Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4446 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Enright, Robert D.
Washington, DC: APA LifeTools, 2001
155.92 ENR f
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jampolsky, Gerald G.
Jakarta: Erlangga, 2001
234.5 JAM ft
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Budi Prasetyo
"Penelitian ini memiliki tujuan untuk melihat perbedaan forgiveness pada mahasiswa yang mengikuti Aikido dengan yang tidak mengikuti Aikido di enam kampus dan dojo kampus yang ada di Jakarta. Responden dalam penelitian ini berjumlah 124 dengan rentang usia antara 18-24 tahun yang berada di beberapa kampus di Jakarta. Peneliti menggunakan alat ukur TRIM-18 (Transgression-Related Interpersonal Motivations) yang memiliki jumlah item sebanyak 18, yang diberikan penambahan beberapa item oleh peneliti. Berdasarkan hasil perhitungan t-test, didapat didapatkan nilai t yang signifikan. Artinya adalah terdapat perbedaan forgiveness yang signifikan antara mahasiswa yang mengikuti Aikido dengan mahasiswa yang tidak mengikuti Aikido. Perbedaan ini dilihat dari jumlah mean skor yang menunjukkan bahwa skor TRIM pada kelompok mahasiswa yang mengikuti Aikido lebih kecil daripada kelompok mahasiswa yang tidak mengikuti Aikido. Artinya adalah kelompok mahasiswa yang mengikuti Aikido memiliki forgiveness yang lebih tinggi daripada kelompok mahasiswa yang tidak mengikuti Aikido.

This study has the goal to find the difference of forgiveness between college students who take part in Aikido and those who don?t in six college and dojo in Jakarta. The participants are 124, within 18-24 years old in age ranging. The researcher uses TRIM-18 (Transgression-Related Interpersonal Motivations) which has 18 items with some adding. Based on the result of t-test, the coefficient of t is significant. This means that there is a significant difference of forgiveness between the two groups. The difference is seen from the score mean of the aikido group that less than the non-aikido group. It means that Aikido group is more forgive than non Aikido group."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
158.2 DIM f
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Faiza Ratna Umaro
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara komitmen dan forgiveness pada emerging adult yang sedang berpacaran. Pengukuran forgiveness menggunakan alat ukur Inventori TRIM (Transgression-Related Interpersonal Motivation) yang terdiri dari subskala avoidance, revenge, dan benevolece. Pengukuran komitmen menggunakan alat ukur Commitment Inventory (CI). Total responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 190 responden berusia 18-25 tahun. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang positif dan signifikan antara komitmen dan forgiveness yang ditandai dengan korelasi negatif antara skor total Inventori TRIM dan skor total CI (r = - 0,284, p < 0,01). Hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi komitmen yang dimiliki, semakin tinggi forgiveness terhadap pasangan.

ABSTRACT
The aim of this research was to examine the relationship between commitment and forgiveness among dating emerging adult. Forgiveness was measured by TRIM (Transgression-Related Inventory Motivation) Inventory which consists of avoidance, revenge, and benevolence subscales. Commitment was measured by Commitment Inventory. There were 190 participants aged 18 to 25. The result indicates that there is a positive significant relationship between commitment and forgiveness which is marked by negative correlation between total score of TRIM Inventory and total score of Commitment Inventory (r = .-284, p < .01). In other words, the more commited to their relationship, the more forgiving someone is.
"
2015
S60291
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Ketika seseorang memasuki usia dewasa muda yaitu usia antara 20-30 tahun
(Santrock, 2002) maka ia akan menjalani tugas perkembangan tertentu. Misalnya seperti
memulai suatu karir, kemudian memilih pasangan hidup, belajar menyesuaikan diri dan
hidup harmonis dengan pasangan hidup, rnulai membentuk Suatu keluarga, mengasuh
dan membesarkan anak-anak dan sebagainya, Salah sam tugas terpenting adalah mencari
pasangan hidup. Salah satu caranya adalah dengan menjalin hubungan pacaran dengan
|awan jenis.
Yang dimaksud dengan hubungan pacaran aclalah proses pemilihan pasangan
hidup yang ditandai dengan adanya hubungan yang eksklusif dan perrnanen Bntara dua
orang yang berlalnan jenjs kelamin (Duvall&Miller, 1985). Ketidakpuasan dalam
menjalin hubunngan pacaran akan mengakibatkan munculnya konflik antar pasangan
yang akhimya tenj adi pemutusan hubungan.
Ketika suatu hubungan pacaran berakhir, biasanya diikuli dengan rasa sakit dan
penderitaan yang mendalam (Baumeister & Wotrnan, 1992). Ketika seseorang melakukan
hal yang menyakiti orang lain, hubungan diantara keduanya menjadi buruk. Salah satu
altematif cara untuk mencegah atau mengatasi hubungan yang buruk tersebut adalah
dengan forgiveness (memaafkan). Yang dimaksud dengan forgiveness aclalah suam
perubahan rnotivasional, menurunnya molivasi untuk balas clendam dan unruk
menghindari orang yang telah menyakili (Mc.Cullough, Worthington, & Rachal (1997).
