Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 19661 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Angklung, is one of the instrument made of bamboo which's popular in west Java, had been known since the clasic era (around 9 to 14 century). at first, angklung was used in traditional ceremony that related with agriculture, such as: ritual to Dewi Sri. Now, angklung is as an instrument for entertaining"
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Septy Maulidyawati
"ABSTRACT
Angklung Gubrag merupakan salah satu angklung kuno yang berasal dari Kampung Cipining, Desa Argapura, Kabupaten Bogor. Masyarakat Cipining berpendapat bahwa Gigantochloa pseudoarundinacea jauh lebih baik digunakan sebagai bahan baku angklung dibandingkan Gigantochloa atroviolacea. Penelitian bertujuan untuk membandingkan karakter anatomi dan intensitas suara G. atroviolacea dan G. pseudoarundinacea sebagai bahan baku Angklung Gubrag. Penelitian berlangsung selama 10 bulan Februari-Desember 2016 . Dilakukan penyayatan buluh dan maserasi untuk membandingkan anatomi buluh bambu. Sayatan dan hasil maserasi kemudian diamati dibawah mikroskop Laboratorium Bio Imaging Departemen Biologi. Hasil penelitian menunjukkan Angklung Gubrag G. atroviolacea memiliki intensitas suara lebih rendah dibandingkan Angklung Gubrag G. pseudoarundinacea. Tipe pembuluh yang menyusun tabung suara G. atroviolacea dan G. pseudoarundinacea didominasi oleh tipe III. Kepadatan berkas pembuluh paling tinggi dimiliki G. pseudoarundinacea, sedangkan luas berkas pembuluh dan luas berkas sklerenkim paling tinggi dimiliki G. atroviolacea. Sel serat G. pseudoarundinacea lebih panjang dibandingkan G. pseudoarundinacea. Alasan pemilihan G. pseudoarundinacea sebagai bahan baku Angklung Gubrag pada masyarakat Cipining disebabkan intensitas suara yang tinggi karena kepadatan berkas pembuluh tinggi dan sel serat yang lebih panjang pada G. pseudoarundinacea.

ABSTRACT
Angklung Gubrag is one of the ancient angklung that originated from Cipining Village, Bogor District. Community of Cipining having a notion that Gigantochloa pseudoarundinacea much better used as angklung rsquo s raw material compared to Gigantochloa atroviolacea. This study aimed to compare the anatomical character and sound intensity of G. atroviolacea and G. pseudoarundinacea culms as raw material of Angklung Gubrag. The study held form February to December 2016. Methods used to compare the anatomy of bamboo culms was fresh section and maceration. The incision and the maceration samples observed under a microscope of Bio Imaging Laboratory, Department of Biology. The results showed that Angklung Gubrag G. atroviolacea have lower sound intensity than Angklung Gubrag G. pseudoarundinacea. Type of vessels that make up the G. atroviolacea and G. pseudoarundinacea sound tube dominated by type III. Higher density of vascular bundles owned by G. pseudoarundinacea. Fibre length of G. pseudoarundinacea is longer that G. pseudoarundinacea. The reason of choosing G. pseudoarundinacea as a raw material of Angklung Gubrag in the Cipining community caused by high sound intensity affected by high density vascular bundles and longer fiber cells in G. pseudoarundinacea."
2017
S66635
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"There's been storeyed house since prehistory, classic era and also in the traditional buildings at any ethnics in Indonesia. Till now, people in coastal area lived in storeyed house. it was people adaptation to the environment that emerged the architectural creativity with emphasized its function as a shelter."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1988
153.35 KRE
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Bariq Mughniy Waliyyaayasi
"Jurnal ini membahas mengenai perkembangan musik tradisional di Mesir. Mesir merupakan negara Timur Tengah yang memiliki identitas musik terkenal dengan karakter yang khas, yaitu memakai paling banyak hanya empat nada saja (tetrachord). Musik di Mesir berkembang pada masa Dinasti Abbasiyah, dimana musik tersebut merupakan hasil terjemahan dari bahasa Yunani. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pustaka.

