Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 176243 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Children and adolescents are vulnerable groups concerning alcohol consumption. Alcohol consumption by children and adolescents in marginal economic status area negatively influence their own selves as well as their social environment involving criminilaties...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmaniar Brahim
"ABSTRAK
Penyalahguna alkohol sering menimbulkan masalah berupa perkelahian, perampokan dan perbuatan lain yang merugikan dirinya dan orang lain, yang pada akhirnya mereka dapat menjadi pemuda putus sekolah, dan dapat berakibat menjadi beban keluarga, masyarakat dan negara.
Alkohol merupakan minuman legal yang dapat dibeli dimana saja tanpa ada pembatasan umur pembeli maupun jumlah minuman yang dapat dibeli, karena itu penting sekali diteliti tentang faktor - faktor yang berhubungan penyalahgunaan alkohol pada pemuda.
Faktor yang diteliti meliputi faktor karakteristik individu yaitu pendidikan, pekerjaan, pendapatan, umur pertama kali minum alkohol, faktor lingkungan keluarga yaitu komunikasi keluarga dan kerukunan keluarga dan faktor lingkungan di luar keluarga yaitu adanya pergaulan dengan teman sebaya penyalahguna alkohol.
Metode yang digunakan adalah dengan cara kasus kontrol, dengan ?daerah penelitian" Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi yang dilakukan pada bulan Juni dan Juli 1997.
Penelitian dilakukan pada laki-laki umur 15 - 25 tahun yang diambil dari pasien penyalahguna alkohol di Rumah Sakit Ketergantungan Obat, Jakarta, yang berjumlah 165 responden sebagai kasus dan kontrol yang berjumlah 165 responden adalah saudara kandungnya yang tinggal serumah dan bukan penyalahguna alkohol dengan beda umur dua - tiga tahun lebih muda atau lebih tua.
Instrumen yang digunakan adalah kuesioner yang dilakukan dengan cara kunjungan dari rumah ke rumah.
Faktor resiko yang ditemukan pada penelitian ini adalah faktor pergaulan dengan penyalahguna alkohol dan pendapatan dan keeratan hubungannya didapat odds ratio sebesar 186 artinya resiko terjadinya penyalahguna alkohol adalah 186 kali bila pemuda bergaul dengan penyalahguna alkohol dibanding dengan pemuda yang tidak bergaul dengan penyalahguna alkohol setelah dikontrol dengan pendapatannya.
Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan pada penelitian selanjutnya sebaiknya tidak digunakan saudara kandung sebagai kontrol agar faktor kerukunan keluarga yang buruk, komunikasi keluarga yang buruk dan ditambahkan faktor tidak taat beragama dapat terbukti sebagai faktor resiko terjadinya penyalahguna alkohol.
Daftar Pustaka 44 : (1966 -1997)

ABSTRACT
Some Factors Related to Alcohol Abuse Amongst Youngsters in Jakarta, Bogor, Tangerang and BekasiBy Abusing alcohol often, it can rise the problem amongst them self, such as fighting, robbery and anything than can do harm to others, eventually for those who become the abuser (especially the youngsters) leave their schools and they feel hopeless about their future (pessimist) which then, it becomes their family and country's responsibility to solve it.
In other side, alcohol can be easily consume in many shops without any specific regulation to give allowance to certain people, the aim of this study is necessary to develop some study about factors that related to alcohol abuse among the youngsters.
Some of those factors that had been examined include the factor of individual characteristics, ie. Education, employment, income, at what age they started drink, environment within the family and their neighbourhood, is there any friendship with peer group based on this interest (alcohol abuse) among them.
The method used in here was case control study, within area in Jakarta, Bogor, Tangerang and Bekasi which had been conducted in June and July 1997.
Observation had been conducted to men with the age vary between 15 - 25 years old, taken from Rumah Sakit Ketergantungan Obat (alcohol abuse patients) about 165 patients. As the control, were 1 65 relatives of those patients who lives in the same place and non-alcohol abuser. They had different age 2-3 years older I younger than the alcohol abuser.
Instruments used was the questionnaires conducted by visiting their homes.
