Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 171083 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ranny Rastati
"Jepang merupakan salah satu bangsa yang mengenal budaya pemberian yang disebut zoutou bunka. Ada berbagai kesempatan untuk saling tukar-menukar pemberian salah satunya adalah pada saat ulang tahun, khususnya ulang tahun anak-anak. Salah satu elemen penting dalam budaya pemberian adalah seni membungkus hadiah yang disebut rappingu. Selain kertas dan pita, warna memegang peranan penting dalam seni membungkus hadiah.
Warna dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu warna maskulin dan feminin. Warna maskulin diperuntukkan bagi anak laki-laki, sedangkan warna feminin diperuntukkan bagi anak perempuan. Adanya pembedaan warna menjadi warna maskulin dan feminin ditentukan oleh konvensi sosial yang diwariskan secara turun-temurun. Warna pun memiliki dua buah makna, yaitu makna simbolis yang dekat dengan alam dan warna psikologis yang merupakan asosiasi psikologis yang ditentukan oleh kesepakatan masyarakat.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengutamakan kedalaman pemahaman terhadap hubungan antar konsep yang diuraikan secara deskriptif analisis. Sumber data yang dipakai berasal dari buku Quick and Easy Enchanting Gifts Wrapping tahun 2004 oleh Yoshiko Hase dan buku Rappingu to Ka-do tahun 2007 oleh Marie Takeda.
Berdasarkan analisis yang telah dikumpulkan, maka dapat disimpulkan bahwa perbedaan jenis kelamin dapat menimbulkan pembedaan penggunaan warna pada hadiah ulang tahun anak-anak. Selain itu, makna yang dikandung dalam warna pun dapat digunakan untuk menyampaikan rasa dari si pemberi kepada si penerima.

Japanese is one of the nation that having the knowledge of gift and giving culture that it called zoutou bunka. There are many occasion for gift and giving in Japan, one of them is birthday, especially children's birthday. One of the important element in Japanese gift and giving culture is the art of wrapping gifts that called rappingu. Besides paper and ribbon, color is one of the important elements for the art of wrapping gifts.
Color can be classified as two, that is masculine color and feminine color. Masculine colors are for boys and feminine colors are for girls. The differences definite by social consensus generation by generation. Color have two meanings, that is symbolical meaning, is the similarity color with the nature, and psychological meaning, is psychological association by society consensus.
This is a study that using a descriptive analysis method. This method describes the facts then continued to analyze the data. The source of data from Quick and Easy Enchanting Gifts Wrapping year 2004 by Yoshiko Hase and Rappingu to Ka-do year 2007 by Marie Takeda.
After analyzing the data it can conclude that sex can emerge the differences of using colors in children birthday gifts. Also, the color meaning can be using to deliver feel from a giver to a receiver.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S13885
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Prisca Evy Novita
"Homoseksual cenderung dianggap memiliki sifat jenis kelamin yang berlawanan dengan jenis kelamin biologisnya. Pria homoseksual cenderung bersifat lebih feminin dan wanita homoseksual cenderung bersifat maskulin. Penelitian ini ingin memberikan gambaran umum sifat maskulin dan feminin pada para pelaku homoseksual, dalam hal ini para pelaku homoseksual pria (gay). Subyek penelitian terdiri dari 33 orang gay dan 34 orang pria bukan gay. Pengumpulan data dilakukan di daerah Jabotabek dengan menggunakan alat berupa kuesioner yang disusun sesuai dengan prosedur penyusunan Bem's Sex-Role Inventory. Analisa signifikansi perbedaan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan antara kelompok gay dan kelompok bukan gay. Selain dari analisa data secara statistik, data dari observasi mendukung hasil penelitian. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pria homoseksual cenderung menampilkan sifat yang lebih feminin bila dibandingkan dengan pria heteroseksual."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1996
S2459
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cut Safrina Dahri
"Diantara banyak teknik proyektif tes yang sering dipakai dalam pemeriksaan psikologis adalah tes Wartsg. Sebagai salah satu teknik proyektif tes Wartegg memiliki kualitas nilai sebagai alat cliagnostik dan bersifat praktis sehubungan dengan waktu yang diperlukan untuk administrasi, skoring dan interpretasi. Salah satu pertimbangan yang digunakan dalam menganalisis hasil gambar adalah dengan melihat hubungan stimulus dan gambar (stimulus drawing- relations), selain dua pertimbangan lainnya yaitu isi gambar (content) dan cara. pelaksanaan (execution). Pada dasarnya, masing-masing stimulus memiliki sifat yang berbeda sehingga penting untuk melihat kesesuaian gambar yang dihasilkan subyek dengan sifat dari stimulus itu sendiri (afinitas) Stimulus tes Wartegg dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu stimulus feminin (stimulus l,2,7, dan 8) dan stimulus maskulin (stimulus 3,4,S dan 6).
