Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 141523 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"The major cause of mortalities in Indonesia shifs to Non Communicable risk faktors that related to physiological factors (intermediate risk factors) i.e. hypertension, obesity, and central obesity, diabetes...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fikriya Rusyda
"Penyakit jantung merupakan penyakit penyerta ketiga setelah diabetes melitus dan hipertensi dengan persentase terbesar pada kasus kematian COVID-19 di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penyakit jantung dengan kasus kematian pasien COVID-19 usia >45 tahun di Depok. Penelitian ini menggunakan desain studi kasus control dan menggunakan data dari Dinas Kesehatan Kota Depok selama periode Agustus 2020 hingga Juni 2021. Sampel penelitian adalah subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi adalah pasien yang memiliki data variabel yang lengkap. Kriteria eksklusi adalah wanita hamil. Kelompok kasus terdiri dari 582 sampel dan kelompok kontrol dipilih secara simple random sampling. Data dianalisis menggunakan uji chi-square dan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan penyakit jantung dengan kasus kematian pasien COVID-19 dengan nilai asosiasi OR crude sebesar 3,55 (95% CI = 2,20-6,90 P value = <0,0001) dan OR adjusted sebesar 3,04 (95% CI = 1,67-5,52 P value <0,0001) setelah dikontrol oleh variabel penyakit penyerta lainnya. Keterbatasan penelitian ini data didapatkan dari hasil wawancara petugas kesehatan dengan pasien sehingga penelitian ini dipengaruhi oleh bias informasi.

Heart disease is the third highest comorbidity, after diabetes mellitus and hypertension in COVID-19 deaths in Indonesia. This study aims to determine the association between heart disease and mortality of COVID-19 patients aged >45 years in Depok. The study design is a case control study. This study using secondary data from Depok Health Office for the period of August 2020 – June 2021. The samples in this study who were met the inclusion and exclusion criteria. The inclusion citeria was COVID-19 patients who had complete data of the variables. The exclusion criteria was pregnant woman. The case group consists of 582 samples and the control group were selected with simple random sampling method. Data were analyzed using chi square and logistic regression. The study result indicates that the crude association between heart disease and mortality of COVID-19 patients is 3,55 (95% CI = 2,20-6,90 P value = <0,0001) and adjusted OR 3,04 (95% CI = 1,67-5,52 P value <0,0001) after being controlled by other comorbid. The limitation in this study that the data was obtained based on interviews between health workers and patients, so this study was influenced by information bias"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novita Lianasari
"Penyakit Jantung Koroner PJK adalah penyakit pada jantung yang terjadi karena otot jantung mengalami penurunan suplai darah. Kurangnya pengetahuan pasien mengenai faktor risiko penyakit jantung koroner berkaitan dengan terjadinya serangan jantung berulang yang akan berdampak pada meningkatnya biaya perawatan dan psikologis pasien yaitu depresi, bahkan dapat menyebabkan komplikasi ataupun kematian. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif komparatif dengan pendekatan cross- sectional. Sampel penelitian berjumlah 67 orang dengan diagnosis penyakit jantung koroner. Pengambilan sampel dengan metode non- probability sampling yaitu consecutive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan faktor risiko penyakit jantung koroner dengan serangan jantung berulang p= 0,43, 0,05. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan faktor risiko penyakit jantung koroner dengan frekuensi serangan jantung berulang p=0,57, 0,05 . Penelitian ini merekomendasikan pemberian edukasi yang disertai dengan motivasi kepada pasien untuk dapat mengubah perilaku sehingga memiliki kesadaran yang tinggi untuk mengontrol faktor risiko dengan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari agar terhindar dari serangan jantung berulang.

