Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 23721 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Global financial crisis and climate changes have affected food security in a move vulnerable situation. Food security pillars, in this respect should be strengthened. The food security pillar should not rely only on quantitative approaches, but also on other pillars in a wider food spectrum. One of the feasible ways to enhance food security is to develop food diversification based on local food commodities. This paper is aimed to assess some vulnerable points of national food security, the significant of the diversification to enhance food availability and its prospect as one of the pillars to develop steady food security in Indonesia."
FOPEAGE
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Amelia Nur Adilla
"UU 18/2012 mengintroduksi kedaulatan pangan sebagai salah satu paradigma dalam penyelenggaraan pangan di Indonesia. Perikanan ditentukan oleh UU 18/2012 sebagai salah satu pilar kedaulatan pangan, karena merupakan sumber pangan dengan sumber daya yang melimpah. Di samping itu, ikan merupakan pangan dengan protein tinggi yang diperlukan oleh tubuh. Penelitian ini dilakukan untuk memeriksa apakah kebijakan dan peraturan di bidang perikanan mendukung perikanan sebagai salah satu pilar kedaulatan pangan. Penelitian dilakukan dengan melihat sinkronisasi peraturan dari tataran legislasi sampai petunjuk teknis. Ketentuan hukum di bidang perikanan belum sepenuhnya secara eksplisit mendukung kedaulatan pangan. Selain itu, juga belum seluruhnya memprioritaskan konsumsi ikan serta pemenuhan protein ikan domestik.

Law 18/2012 introduced food sovereignty as a paradigm for food provision in Indonesia and designated fishery as one pillar of food sovereignty due to fish being a both abundant and rich in protein. This study evaluates whether current policies and regulations in the fishery sector support fishery?s role as one pillar of food sovereignty. The study looks at the synchronism of regulations from the legislation to technical guidance level. Legal provisions in the fishery sector have yet to explicitly support food sovereignty or to fully prioritize fish consumption to meet domestic protein demand."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
S63651
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fachrudinawati
"Ketahanan pangan rumah tangga berhubungan dengan berbagai macam gangguan kesehatan seperti malnutrisi, stunting, overweight, obesitas, dan gangguan kesehatan mental. Indonesia adalah satu-satunya negara di dunia dengan prevalensi tinggi terhadap tiga jenis malnutrisi, wasting, stunting, and overweight. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari apakah terdapat perbedaan ketahanan pangan pada rumah tangga yang dikepalai laki-laki dan perempuan di Indonesia sepanjang kurun waktu 1993-2018. Data yang digunakan dalam studi ini adalah data pooled-crossection yang berasal dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) dan Sensus Potensi Desa (Podes). Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi logistik multinomial. Rumah tangga yang dikepalai perempuan cenderung tidak lebih rawan pangan dibandingkan dengan rumah tangga yang dikepalai laki-laki. Faktor sosial ekonomi, keragaman konsumsi, bencana alam, akses infrastruktur, kewilayahan, dan tekanan ekonomi, secara statistik signifikan memengaruhi ketahanan pangan rumah tangga.

Household food security correlates to a variety of health problems such as malnutrition, stunting, overweight, obesity, and mental health. Indonesia is the only country in the world with a high prevalence of three types of malnutrition wasting, stunting, and overweightThis study aims to analyze the food security of male and female-headed households in Indonesia during 1993-2018. This study uses a nationally representative survey in Indonesia, also known as Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) and Village Census (Potensi Desa). The analytical method uses multinomial logistic regression analysis. This study finds that female headed-household found to be more food secure than male at counterpart. Many socio-demographic variables, socio-economic, road infrastructure and economic shock have a significant association with food security status."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T53965
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadlliyah
"Tesis ini membahas analisis efektifitas penerapan gerakan percepatan penganekaragaman konsumsi pangan (P2KP) di wilayah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, dimana wilayahnya memiliki karakteristik yang berbeda dengan wilayah lain. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis dengan metode wawancara, studi kepustakaan dan observasi serta survei untuk mengetahui penerapan gerakan P2KP, kendala-kendala dan efektivitas dari gerakan P2KP dalam mendukung ketahanan pangan wilayah. Unit analisis penelitian ini adalah anggota kelompok P2KP dengan jumlah 124 orang.
