Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 148093 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anna Farida
"Hemodialisis merupakan salah satu terapi pengganti ginjal yang paling banyak dipilih di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang pengalaman hidup klien dengan hemodialisis terhadap kualitas hidup dalam konteks asuhan keperawatan di RSUP Fatmawati. Penelitian ini menggunakan metode penelitiankualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Data didapat dengan wawancara mendalam terhadap 6 partisipan yang terdiri dari 3 laki-laki dan 3 perempuan, usia 27 ? 60 tahun dengan lamanya menjalani hemodialisis 2 ? 10 tahun. Hasil wawancara di analisa dengan menggunakan metode Colaizzi.
Hasil penelitian didapatkan 5 tema yaitu: perubahan pemenuhan kebutuhan dasar klien, kualitas spiritual meningkat, kualitas fisik dan psikologis menurun, puas akan pelayanan keperawatan, kebutuhan memperoleh dukungan sosial. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa klien hemodialisis mengalami perubahan terhadap kondisi fisik, psikologis, sosial, ekonomi dan spiritual. Namun sebagian besar klien sudah dapat beradaptasi dengan kondisi yang dihadapi.

Hemodialysis is one of the most renal replacement therapy was choose in Indonesia. The purpose of the study was to explore the experiences of hemodialysis patients on quality of life in the on nursing care contex at Fatmawati Hospital Jakarta. This study used qualitative research methods with the approach of phenomenology. Data obtained with a dept interviews from 6 participants, they were 3 male and 3 famale, participants age ranged between 27 ? 60 years. Duration of received maintenance hemodialysis from 2 to 10 years.
The result was analyzed used Colaizzi method. The result obtained five themes : the change of basic human needs, the spiritual quality increases, the quality of physical and psycological decreases, satisfied with nursing service , the need for social support, Based on this research concluded that hemodialysis patients experiencing changed in physical, psycological, social, economic and spiritual, but most patients are able to adapted to the their conditions uncountered.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
T28387
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Melda Nirmala Dastrika
"ABSTRAK
Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga dalam kehidupan
manusia untuk dapat melakukan kegiatan dengan optimal. Menurut WHO,
kesehatan mencakup keadaan fisik, mental dan sosial yang sehat, bukan hanya
semata-mata tidak adanya penyakit.
Namun tidak selamanya manusia berada dalam keadaan sehat. Gangguan
kesehatan bisa diakibatkan pikiran, emosi dan tindakan (DiMatteo, 1991). Salah
satu masalah kesehatan yang paling serius menurut Sarafino adalah penyakit
kronis, yaitu penyakit degeneratif yang berkembang dalam jangka waktu yang
lama (Tapp & Warner dalam Sarafino, 1994). Salah satu penyakit kronis yang
sangat serius adalah gagal ginjal kronis. Penyakit ini merupakan penyakit
penurunan firngsi ginjal sehingga tidak dapat lagi mengekskresikan sisa-sisa metabolisme dan racun dalam tubuh, dalam bentuk urine dengan normal.
Akibatnya, teijadi penumpukan cairan dalam tubuh yang dapat mengancam hidup
penderitanya. Treatment yang paling banyak digunakan di Indonesia untuk
mempertahankan hidup penderita gagal ginjal adalah hemodialisis atau cuci darah.
Berbagai penelitian yang dilakukan diluar negeri mengemukakan
banyaknya gangguan emosi yang dial ami pasien hemodialisis, natara lain depresi,
kecemasan, keinginan untuk bunuh diri, stres akibat ketergantungan terhadap
mesin dan sebagainya.
Dari hasil interaksi peneliti dengan para pasien hemodialisis di RSCM
selama setahun lebih, terlihat bahwa pasien tidak selalu menampilkan emosi
negatif selama menjalani proses hemodialisis. Penenliti menjadi tertarik untuk
meneliti bagaimana pengalaman emosi yang dirasakan para pasien ini, dari masa
awal proses hemodialisis dan pada saat ini. Bagaimana pembahan emosi teijadi,
dan bagaimana mereka mengatasi masalah yang ditimbulkan penyakit dan proses
hemodialisis.
Dalam melaksanakan penelitian, peneliti menggunakan teori Lazarus
sebagai landasan teori yang pada intinya menekankan adanya penilaian untuk
dapat memicu emosi tertentu dan proses-proses coping yang mengikuti emosiemosi
ini. Untuk mengumpulkan data, peneliti menggunakan wawancara semi
berstruktur sebagai metode utama dan observasi sebagai metode penunjang.