Afinitas laki-laki biasanya lebih baik terhadap stimulus yang maskulin, sedangkan afinitas perempuan biasanya Iebih baik terhadap stimulus yang feminin. Perspektif mengenai peran dan stereotipi gender tidak terlepas dzui konteks budaya. Sehingga, penelitian ini bertujuan untuk melihat atinitas laki-laki dan perempuan pada sampel penelitian di Indonesia.
Penelitian dilakukan pada mahasiswa UI, Sl reguler dengan tujuan memperoleh subyek yang memiliki kecerdasan rata-rata. Teknik yang digunakan adalah melihat kesesuaian gambar subyek clengan sifat-sifat yang terkandung didalam stimulus tersebut(stimulus-drawing relations). Uji sinifikansi clilakukan untuk melihat apakah ada perbedaan afinitas subyek laki-laki dan perempuan terhadap stimulus maskulin, dan sebaliknya terhadap stimulus yang feminin.
Hasil penelitian terhadap 62 subyek yang terdiri dad 31 subyek laki-laki dan 31 subyek perempuan menunjukkan bahwa subyek laki-laki mempunyai afinitas yang baik terhadap stimulus maskulin maupun terhadap stimulus feminine. Begitu pula sebaliknya, subyek perempuan mempunyai afinitas yang baik terhadap stimulus feminin maupun terhadap stimulus maskulin. Uji signifikansi pada l.o.s menunjukkan bahwa afinitas laki-laki dan perempuan hanya berbeda pada stimulus 2 (stimulus feminin) dan stimulus 4 (stimulus maskulin).
Berdasarkan hasil penelitian, beberapa satan untuk penelitian selanjutnya adalah menambah jumlah subyek, meneliti subyek dengan karakteristik peran gender tradisional dimana pada penelitian ini mahasiswa diasumsikan lebih memiliki peran gender yang modern dan penelitian mengenai atinitas laki-laki dan perempuan terhadap stimulus maslculin dan feminin dengan mempertimbangkan pekerjaan subyek."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Tinsley (dalam Grotevant & Thorbecke,1982) mengemukakan bahwa
pemilihan bidang studi merupakan fungsi maskulinitas dan femininitas pada
mahasiswa. Padahal menurut Unger dan Crawford (1992), skor peran gender tidak
dengan mudah dapat dijadikan prediktor perilaku seseorang.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah memilih dan menekuni
bidang studi stereotipikal maskulin atau feminin, menggambarkan kecenderungan
menjalankan peran gender tertentu. Pertanyaan tersebut diformulasikan ke dalam
permasalahan apakah terdapat perbedaan jumlah (frekuensi) mahasiswa yang
gender type atau non gender type berdasar skor skala M-F secara signifikan, pada
mahasiswa Iaki-Iaki di bidang studi stereotipikal feminin (BSP) dengan mahasiswa
di bidang studi stereotipikal maskulin (BSM).
Data penelitian diambil melalui teknik sampling accidental dari 167
mahasiswa laki-Iaki Universitas Indonesia, 81 dari BSF (FlKA,FSJIP,FSJepang,
FPSI, FKG) dan 86 dari BSM (FTMESIN, FTE, FTMETAL, FTGP, FTS), melalui
kuesioner skaIa M-F yang telah valid melalui uji validitas item pada los 0,10. Data
kemudian diolah dengan teknik chi square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan jumlah
mahasiswa gender type maupun non gender type, secara signifikan antara BSF
dengan BSM. Lamanya walctu berada dalam Iingkungan BSF, yang secara
stereotipikal dianggap bidang yang biasa ditekuni perempuan, tidak menjadikan
mahasiswa BSF cenderung Iebih menjalankan peran gender yang Iebih fleksibel
atau non gender type dibanding mahasiswa BSM. Secara umum, mahasiswa Iaki-
Iaki tetap menjalankan peran gender yang gender type."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1998
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulistyawati Patricia Melati
"Dari sekian banyak tes psikologi, tes Wartegg adalah salah satu dari alat tes proyektif yang sering digtmakan dalam seleksi pegawai maupun setting klinis. Hal ini antara lain disebabkan karena tes Wartegg memiliki beberapa ketmtungan antara lain adalah waktu yang relatif singkat dalam pengadministrasian, skoring dan juga kaya dalam interpretasi. B Dalam tes Wartegg, jenis kelamin subyek memiliki arti interpretalif yang sangat penting. Hal ini disebabkan karena nilai simbolik rangsang-rangsangnya rnemiliki hubungan dengan jenis kelamin. Di dalam tes ini terdapat 4 rangsang yang disebut dengan rangsang maskulin dan 4 rangsang lainnya yang disebut dengan rangsang feminin. Dalam penelitiannya, Kinget membuktikan bahwa afinitas laki-laki lebih baik pada stimulus maskulin sedangkan aflnitas perempuan lebih baik pada stimulus feminin.