Coronary Artery Disease (CAD) is a disease caused by an imbalance between blood supply and heart muscle oxygen demand. Insufficient knowledge about risk factors contributing to CAD is associated with higher recurrence of heart attack, causing the rise of the hospitalitation cost, depression, others complications even death. This study employed comparative descriptive design with cross sectional method, involving a consecutive sample of 67 patients with CAD as their primary diagnosis. Our study showed that there was no relationship between knowledge of CAD risk factors with the recurrence of heart attacks p 0,43, 0,05. Similarly, the study revealed that there was no relationship between risk factors for coronary heart disease and the frequency of heart attack's recurrence p 0,57 0,05 . This study suggested nurses to provide health education along with continuous and effective motivation in order to help patients controlling their risk factors in order to avoid the recurrence of heart attack."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S68824
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1994
616.12 UNI p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Nia Kurniati
"Menurut hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) penyebab kematian terbanyak di Indonesia yaitu PJK yang semakin meningkat dari urutan ke-11 (1972), menjadi urutan ke-3 (1986) dan menjadi penyebab kematian utama pada tahun 1992, 1995 dan 2001. Berdasarkan penelitian, diketahui bahwa penyakit kardiovaskular
merupakan penyebab kematian utama pada 58,3% pekerja di perusahaan minyak di Jawa Tengah tahun 2005 dan 40% pekerja di sebuah pabrik semen di Jawa Barat tahun 2006 & 2007 Kurniawidjaja, 2007).
Kasus kematian karena PJK (serangan jantung) juga terjadi di PT ITP Citeurep- Bogor. Pada tahun 1984-2005 sebanyak 28% kasus kematian karena PJK (serangan jantung) terjadi pada karyawan yang masih aktif di PT ITP. Sedangkan pada tahun 2007, kasus karyawan aktif yang meninggal oleh karena PJK di PT ITP yaitu sebanyak 4 kasus dari 10 kasus (40%). Pada tahun 2005-2007 tercatat 62 kasus PJK pada karyawan PT ITP. Dan 39 kasus diantaranya sudah mengalami tindakan pemasangan balon/ring dan operasi by pass jantung. Dari hasil pemeriksaan kesehatan berkala yang dilakukan
setiap tahun oleh PT ITP, pada tahun 2006 dan 2007 didapatkan adanya peningkatan faktor risiko PJK seperti kolesterol total, Body Mass Index, dan glukosa terganggu pada karyawan. Karyawan dengan kolesterol total tinggi (>200mg/dL) dari 46,9% meningkat
menjadi 64,1%. Karyawan dengan BMI ¡Ý25 kg/m2 dari 13,8% meningkat menjadi 42,3%. Karyawan dengan glukosa tergangu pada tahun 2006 dari 11,4% meningkat menjadi 13,8%. Data lain mengenai faktor risiko PJK pada karyawan PT ITP tahun 2007 yaitu sebanyak 7,3% karyawan memiliki hipertensi (tekanan darah ¡Ý140/90 mmHg) dan 43,2% karyawan merokok (Health Dept, PT ITP). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat risiko PJK berdasarkan faktor risiko kumulatif (Framingham), gambaran faktor risiko PJK berdasarkan usia, kolesterol total, LDL, HDL, tekanan darah sistolik dan diastolik, diabetes melitus, merokok, IMT, dan hubungan antara usia, kolesterol total, LDL, HDL, tekanan sistolik dan diastolik, diabetes melitus, merokok, IMT, jabatan dengan tingkat risiko PJK serta besar peluang untuk memiliki risiko tinggi PJK. Desain studi potong lintang digunakan dalam penelitian 232 karyawan PT ITP tahun 2007. Berdasarkan kalkulasi skor risiko PJK Framingham, didapatkan prediksi bahwa dalam kurun waktu 10 tahun mendatang, 8,2% karyawan PT ITP memiliki peluang yang besar untuk sakit jantung koroner. Dan 57,7% karyawan PT ITP memiliki peluang yang cukup besar untuk sakit jantung koroner. Diketahui pula 34,1% karyawan PT ITP memiliki peluang yang kecil untuk sakit jantung koroner. Proporsi risiko tinggi PJK lebih banyak pada karyawan yang berusia ¡Ý 50 tahun, pada karyawan dengan kolesterol total ¡Ý 200 mg/dL, pada karyawan dengan kadar LDL ¡Ý130 mg/dL, pada karyawan dengan kadar HDL <40mg/dL, pada karyawan dengan
tekanan darah ¡Ý120/80 mmHg, pada karyawan yang diabetes, pada karyawan yang merokok, pada karyawan dengan IMT ¡Ý25kg/m2, dan pada karyawan yang jabatannya rendah. Ada hubungan antara usia, kolesterol total, LDL, tekanan sistolik dan diastolik, diabetes melitus, dan merokok dengan tingkat risiko PJK pada karyawan PT ITP Tahun
2007. Tidak ada hubungan antara HDL, IMT, dan jabatan dengan tingkat risiko PJK pada karyawan PT ITP Tahun 2007. Karyawan dengan kolesterol total ¡Ý200 mg/dL mempunyai peluang 2,07 kali
untuk berisiko tinggi PJK. Karyawan dengan kadar LDL ¡Ý130 mg/dL mempunyai peluang 2,53 kali untuk berisiko tinggi PJK. Karyawan dengan tekanan darah ¡Ý120/80mmHg mempunyai peluang 2,21 kali untuk berisiko tinggi PJK. Karyawan yang diabetes mempunyai peluang 6,41 kali untuk berisiko tinggi PJK. Karyawan yang
merokok mempunyai peluang 7 kali untuk berisiko tinggi PJK.