Pengumpulan data dilaksanakan di RSCM dengan subyek tiga orang pasien yang
sudah menjalani hemodialisis selama lebih dari setahun. Hasil penelitian menunjukkan subyek merasa takut,frustrasi, putus asa,
tertekan, mudah marah dan tidak mampu bekeija optimal pada masa awal
hemodialisis. Hemodialisis dipandang sebagai sesuatu yang menakutkan dan
mengancam kesejahteraan diri. Coping yang diterapkan adalah yang berpusat
emosi, antara lain penyangkalan dan penghindaran terhadap kenyataan dan
lingkungan. Saat ini, para subyek sudah mampu menerima kenyataan dan bersikap
pasrah. Hemodialisis tidak lagi dipandang sebagai sebuatu yang menakutkan dan
menghambat aktivitas. Emosi positif yang dirasakan meliputi senang dan gembira
bila tidak ada gangguan fisik dan dapat meluangkan waktu bersama keluarga, juga
bangga bila dapat menunjukkan pada orang lain bahwa dirinya masih mampu.
Emosi negatif seperti kesal timbul bila ada gangguan fisik atau terhambat dalam
melakukan akti vitas. Coping yang diterapkan kini antara lain memodifikasi pikiran
buruk dengan yang lebih positif juga melakukan aktivitas ringan untuk melatih
fisik.
Peneliti menyarankan dilakukannya penelitian terhadap aspek-aspek lain
pada penderita penyakit ini karena banyak hal yang menarik yang belum tergali
dari penelitian ini dan dapat memberikan informasi yang lebih lengkap kepada
pihak terkait.

"
2001
S2997
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rasmiati
"Pasien yang menjalani hemodialisis akan mengalami beban gejala (syndrome burden) yang salah satunya adalah kesulitan tidur. Kondisi ini tentunya akan berpengaruh terhadap kualitas tidur pasien. Kejadian kualitas tidur yang buruk lebih tinggi ditemukan pada pasien yang menjalani hemodialisis dibandingkan dengan populasi umum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh relaksasi Benson terhadap peningkatan kualitas tidur pasien hemodialisis. Penelitian ini merupakan quasi eksperimen pre dan post test desain with control group, yang melibatkan 44 orang responden. Selama 4 minggu kelompok intervensi mendapatkan intervensi relaksasi Benson dan pada kelompok kontrol mendapatkan intervensi standar. Kualitas tidur dinilai sebelum dan setelah pemberian intervensi menggunakan instrumen Pittsburgh Sleep Quality Indeks. Hasil pengukuran diperoleh nilai median skor kualitas tidur pada kelompok intervensi setelah pemberian relaksasi Benson adalah 4, sedangkan pada kelompok kontrol setelah pemberian intervensi standar adalah 10. Hal ini berarti terdapat pengaruh pemberian relaksasi Benson terhadap skor global kualitas tidur pada kelompok intervensi dibandingkan dengan skor global kualitas tidur pada kelompok kontrol (p value 0,000, α= 0,05). Dengan demikian, relaksasi Benson secara klinis dan statistik memberikan pengaruh terhadap peningkatan kualitas tidur pasien. Relaksasi Benson diharapkan dapat menjadi salah satu pilihan terapi komplementer keperawatan dalam meningkatkan kualitas tidur pasien yang menjalani hemodialisis rutin.

