Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 21172 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abdoel Djalal Ardjoboesono
Canberra: Australian National University, 1978
301.329 598 ABD d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Sinha, V. C.
Bombay: New Delhi Allied , 1984
304.6 SIN e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"Profil ameloblastoma dari sebuah penelitian retrospektif di Jakarta, Indonesia. Ameloblastoma adalah tumor odontogenik yang sering terjadi pada mandibula. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari tipe dan pola histopatologis ameloblastoma yang paling umum, persentase timbulnya ameloblastoma menurut jenis kelamin, dan tipe histopatologis ameloblastoma terkait jenis kelamin. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain retrospektif deskriptif. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari rekam medik klinik Bedah Mulut di Rumah Sakit Umum Cipto Mangunkusumo Jakarta, pada periode Januari 2002–Juli 2008. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui frekuensi tipe histopatologis. Hubungan antara usia atau jenis kelamin dan tipe histopatologi ameloblastoma dianalisis secara
statistik. Hasil: Dari data 66 kasus pasien ameloblastoma yang terkumpul, ditemukan bahwa kelompok umur 31-50 tahun memiliki persentase kemunculan terbesar dibanding kelompok umur lain, yaitu 53%. Terdapat sedikit perbedaan antara laki-laki dan perempuan pada kasus ameloblastoma. Perempuan terdapat pada 37 kasus (56,1%), lebih banyak dibandingkan laki-laki sejumlah 29 kasus (43,9%) dan tipe histopatologis yang terbanyak ditemukan adalah plexiform sebanyak 31,8%. Simpulan: Ameloblastoma terjadi pada periode dewasa, lebih sering pada perempuan dibandingkan laki-laki, dan didominasi tipe plexiform.

Ameloblastoma is an odontogenic tumor occurring mostly in mandible. Objective: the purpose of the study was to find out the distribution and frequency of the most common histopathological type and pattern of
ameloblastoma, the percentage of ameloblastoma according to gender and histopathological types of ameloblastoma related to gender. Methods: This research was a quantitative analysiswith descriptive retrospective design. This study used secondary data taken from medical records at Oral and Maxillofacial Surgery Clinic of Cipto Mangunkusumo General Hospital Jakarta in the period of January 2002–July 2008. The relationship between age or gender and histopathological types of ameloblastoma was statistically assessed. Results: From data of ameloblastoma patients that have been collected as many as 66 cases; it was found that 31–50 years old age group had the highest percentages of occurrence among other age groups that was 53% from all cases. There are slight differences between women and men in ameloblastoma cases. The incidence was higher in women (37 cases, 56.1%) than in men (29 cases, 43.9%) and the histopathological type found most often was plexiform type as many as 31.8% from all cases. Conclusion: Ameloblastoma presented in adult period, more frequent in women than men, and were predominantly plexiform."
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2011
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Lutfi Laili Nurhidayat
"ABSTRACT
Latar Belakang: Jumlah penduduk lansia di kota Depok terus mengalami peningkatan. Lansia memiliki kerentanan terhadap penyakit sistemik maupun gigi dan mulut yang saling berhubungan, salah satunya perubahan kualitas dan kuantitas saliva. Namun, belum ada penelitian dengan subjek lansia mengenai profil saliva yang dilakukan di kota Depok. Tujuan: Mengetahui profil saliva antar jenis kelamin, kelompok usia, jenis penyakit sistemik, medikasi dan persepsi serostomia pada lansia di kota Depok. Metode: Studi analitik observasional dengan desain penelitian potong lintang. Pengambilan sampel dengan teknik consecutive sampling pada subjek berusia ge; 60 tahun yang berdomisili di Depok. Subjek diperiksa volume saliva tanpa stimulasi, terstimulasi, derajat keasaman dan kapasitas dapar. Subjek menjawab kuesioner Fox mengenai serostomia dan kuesioner tentang penyakit sistemik dan medikasi. Penelitian ini dianalisis dengan uji Mann Whitney-U, Kruskal Wallis dan korelasi Spearman ?=5 . Hasil: Jenis kelamin memiliki hubungan dengan laju alir saliva, tetapi derajat keasaman dan kapasitas dapar tidak. Tidak terdapat perbedaan profil saliva antar kelompok usia, jenis penyakit sistemik dan medikasi. Koefisien korelasi antara serostomia dengan laju alir terstimulasi lebik kuat 0,426 dibanding tanpa stimulasi 0,303 . Kesimpulan: Laju alir saliva memiliki perbedaan bermakna antara laki-laki dan perempuan, tetapi tidak berbeda bermakna antar kelompok usia, jenis penyakit sistemik dan medikasi. Derajat keasaman dan kapasitas dapar tidak berbeda bermakna antar jenis kelamin, kelompok usia, jenis penyakit sistemik dan medikasi. Persepsi serostomia berhubungan dengan laju alir saliva.