Hasil analisis didapatkan bahwa penerapan gerakan P2KP belum efektif di terapkan di wilayah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu karena secara keseluruhan belum dapat meningkatkan jumlah partisipasi wanita dalam penyediaan pangan keluarga yang B2SA, belum meningkatnya motivasi, partisipasi, dan aktivitas masyarakat dalam gerakan P2KP, dan rendahnya skor PPH yang dimiliki wilayah tersebut yakni sebesar 62,8 pada tahun 2013. Hal ini dikarenakan banyaknya kendala yang ditemui yaitu tidak adanya air tawar, kondisi tanah yang berpasir dan cuaca yang ekstrim serta kurangnya pemahaman masyarakat tentang cara bercocok tanam dan pola pangan yang B2SA.

This thesis discussed about the analysis of the effectiveness of acceleration movement of food consumption diversity (P2KP) implementation in administrative region of Kepulauan Seribu where the region has different specialty from other regions. This research was conducted by using descriptive analytic through interview method, literature study, observation and survey to comprehend the implementation of acceleration movement of food consumption diversity (P2KP), problems and effectiveness of this P2KP movement to support regional food resilience. The unit analysis in this study is the number of group members P2KP 124 people.
The result of the study showed that the implementation of P2KP movement is ineffective to be implemented in administrative region of Kepulauan Seribu Municipal because generally, it could not increase the number of women participation in supplying diverse, balanced nutritious and safe (B2SA) family food, no motivational improvement, participation and society?s activity in P2KP movement and low scores PPH owned the area which is up to 62.8 in 2013. This is due to the many obstacles encountered is the lack of fresh water, sandy soil conditions and extreme weather and lack of public understanding about how to grow crops and food patterns B2SA
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pakpahan, Ratna Rosmauli
"Program One Day No Rice yang merupakan sebuah himbauan untuk melaksanakan gerakan ?sehari tanpa nasi? yang dituangkan dalam Surat Edaran Walikota Depok Nomor 500/1688 tentang Ketahanan Pangan sudah berjalan sejak September 2011 lalu. Program yang menekankan terhadap Diversifikasi pangan atau yang biasa dikenal dengan istilah penganekaragaman pangan menghimbau secara khusus Aparatur PNS Kota Depok, secara umum masyarakat Kota Depok untuk ikut serta dalam implementasi program ODNR tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Implementasi Program ODNR di Kota Depok berdasarkan Surat Edaran Walikota Depok Nomor 500/1688 tentang Ketahanan Pangan. Pendekatan penelitian yang dilakukan adalah kualitatif dengan metode wawancara mendalam, dan studi kepustakaan.
Hasil dari penelitian ini dapat dilihat dari empat tepat (tepat kebijakan, tepat pelaksananya, tepat target, dan tepat lingkungan). Selain itu dari hasil penelitian ini menyatakan bahwa implementasi yang dilakukan oleh Aparatur PNS Kota Depok sudah berjalan dan masih berjalan sampai saat ini dengan pemahaman yang berbeda-beda oleh masing-masing PNS, dalam mengimplementasikan program ODNR memberikan manfaat dari sisi kesehatan. Terdapat hambatan baik dari segi supply, produksi, distribusi dan strategi pemasaran.

One Day No Rice program that is a call to implement the movement "one day without rice" as outlined in Circular Letter depok mayor number 500/1688 about Food Security has been running since September 2011. Program that emphasizes the diversification of food or commonly known as food diversity specifically urged civil servants Apparatus Depok, in general people depok to partake in implementation program ODNR (One Day No Rice), Depok City community in general to participate in the implementation of the ODNR program. This study aimed to describe the ODNR (One Day No Rice) Program Implementation in Depok city (based on Circular Letter of Depok Mayor Number 500/1688 about Food Security). Researcher used qualitative method with in-depth interview and literature study for this research.