Burden of symptoms will be experienced by patients undergoing hemodialysis, which one of them is difficulty of sleeping. This condition affect on the quality of the patient's sleep. The incidence of poor quality of sleep among hemodialysis patients are higher than general population. This study aims to determine the effect of Benson's relaxation on improving the quality of sleep of HD patients. This study was a quasi-experimental pre-test and post-test design with control group, which involved 44 respondents. The intervention was conducted for 4 weeks, where the intervention group received Benson's relaxation and the control group received standard intervention. Sleep quality assessed before and after providing the intervention using the Pittsburgh Sleep Quality Index instrument. The measurement results obtained that the median score of sleep quality in the intervention group after giving Benson relaxation was 4, while in the control group was 10. This means that there is an effect of giving Benson relaxation on the global score of sleep quality in the intervention group compared to the global score of sleep quality in the control group (p value of 0.000, α= 0,05). It can be concluded that Benson's relaxation has clinically and statistically effect on increasing the patient's sleep quality. Expectedly, Benson's relaxation can be used as a complementary nursing therapy to overcome problems related to sleep quality in patients undergoing hemodialysis."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahma Hidayati
"ABSTRAK
Perawatan di rumah sakit bagi pasien hemodialisis dapat terjadi satu hingga beberapa
kali dalam setahun. Berbagai faktor dapat berhubungan dengan rawat berulang dalam
satu tahun pada pasien hemodialisis. Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi
faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian rawat inap berulang pada pasien
hemodialisis di Rumah Sakit Pelabuhan Jakarta. Penelitian ini merupakan penelitian
retrospektif dengan desain Cross Sectional. Data penelitian bersumber dari data
sekunder 41 responden, yang didapat dengan metode total sampling. Analisis hasil
penelitian menggunakan Chi-Square dengan α=0,05, didapatkan hubungan yang
bermakna antara rawat berulang dengan pendidikan (p=0,043), kelebihan cairan
(p=0,032) , tekanan darah (p=0,048) dan adekuasi dialisis (p=0,025). Pada penelitian
ini disimpulkan bahwa adekuasi dialisis merupakan prediktor utama rawat berulang
pada pasien hemodialisis

ABSTRACT
Hospitalisation of haemodialysis patient can occur several times in a year. There are
many factors that may relate to the rehospitalisation of haemodialysis patient in the
similiar year. The purpose of this research was to identify the factors associated with
the rehospitalization of haemodialysis patients in Jakarta Port Hospital. This research
was a retrospective study using a cross sectional design. The data were based on a
secondary data of 41 respondents, derived from a total sampling method. The
analysis of the data using a Chi-Square at α = 0,05 found a significant relationship
between rehospitalisation and education (p=0,043), fluid excess (p=0,032), blood
pressure (p=0,048) and dialysis adequacy (p=0,025). This research concluded that
dialysis adequacy was the main predictor of rehospitalization of the hemodialysis
patient."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T35763
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Sudrajat
"End Stage Renal Desease (ESRD) saat ini menjadi permasalahan global sehubungan dengan prevalensinya yang semakin meningkat, merupakan suatu kondisi dimana ginjal mengalami kerusakan dan tidak bisa menyaring darah seperti ginjal yang sehat sehingga mengharuskan pasien menjalani terapi ginjal salahsatunya melakukan hemodialisis . Dalam terapi hemodialisis evaluasi dalam hal ke efektifan tindakan dikenal dengan adekuasi dialisis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh range of motion dan taichi intradialysis terhadap adekuasi pasien ESRD yang melakukan hemodialisa pada kelompok kontrol dan perlakuan. Desain penelitian ini menggunakan quasi experiment dengan pendekatan pretest-posttest with control group dan pengambilan sampel dengan metode purposive sampling. Perbedaan adekuasi sebelum dan sesudah dilakukan intervensi digunakan uji Wilcoxon tes dengan hasil (p=0,005) yang menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang bermakna pada adekuasi sebelum dan sesudah dilakukan intervensi range of motion (ROM) dan taichi. begitu juga hasil selisih adekuasi antara kelompok kontrol dan perlakuan dengan menggunakan uji Mann Whitney didapatkan (p=0,045) yang menjelaskan ada perbedaan yang bermakna. Meskipun pada dasarnya baik kelompok kontrol maupun kelompok perlakuan adekuasi meningkat namun jika dilihat dari segi jumlah yang lebih banyak peningkatan adalah kelompok perlakuan yang menjalani latihan range of motion (ROM) dan taichi intradialysis lebih efektif dalam meningkatkan adekuasi pada pasien yang menjalani terapi hemodialisa.