ABSTRACT
Latar Belakang Jumlah penduduk lansia di kota Depok terus mengalami peningkatan. Lansia memiliki kerentanan terhadap penyakit sistemik maupun gigi dan mulut yang saling berhubungan, salah satunya perubahan kualitas dan kuantitas saliva. Namun, belum ada penelitian dengan subjek lansia mengenai profil saliva yang dilakukan di kota Depok. Tujuan Mengetahui profil saliva antar jenis kelamin, kelompok usia, jenis penyakit sistemik, medikasi dan persepsi serostomia pada lansia di kota Depok. Metode Studi analitik observasional dengan desain penelitian potong lintang. Pengambilan sampel dengan teknik consecutive sampling pada subjek berusia ge 60 tahun yang berdomisili di Depok. Subjek diperiksa volume saliva tanpa stimulasi, terstimulasi, derajat keasaman dan kapasitas dapar. Subjek menjawab kuesioner Fox mengenai serostomia dan kuesioner tentang penyakit sistemik dan medikasi. Penelitian ini dianalisis dengan uji Mann Whitney U, Kruskal Wallis dan korelasi Spearman 5 . Hasil Jenis kelamin memiliki hubungan dengan laju alir saliva, tetapi tidak pada pada derajat keasaman dan kapasitas dapar. Tidak terdapat perbedaan profil saliva antar jenis penyakit sistemik dan medikasi yang dikonsumsi subjek. Koefisien korelasi antara serostomia dengan laju alir terstimulasi lebik kuat 0,426 dibanding laju alir tanpa stimulasi 0,303 . Kesimpulan Laju alir tanpa stimulasi dan terstimulasi, memiliki perbedaan yang bermakna antara laki laki dan perempuan, tetapi tidak berbeda bermakna antar kelompok usia, jenis penyakit sistemik dan medikasi. Derajat keasaman dan kapasitas dapar tidak berbeda bermakna antar jenis kelamin, kelompok usia, jenis penyakit sistemik dan medikasi. Persepsi serostomia berhubungan dengan laju alir saliva. "
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saladin Markanday
"ABSTRAK
Jakarta berpotensi besar di bidang pariwisata, dan jika dibanding dengan daerah lain, pariwisata Jakarta telah berkembang secara pesat. Untuk mendukung pengembangan sektor pariwisata, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui preferensi objek wisata di Jakarta berdasarkan karakteristik demografi wisatawan. Penelitian ini menggunakan data karakteristik demografi berdasarkan dari usia dan pekerjaan. Jenis wisata yang digunakan dalam penelitian ini adalah wisata rekreasi, sejarah dan budaya, serta belanja dan kuliner. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif. Statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui kecenderungan wisatawan terhadap pemilihan objek wisata, dilihat dari karakteristik demografi wisatawan tersebut dan juga untuk melihat pengaruh efisiensi terhadap pemilihan rute wisata. Hasil penelitian preferensi menunjukkan bahwa wisata rekreasi yang menjadi pilihan utama kelompok demografi berusia 17-23 tahun dan 24-30 tahun, serta kelompok pekerjaan sebagai PNS dan Swasta, memilih Taman Mini Indonesia sebagai pilihan utama. Kelompok usia 31 ndash; 40 tahun dan 41 tahun ke atas, serta kelompok pekerjaan lain-lain memilih Kebun Binatang Ragunan sebagai pilihan utama. Kelompok pelajar memilih Kota Tua sebagai pilihan utama. Untuk objek wisata sejarah dan budaya, semua kelompok usia serta kelompok pekerjaan pelajar, swasta, dan lain-lain memilih Monumen Nasional sebagai pilihan utama, hanya kelompok pekerjaan PNS saja yang memilih Museum di Kawasan Kota Tua sebagai pilihan utama. Jenis wisata yang ketiga yaitu belanja dan kuliner, yang menjadi objek wisata pilihan utama wisatawan berprofesi sebagai pelajar serta kelompok pekerjaan pelajar dan PNS adalah Senayan City. Kelompok usia 31-40 tahun dan 41 tahun keatas, serta kelompok pekerjaan lain-lain yang memilih Kelapa Gading sebagai pilihan utama, sedangkan kelompok usia 24-30 tahun serta kelompok pekerjaan swasta, memilih Blok M sebagai pilihan utama mereka. Kesimpulan penelitian pengaruh efisiensi terhadap pemilihan rute wisata berbeda tiap jenis wisata dan tidak berpengaruh secara signifikan antara efisiensi dengan pemilihan rute wisata. Wisata rekreasi mempunyai persentase pemilihan rute efisien sebesar 42 dari total pemilihan rute wisata rekreasi. Wisata sejarah dan budaya, persentase pemilihan rute efisien sebesar 32,5 dari total pemilihan rute wisata sejarah dan budaya. Wisata belanja dan kuliner, persentase pemilihan rute efisien sebesar 31 dari total pemilihan rute wisata belanja dan kuliner.

