Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 51984 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hanika Bunga
"Puisi pada dasarnya merupakan sebuah karya tulis yang memiliki makna. Puisi tersebut lekat dengan sosok kepribadian penulis, sehingga puisi-puisi yang dihasilkan pada umumnya berkutat dengan pengalaman si penulis, dan yang paling mencolok ialah kondisi sosial politik yang dihadapi oleh si penulis. Puisi-puisi Muhammad Iqbal selain sarat akan pesan kebangsaan, terdapat pula pesan moral yang mampu diungkapkan. Tentu saja dengan panduan agama, yakni puisi-puisi yang sarat pesan keagamaan.
Puisi-puisi Iqbal jika dianalisa lebih dalam, merupakan filsafat Iqbal yang mendalam, baik itu filsafat manusia dari segi epistemologis maupun estetika dari segi aksiologi. Keindahan berkaitan erat dengan estetika jika kita tinjau melalui kata sifat. Keindahan dalam puisi sebagai karya seni merupakan suatu analisa praktis, sehingga pada perkembangannya melalui puisi-puisi yang Iqbal ciptakan mampu memberikan pengalaman estetis dan tentu saja dapat di analisa aspek estetika yang tersirat melalui puisi-puisinya.
Pengalaman estetik yang timbul tersebut dalam puisi Iqbal merupakan hasil perjuangan Sang Pribadi yang terpelihara oleh hasrat dan cinta yang menyerap tenaga Tuhan sehingga mewarnai dirinya dengan warna Tuhan. Perjuangan Sang pribadi untuk menaikkan derajatnya lebih tinggi inilah yang merupakan ekspresi keindahan. Melalui analisa tersebut, ditemukan sebuah pengalaman religius yang timbul dari sebuah pengalaman estetik.

Basically, poem is represent a masterpiece write which have own meaning. That poem stick with buttonhole personality of writer, so in generally that poem usually present what empirical view of writer and almost sosio-historical condition of writer. Muhammad Iqbal?s poem besides loaded will order nationality, there are also order moral capable to be laid open. Of course with religion guidance, namely loaded poems of religious message.
Poems of Muhammad Iqbal, if we analyse in deeper, representing philosophy of Iqbal circumstantial, it is human being philosophy in epistemologic and aesthethic in axiology. Beauty is almost tight with aesthethics if we definied by charactheristic word. Beauty in poems of art work is practical analysis, so in expansion of poems which Iqbal create can give aesthetic experience and of course earn between the line esthetics aspect analysis from his poems.
That aesthetic experience is the result of struggle The Person look after by absorbent love and ambition of God energy so that colour they self with God colour. Struggle of The person to boost up higher degree is represent expression of beauty. From this analysed, we can found a religion experience arising out from aesthethic experience.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S16106
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bunga Noladika
"Penelitian ini berupaya memberikan perspektif bare mengenai tubuh perempuan, melalui pembedahan kasus belly dance . 11211 ini dimulai ketika belly dance hadir sebagai suatu sent tari yang mendapat stigmatitasi negatif, karena kental akan sisi sensualitas tubuh perempuan. Foucault memaparkan bagaimana selama ini kuasa sangat merepresi individu sampai pada hat yang paling privat. Pendekonstruksian atas detinisi dan tcori tubuh perempuan, agar tubuh perempuan tidak berada dalam relasi Kuasa-Pengetahuan. Judith Butler melanjutkan Foucault, melalui term variabel yang cair tubuh perempuan tidak dapat dikunci dalam suatu finalitas pengertian. Kuasa tidak pernah memberikan suara dan tempat bagi hasrat perempuan, oleh karma itu kuasa selalu membungkam setiap bentuk hasrat perempuan, termasuk hasrat berseni dalam sebuah tarian. Helene Cixous dan Luce Irigaray, menjelaskan bagaimana perempuan membutuhkan tempat untuk mengekspresikan segala bentuk hasratnya. Space yang dibutuhkan perempuan, bisa tcrcapai melalui adanya jaminan dari demokrasi. Perempuan, sebagal subyck yang menu liki hak kewarganegaraan menuntut radikalisasi demokrasi. Tujuannya adalah agar hasrat dan tubuh perempuan dapat dilihat, dan disuarakan juga mendapatkan hak-hak sosio politis dan jaminan hokum publik sebagai pelindung utamanya. Demokrasi sebagai fasilitas yang dapat digunakan untuk mcrealisasikan hak-hak akan hasrat dan tubuh perempuan yang terlepas dari represi kuasa. Karena politik feminisme tidak selesai hanya pada dekonstruksi pemikiran, rnelainkan penerapan dalam dunia praksis