Currently, End Stage Renal Desease (ESRD) bacame a global problem because of its increasing prevalence, ESRD occurs related to kidneys damaged and cannot filter blood so that the patient requires kidney therapy, such as hemodialysis, adequate dialysis is a method of evaluating the effectiveness of hemodialysis. This study aims to determine the effect of range of motion (ROM) and taichi intradialysis on the adequacy of ESRD patients who undergo hemodialysis in the control and intervention groups The design of this study used a quasi experiment with a pretest-posttest control group approach and used purposive sampling method. The results showed that there were differences in adequacy before and after intervention was used Wilcoxon test (p=0,005) which showed that there was a significant effect on adequacy before and after intervention ROM and taichi. The difference betwen the control and intervention groups tested using. Mann Whitney was found to have significant diffference (p=0,045). In conclusion, ESRD patient who underwent ROM and taichi intradialysis exercise were more effective in increasing the adequacy of hemodialysis.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
T54083
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pujiwati
"Latar Belakang. Prevalensi malnutrisi energi-protein (MEP) tinggi pada pasien penyakit ginjaI kronik yang menjalani hemodialisis (PGK-HD), dan MEP merupakan penyebab meningkatnya morbiditas dan mortalitas. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi MEP pada pasien PGK-HD, antara lain dengan pemberian nutrisi parenteral intradialisis (IDPN). Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan didapatkan basil yang masih kontroversial mengenai manfaat IDPN.
Tujuan. Menilai efek IDPN terhadap konsentrasi albumin dan prealbumin serum selama prosedur HD; menilai efek IDPN terhadap indeks masa tubuh (IMT), konsentrasi albumin dan prealbumin serum setelah pemberian IDPN 2 kali seminggu selama 6 minggu, dan efek IDPN terhadap konsentrasi albumin dan prealbumin serum 3 minggu setelah pemberian IDPN dihentikan.
Metodologi. Studi intervensional-prospektif selama 9 minggu dilakukan pada pasien PGK-HD usia 20-65 tahun yang telah menjalani HD minimal satu tahun, konsentrasi albumin serum < 3,5 g/dL, tidak menderita penyakit infeksi berat, keganasan, sirosis had, diabetes melitus tidak terkontrol, atau gagal jantung berat, di unit HD RS Ciptomangunkusumo, RS Islam Cempaka Putih, dan RS PGI Cikini Jakarta. Subyek penelitian diberikan IDPN 2 kali seminggu selama 6 minggu, dan diukur konsentrasi albumin, prealbumin, c-reactive protein (CRP) sebelum dan setelah HD+IDPN pertama dan HD+IDPN keduabelas. IMT diukur sebelum dan setelah 6 minggu pemberian IDPN. Konsentrasi albumin, prealbumin serum 3 diukur kembali 3 minggu setelah pemberian IDPN dihentikan. Dilakukan uji-t berpasangan atau uji Wilcoxon sesuai dengan tujuan penelitian.
Hasil. Selma periode Februari 2005-Maret 2006 terkumpul 14 subyek, 1 subyek meninggal setelah mendapat IDPN selama 6 minggu. Didapatkan peningkatan tidak bermakna konsentrasi albumin serum (3,24 ± 0,38 menjadi 3,34 ± 0,56 g/dL, P 0,341-dan 3,26 ± 0,40 menjadi 3,47 ± 0,55, P = 0,053), dan peningkatan bermakna prealbumin (18,76 ± 7,92 menjadi 22,37 ± 10,24 mg/dL, P = 0,033 dan 16,94 ± 7,81 menjadi 23,16 + 17,21 mgldL, P = 0019), berturut-turut setelah HD+IDPN pertama dan keduabelas. Setelah HD+IDPN 2 kali seminggu selama 6 minggu, didapatkan peningkatan tidak bermakna IMT (21,75 + 2,98 menjadi 21,95 ± 3,27, P = 0,139), konsentrasi CRP serum (38,46 + 54,92 menjadi 60,04 ± 86,54 mg/L, P = 0,826), konsentrasi albumin serum, baik dibandingkan sebelum HD+IDPN pertama dengan keduabelas (3,24 ± 0,38 menjadi 3,26 ± 0,40 gldL, P = 0,795), maupun dibandingkan setelah HD+IDPN pertarna dengan keduabelas (3,34 ± 0,56 menjadi 3,47 ± 0,55 gldL), tetapi didapatkan penurunan tidak bermakna prealbumin jika dibandingkan sebelurn HD+IDPN pertarna dengan keduabelas (18,76 ± 7,92 menjadi 16,94 ± 7,81 mg/L, P = 0,109), dan peningkatan tidak bermakna jika dibandingkan setelah HD+IDPN pertama dengan keduabelas (22,37 + 10,24 menjadi 23,16 + 17,21 mgfL). Tiga minggu setelah IDPN dihentikan, didapatkan peningkatan tidak bermakna konsentrasi albumin serum (3,26 ± 0,40 menjadi 3,30 ± 0,31, P = 0,699), penurunan tidak bermakna prealbumin (16,94 ± 7,81 menjadi 16,65 ± 6,72, P = 0,552).