Saran yang dianjurkan sebagai upaya pengendalian risiko PJK yaitu Program olahraga yang sudah ada dan sudah dilaksanakan secara teratur, hendaknya juga terukur. Perlunya mewajibkan seluruh karyawan untuk mengikuti kegiatan olahraga dan penyuluhan umum mengenai gerakan hidup sehat sebagai usaha untuk meningkatkan
kesadaran karyawan dalam mengendalikan kadar kolesterol, kadar gula darah, dan tekanan darah yang merupakan faktor risiko PJK. Perlunya pencantuman laporan aktifitas fisik karyawan pada MCU. Perlunya upaya yang dapat mendorong pekerja untuk stop merokok karena peluang karyawan yang merokok untuk sakit jantung koroner lebih besar dari pada karyawan yang tidak merokok. Upaya tersebut dapat berupa pemberian penghargaan (reward) pada pekerja yang berhenti merokok. Perlunya mewajibkan karyawan yang menderita hipertensi atau diabetes untuk mengikuti penyuluhan hipertensi atau diabetes. Hendaknya pemeriksaan kadar kolesterol total, LDL, HDL, dan kadar gula puasa sudah dilakukan pada karyawan yang berusia ¡Ý30 tahun."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nainggolan, Regine Martauli
"Penyakit jantung koroner merupakan penyakit degeneratif yang masih menjadi permasalahan kesehatan di dunia. Salah satu faktor penyakit jantung koroner ini adalah obesitas sentral. Persentase status obesitas sentral ini mengalami kenaikan dari tahun 2007 sampai 2013. Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan obesitas sentral terhadap penyakit jantung koroner.
Desain studi yang digunakan adalah cross sectional dan menggunakan data Riskesdas 2013. Sampel penelitian ini adalah semua penduduk yang berusia 45 tahun ke atas yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prevalensi penyakit jantung koroner adalah 1,2 dan terdapat hubungan antara status obesitas sentral terhadap penyakit jantung koroner pada usia 45 tahun ke atas di Indonesia tahun 2013 setelah dikontrol oleh variabel konfounding. Faktor yang menjadi konfounding adalah penyakit diabetes, hipertensi, dan perilaku merokok. Selain itu, terdapat interaksi oleh variabel konfounding terhadap obesitas sentral yaitu diabetes dan merokok. Oleh karena itu,diperlukan promosi kesehatan mulai dari promosi kesehatan penyakit jantung koroner baik pencegahan primer maupun pencegahan sekunder.

Coronary heart disease is a degenerative disease that remains a health problem in the world. One of the factors of coronary heart disease are central obesity. The percentage of central obesity status is increased from 2007 to 2013. This study was conducted to examine the relationship of central obesity to coronary heart disease.
The study design used is cross sectional and use data Riskesdas 2013. Samples were all residents aged 45 years and over who meet the inclusion and exclusion criteria.