Dengan memaafkan, diharapkan seseorang mampu merubah emosi negatifnya menjadi
lebih positif, sehingga ia mampu menyelesaikan rnasalahnya dengan cara yang lebih
konstruktif
Penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu bagaimana garnbaran memaafkan
pada dewasa muda yang rnengalami pulus hubungan pacaran. Mengingat masalah
penelitian yang dibahas membutuhkan penghayatan individu dan tergolong sensitif; maka
peneliti menggunakan metode kualitatii Dalam penelitian ini, subyek yang digzmakan
sebanyak 4 orang dengan karekteristik usia antara 20-30 tahun.
Dari hasil penelitian ini, diketahui bahwa tidak semua subyek mengalami
forgiveness, hal ini dikarenakan faktor penentu, seperti darnpak peristiwa yang
mernpengaruhi subyek, niat mantan pacar untuk meminta maaf dan empati yang
dirasakan oleh subyek pada pendenta
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi para dewasa muda yang
mengalami
hubungan pacaran, sehingga mampu mengembangkan forgiveness
untuk mengobati luka hatinya."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T37910
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hargrave, Terry D.
"Buku ini membahas mengenai pemaafan dalam keluarga. terdiri atas 3 bagian, ayitu 4 tahap pemaafan, peran pemaafan dalam terapi, dan isu serta pertanyaan mengenai manfaat pemaafan ini."
Levittown: Brunner/Mazel, 1994
234.5 HAR f
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Zivana Sabili
"Di Asia, di mana budaya patriarki masih kuat, peran utama perempuan adalah sebagai istri sekaligus ibu dalam hubungan pernikahan heteroseksual. Mereka yang tidak melaksanakannya mendapat stigma dan didiskriminasi. Salah satunya ialah perempuan dari kelompok minoritas seksual, yakni lesbian dan biseksual. Emosi marah, sedih, dan kecewa sering muncul sebagai respon dari perlakuan buruk yang diterima oleh perempuan dari kelompok minoritas seksual. Ada yang marah pada diri sendiri, ada pula yang menyalahkan orang yang tidak paham mengenai orientasi seksual, serta situasi yang tidak ideal. Perempuan dari kelompok minoritas seksual menjadi rentan depresi, gangguan cemas, serta kecenderungan bunuh diri. Seluruhnya merupakan indikator psychological well-being (PWB) yang rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu hubungan antara forgiveness dengan PWB pada perempuan dari kelompok minoritas seksual di Indonesia. Sebanyak 94 perempuan lesbian dan biseksual diminta mengisi kuesioner Heartland Forgiveness Scale (HFS) yang terdiri dari Forgiveness of Self, Forgiveness of Others, dan Forgiveness of Situation; serta Ryff’s Psychological Well-Being Scale (RPWB) yang terdiri dari dimensi Autonomy, Environmental Mastery, Positive Relations with Others, Personal Growth, Purpose in Life, dan Self Acceptance. Terdapat korelasi signifikan antara forgiveness dan PWB pada perempuan dari kelompok minoritas seksual. Hubungan di tingkat subskala lebih kompleks, di mana terdapat subskala yang berkorelasi dan tidak berkorelasi.

In Asia, where patriarchy is still a problem, a woman’s main role is to be a devoted wife and mother, usually within a heterosexual marriage. Those who do not follow the common ways are stigmatized and discriminated. One of them are females from sexual minority group, namely lesbians and bisexuals. Anger, sadness, and disappointment often become the natural responses of those discrimination. Some females from sexual minority group blame themselves for all the difficulties that came with their sexual orientation. Others blame people who do not understand about human sexuality. The rest blame the horrible situation which put them in an uncomfortable position. Females from sexual minority group are more prone to depression, anxiety, and suicidal tendencies, which are all the indicators of low psychological well-being (PWB). This research was conducted to find out the relationship between forgiveness and PWB in females from sexual minority groups in Indonesia. As much as 94 female participants from sexual minority groups have filled out the Heartland Forgiveness Scale (HFS), consisting of several subscales: Forgiveness of Self, Forgiveness of Others, and Forgiveness of Situation; as well as Ryff’s Psychological Well-Being Scale (RPWB) consisting of six distinct dimensions, namely Autonomy, Environmental Mastery, Positive Relations with Others, Personal Growth, Purpose in Life, and Self-Acceptance. Results showed that there’s a significant correlation between forgiveness and PWB on females from sexual minority groups in Indonesia. In the subscale level, however, not all measures were related to one another.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S63795
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christiany
"ABSTRAK
Dalam hidupnya, kadang manusia memiliki pengalaman disakiti atau
mendapatkan perlakuan tidak adil dari orang lain. Pengalaman ini disebut dengan
transgresi. Transgresi ini menimbulkan perasaan tertekan yang menetap dan emosiemosi
negatif t «hadap orang yang menyebabkan pengalaman menyakitkan atau
perlakuan tidak adil tersebut (pelaku). Ketika individu menyadari adanya emosi
negatif tersebut, timbul suatu kebutuhan bagi individu tersebut (korban) untuk
menyembuhkan luka tersebut. Salah satu cara penyembuhan adalah dengan
memaafkan pelaku. Usaha dari individu dalam memberi maaf ini, diasumsikan
melibatkan penggunaan strategi regulasi emosi dalam dirinya. Dalam hal ini, strategi
regulasi emosi ditujukan untuk menurunkan emosi negatif sehingga muncul kesiapan
untuk memaafkan dalam dirinya.