KesimpuIan. Pemberian IDPN dapat meningkatkan konsentrasi prealbumin serum dan mencegah menurunnya albumin dalam setiap sesi HD. Pemberian IDPN 2 kali seminggu selama 6 minggu dapat menstabilkan kecenderungan menurunnya IMT dan konsentrasi albumin serum, tetapi tidak dapat menstabilkan prealbumin, dan konsentrasi albumin serum dapat bertahan selama 3 minggu setelah IDPN dihentikan.

Backgrounds. In chronic kidney disease patients undergoing hemodialysis (CKDHD), prevalence of protein-energy malnutrition (PEM) is high, and it is associated with increased morbidity and mortality. Many interventions to improve PEM in CKD-HD patients have been conducted, one of them is intradialytic parenteral nutrition (IDPN). Data from many studies showed that beneficial effect of IDPN to improve PEM in CKD-HD patients is still controversial.
Objectives. To assess effect of IDPN on serum albumin and prealbumin concentration during each HD procedure, effect of IDPN on body mass index (BMI), serum albumin and prealbumin concentration after administration twice a week for 6 weeks, and effect of IDPN on serum albumin and prealbumin concentration 3 weeks after IDPN was discontinued.
Methods. Prospective-interventional study for 9 weeks was conducted in CKD patients undergoing maintenance HE) at least for 1 years, age 20-65 years old, not suffering severe infection disease, malignancy, cirrhosis hepatis, severe heart disease, acute coroner syndrome, and serum albumin concentration < 3.5 gldL, at HD unit Ciptomangunkusumo hospital, Islamic Cempaka Putih hospital, and PGI Cikini hospital, Jakarta. The subjects received IDPN consisting of 9% essential and non essential amino acids, 40% glucose, and 20% fat emulsion, twice a week for 6 weeks. Before and 2 hours after the HD+151 IDPN and HD+12th IDPN, serum albumin, prealbumin, c-reactive protein (CRP) concentration were measured. BMI was measured before and after subjects received IDPN for 6 weeks. Serum albumin, prealbumin were measured again 3 weeks after IDPN discontinued. Dependent sample t-test or Wilcoxon test was used to analyse the data.
Results. During February 2005 - March 2006, 14 patients were included into subjects of this study. There were no significant increase in serum albumin concentration (3.24 ± 0.38 to 3.34 ± 0.56 g/dL, P = 0.341 and 3.26 + 0.40 to 3.47 ± 0.55, P = 0.053), and significant increase in prealbumin (18.76 + 7.92 to 22.37 + 10.24 mg/dL, P = 0.033 and 16.94 + 7.81 to 23.16 + 17.21 mgldL, P = 0.019), respectively after the HD+15tIDPN and HD+12thIDPN. After IDPN administration twice a week for 6 weeks, there were no significant increase in BMI (21.75 + 2.98 to 21.95 + 3.27, P = 0.139), serum CRP (38.46 + 54.92 to 60.04 + 86.54 mg/L, P = 0.826), and albumin concentration, when it was compared before the HD+15`IDPN and HD+12tIDPN (3.24 ± 0.38 to 3.26 + 0.40 gldL, P = 0.795), and when it was compared after the HD+1$`IDPN and HD+12thIDPN (3.34 ± 0,56 to 3.47 + 0.55 g/dL,), but there was no significant decrease in prealbumin when it was compared before the HD+15`IDPN and HD+12'hIDPN (18.76 + 7.92 to16.94 + 7.81, P = 0.109), and there was no significant increase when it was compared after the HD+15tIDPN and HD+12thIDPN (22,37 + 10,24 to 23,16 + 22,10 mg/L). Three weeks after IDPN discontinued, there were no significant increase in serum albumin concentration (3.26 + 0.40 to 3.30 + 0.31 gldL, P = 0.699), but no significant decrease in prealbumin (16.94 + 7.81 to 16.65 + 6.72 mgldL, P = 0.552).