The journal is to discuss the development of traditional music in Egypt. Egypt is a Middle Eastern country that has a well-known musical identity with a distinctive character, which is put on at most just four tones only (tetrachord). Music in Egypt flourished during the Abbasid dynasty, where the music is the result of a translation from the Greek. The method used in this research is the method library.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Audra Syah Rasjid
"Media seperti televisi, radio, media massa, musik, film, dan internet merupakan sarana yang mendukung terjadinya pertukaran atau pergerakan arus budaya di dalam globalisasi. Di dalamnya terdapat berbagai informasi, narasi, dan gambaran mengenai suatu keadaan ruang dan waktu. Terdapat salah satu hal yang sangat terpengaruh oleh media dan globalisasi, yaitu musik. Musik, khususnya musik indie, sangat terpengaruh oleh media dalam mendapatkan sumber inspirasi dalam estetikanya. Penelitian ini mengungkapkan proses salah satu band indie dalam memproduksi karya cipta yang memiliki nuansa masa lalu tanpa harus memiliki pengalaman yang bersifat memorial. Data dihasilkan dari penelitian pada band indie White Shoes & the Couples Company dengan melakukan pengamatan dan wawancara mendalam. Melalui penelitian ini, ditemukan bahwa White Shoes & the Couples Company sangat terpengaruh oleh media dalam memperoleh memori buatan, yang pada akhirnya dapat dituangkan ke dalam karyanya. Dengan menyerap memori-memori yang tersedia dalam media, mereka mempresentasikan kembali gambaran dan narasi dari memori tersebut menjadi realitas mereka sebagai band—yakni aspek audio dan visual yang terlihat seperti pengalaman otentik mereka. Tidak hanya itu, berbagai aspek seperti variasi jenis suara, pakaian yang dikenakan, dan pengemasan album merupakan karya-karya yang sangat kental dengan mode retro. Saya beragumen bahwa White Shoes & the Couples Company merupakan pihak yang telah menerima berbagai memori yang terkomodifikasi. Memori ini lalu diolah untuk dijadikan sebagai memori pribadi mereka, dan disuguhkan kembali kepada pihak lain dengan wujud yang berbeda.

Media such as television, radio, mass media, music, film and the Internet is a tool that supports the exchange or movement within the cultural flow in globalization. In it there is a variety of information, narratives and an overview of the state of space and time. There is one thing that is highly influenced by the media and globalization, which is music. In getting the source of inspiration for its aesthetic music, especially indie is heavily influenced by the media. This study reveals one indie band’s process in producing creative works that have a feel of the past without having to have a memorial character. All the facts and data are generated from a research conducted on the indie band White Shoes & the Couples Company, through a series of observations and in-depth interviews. With this research, it was revealed that White Shoes & the Couples Company was strongly influenced by the media in obtaining artificial memory, which in turn were translated into their work. By absorbing memories that are available in the media, they represented images and narratives from those memories into their reality as a band—namely audio and visual aspects that look like their authentic experiences. Not only that, many aspects such as the variation of sounds, clothes, and record packaging were also a creation that is overflowing with retro fashion. I argue that White Shoes & the Couples Company is a group that has received various commodified memories. These memories are then used to serve as their personal memory, and to be represented back to others in a different form."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S44627
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sheila Putri Wijanarko
