Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 38 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jay, Charlotte
Kent Town, S. Aust.: Wakefield Press, 1992
823.3 JAY b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Haig, Francesca
"Book Two in the critically acclaimed The Fire Sermon trilogy--The Hunger Games meets Cormac McCarthy's The Road in this richly imagined post-apocalyptic series by award-winning poet Francesca Haig. Four hundred years in the future, the Earth has turned primitive following a nuclear fire that has laid waste to civilization and nature. Though the radiation fallout has ended, for some unknowable reason every person is born with a twin. Of each pair, one is an Alpha--physically perfect in every way; and the other an Omega--burdened with deformity, small or large. With the Council ruling an apartheid-like society, Omegas are branded and ostracized while the Alphas have gathered the world's sparse resources for themselves. Though proclaiming their superiority, for all their effort, Alphas cannot escape one harsh fact: whenever one twin dies, so does the other. Cass is a rare Omega, one burdened with psychic foresight. While her twin, Zach, gains power on the Alpha Council, she dares to dream the most dangerous dream of all: equality. For daring to envision a world in which Alphas and Omegas live side-by-side as equals, both the Council and the Resistance have her in their sights.
Book Two in the critically acclaimed The Fire Sermon trilogy--The Hunger Games meets Cormac McCarthy's The Road in this richly imagined post-apocalyptic series by award-winning poet Francesca Haig. Four hundred years in the future, the Earth has turned primitive following a nuclear fire that has laid waste to civilisation and nature. Though the radiation fallout has ended, for some unknowable reason every person is born with a twin. Of each pair, one is an Alpha--physically perfect in every way; and the other an Omega--burdened with deformity, small or large. With the Council ruling an apartheid-like society, Omegas are branded and ostracised while the Alphas have gathered the world's sparse resources for themselves. Though proclaiming their superiority, for all their effort, Alphas cannot escape one harsh fact: whenever one twin dies, so does the other. Cass is a rare Omega, one burdened with psychic foresight. While her twin, Zach, gains power on the Alpha Council, she dares to dream the most dangerous dream of all: equality. For daring to envision a world in which Alphas and Omegas live side-by-side as equals, both the Council and the Resistance have her in their sights."
Jakarta: Noura Books, 2016
823.92 HAI m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Park Jung Ja
Seoul : Korea, 1993
KOR 895.710 8 Par l
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
303.483 3 BES
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Beijing : Foreign languages Press, 2009
R SIN 391.008 FRO
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Sanderson, Brandon
"Perpustakan Alexandria yang tesohor, tempat segala jenis pengetahuan tersimpan, sebenarnya masih berdiri hingga saat ini! Jika kau kira perpustakaan itu sudah dihancurkan, kau termakan kebohongan para pustakawan durjana.
Dalam perjalanan ke Kerajaan Merdeka, Alcatraz tiba-tiba memutuskan belok arah ke Perpustakaan Alexandria, karena Kakek Smerdy pergi kesana, dan Alcatraz tahu kakeknya itu pasti akan terlibat masalah dan mungkin akan membutuhkan bantuannya. Tapi tugas ini tidak mudah, karena Perpustakaan Alexandria dijaga oleh para Kurator, ruh-ruh yang menyerupai tengkorak dan akan merenggut jiwamu jika kau berani-berani memindahkan satu buku saja dari perpustakaan itu. selain itu, Alcatraz juga dikejar-kejar oleh salah satu Pustakawan Kerangka Juru Tulis yang hendak mengorbankannya di altar berdarah."
Bandung: Mizan Fantasi , 2017
823.92 SAN a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Gold, Stephen
London: Fourman Publishing , 1989
340 GOL g
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Winter, Ruth
New York: Three Rivers Press, 1997
612.67 WIN a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Teguh Hidayat
"Untuk bisa investasi: Yang pertama belajar, baik itu secara teori maupun praktek, dan yang kedua membiasakan diri dalam berinvestasi dan menerapkan value investing ketika melakukan jual beli dan menjual saham, alias menggali pengalaman . Dengan belajar, entah itu dari buku ini, ikut seminar, atau anda belajar sendiri secara otodidak, maka anda akan bisa berinvestasi. Dan dengan menggali pengalaman maka anda akan ahli dalam berinvestasi. Kabar baiknya, secara teori, value investing sangatlah sederhana, di mana ketika nanti anda selesai membaca buku ini maka penulis bisa asumsikan bahwa anda akan sudah mengerti menguasai value investing secara teori.
Namun dalam mempraktekkan teori tersebut di pasar saham, maka tentu saja dibutuhkan keahlian. Yep, jadi sekedar bisa atau mengerti value investing saja belum cukup, tapi juga dibutuhkan pengalaman untuk mematangkan keahlian, dan berbeda dengan naik sepeda motor yang hanya butuh waktu beberapa bulan untuk menjadi ahli, untuk menjadi seorang value investor tulen maka biasanya butuh waktu beberapa tahun. Demikian pula dengan penulis sendiri, di mana meski saya sudah mempelajari dan mempraktekkan sendiri metode value investing (dan juga analisis fundamental secara umum) sejak pertama kali terjun ke pasar modal di tahun 2009, namun barulah beberapa tahun kemudian saya memiliki bekal pengetahuan serta pengalaman yang cukup untuk kemudian sepenuhnya fokus di bidang investasi saham (saya keluar dari pekerjaan tahun 2012), dan barulah pada tahun 2014 " 2016 buku ini ditulis."
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2024
332.6 TEG v
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dhilla Fadiyahsari
"Perdebatan antara tradisi dan modernitas telah menjadi fokus perhatian dalam berbagai generasi, menciptakan perbedaan pandangan yang nyata. Generasi tua seringkali menganggap nilai-nilai tradisional sebagai fondasi kestabilan sosial dan keberlangsungan budaya. Sementara itu, generasi muda cenderung lebih terbuka terhadap gaya hidup yang lebih modern. Film Into the Beat digunakan untuk meneliti bagaimana konflik dan rekonsiliasi antargenerasi direpresentasikan melalui seni tari. Penelitian dilakukan dengan menganalisis adegan-adegan dalam film yang menggambarkan pertentangan antara tradisi dan modernitas serta konflik antargenerasi yang dimaknai menggunakan teori konflik generasi oleh Karl Mannheim. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bagaimana film Into the Beat menggambarkan konflik nilai antargenerasi yang dialami tokoh utama melalui penggunaan seni tari sebagai medium utama. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa dengan saling memahami dan mendukung, generasi yang berbeda dapat menemukan titik temu dan menghargai pandangan satu sama lain.
The debate between tradition and modernity has been the focus of attention in various generations, creating a real divergence of views. Older generations often consider traditional values as the foundation of social stability and cultural continuity. Meanwhile younger generations tend to be more open to a more modern lifestyle. The film Into the Beat is used to examine how intergenerational conflict and reconciliation are represented through dance. The research was conducted by analyzing scenes in the film that depict the conflict between tradition and modernity and intergenerational conflict. Further analyses were interpreted using Karl Mannheim’s theory of generational conflict. The results of this study show how the film Into the Beat depicts the intergenerational value conflict experienced by the main character through the use of dance as the main medium. This research also shows that by understanding and supporting each other, different generations can find common ground and respect each other’s views."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>