Conclusions. IDPN administration during each HD session could increase serum prealbumin concentration and prevent the decrease of albumin, whereas IDPN administration twice a week for 6 weeks could stabilize the downward trend in BM1 and serum albumin concentration, but couldn't stabilize prealbumin, the serum albumin concentration could be stabilized for 3 weeks after IDPN administration discontinued."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T21417
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Susanti Papuke
"Pasien yang menjalani hemodialisis sering mengalami stres fisiologis ataupun ketakutan akibat nyeri saat kanulasi fistula. Pengembangan intervensi dengan metode sederhana dan aman perlu dilakukan untuk mengontrol nyeri secara efektif. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh relaksasi Benson terhadap intensitas nyeri kanulasi hemodialisis. Penelitian menggunakan desain quasi eksperimen dengan kelompok intervensi dan kontrol masing-masing 16 responden dengan cara consecutive sampling. Uji statistik yang digunakan adalah Wilcoxon dan Mann Whitney.
Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah dilakukan relaksasi Benson pada kelompok intervensi p: 0.001, ada perbedaan signifikan intensitas nyeri kanulasi antara kelompok intervensi dan kontrol p: 0,001. Hasil ini membuktikan bahwa relaksasi Benson efektif menurunkan nyeri kanulasi hemodialisis. Disarankan agar teknik ini dapat diterapkan sebagai salah satu penanganan nyeri non-farmakologis bagi pasien yang mengalami nyeri kanulasi hemodialisis.

Patients undergoing hemodialysis often experience physiological stress or fear from pain during fistula cannulation. The effective simple and safety method intervention to control pain should be developed. This study aimed to analyze the effect of Benson relaxation on the intensity of hemodialysis cannulation pain.The research used a quasi experimental design with intervention and control groups with 16 respondents in each group selected by consecutive sampling method. Statistic analysis used wilcoxon and Mann Whitney test.
The result showed that there was a significant difference pain intensity before and after conducting Benson relaxation in the intervention groups p 0.001, there was significant difference of pain intensity during canulation between intervention and control groups p 0.001. This result confirms that Benson relaxation is effective in reducing pain hemodialysis cannulation. It is recommended that the technique could be applied as non pharmacologic pain management for patients with pain on hemodialysis cannulation."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
T47567
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reni Susanti
"Latihan fisik saat hemodialisis dapat meningkatkan sirkulasi sehingga proses difusi ureum dan kreatinin dari ekstravaskuler terutama di otot menuju ke intavaskuler semakin meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh latihan fisik saat hemodialisis terhadap kadar ureum dan kreatinin, dimana desain penelitian ini menggunakan pre test - post test without control dengan jumlah sampel 31 responden. Pengaruh latihan fisik saat hemodialisis terhadap kadar ureum dan kreatinin diuji dengan paired t-test. Rata - rata kadar ureum sebelum latihan fisik 46,84 mg/dl dengan standar deviasi 14,94. Kadar ureum sesudah latihan fisik sebesar 43,23 mg/dl dengan standar deviasi 15,05. Sedangkan rata - rata kadar kreatinin sebelum latihan 4,4 mg/dl dengan standar deviasi 1,49 dan rata - rata kreatinin sesudah latihan sebesar 4,15 mg/dl. Hasil uji statistik menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara kadar ureum dan kreatinin sebelum dan sesudah latihan fisik nilai p = 0,000. Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan desain penelitian yang berbeda untuk melihat faktor - faktor lain yang mempengaruhi penurunan kadar ureum dan kreatinin setelah diberi latihan fisik.

Exercise during hemodialysis can improves circulation, so the process of diffusion of urea and creatinine from extravascular especially in muscles leading to intavaskuler can be increased. This study aimed to determine the effect of physical exercise during hemodialysis on urea and creatinine levels. The design was pretest - post test without control with 31 respondents. Effect of physical exercise during hemodialysis on urea and creatinine levels the were tested by paired t-test. Mean urea levels before physical exercise was 46.84 mg / dl, with a standard deviation of 14.94. Urea levels after exercise was 43.23 mg / dl with a standard deviation of 15.05. Mean creatinine levels before exercise 4.4 mg / dl with a standard deviation of 1.49 and mean creatinine after exercise of 4.15 mg / dl. Statistical test results showed a significant difference between urea and creatinine levels before and after physical exercise with p value = 0.000. This results could be used as a basis for further research with different research designs looking for other factors affecting the decreased levels of urea and creatinine after being given physical exercise.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T34817
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rita Dwi Hartanti
"Penilaian keefektifan dari tindakan hemodialisis diketahui dari nilai adekuasi hemodialisis. Exercise intradialisis merupakan latihan fisik dengan pergerakan terencana dan terstruktur, yang dapat meningkatkan bersihan ureum sehingga meningkatkan nilai adekuasi hemodialisis. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh exercise intradialisis terhadap adekuasi hemodialisis pada pasien penyakit ginjal terminal.