This research tries to make a new perspective about women's body, looking trough the belly dance case. It starts when belly dance is appear as a dancing art which is getting negative stigmatization, because of its side of sensuality. Foucault describes how relation of power can be repress the indivdual as far as privatest thing. The deconstruction to the definition and women's body theory so that the women's body is not in the relation of power-knowledge. Judith Butler continuing Foucault trough the `liquidity of variableterm so that women's body cannot be locked in the sense of finality. The Power has never been give the voice and place to the women's desire. So that the power is always silencing the every voice and place for women's desire that desire of art included. Helene Cixous and Luce Irigaray, describes how the women need a place to express every form of women's desire. Space that women needed, can be achieved only trough the guarantee of democracy. Women, as a subject who have a citizen rights strive for the radicalization of democracy. The purpose is that the desire and women's body can be looked, and voiced so that the rights of socio-political and public guarantee of law as the first barrier can he achieved. Democracy as the facility that can be used to realize the rights of the women's body and desire liberated from relation of power. Because of the feminism politic is unaccomplished just for the deconstruction of thinking, but rather to the application of the praxis world"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S16050
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Paramita Eka Dewi
"Skripsi ini membahas mengenai sejarah Ai Qing sebagai penyair Cina dan juga menganalisis mengenai metafora yang digunakan Ai Qing dalam penulisan puisipuisinya Mei de Duihua, Wo Ai Zhe Tudi, Yi Ge Hei Ren Guniang Zai Gechang, dan Guayu Yanjing. Skripsi ini ditulis berdasarkan metode penulisan deskriptifanalitis. Hasil penulisan skripsi adalah Ai Qing adalah penyair yang menulis puisi untuk kepentingan seni dan kepentingan rakyat. Dalam penulisan puisi ia senang sekali menggunakan metafora untuk membangun suasana, menyampaikan makna, atau sebagai kritik sosial.

This writing discusses the history of Chinese poet, Ai Qing, as well as analyzing the metaphors used in the writing of Ai Qing_s Mei de Duihua, Wo Ai Zhe Tudi, Yi Ge Hei Ren Guniang Zai Gechang, dan Guayu Yanjing. This writing is written based on the descriptive-analytical method of writing. Ai Qing is a poet who wrote poetry for the sake of art and the interests of the people. In writing poetry he was delighted to use metaphors to build atmosphere, convey meaning, or as social criticism."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S12965
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anizar Abdurrahman
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1981
S13182
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prapto Yuwono
"ABSTRAK
Skripsi ini mencoba membicarakan dan mengungkapkan nilai-nilai moral apakah dan yang bagaimanakah yang mendasari bangunan karya-karya puisi penyair ini. Moral adalah kewajiban-kewajiban manusia serta yang baik dan yang buruk berkenaan dengan tindakan-tindakan manusia dan tentang unsur-unsur kepribadian manusia. Dengan perkataan lain moral ada_lah pernyataan pandangan-pandangan dan persoalan-persoalan tentang tin_dakan-tindakan kewajiban manusia berdasarkan pertimbangan baik dan buruk.
Moral di dalam karya-karya puisi penyair ini dapat dikatakan me_rupakan dasar dan kerangka pembangunnya. Karenanya di dalam setiap karya-karyanya itu seakan-akan ada keharusan penyair untuk selalu berto_lak dari nilai-nilai yang dianggapnya dapat dijadikan landasan, pedoman atau arah bagi dirinya sendiri dan yang dianggapnya baik untuk menghadapi semua persoalan-persoalan hidupnya.
Pendekatan yang dipergunakan dalam rangka itu adalah pendekatan intrinsik atau pendekatan tekstual, dengan pengutamaan perhatian ter_hadap masalah-masalah moral yang mengutamakan daya tarik dan perhatian kemanusiaan yang dipangku di dalamnya. Dengan demikian analisis dilaku_kan secara formal dan moral. Yang pertama melihat aspek moral atau so_sial sebagai sarana untuk mencapai tujuan formal, yakni aspek-aspek es_tetik karya sastra. Sedangkan yang kedua melihat bentuk sebagai sarana untuk mencapai hasil akhir yang bersifat moral atau sosial.
Hasil analisis membuktikan bahwa dari sejumlah 57 judul puisi karya penyair ini secara keseluruhan dapat dikatakan bertolak dan dil_andasi oleh nilai moral_ Ada beberapa macam nilai moral yang dihasilkan dalam rangka analisis tersebut yakni: 1. Nilai moral falsafah, 2. Nilai moral religius, 3. Nilai moral pendidikan, 4. Nilai moral sosial, 5. Nilai moral kemanusiaan, 6, Nilai moral kepribadian, 7. Nilai moral cinta, 8. Nilai moral kasih, dan 9. Nilai moral Psikologis.