From the examination, the impact from social relationship with the alcohol abuse and income is very closely related, where the result indicates that odds ratio is 186 after ajusted with income, means the risk / impact for the person who has relationship with the alcohol abuser will have a chance 186 times than the person who has not.
Based on the examination, it's suggested for the following examination I study would be much better not to use the same sample (relatives as a case control), in order to find more factors such as "inharmony relationship" in the family, or poor communication between members of the family and unreligious belief as risk factors for alcohol abuse.
Bibliography : 44 (1966 -1997 )
"
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eunike Kezia Anandartia Prasetyo
"Skripsi ini membahas faktor-faktor sosio ekonomi yang mempengaruhi konsumsi alkohol rumah tangga di Indonesia. Skripsi ini menganalisis data SUSENAS 2020 Modul Konsumsi dan KOR dengan model Double Hurdle dengan analisis di tingkat rumah tangga. Skripsi ini menemukan bahwa rumah tangga dengan pengeluaran lebih tinggi, memiliki perilaku mengonsumsi rokok, berlokasi di pedesaan di provinsi luar pulau Jawa, memiliki banyak anggota keluarga, dan memiliki kepala keluarga laki-laki, kepala keluarga yang bekerja, kepala keluarga yang belum pernah menikah, dan kepala keluarga yang belum menempuh pendidikan tinggi cenderung mengonsumsi alkohol. Karena itu, intervensi berupa penyuluhan dan edukasi ke target yang tepat dapat membantu mengurangi konsumsi alkohol.

This undergraduate thesis discusses the socio-economic factors that influence household alcohol consumption in Indonesia. This undergraduate thesis analyzes the SUSENAS 2020 data for the Consumption Module and KOR with the Double Hurdle model with analysis at the household level. This research found that households that spend more money, have smoking behaviour, are located in rural areas in provinces outside Java, have many family members, and have male heads of household, working family heads, unmarried household heads, and household heads. Those who have not had higher education tend to consume alcohol. Therefore, interventions in the form of counseling and education to the right target can help reduce alcohol consumption."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melanie Widjaja
"Latar Belakang : Penggunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya (NAPZA) pada usia remaja menjadi salah satu masalah sosial besar yang kita hadapi dalam masyarakat dan memberikan dampak negatif.
Tujuan: Mengetahui karakteristik dan faktor yang memengaruhi perilaku berisiko tinggi penggunaan NAPZA pada remaja sekolah menengah, serta memperkenalkan kuesioner CRAFFT sebagai instrumen penyaring awal terhadap penggunaan narkoba dan alkohol.
Metode: Studi kuantitatif (kuesioner yang divalidasi) terhadap 514 subjek usia 12-18 tahun yang dipilih secara konsekutif. Kuesioner CRAFFT digunakan untuk mendeteksi perilaku berisiko tinggi penggunaan narkotika, psikotropika dan alkohol. Faktor-faktor risiko diperoleh melalui kuesioner yang diisi secara mandiri oleh responden. Analisis statistik menggunakan analisis bivariat (uji kai kuadrat atau uji Fischer) dan multivariat (uji regresi logistik).
Hasil: Sebesar 19,6% subjek terlibat dalam perilaku berisiko tinggi penggunaan NAPZA dan sebagian besar adalah laki-laki 12,4%. Perilaku berisiko tinggi penggunaan NAPZA, terdiri dari perilaku merokok (23,8%), minum minuman beralkohol (15,8%), dan penggunaan obat-obatan terlarang dan zat adiktif lainnya (13,6%). Sebagian besar subjek (18,9%) mencoba rokok pertama kali saat usia remaja awal (10-13 tahun), sedangkan minum minuman beralkohol (12,6%) dan menggunakan obat terlarang dan zat adiktif lainnya (9,1%) dimulai saat remaja menengah menengah (14-16 tahun). Jenis obat terlarang yang digunakan, antara lain ganja (52,7%), tramadol (15,2%), dekstrometorfan (10,7%), dan shabu-shabu (6,3%). Kuesioner CRAFFT memiliki reliabilitas yang baik dengan Cronbach’s α sebesar 0,73. Tingkat pendidikan (RO 9,56; p= 0,000), pola asuh otoriter (RO 27,25; p= 0,000), orangtua tidak harmonis (RO 4,00; p= 0,001), tekanan atau ancaman teman sebaya (RO 3,26; p= 0,006), dan kegiatan ekstrakurikuler (RO 2,04; p= 0,048) merupakan faktor yang memengaruhi perilaku risiko tinggi penggunaan alkohol dan narkoba pada remaja.