The results of this study indicate that the prevalence of coronary heart disease was 1.2 and there is corelation between central obesity status of coronary heart disease at the age of 45 years and over in Indonesia in 2013 after being controlled by confounding variables. Confounding factors that are diabetes, hypertension, and smoking behavior. In addition, there is an interaction by confounding variables to central obesity, namely diabetes and smoking. Therefore, required health promotion ranging from coronary heart disease health promotion both primary prevention and secondary prevention."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
S64508
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aria Wahyuni
"Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah suatu bentuk gangguan pembuluh darah koroner yang termasuk dalam ketegori arterosklerosis. Ketidaksiapan pasien PJK pulang dari rumah sakit akan berdampak terhadap rawatan ulang sebagai akibat dari pelaksanaan program discharge planning yang belum efektif selama dirawat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan discharge planning terhadap kesiapan pulang pasien penyakit jantung koroner. Penelitian ini menggunakan desain quasi experiment dengan pendekatan non-equivalent post test only control group design. Jumlah sampel 32 orang yang terbagi atas 16 orang kelompok kontrol dan 16 orang kelompok intervensi dan dilakukan di tiga rumah sakit di Kota Bukittinggi. Hasil penelitian didapatkan adanya pengaruh penerapan discharge planning terhadap kesiapan pulang pasien penyakit jantung koroner yang terdiri dari status personal, pengetahuan, kemampuan koping, dan dukungan (p= 0,001; α= 0,05). Penelitian ini merekomendasikan discharge planning yang baik dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan dan kualitas hidup pasien penyakit jantung koroner."
Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
610 JKI 15:3 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Resti Dwi Hasriani
"Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyebab utama kematian pada kelompok kardiovaskular. Obesitas dapat meningkatkan risiko seseorang terhadap progresivitas dari prediabetes menjadi DM tipe 2 dan meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular. Kondisi prediabetes dengan obesitas meningkatkan risiko kejadian PJK berdasarkan Cardiometabolic Disease Staging (CMDS). Penelitian ini menggunakan desain studi kohor retrospektif dengan data sekunder studi kohor faktor risiko PTM tahun 2011-2018. Sampel adalah 493 penduduk penduduk dewasa yang obesitas yang menjadi responden Studi Kohor Faktor Risiko PTM, serta memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi penelitian. Hasil analisis multivariat menggunakan cox regression setelah dikontrol dengan usia dan durasi obesitas menemukan bahwa prediabetes memiliki nilai HR=0,80 (95%CI:0,462-1,387), p=0,429, yang berarti hubungan prediabetes dengan kejadian PJK pada penduduk dewasa yang obesitas tidak bermakna secara statistik.

Coronary Heart Disease (CHD) is a leading cause of death in the cardiovascular group. Obesity could increase a person's risk of progression from prediabetes to type 2 DM and increase the risk of cardiovascular disease. Prediabetes with obesity increases the risk of CHD events based on Cardiometabolic Disease Staging (CMDS). This study was used a retrospective cohort study design using secondary data on NCD Risk Factor Cohort Study in 2011-2018. The sample was 493 obese adult respondents in population of NCD Risk Factor Cohort Study whom met this study inclusion and exclusion criteria. The results of multivariate analysis using cox regression after being controlled by age and duration of obesity found that prediabetes had HR = 0.80 (95% CI: 0.462-1.387), p = 0.429 which means the relationship between prediabetes with CHD events in obese adult respondents was not statistically significant."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anna Farida
"Penyakit jantung koroner adalah penyakit yang terjadi karena ketidak seimbangan antara kebutuhan oksigen miokardium dengan masukan oksigen yang diakibatkan karena sumbatan arteri koroner jantung. Latihan fisik yang teratur dapat mengurangi kejadian dan keparahan penyakit jantung dan pembuluh darah. Latihan fisik bagi penderita penyakit jantung koroner yang baru mengalami serangan jantung atau pasca bedah pintas koroner merupakan bagian dari rehabililasi. Latihan utama dari rehabilitasi penyakit jantung koroner adalah senam jantung sehat, yang dilakukan dengan taat dan teratur. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ketaatan klien dengan penyakit jantung koroner untuk mengikuti senam jantung.