ABSTRACT
Jakarta is growing rapidly in the field of tourism compared with other provinces. To support the development of the tourism sector, this study aims to determine the attraction preference based on tourist demographic characteristics. This study uses demographic characteristics data based on age range and occupation. Types of tours used in this study are recreational, history and culture, as well as shopping and culinary. The method of analysis used in this study is descriptive statistics. Descriptive statistics used to determine the tendency of tourists to the attractions preference, viewed from the demographic characteristics of these tourists and also to see the effect of efficiency on the tour routes preference. The results show the majority of demographic groups aged 17 23 years and 24 30 years, as well as employment groups as civil servants and private, chose Taman Mini Indonesia as the main choice of recreational tours. Groups aged 31 40 years also 41 years and over, as well as other employment groups chose Ragunan Zoo as the top choice. Student groups choose Old Town as the primary choice. For historical and cultural attractions, all age groups and occupation types like student, private, and others choose the National Monument as the primary choice, only civil servant groups who choose the Museum in the Old Town Area as the primary choice. The last type of tours is shopping and culinary, which Senayan City became the main choice of the 17 23 year age group as well as the student work group and civil servants. Age groups 31 40 years also 41 years and above, as well as other employment groups chose Kelapa Gading as the primary choice, while the 24 30 years age groups as well as private employment groups chose Blok M as their primary choice. The conclusion for the effect of efficiency on the selection of different tour routes for each type of tours, is that the efficiency does not significantly influence the selection of tour routes. Recreational tours has an efficient routes selection percentage of 42 of the total selection of recreational tourist routes. Historical and cultural tours, efficient routes selection percentage of 32.5 of total selection of historical and cultural routes. Shopping and culinary tours, efficient routes selection percentage of 31 of total selection of shopping and culinary tour routes."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Casles, Lance
Jakarta: Masup, 2007
305.8 598 CAS et (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1993
S7285
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aryadipta Martono
"ABSTRAK
Marching Band di DKI Jakarta sudah ada sejak tahun 1970an. Sampai sekarang, penggunaan kegiatan yang melibatkan adanya marching band masih sangat banyak, terutama pada acara-acara besar sebagai yang membuat acara agar semakin meriah. Tidak hanya untuk memeriahkan sebuah acara, lomba marching band juga sering diadakan di berbagai tempat di dunia, tidak terkecuali di Indonesia. Di DKI Jakarta terdapat lomba tingkat nasional terbesar di Indonesia, yaitu Grand Prix Marching Band. Selain melibatkan unsur yang ada di dalam lomba tersebut seperti lapangan, ada juga unsur pelatih yang memiliki pengaruh terhadap kelancaran berjalannya sebuah unit marching band. Penelitian ini bertujuan untuk membahas mengenai pengaruh dari faktor-faktor tersebut terhadap perkembangan unit marching band di DKI Jakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan analisa deskriptif dan spasial. Hasil penelitian menunjukan bahwa masing-masing unsur dapat memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap perkembangan sebuah marching band. Pelatih yang selalu berganti-ganti dan dalam jumlah yang sedikit merupakan ancaman bagi perkembangan sebuah unit marching band karena dapat berdampak penurunan kualitas serta kuantitas pemainnya. Lapangan yang digunakan oleh suatu perlombaan juga menjadi hambatan bagi sebuah unit yang tidak mampu mendapatkan akomodasi fasilitas yang memadai. Unit marching band di DKI Jakarta jumlahnya cukup banyak. Hal ini seharusnya mendapat perhatian lebih agar semua unit yang ada di DKI Jakarta dapat berkembang dengan baik. Walaupun jenis marching band berbeda-beda sesuai dengan karakteristiknya masing-masing, lokasi unit pada umumnya mengikuti jaringan jalan arteri dan mendekati lapangan olahraga maupun gedung olahraga yang berada di jalan arteri. Kondisi ini memungkinkan adanya penggunaan ruang bersama untuk sarana olahraga yang mendukung kegiatan marching band.