The results of this study can be seen from four right (right policies, the right executive, right targets, and the right environment). moreover the results of this study stated that the implementation is done by civil servants Apparatus Depok is already running and is still running until now with a different understanding by individual civil servants, in implementing ODNR program provides benefits in terms of health. There are barriers in terms of supply, production, distribution and marketing strategies.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S52441
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Choirun Nisa
"Ketahanan pangan adalah kondisi ketika semua orang dapat mengakses makanan yang aman dan bergizi guna hidup aktif dan sehat. Pandemi COVID-19 mengganggu ketahanan pangan oleh karena dampak buruknya terhadap sosial ekonomi, yang menyebabkan kerawanan pangan. Kondisi rawan pangan berkaitan dengan buruknya kualitas konsumsi pangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan ketahanan pangan rumah tangga selama pandemi COVID-19 dan kaitannya terhadap kebiasaan konsumsi siswa SMAN 1 dan SMAN 2 Liwa, Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung. Penelitian kuantitatif dengan desain cross-sectional ini menggunakan data sekunder. Sampel penelitian ini adalah 207 siswa SMA (berusia 14-17 tahun) beserta ibunya. Analisis data secara univariat dan bivariat menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan 51,2% rumah tangga mengalami rawan pangan. Hasil analisis statistik menunjukkan pekerjaan ayah sebagai non-PNS (OR = 4,115), pendapatan orang tua per bulan saat pandemi COVID-19 kurang dari Upah Minimum Kabupaten (UMK) (OR = 4,115), pendidikan ayah dan pendidikan ibu kurang dari atau sama dengan tamat SMP (OR = 1,739 dan 1,843) berhubungan signifikan dengan kerawanan pangan rumah tangga. Penelitian ini juga menemukan hubungan yang bermakna antara kerawanan pangan rumah tangga dengan kebiasaan tidak sering mengonsumsi sumber protein hewani (OR = 2,569), susu dan produk olahannya (OR = 7,098), serta fast food (OR = 0,562) pada siswa. Program ketahanan pangan sebaiknya difokuskan kepada sasaran rentan, yakni rumah tangga dengan ayah dan ibu berpendidikan rendah serta memiliki pendapatan di bawah UMK. Rumah tangga rawan pangan direkomendasikan untuk melakukan upaya ternak ayam dan ikan sebagai sumber konsumsi protein hewani. Dinas Ketahanan Pangan dapat bekerja sama dengan Dinas Peternakan untuk mengembangkan industri peternakan sapi perah guna meningkatkan produksi susu.

Food security is a condition when everyone can access safe and nutritious food for an active and healthy life. The COVID-19 pandemic disrupts food security due to its adverse socio-economic impact, which causes food insecurity. Food insecurity is related to poor diet quality. This study aims to determine the factors related to household food security during the COVID-19 pandemic and its relation to the consumption habits among students at SMAN 1 and SMAN 2 Liwa, West Lampung Regency, Lampung Province. This quantitative research with a cross-sectional design uses secondary data. The sample of this study was 207 high school students (aged 14-17 years) and their mothers. Data analysis was univariate and bivariate using the chi-square test. The results showed 51,2% of households experienced food insecurity. The results of statistical analysis showed that the father's occupation as a non-civil servant (OR = 4,115), the parent's monthly income during the COVID-19 pandemic was less than the District Minimum Wage (UMK) (OR = 4,115), father's education and mother's education was less than or equal to junior high school (OR = 1.739 and 1.843) had a significant relationship to household food insecurity. This study also found that household food insecurity was significantly related to the habit of not frequently consuming animal protein sources (OR = 2.569), milk and its processed products (OR = 7.098), and fast food (OR = 0.562) in students. Food security programs should be focused on vulnerable targets, namely households with fathers and mothers with low education and income below the UMK. It is recommended to raise chicken and fish as a source of animal protein consumption for food insecurity households. The Food Security Agency can collaborate with the Animal Husbandry Agency to develop the dairy cows industry to increase milk production."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis perubahan pola konsumsi pangan sumber karbohidrat di Indonesia.Analisis akan di fokuskan untuk daerah perdesaan dengan pertimbangan bahwa proporsi jumlah penduduk Indonesia sebagian besar berada di perdesaan sejak tahun 2002...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Politik pangan Indonesia tertuang dalam UU No.7 tahun 1996 tentang pangan. Pencapaian politik pangan diukur lewat konsep ketahanan pangan. Konsep ini diadopsi ternyata tidak mampu mengatasi masalah kelaparan. Konsep ketahanan pangan yang tidak mempersoalkan siapa yang memproduksi, dari mana produksi pangan, dan bagaimana pangan diproduksi kemudian jadi "kuda troya" kapitalisasi sisitem pembangunan pangan dunia yang didesain oleh negara-negara utara.Hasilnya, sistem pertanian negara-negara selatan hancur.