"
1985
S11481
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lahore : Bazm_I-Iqbal
050 IQB
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Suhermanto Ja`far
"Iqbal merumuskan sebuah metafisika yang menekankan pada aspek dinamisitas, gerak ego yang dalam istilah Islam disebut dengan amal atau tindakan yang bermakna. Pemikiran Iqbal tentang hidup yang kreatif dengan tindakan dan aksi yang yang terus bergerak dipengaruhi oleh unsur-unsur pemikiran Nietzsche mengenai filsafat kehendak. Iqbal masih mempertahankan Tuhan dan mengemukakan argumentasi yang bisa mendamaikan kemahakuasaan Tuhan dengan kebebasan manusia. Pemikiran ontologi Iqbal lebih mengarah pada eksistensi Realitas absolut, sebagai realitas yang sebenarnya dalam hubungannya dengan manusia dan alam. Realitas yang ada menurut Iqbal merujuk pada Wujud Tuhan, Manusia dan alam, tetapi realitas yang ada dan sebenarnya ada adalah wujud dari Realitas absolut, Wujud absolut atau Ego Mutlak. Manusia dalam mencari Tuhan, kata Iqbal harus berangkat dari kemauan dan kekuatannya sendiri. Tuhan menurut Iqbal adalah hakikat keseluruhan yang bersifat spiritual. Tuhan yang digambarkan sebagai kekuatan adalah pilihan sadar seseorang yang berangkat dari kesadaran eksistensialnya. Dengan demikian, gagasan Iqbal tentang Tuhan sebagai Ego dan kekuatan, tidak lain adalah proyeksi gagasannya tentang manusia sempurna, yaitu manusia yang memiliki ego yang sangat unik dan kuat, serta pada saat-saat yang sama adalah manusia yang mampu menyerap kebaikankebaikan Tuhan ke dalam dirinya. Metafisika Iqbal tentang diri (ego) pada intinya adalah filsafat manusia yang bicara tentang diri/ego. Diri atau ego adalah titik tolak Iqbal dalam hubungannya tentang alam dan Tuhan. Hidup adalah kehendak kreatif yang oleh Iqbal disebut Soz. Pemikiran Iqbal tentang alam semesta tidak terlepas dari pemikirannya tentang Tuhan dan Diri manusia. Bagi Iqbal Alam harus dipahami sebagai suatu organisme yang selalu tumbuh tidak mempunyai batas-batas yang berkesudahan, kecuali adanya imanensi yang menjiwai dan yang memelihara keseluruhan tersebut dengan cara evolusi yang digambarkan sebagai suatu gerak menanjak yang teratur dari individu yang paling sederhana, yaitu kepribadian manusia menuju pada realitas Absolut (Ego Mutlak), yaitu Tuhan. Tindakan yang bermakna dalam metafisika Iqbal tidak hanya untuk individu dan sesama, tetapi juga berkaitan dengan yang Ilahiyah dan alam. Karena itu, tindakan-tindakan yang dilakukan manusia merupakan sebuah tindakan yang memelihara diri dari kematian. Hanya tindakan yang bermakna sajalah yang mempersiapkan manusia menghadapi kehancuran tubuh. Iqbal hendak mengubah wajah Islam menjadi agama tindakan yang menekankan pada progresivitas dan dinamisitas, sehingga perubahanperubahan dalam pemikiran Islam akan terbangun. Rekonstruksi pemikiran Islam akan terbentuk melalui ijtihad dan tindakan yang bermakna (meaningfull action).

Iqbal formulate a metaphysics which emphasizes the aspects dynamicity, ego motion in terms of Islam called charity or meaningful action. Iqbal's thoughts about the creative life within attitude and action that continues to move was influenced by elements of Nietzsche's thought about the philosophy of the will. Iqbal still maintain God and put forward arguments that could reconcile the omnipotence of God and human freedom. His ontological Thought is more directed to the existence of absolute reality, a reality which is actually in relation to man and nature . The reality ?according to Iqbal, not only refers to the manifestation of God, man and nature, but also the reality that exists and eventually exists as manifestation of the Absolute Reality, Absolute Being or Absolute Ego. Man in search of God ?said Iqbal, had to depart from its own will and power. God ?according to Iqbal, is the essence of a whole which is spiritual. God which portrayed as a force is ?in fact- an aware of one's choice based on his existential consciousness. Thus, Iqbal idea of God as ego and power is nothing but the projection of his idea of a perfect man, the man who has an ego that is very unique and strong, and at the same time capable of absorbing the good of God into himself. Iqbal metaphysics of the self (ego) ?in essence is a human philosophy which is talking about the self /ego. Self or ego is a starting point of Iqbal thought about the connection of nature and God. Life is a creative will that is called Soz. Iqbal's thoughts about the universe can not be separated from his thoughts on God and the human self. For Iqbal, nature should be understood as an organism that is always growing and doesn?t have endless boundaries, except the immanence that animates and maintains overall with the way evolution is portrayed as a regular upward simplest movement of individuals, namely the human personality toward an Absolute Reality (Absolute Ego) or God. Meaningful action in Iqbal?s metaphysics is not only belongs to individuals and others, but also relates to the divine and nature. Therefore, the actions of a man are ?in fact- an action which preserves him from the death. The meaningful action alone prepares man to face the destruction of his body. Iqbal wanted to change the face of Islam into religion which emphasizes the progressivity and dynamicity, so that the changes in Islamic thought will awaken. Reconstruction of Islamic thought will be formed through ijtihad and meaningful action."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2003