ABSTRACT
Marching Band in DKI Jakarta has been around since 1970s. Until now, the use of activities that involve the marching band is still very much, especially at major events as that makes the event to be more festive. Not only to enliven an event, marching band competition is also often held in various places in the world, not least in Indonesia. In DKI Jakarta there is the largest national level competition in Indonesia, the Grand Prix Marching Band. In addition to involving elements in the race such as the field, there are also elements of coaches that have an effect on the smooth running of a marching band unit. This study aims to discuss the influence of these factors on the development of marching band units in DKI Jakarta. The method used in this research is qualitative method with descriptive and spatial analysis. The results showed that each element can have a significant influence on the development of a marching band. Coaches are always changing and in small numbers is a threat to the development of a marching band unit because it can affect the decline in quality and quantity of players. The field used by a race is also an obstacle for a unit that is unable to get adequate facility accommodation. The marching band unit in DKI Jakarta is quite a lot. This should get more attention so that all units in DKI Jakarta can develop well. Although the type of marching band varies according to their characteristics, the location of the unit generally follows the arterial road network and approaches the sports field as well as the sports hall located on the arterial road. This condition allows the use of shared space for sports facilities that support marching band activities. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Andriani
"Dalam 25 tahun mendatang, angka mortalitas akibat penyakit infeksi diperkirakan akan menurun, namun penyakit infeksi di Indonesia hingga tahun 2007 masih menjadi penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan. Keluarga memiliki asosiasi yang kuat dengan kesehatan dan penyakit seseorang melalui hubungan dan dinamika kehidupannya.
Penelitian ini bertujuan mengetahui karakteristik demografis, profil keluarga dan penyakit infeksi terbanyak di Klinik Dokter Keluarga Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tahun 2006-2008 serta hubungannya.
Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan 103 data sekunder dari laporan studi kasus pasien di Klinik Dokter Keluarga Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tahun 2006-2008 digunakan dalam penelitian ini.
Hasil penelitian mendapatkan bahwa penyakit infeksi terbanyak adalah infeksi M. tuberculosis , infeksi saluran pernapasan akut, infeksi saluran pencernaan, infeksi kulit, dan infeksi yang belum diketahui penyebabnya. Terdapat hubungan bermakna antara bentuk keluarga dan jumlah anggota dalam satu rumah dengan infeksi M. tuberculosis. Terdapat hubungan bermakna antara usia pasien dengan infeksi saluran pencernaan, dan status pernikahan pasien dengan infeksi saluran pencernaan.
Jadi, penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa terdapat hubungan bermakna antara karakteristik demogafis dan profil keluarga dengan penyakit infeksi pasien di Klinik Dokter Keluarga Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tahun 2006-2008.

In the next 25 years, mortality rate of infectious diseases is estimated to decrease, but infectious diseases until 2007 still become the most frequent of diseases in clinical patients in Indonesia. Family has a strong association with health and disease through a relationship and the dynamics of life.
This study aims to determine the demographic characteristics, family profile, the most frequent of infectious diseases and their relationships in Clinic of Family Medicine, Faculty of Medicine University of Indonesia in 2006-2008.
It uses cross-sectional design and the data were collected by means of patient case reports.
The result of this study is the most frequent of infectious diseases are M. tuberculosis infection, acute respiratory tract infection, gastrointestinal tract infection, skin infection, and unknown infection. There are significant associaton between family profile (family structure and the amount of family member) and M. tuberculosis infection. There are significant association between demographic characteristics (age and marital status) and gastrointestinal tract infection.
From those results, this study concludes that there are significant association between demographic characteristics, family profile and infectious diseases in Clinic of Family Medicine, Faculty of Medicine University of Indonesia in 2006-2008.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>