Kondisi ini melahirkan konsep tandingan: kedaulatan pangan. Berbeda dengan ketahanan pangan yang teknis, kedaulatan pangan adalah konsep politik. Ada perbedaan mendasar antara ketahanan pangan dengan kedaulatan pangan: model produksi pertanian industri VS agroekologis dan multikultur; pasar bebas VS proteksionis dan lokal; memakai instrumen WTO vs International Planning committee for food sovereignty; memuja paten vs anti paten dan komunal; dan wacana economic rationalism vs green rationalism. Jadi, diverfikasi pangan hanya bagian kecil untuk menggapai kedaulatan pangan.
Diversifikasi pangan dirintis sejak 1960-an, tetapi hasilnya belum memuaskan. Hal pola konsumsi dan produksi/ketersediaan pangan tidak seimbang, inefisiensi sisitem distribusi dan liberalisasi pasar pangan. Dibandingkan negara-negara Asia, Indonesia memiliki daya dukung lahan cukup baik. Untuk memperkuat diversifikasi pangan harus dipastikan SD ada di bawah kontrol petani/komunitas untuk memproduksi aneka pangan sesuai kondisi lokal, mendahulukan pangan yang bisa diproduksi sendiri daripada impor, mengolah pangan lokal menjadi tepung, mengubah kebijakan diversifikasi pangan yang tidak konsisten, merancang ulang pasar pangan, dan menjaga konsisitensi kebijakan."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fitria Pusposari
"Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor ? faktor yang mempengaruhi permintaan pangan rumah tangga khususnya pangan sumber karbohidrat di Provinsi Maluku dan mengetahui komoditas pangan lokal apa yang berpotensi menjadi pengganti beras sebagai sumber pangan pokok masyarakat di Provinsi Maluku. Analisis dilakukan dengan menggunakan metode analisis model Almost Ideal Demand System (AIDS). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) untuk Provinsi Maluku Tahun 2010. Pola permintaan sumber karbohidrat di Provinsi Maluku secara umum dipengaruhi oleh pendapatan dan harga komoditas baik harga sendiri maupun harga silang dan secara spesifik untuk masing-masing komoditas dipengaruhi faktor sosial demografi yang berbeda-beda. Komoditas yang bersifat substitusi terhadap beras dalam penelitian ini adalah komoditas sagu dan pangan lokal lain (jagung, talas, ubijalar dan kentang). Namun kendalanya, komoditas-komoditas tersebut termasuk dalam komoditas inferior di Provinsi ini. Selain itu, terigu yang merupakan produk impor menjadi salah satu ancaman dalam penyediaan pangan bagi masyarakat di Provinsi Maluku karena komoditas ini bersifat substitusi terhadap seluruh kelompok komoditas yang diteliti selain beras.

The general objective of this study was to determine the factors that affect the household food demand on source of carbohydrate and the commodities of local resources that could potentially be a substitute for rice as a staple food source for communities in Maluku. The analysis is using the Almost Ideal Demand System (AIDS) model. The data used in this study is data from the National Socioeconomic Survey (Susenas) of Maluku Province in 2010. The pattern of demand for carbohydrate sources in Maluku Province in general influenced by income and price. The social demographic variables influenced specifically on each commodity. Commodities that are substitutes for rice in this study are sagu and other local foods (corn, talas, sweet potato, and potato). But these commodities are inferior in this province based on income elasticity. In addition, wheat commodities that is imported become one of the threats on food providing specially for Maluku communities, because this commodities are substitutes of all commodities group in this study, except for rice."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
T23017
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Etti Sudaryati
"The Sufficiency and The Quality of Family Food Consumption in Backward Village and Non Backward Village Kabupaten Simalungun North Sumatera in The Year 1995The causes of the emerge of this nutrition problem depend on the level of nutrition sufficiency. For that reason, the quality and quantity of food and nutrition are the important matter to pay attention. Food consumed has to be balanced in both the quantity and the type. Generally, the energy contribution of rice is still greater than the other foods energy contribution, namely 64.3 a for Simalungun. In the mean time, the calorie consumption for North Sumatera in 1993 is still 1976.37 cal with the quality score 69.3. The real information of food consumption, with in counting the family composition, is not available. Besides, the food consumption related to many factors, some of than are economy, production, and social factor. The poverty is a description of the lack of and the low of population socio-economy condition. One of the program alleviated the poverty has been made by the government by means of IDT program. IDT program described that there is backward village , include in Kabupaten Simalungun. For the reason, the problem of family food consumption, both the quality and the quantity based on backward village and non backward village , is an interesting matter to investigate.