"Transformasi dari industri musik konvensional ke musik digital merupakan peralihan yang cukup signifikan. Munculnya aplikasi-aplikasi musik streaming digital pada dua dekade terakhir merupakan bukti peralihan tersebut, termasuk adanya aplikasi Spotify yang diluncurkan pada tahun 2006 di Swedia. Spotify merupakan salah satu aplikasi yang tersedia di lebih dari seratus negara yang menyediakan layanan streaming musik secara daring, baik secara gratis maupun membayar paket langganan bulanan. Namun, terlepas dari media pengunggahan musik itu sendiri, seluruh Pencipta yang terlibat masih berhak atas hak ekonomi mereka dalam bentuk Royalti. Hak Pencipta untuk mendapat Royalti merupakan hal yang mutlak. Namun, karena adanya digitalisasi industri musik ini, mekanisme pemungutan dan pendistribusian Royalti pun mengalami perubahan yang cukup signifikan. Hingga saat ini, ketentuan yang mengatur mengenai musik digital belum cukup jelas. Oleh sebab itu, Penulis akan menjabarkan mekanisme pemungutan dan pendistribusian Royalti Pencipta dari aplikasi musik Spotify berdasarkan ketentuan dari Spotify, Undang-Undang Hak Cipta dan peraturan lain yang berlaku di Indonesia serta melalui wawancara langsung dengan Pencipta dan salah satu Lembaga Manajemen Kolektif. Temuan yang Penulis dapatkan berupa sebuah skema pemungutan dan pendistribusian Royalti yang dibedakan menjadi Royalti terhadap Performing Rights dan Mechanical Rights. Mekanisme yang Penulis temukan pun nantinya akan dibandingkan dengan dua negara, yaitu Amerika Serikat dan Jerman

The transformation from the conventional music industry to digital music shall be considered as a significant transition. The emergence of digital streaming music applications in the last two decades has proven the rise of digital music industry, including the launching of Spotify which was launched in 2006 in Sweden. Spotify is one of the online music streaming applications available in more than a hundred countries that provides music streaming services, both for free and by monthly subscription plans. However, regardless of the media for uploading the music itself, all the Authors involved are still entitled to their economic rights in the form of Royalties. The Creator's right to receive Royalties is absolute. However, due to the digitalization of the music industry, the mechanism for collecting and distributing Royalties has undergone significant changes. Until now, the provisions governing digital music are not clear enough. Therefore, the Writer will describe the mechanism for collecting and distributing Royalties from Spotify based on the provisions of Spotify, Undang-Undang Hak Cipta and other regulations that apply in Indonesia as well as through interviews with an Author and one of the Collective Management Organizations. The findings that the Writer got were in the form of a Royalties collection and distribution scheme which were divided into Royalties against Performing Rights and Mechanical Rights. The mechanism that the Writer found will later be compared with two countries, namely the United States and Germany.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Henggar Prasetyowati
"Guzheng (古筝) atau zheng merupakan salah satu alat musik petik Tiongkok tertua yang mengalami perkembangan ratusan tahun dalam budaya Tiongkok. Hubungan yang erat antara musik dan budaya Tiongkok menjadikan alat musik guzheng sebagai salah satu alat musik Tiongkok populer yang merepresentasikan seni musik Tiongkok. Pengalaman mengalami perkembangan dalam waktu yang lama juga membuat guzheng memiliki peran penting dalam seni musik Tiongkok. Tulisan ini akan membahas sejarah awal pemunculan guzheng dan bagaimana perkembangan fungsi dan bentuk guzheng dalam empat dinasti yaitu Qin (秦), Han (汉), Tang (唐) dan Song (宋). Metode yang digunakan adalah metode kualitiatif dengan studi kepustakaan terhadap buku yang relevan dengan topik jurnal ini.

Guzheng (古筝) or zheng is one of the oldest Chinese stringed music instrument that evolved hundred of years in the history of Chinese culture. The close realitionship between music and Chinese culture makes guzheng as one of the popular tools of musical art that can be represented the art of Chinese music instrument. The experience had been developed for a long time also made guzheng to have an important role in Chinese music culture. This paper will discuss the early history of emergence of guzheng and how its form its function in four dynasties Qin (秦), Han (汉), Tang (唐) and Song (宋). The method used is qualitative method with a literature study of the book which relevant to the topic of this journal."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Natasya Arry Indriani
"Manusia
Makhluk hidup yang berakal budi. Makhluk hidup yang memiliki akal untuk berfikir, mencari cara untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan hidupnya. Makhluk hidup yang tidak pernah berhenti mencari cara untuk memuaskan kebutuhan fisik dan psikologisnya. Kebutuhan iisik untuk mempertahankan hidupnya dan kebuiuhan psikologis untuk kebahagiaannya.