Desain penelitian ini menggunakan randomized control trial (RCT) dengan menggunakan rancangan pretest-postest with control group. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode consecutivesamplingdengan randomisasi alokasi menggunakan randomisasi blok. Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 26 responden pada kelompok intervensi dan 25 responden pada kelompok kontrol.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara nilai adekuasi hemodialisis pada kelompok intervensi setelah diberikan exercise intradialisis, (p value = 0,0001). Penelitian ini merekomendasikan penerapan exercise intradialisis untuk membantu meningkatkan nilai adekuasi hemodialisis pada pasien penyakit ginjal terminal dengan hemodialisis.

The assessment of effectiveness of hemodialysis can be identified by measuring adequacy of hemodialysis. Intradialisis exercise is physical exercise with a planned and structured movement, which can increase the clearance of urea thus increasing the value of hemodialysis adequacy. This study aims to determine the effect of exercise intradialisis the adequacy of hemodialysis in patients with end stage renal disease.
This research used randomized control trial (RCT) design with pretest-posttest design with control group. The samples in this study using a consecutive sampling method with randomized allocation using block randomization. The sample size used in this study were as many as 26 respondents in the intervention group and 25 respondents in the control group.
The results showed that there were significant differences between the value of adequacy of hemodialysis in the intervention group after exercise intradialisis given, (p value = 0.0001). The study recommends intradialisis exercise for increase the value of adequacy of hemodialysis in patients end stage renal disease with hemodialysis.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T35061
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suko Pranowo
"Kompres dingin merupakan salah satu tindakan mandiri keperawatan untuk mengurangi nyeri saat kanulasi HD, yang sudah diteliti dan direkomendasikan di RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan. Namun tindakan tersebut sudah tidak dilanjutkan sebagai upaya untuk mengurangi nyeri kanulasi HD. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang berkontribusi terhadap pelaksanaan pemberian kompres dingin sebelum kanulasi pada pasien HD. Penelitian dengan desain survei deskriptif, menggunakan total sampling dengan sampel sebanyak 10 perawat dan 46 pasien. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap perawat negatif (50%), keyakinan perawat rendah (50%), pasien terbanyak memiliki pendidikan dasar (43,5%), sikap pasien negatif (50%), dukungan sosial pada pasien rendah (50%). Pelaksanaan kompres dingin tidak dilanjutkan kemungkinan disebabkan karena dukungan dari kepala ruang yang rendah, tingkat pendidikan pasien yang rendah, dan rendahnya dukungan keluarga pada pasien. Penelitian ini mendapatkan gambaran bahwa intervensi kompres dingin mampu laksana, sehingga diharapkan manajerial rumah sakit membuat kajian dalam bentuk SOP, dan memberikan dukungan terhadap pelaksanaan manajemen nyeri kanulasi HD.

Cold compress is one of nursing interventions in pain management for hemodialisys cannulation that have been studied and recommended in RSUD Kraton Pekalongan, but the intervention does not proceed in an attempt to reduce the pain of hemodialisys cannulation. This study aimed to describe the factors that contribute to the implementation of the provision of cold compress before hemodialisys cannulation in patients. The method of this study was descriptive with total sampling (10 nurses and 46 patients). The results showed that nurses had a negative attitude (50%), had low confidence (50%), patients had a lower level of education background (43.5%), had a negative attitude (50%), had a low of social support (50%). Implementation of cold compress was not continue due to a lack of supervisor support for the nurses, a low of family support for the patients and a low level of patients education background. However all factor related to nurses enhance the cold compress practice. This study describe that the intervention could be implemented by expecting managerial hospital contribution to make an assessment standart form for operating procedure of cold compress and fully support the implementation of hemodialysis cannulation pain management during intervention.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
T46184
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>