Simpulan: Remaja memiliki risiko besar terlibat dalam perilaku berisiko tinggi penggunaan NAPZA, sehingga dibutuhkan deteksi dini, penanganan yang komprehensif yang melibatkan multidisiplin, serta intervensi terhadap faktor risiko yang ada. CRAFFT dapat digunakan sebagai salah satu instrumen penyaring terhadap penggunaan penggunaan narkotika, psikotropika, dan alkohol pada remaja.

Background: Narcotics, psychotrophics and addictive substances (NPA) used in adolescents becomes one of the major social problems we are facing in society and gives a negative impact.
Objective: To determine the characteristics and factors that influence high risk behavior of NPA used in adolescents in middle and high school, also introducing CRAFFT questionnaire as an early screening tool for alcohol and illicit drugs use.
Method: Quantitative study (validated questionnaire) was conducted among 514 subject aged 12-18 years old using a consecutive sampling. CRAFFT questionnaire was used to detect a high risk behavior of alcohol and illicit drugs use and self-reported questionnaire used to determine the risk factors of NPA. Statistical analysis was done using bivariate (Chi-square or Fischer tests) and multivariate (logistic regression) analysis.
Results: Most participants (19,6%) were involved in high risk behavior of alcohol and illicit drugs, with the majority of males (12,4%). The high risk behavior, consisted of smoking (23,8%), drinking alcohol (15,8%) and illicit drugs use (13,6%). Majority of the participants (18,9%) started to smoke in early adolescence (10-13 years old), while drinking alcohol (12,6%) and illicit drugs use (9,1%) started in mid adolescence (14-16 tahun). The type of drugs being used were cannabis (52,7%), tramadol (15,2%), dextromethorphan (10,7%) and methamphetamine (6,3%). CRAFFT questionnaire has a good internal consistency with Cronbach’s α 0,73. Education level (OR 9,56; p= 0,000), authoritarian parenting style (OR 27,25; p= 0,000), parents not harmonious (OR 4,00; p= 0,001), peer pressure or threat (OR 3,26; p= 0,006) and extracurricular activities (OR 2,04; p= 0,048) were factors that influenced high risk behavior of alcohol and illicit drugs use in adolescents.
Conclusion: Adolescents have a high risk behavior of alcohol and illicit drugs usage, therefore, early detection, comprehensive treatment involving multidisciplinary and intervention of risk factors are needed. CRAFFT can be used as one of the screening tools for detecting alcohol and illicit drugs use in adolescents.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Nolita Tukayo
"ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui determinan perilaku mengkonsumsi minuman beralkohol di kota Jayapura. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Populasi penelitian ini adalah anggota rumah tangga berusia 10-60 tahun dari rumah tangga terpilih di kota Jayapura, dengan jumlah sampel sebanyak 468 orang. Analisis yang digunakan adalah regresi logistik politomus. Hasil analisis didapatkan bahwa determinan perilaku mengkonsumsi minuman beralkohol adalah umur, jenis kelamin, merokok, keberadaan anggota rumah tangga, keberadaan diluar kota dan umur pertama mengkonsumsi minuman beralkohol dan variabel yang paling dominan berhubungan adalah merokok.

ABSTRACT
The aims of this research is to determine the alchoholisme behaviour at Jayapura city. This is a quantitative research with cross sectional design. The population is a household member age 10-60 years old from selected household at Jayayapura, with sample size are 468 people. Analyses used was polytomus logistic regression. The result shows that the alcoholism behaviour determinan are age, sex, smoking, household existence, existence out the city and first age of alcoholism behavior and the most dominant variable is smoking."
2013
T35218
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dulfano, Celia
Sanfrancisco : Jassey-Bass , 1992
616.861 03 DUL f
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy Tiaranita
"ABSTRAK
Latar Belakang: Gagal jantung merupakan salah satu masalah kesehatan global dengan angka yang meningkat setiap tahunnya. Pengobatan gagal jantung melibatkan berbagai golongan obat, salah satunya adalah digoksin sebagai komponen terapi tertua pada gagal jantung. Penggunaan digoksin masih kontroversial karena selain batas terapeutik sempit, terdapat berbagai faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya intoksikasi.
