai negatif Pertama, ada kemungkinan pihak manajernen Bank
tersebut memang kurang memperhatikan kualitas Layanan yang diberikan kepada para nasabahnya.
Kedua, ada kemungkinan para nasabah memiliki harapan begitu besar tentang kualitas layanan
yang mereka inginkan, Sebagai lembaga yang bergerak di bidang jasa, tentu saja hasil ternuan
yang diperoleh dan penelitian ini perlu menjadi perhatian bagi pihak manajemen bank tersebut,
lebih-Iebih dalam upayanya untuk meningkatkan kepuasan para nasabahnya
Untuk mengatasi hal tersebut disarankan agar pihak mariajetnen dapat melakukan bal-bal
sebagai berikut:
1. Bahwa pihak manajemen bank tetap harus selalu berupaya untuk meningkatkan kualitas
layanan yang diberikan kepada nasabanya. Prioritas pemngkatan kualitas layanan yang haiu
dilakukaii pibak manajemen bank yang dapat dilakukan mulai dan dimensi kualitas layanan
yang memiliki skor gap riegatiftersebar kemudian bani diinensi kualitas layanan yang memìjilçj
skor gap negatif terkecil ( access, security, competence, tangibles, courtesy, credibility,
responsiveness, communication, reliability, dan understanding the customers).
Upaya peningkatan kualitas Layanan yang mengacu pada prioritas peningkatan kualitas Iayanan
yang telah berhasil ditemukan dalam penelitian ini akan sangat membantu pihak manajemen dalam menjembatani gap yang terjadi antara apa yang menjadi harapan para nasabah dengan apa yang menjadi persepsi nasabahnya saat ini.
2. Selain perlunya upaya peningkatan kualitas layanan yang diberikan kepada nasabah, penulis juga memberi saran kepada pihak manajemen untuk selalu memberi kepada kualitas layanan yang telah mereka berikan kepada para nasabah. Salah satu cara yang dapat dilakukan pihak manajemen adalah dengan mengadakan penelitian kualitas layanan secara rutin atau berkala.
"
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>