Masalah dalam penelitian ini adalah "Apakah ada hubungan antara strategi
regulasi emosi dan kesiapan memaafkan?" Strategi regulasi emosi dalam penelitian ini
dilihat dari dua aspek, yaitu aspek strategi regulasi emosi reappraisal dan aspek
strategi regulasi emosi suppression. Sedang kesiapan memaafkan dalam penelitian ini
dilihat dari tiga aspek, yaitu aspek balas dendam versus pemaafan, aspek situasi sosial
dan personal, dan aspek halangan terhadap pemaafan. Guna menjawab permasalahan
itu, peneliti menggunakan studi kuantitatif dengan desain non-experimental jenis
penelitian korelasional.
Hasil penelitian ini, strategi regulasi emosi reappraisal memiliki hubungan
yang signifikan dengan semua aspek kesiapan memaafkan. Sedangkan strategi
regulasi emosi suppression memiliki hubungan yang signifikan dengan aspek situasi
sosial dan personal.
Berdasarkan hasil penelitian, saran metodologis yang diajukan adalah untuk
pengembangan teori. Sedang saran praktis yang diajukan penulis adalah bagi
seseorang yang pernah mengalami transgresi dan ingin terbebas dari emosi-emosi
negatif yang muncul akibat transgresi tersebut."
2004
S3407
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christina Suzanna Nitalessy
"ABSTRAK
Penelitian ini mengkaji mengenai hubungan antara willingness io forgive dan
orcintasi religius, khususnya pada mahasiswa. Penelitian ini dilakukan dengan
diawali suatu dugaan bahwa forgiveness memiliki suatu hubungan tertentu dengan
religiusitas. Berbagai nilai luhur yang terkandung dalam forgiveness diduga
mempunyai hubungan dengan keyakinan keagamaan atau religiusitas yang dimiliki
seseorang.
Untuk mewujudnyatakan forgiveness diperlukan sebuah kesediaan atau
kesiapan, yang dalam penelitian ini disebut sebagai willingness io forgive. Tanpa
kesediaan atau kesiapan, tidak mungkin tercipta forgiveness yang sejati.
Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa, khususnya mahasiswa
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Mahasiswa dinilai telah memiliki orientasi
religius yang cukup mantap, baik karena usia maupun tuntutan jenjang pendidikan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat suatu hubungan yang unik
antara willingness to forgive dan orientasi religius pada mahasiswa. Ternyata
willingness to forgive tidak terlepas dari religiusitas, sesuai' dengan kerangka
pemikiran awal dalam penelitian ini."
2004
S3455
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laura Bernadeth
"ABSTRAK
Rumah tangga adalah salah satu area terjadinya kekerasan terhadap perempuan; baik dalam bentuk fisik, emosi, finansial dan seksual. Beberapa pilihan respons yang tersedia yaitu tetap merasa tersakiti, menuntut pembalasan,
berpura - pura tidak ada masalah, atau menghindar. Sebagai makhluk yang mempunyai berbagai kapasitas dan potensi dalam berhubungan dengan diri sendiri, sesama, alam, dan Tuhan, bagi manusia - dalam hal ini perempuan yang mengalami kekerasan- terbuka pilihan untuk memaafkan, dengan kesejahteraan spiritualnya sebagai fasilitator pemaafan (Pargament, dalam Worthington, 1998) Penelitian kualitatif ini dilakukan dengan metode studi kasus (N = 1). Pengambilan data dilakukan dengan wawancara, observasi dan mempelajari catatan responden. Responden pada kasus ini memiliki beberapa karakteristik khusus berupa menderita penyakit jantung koroner dan kanker. Kedua penyakit yang berkaitan
erat dengan stress ini (Sarafino, 1998) dialami dalam jangka waktu ia menjalani kehidupan rumah tangganya. Perilaku menyakitkan dari suami beragam dan dimulai sejak awal masa pernikahan. Responden adalah seorang individu yang mengembangkan spiritualitas dalam dirinya. Mengacu pada indikator spiritualitas yang diungkapkan Danesh (1994),
responden sejahtera secara spiritual. Hal ini beserta berbagai belief yang dipegang responden mendukung proses menuju pemaafan total (Baumeister, Exline & Sommcr dalam Worthington 1998). Saran untuk penelitian selanjutnya adalah
mengembangkan alat ukur kesejahteraan spiritual yang telah ada dengan mengintegrasikan indikator - indikator lain, terutama dalam kaitannya dengan fenomena pemaafan."
2004
S3503
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>