Tujuan: Menganalisis kejadian intoksikasi, rehospitalisasi, dan kesintasan dalam setahun pada pasien gagal jantung yang mendapat digoksin.
Metode: Studi analitik observasional dengan desain potong lintang dilakukan di Rumah Sakit Pusat Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita pada bulan Januari 2017 hingga Desember 2018. Pasien gagal jantung yang mendapatkan terapi digoksin dan diperiksa kadar digoksin serum diikutsertakan dalam penelitian. Intoksikasi didefinisikan sebagai peningkatan kadar digoksin serum ≥ 2 ng/ml disertai dengan perubahan EKG tipikal intoksikasi dan minimal satu gejala non-kardiak. Dilakukan analisis terhadap faktor-faktor risiko pada pasien dan gejala intoksikasi menggunakan uji X2, sedangkan angka kesintasan dan rehospitalisasi dalam setahun dianalisis dengan rumus Kaplan Meyer.
Hasil: Sebanyak 195 subyek penelitian yang terdiri dari 22 (11,3%) subyek dengan kadar digoksin subterapeutik, 43 (22,1%) subyek dengan kadar terapeutik, 70 (35,9%) subyek dengan kadar supraterapeutik dan 60 (30,8%) subyek dengan kadar toksik diikutsertakan dalam studi ini. Didapatkan sebanyak 32 (16,4%) subyek mengalami intoksikasi. Insufisiensi renal merupakan faktor risiko yang sangat memengaruhi kejadian intoksikasi digoksin, dengan risiko sebesar 2,5 kali (p=0,016; RR=2,484). Angka rehospitalisasi pada pasien gagal jantung yang mendapat dan tidak mendapat digoksin adalah sebesar 11,8% dan 29,2% (p=0,085). Angka kesintasan dalam setahun pada pasien gagal jantung yang mendapat digoksin di RS JPDHK tahun 2017-2018 adalah 300 hari (259 hari pada yang mengalami intoksikasi, dan 307 hari pada yang tidak mengalami intoksikasi).
Kesimpulan: Proporsi intoksikasi digoksin pasien gagal jantung pada penelitian ini adalah 16,4%. Insufisiensi renal merupakan faktor risiko yang memengaruhi kejadian intoksikasi digoksin. Terdapat kecendrungan pengurangan rehospitalisasi pada pasien yang mendapat digoksin.

ABSTRACT
Background: Heart failure is one of the most prevalent global health problems with increasing number every year. Treatment of heart failure involves various classes of drugs, one of which is digoxin as the oldest therapy for heart failure. The use of digoxin is still controversial because of a narrow therapeutic limit, there are various factors that can increases the risk of intoxication.
Objective: To analyze digoxin intoxication, rate of rehospitalization as well as one-year survival in patients with heart failure who were prescribed digoxin.
Methods: An observational analytic study with a cross-sectional design was conducted at the Harapan Kita National Cardiovascular Center from January 2017 to December 2018. Heart failure patients who received digoxin therapy and had been examined for serum digoxin levels were included in the study. Intoxication was defined as having increased serum digoxin level exceeding 2 ng/ml along with electrocardiogram changes and a minimum of one non-cardiac symptomsRisk factors of intoxication were analyzed by Chi-square test, and one year survival was analyzed with Kaplan Meyer method.
Results: A total of 195 study subjects consisting of 22 (11,3%) subjects with subtherapeutic digoxin levels, 43 (22,1%) were therapeutic, and 70 (35,9%) supratherapeutic and 60 (30,8%) toxic digoxin level were included in the study. There were 32 (16.4%) subjects having digoxin intoxication in this study. Renal insufficiency was revield as significant influencing factor of digoxin intoxication with 2.5 fold increasing risk. Overall, one-year survival of heart failure patients receiving digoxin was 300 days (259 days in non-intoxication group and 307 days in intoxication group). One-year rehospitalization was 11,8% in patients who received digoxin, and 29,2% in those without digoxin (p=0.085).