The objective of this research is to understand the description and difference in the quantity of family food consumption, based on the average of energy consumption and the level of energy consumption sufficiency, and to under-stand the quality of food family consumption based on the score of food quality in backward village and non backward village.
This research is an analysis of Nutrition Consumption Survey data held by Ministry of Health, Republic of Indonesia. Design used is cross sectional with the number of sample is 1876 house-hold. Analysis are univariat and bivariat analysis, by using Epi Info version 6.0 and SPSS for windos release 6.0.
The result from the analysis is that there is no significant difference (p > 0.05) between the average of energy consumption, the level of energy consumption sufficiency and the score of food quality among family in back-ward village and non backward village.
From the research result, it is suggested to reconsider the determination of backward village which is held for this time. More over, it is suggested to consider the family composition in counting the average of energy consumption. It is also suggested to formulate the policy for the group of family which consume food greater than the sufficiency level or in balanced food, so that the family behave to consume balanced food. Besides it is suggested to carry out the advanced research about the trend of dietary pattern changing related to some possibilities which related to nutrition disorder. And the last, the implementation of the Nutrition Consumption Survey should have used 'food models'.

Penyebab timbulnya masalah gizi tidak terlepas dari tingkat kecukupan gizi, oleh karena itu kualitas dan kuantitas pangan dan gizi merupakan masalah penting yang harus diperhatikan. Pangan yang dikonsumsi harus seimbang balk jumlah maupun jenisnya. Umumnya sumbangan energi dari beras masih lebih banyak dari sumbangan energi pangan lainnya, yaitu 64,3 persen di Kab. Simalungun. Sementara itu konsumsi kalori untuk Sumatera Utara tahun 1993 masih 1976,37 kalori dengan skor mutu 69,3. Informasi konsumsi pangan yang sebenarnya, dengan memperhitungkan komposisi keluarga, belum tersedia: Disamping -itu konsumsi pangan berkaitan dengan banyak faktor, diantaranya faktor ekonomi, produksi, dan sosial. Kemiskinan merupakan gambaran dari serba kekurangan dan rendahnya keadaan sosial ekonomi penduduk, untuk itu keadaan ini harus diatasi. Salah satu program mengurangi kemiskinan telah diupayakan pemerintah melalui program IDT (Inpres Desa Tertinggal). Program IDT menggambarkan masih adanya desa tertinggal, termasuk di Kai. Simalungun. Untuk itu masalah konsumsi pangan keluarga, baik kualitas maupun kuantitas yang dilihat di desa tertinggal dan desa tidak tertinggal merupakan suatu hal yang menarik untuk diteliti.
Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran dan perbedaan konsumsi pangan keluarga yang dilihat dari rata-rata konsumsi energi dan tingkat kecukupan konsumsi energi, serta kualitas konsumsi pangan keluarga yang dilihat dari skor mutu pangan di desa tertinggal dengan di desa tidak tertinggal.
Penelitian ini merupakan analisa terhadap data Survei Konsumsi Gizi Tahun 1995 yang dilaksanakan oleh Depkes RI. Disain yang digunakan cross sectional, dengan jumlah sampel 1876 rumah tangga. Analisis ini dilakukan dengan analisa univariat dan bivariat, menggunakan bantuan 'Epi Info' dan 'SPSS for Windows release 6.0.
Dari hasil analisa didapat bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna (p > 0.05) antara rata-rata konsumsi energi, tingkat kecukupan konsumsi energi dan skor mutu pangan keluarga yang tinggal di desa tertinggal dengan keluarga di desa tidak tertinggal.
Disarankan dari hasil penelitian ini, untuk meninjau ulang kembali penentuan desa tertinggal yang selama ini dilakukan. Disamping itu disarankan untuk mempertimbangkan komposisi keluarga dalam perhitungan rata-rata konsumsi energi. Disarankan pula untuk menentukan kebijaksanaan bagi kelompok keluarga yang mengkonsumsi melebihi dari kecukupan atau mengkonsumsi pangan belum seimbang, agar berperilaku konsumsi makanan yang seimbang. Selain itu disarankan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai kecenderungan perubahan pola makan dalam kaitannya dengan berbagai kemungkinan kelainan gizi. Selanjutnya bagi pelaksanaan Survei Konsumsi Gizi agar menggunakan food models."
Depok: Universitas Indonesia, 1996
T8412
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>