Arsitektur
Hasil karya akal budi manusia yang pada awalnya diciptakan untuk memenuhi kebutuhan fisik manusia. Melindunginya dari kerasnya alam, menjadi wadah baginya untuk berkegiatan. Selanjutnya, sisi psikologis manusia pun menjadi bagian yang menuntut dipenuhi olehnya. Sehingga arsitektur dijadikan media berekspnesi bagi manusia.
Musik
Hasil karya akal budi manusia yang diciptakan untuk memuaskan kebutuhan psikologis manusia, kebutuhan akan keindahan, menjadi wadah bagi jiwanya untuk berbicara. Selanjutnya, diketahui bahwa kekuatan komposisi musik juga mempengaruhi manusia secara fisikal. Sehingga musik digunakan juga untuk menjawab masalah-masalah tisik manusia.
Ruang
Ruang yang terbentuk dalam karya musik dan arsitektur, menjadi tempat keberadaan manusia. Ruang menjadi bagian dimana pergerakan komponen musik dan arsitekiur dapat mempengaruhi manusia secara fisik ataupun psikologis. Bagian dimana kegiatan manusia dalam mengalami hasil karya tersebut dalam urutan ruang dan waktu dapat terjadi. Bagian dimana komunikasi akan makna Karya semi, dimana ekspresi jiwa dari seorang manusia bisa disampaikan, dirasakan dan dipahami oleh manusia yang Iain; yang sama-sama menikmati hasil karya tersebut.
Suatu wacana yang mencoba menjadi awalan pembahasan mengenai hubungan dan interaksi yang mungkin terjadi pada kedua cabang seni tersebut. Dilihat dari sudut pandang Arsitektur, mencoba melihat akan penerapan prinsip pembentukan ruang dan karakter dalam komposisi musik pada suatu bangunan. Awal untuk menembus 'batas-batas' antara Musik dan Ausitektur. Untuk selanjutnya dapat dikembangkan menjadi kajian panjang yang akan memperkaya makna dan pengaruh Musik dan Arsitektur bagi manusia."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S48324
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aprilia Agatha Gunawan
"Skripsi ini membahas perbedaan dan persamaan istilah musik dalam bahasa Indonesia dengan bahasa Prancis. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif-komparatif dengan data berupa istilah-istilah musik dalam bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Prancis dan padanannya dalam bahasa Prancis. Data diperoleh dari Istilah-istilah Musik susunan Latifah Kodijat, Kamus Musik susunan Pono Banoe, dan Kamus Musik susunan Karl Edmund-Prier. Analisis dilakukan dengan menggunakan teori analisis komponen makna Mortureux dan teori hubungan konseptual antaristilah Sager. Hasil penelitian menunjukkan wilayah makna istilah-istilah musik dalam bahasa Indonesia sama persis dengan bahasa Prancis, namun cakupan istilah-istilah dalam wilayah makna kedua bahasa tersebut berbeda. Selain itu, istilah-istilah musik dalam bahasa Indonesia memiliki hubungan konseptual yang lebih sedikit dan berbeda dengan yang ditemukan dalam bahasa Prancis.

This thesis discusses the differences and the similarities between Indonesian and French musical terms. This research uses analytical descriptive and comparative method using Indonesian musical terms of French origin as data. The data sources are Istilah-istilah Musik by Latifah Kodijat, Kamus Musik by Pono Banoe, and Kamus Musik by Karl Edmund-Prier. The semantic componential analysis tehory by Mortureux and the theory of conceptual relationship by Sager are used to analyze the data. The results show that the semantic fields of Indonesian musical terms are identical to French musical terms, although their scopes are not. In addition, there are fewer conceptual relationships among Indonesian musical terms and they are not identical to those in French language.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
S64514
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>