Conclusion: The proportion of digoxin intoxication in heart failure patient is 16,4%. Renal insufficiency was reviled as significant influencing factor of intoxication. There was a tendency of reduced hospitalization in those who received digoxin."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Christafenny
"Kebiasaan konsumsi alkohol merupakan salah satu faktor risiko masalah kesehatan masyarakat perkotaan. Penyakit yang dapat timbul dari kebiasaan konsumsi alkohol adalah sirosis hati. Karya Ilmiah Akhir ini memberikan gambaran tentang analisis praktik klinik keperawatan kesehatan masyarakat perkotaan pada pasien sirosis hati di ruang perawatan umum lantai 6 Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto.
Implementasi yang telah dilakukan meliputi implementasi manajemen nutrisi, manajemen cairan, dan hipertermia. Intervensi yang menjadi unggulan adalah asupan protein nabati adekuat sebagai upaya peningkatan status nutrisi pasien sirosis hati. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa terjadi peningkatan lingkar lengan atas, peningkatan nilai hemoglobin dan albumin, peningkatan kondisi klinis, dan penurunan lingkar perut.

The habit of alcohol consumption is one of the risk factors of urban public health problem. The disease can arise from alcohol consumption habits is liver cirrhosis. This final scientific paper provides an overview of the analysis of urban health nursing clinical practice at liver cirrhosis patients in floor 6 of general care Army Center Hospital Gatot Subroto.
Implementation has been done include the implementation of nutrient management, fluid management, and hyperthermia. Intervention that are seeded adequate intake of vegetable protein as an effort to improve the nutritional status of liver cirrhosis patient. Evaluation results show that an increase in upper arm circumference, hemoglobin and albumin increased value, improved clinical conditions, and a decrease in abdominal circumference.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Khalis Rahma Kusuma
"Alkoholisme merupakan isu yang umum ditemukan dalam film. The Shining (1980) dan Doctor Sleep (2019) merupakan dua contoh dari banyaknya penggambaran alkoholik dalam film yang menceritakan tentang kehidupan Jack dan Danny Torrance, seorang ayah dan anaknya yang berjuang melawan alkoholisme dan pengaruh-pengaruh supernatural dalam kehidupan mereka. Penelitian terhadap The Shining (1980) telah banyak dilakukan, namun belum ada penelitian yang membahas tentang Doctor Sleep (2019). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apakah penggambaran alkoholisme pada serial film ini cocok dengan teori alkoholisme Denzin yang berasal dari studi empirik terhadap alkoholik di kehidupan nyata, serta menganalisis mekanisme pertahanan yang terdapat pada karakter di serial film tersebut dalam menghadapi masalah alkoholisme mereka. Penelitian ini menggunakan teori Denzin yaitu thesis of the temporality of self dan relational structure of self serta defense mechanism oleh Freud untuk menjelaskan bagaimana karakter pada serial film tersebut mengenal dan mengatasi alkoholisme mereka. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penggambaran alkoholisme pada serial film tersebut cocok dengan teori alkoholisme Denzin yang berdasarkan pada alkoholik di kehidupan nyata, dan mekanisme pertahanan yang terdapat pada karakter terpengaruh sebagian besar oleh kejadian yang dialami oleh karakter.

Alcoholism is a common issue which can be found in many films. The Shining (1980) and Doctor Sleep (2019) are some of the examples of alcoholic portrayals in films which tell the life of Jack and Danny Torrance, a father and son, who struggle over alcoholism and supernatural influences. There have been many studies conducted on The Shining (1980), yet none has been done on its sequel, Doctor Sleep (2019). This study aims to analyse whether the portrayal of alcoholism in this film series fits with Denzin’s theory of alcoholism, which derives from the empirical study of the alcoholics, and to discover the defense mechanisms developed by the characters in facing their alcoholism. This study uses Norman K. Denzin`s thesis of the temporality of self and the relational structures of self, and Freud`s defense mechanisms to explain how the characters identify and manage their alcoholism. The study reveals that the portrayal of alcoholism in the films matches Denzin`s theory of real-life alcoholism, and that the defense mechanisms developed by the characters are largely influenced by the circumstances surrounding the characters."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>