Guna dari peneIitian ini adalah memberikan masukan atau umpan balik pada keluarga dan tenaga keperawatan sehingga dapat meningkatkan ketaatan klien dalam mengikuti senam jantung. Penelitian ini dilakukan di Instalasi Rehabilitasi Jantung RSUP. Fatmawati pada tanggal 1, 3, 6, 8, 10 Agustus 2001. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif sederhana dengan jumlah responden 30 orang.
Dari hasil analisa data didapatkan kesimpulan bahwa ketaatan klien untuk mengikuti senam jantung dipengaruhi oleh berbagai faktor : usia, pendidikan, pengetahuan ekonomi, motivasi dan support sistem. Dari faktor-faktor ini yang sangat mempengaruhi ketaatan adalah faktor motivasi intrinsik, faktor yang mempengaruhi adalah motivasi ekstrinsik dan pengetahuan, faktor support sistem dan ekonomi cukup mempengaruhi ketaatan klien untuk mengikuti senam jantung. Sedangkan untuk faktor usia dan pendidikan didapatkan dalam Persentase. Karena itu diharapkan adanya penelitan lanjut untuk menilai seberapa jauh faktor usia dan pendidikan dan mempengaruhi ketaatan klien untuk mengikuti senam jantung dengan metode korelasi dan sampel yang Iebih representatif baik jumlah maupun karakteristiknya."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2001
TA5057
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Grasella Angelika Putri
"Penyakit jantung koroner (PJK) telah menjadi penyebab utama mortalitas di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Prevalensi PJK semakin lama semakin meningkat di negara berkembang. Hal tersebut terutama dipengaruhi oleh peningkatan risiko mayor PJK. Modifikasi faktor risiko tersebut memerlukan peran pengetahuan, sikap, dan perilaku mengenai penyakit jantung koroner. Kelompok remaja dan dewasa menjadi sasaran yang tepat untuk pencegahan PJK. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan, sikap, dan perilaku penyakit jantung koroner pada kelompok remaja dan dewasa di Jakarta Pusat sebagai bentuk upaya pencegahan penyakit.
Penelitian menggunakan desain potong lintang. Sampel penelitian terdiri dari kelompok remaja dan dewasa di daerah Rawasari, Jakarta Pusat. Jumlah sampel penelitian 102 orang, yaitu 51 kelompok remaja dan 51 kelompok dewasa yang diambil melalui kuesioner. Dari data yang telah dikumpulkan, didapatkan 43,1% remaja dan 25,5% dewasa memiliki tingkat pengetahuan kurang, sebanyak 3,9% remaja memiliki sikap yang kurang, serta 3,9% remaja dan dewasa memiliki perilaku yang kurang. Selain itu, didapatkan pula bahwa pengetahuan dan sikap tidak memiliki hubungan bermakna dengan perilaku pada kelompok remaja dan dewasa. Walaupun tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan, sikap, dan perilaku, perbaikan pengetahuan, sikap, dan perilaku sangat dibutuhkan karena masih banyak kelompok remaja dan dewasa yang belum memiliki pengetahuan, sikap, dan perilaku baik.

Coronary heart disease is amongst mortality in the world, including Indonesia. The prevalence of coronary heart disease is increasing in Indonesia. It is caused by increasing risk factors, especially the major risk factor. Knowledge, attitude, and practice have important parts to minimize the risk factor of coronary heart disease. Adolescent and adult group are the important group to prevent the disease. This research aims to know the knowledge, attitude, and practice about coronary heart disease in adolescent and adult groups at Central Jakarta for preventing the disease.
This research use cross sectional design and the sample is 102 people, including 51 adults and 51 adolescents group in Rawasari, Central Jakarta. The results show that 43.1% adolescents and 25.5% adults have poor knowledge, 3.9% adolescents have poor attitude and 3.9% adolescents and adults have poor practice. There is no relation between knowledge, attitude, and practice both in adolescent and adult group in this research (p > 0.05). However, it is needed to improve knowledge, attitude, and practice in adult and adolescent group because of poor knowledge, attitude, and practice .
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>