T28958
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lahore : Sheikh Muhammad Ashraf , 1944
297.01 IQB
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ketty Stefani
"Skripsi ini membahas mengenai peran besar perempuan dan alam dalam menunjang semua aspek kehidupan, keduanya merupakan sumber daya strategis yang dapat menunjang kelangsungan hidup semua elemen di bumi. Namun dominasi budaya patriarki telah merepresi eksistensi perempuan dan alam sebagai sumber kehidupan. Dominasi patriarki ini dikritik oleh ekofeminisme karena telah menghilangkan relasi spiritual perempuan dengan alam. Alam hanya dimaknai sebagai instrumen pemenuh kebutuhan hidup manusia, karena itu kegiatan konsumsi atas alam dianggap wajar dilakukan walaupun bersifat eksploitatif. Pelabelan citra perempuan sebagai konsumen terbesar mengakibatkan perempuan kehilangan nilai-nilai tradisionalnya. Perempuan juga mengalami domestikasi peran sosial yang identik dengan pemenuhan kebutuhan hidup dan kegiatan konsumsi, karena itulah perempuan dituduh sebagai konsumen perusak alam. Untuk mengakhiri permasalahan ini ekofeminisme menawarkan solusi etika kepedulian, relasi interdependency dalam tindakan nyata penyelamatan alam yang dapat dilakukan oleh semua manusia untuk mewujudkan kehidupan yang harmonis dan bebas dari bias gender.

This thesis is a study about the large role of women and nature in supporting all aspect of life. Both are a strategic resource that holds the life of all elements on earth. But, the dominating patriarchal culture has repressed women and nature?s existence as the source of life. This domination is criticized by the ecofeminism because of it vanished away the spiritual relations between women and nature. The nature is regarded as no more than an instrument that fulfills the needs of human, and because of that consumption is viewed as natural even though it is sometime exploitative. Women?s image branding as the biggest consumer has resulted in them losing their traditional values. They are also experiencing a domesticated social role that is identical with fulfilling needs and consuming, and because of that they are accused as the one who destroyed the nature. To end this problem, ecofeminism offered social ethic cares, an interdependency relationship in the act of saving nature that can be done by all human to form a life in harmony and free from gender bias."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S16174
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Primi Rizkika
"Secara sepintas, skripsi ini merupakan sebuah tulisan yang berusaha membahas unsur metafora yang terdapat pada dua puluh lima puisi Izumi Shikibu, dari tiga buah antologi kekaisaran: Shuishu, Goshuishu,dan Shinkokinshu. Ketiga antologi tersebut dianggap telah mampu mewakili puisi-puisi Izumi yang lain. Jika dilihat dari judulnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian ini lebih menitikberatkan pada unsur metafora yang ada dalam ketiga buah antologi kekaisaran: Shuishu, Goshuishu,dan Shinkokinshu.
Puisi-puisi Izumi memang banyak menampilkan kemampuan gaya bahasa, permainan kata, dan ketajaman intuisinya terhadap alam. Izumi Shikibu adalah penyair wanita yang hidup pada zaman Heian, masa kejayaan kesusastraan yang didominasi kaum perempuan. Masa ini ditandai oleh adanya kebebasan kaum wanita dalam mengekspresikan diri dan mengungkapkan perasaannya. Dilihat dari metafora-metafora dalam puisinya, dapat diduga bahwa izumi merupakan sosok wanita yang memiliki kepribadian yang sangat kompleks.
Penulisan Metafora Dalam Puisi Izumi Shikibu ini bertujuan untuk mengungkap dan menganalisis metafora yang terdapat dalam tiga antologi puisi izumi dan berusaha memberikan penafsiran akan maknanya. Teori yang dipakai dalam pembahasan ini adalah teori yang dikemukakan oleh C. Bally yang menyatakan bahwa metafora terbagi dalam tiga kelompok, yakni: metafora puitis, metafora ritual, dan metafora linguistik. Dalam penuisan ini akan lebih menitikberatkan pada metafora puitis. Metafora puistis menjadi salah satu fokus pembahasan karena bahan yang menjadi kajian berupa puisi. Penulisan ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan analisis struktur karya secara objektif, dan akan menitik beratkan pada unsur intrinsik gaya bahasanya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S13809
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>