Dahii 2002, dalam penelitiannya mengenai alinitas laki-laki dan perempuan terhadap stimulus maskulin dan stimulus feminin pada tes Wartegg, mencoba membuktikan hal tersebut. Penelitian yang dilakukan dengan menyebarkan tes Wartegg kepada 62 orang mahasiswa Universitas Indonesia membuktikan bahwa baik subyek laki-laki dan subyek perempuan memiliki afinitas yang sauna baiknya terhadap stimulus feminin ,dan stimulus maskulin. Afinitas laki-laki dan perempuan pada stimulus feminin hanya berbeda pada rangsang nomor 2 sedangkan afinitas subyek laki-laki dan perempuan pada stimulus maslculin hanya berbeda pada rangsang nomor 4.
Penulis berusaha membuktikan teori Kinget ini dengan melakukan usaha replikasi dan unelitian telah dilakukan oleh Dahri. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk melihat aiinitas laki-laki dan perempuan yang berperan gender tradisional dalam menjawab stimulus feminin dan maskulin dalam tes Wartegg. Penelitian dilakukan dengan mengadministrasikan tes Wartegg kepada 2 kelompok subyek yang memiliki profesi sesuai dengan peran gender tradisionalnya yakni montir bagi laki-laki dan baby sitter bagi perempuan.
Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis menunjukan bahwa laki-lalci dan perempuan yang memiliki pekerjaan sesuai dengan peran gender tradisionalnya memiliki afinitas yang kurang lebih sama baiknya pada stimulus nomor l,2, 5 dan stimulus nomor 6. Afinitas laki-laki dan perempuan terhadap stimulus Wartegg ditemukan menunjukkan perbedaan yang signiikan pada stimulus no 3,4,7 dan 8. Pada stimulus nomor 3 dan 4 yang merupakan stimulus maskulin, jumlah laki-laki yang beraiinitas terhadap stimulus ini secara sitnifikan lebih banyak dihandingkan dengan perempuan. Sedangkan pada stimulus nomor 7 dan 8 yang merupakan stimulus feminin, jumlah perempuan yang beraktvitas terhadap stimulus ini secara signifikan lebih banyak dibandingkan dengan subyek laki-laki. Untuk dapat mempertajam hasil penelitian ini masih dibutuhkan penelitian-penelitian lanjutan di masa yang akan datang."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Jannah Maryam Ramadhani
"ABSTRAK
Keberadaan figur alternatif menarik cenderung menjadi ancaman bagi terbinanya sebuah hubungan yang romantik. Penelitian eksperimen ini bertujuan untuk membuktikan peran regulasi diri melalui pengkondisian deplesi dan non-deplesi pada partisipan dengan orientasi seksual yang berbeda, yaitu 61 heteroseksual Studi 1 dan 65 homoseksual Studi 2 ketika dihadapkan pada figur alternatif menarik yang maskulin dan feminin. Hasil kedua studi menunjukkan bahwa pengaruh pengkondisian deplesi dan non-deplesi tidak menunjukkan perbedaan pemilihan antara figur menarik yang maskulin dan feminin dan orientasi seksual partisipan. Status relasi partisipan dan lamanya hubungan yang dijalani tidak berpengaruh signifikan terhadap kecenderungan untuk memilih figur alternatif lain yang maskulin maupun feminin. Temuan penelitian yang signifikan dalam penelitian ini adalah mengenai preferensi kemenarikan yang menunjukkan bahwa laki-laki heteroseksual akan cenderung memilih figur alternatif feminin, sebaliknya perempuan heteroseksual akan cenderung memilih figur alternatif maskulin.Kata kunci: preferensi kemenarikan, regulasi diri, orientasi seksual.

ABSTRACT
The existence of interesting alternative figures tends to be a threat to the establishment of a romantic relationship. This experimental study aims to prove the role of self regulation through depletion and non depletion conditioning in participants with different sexual orientations, 61 heterosexuals Study 1 and 65 homosexuals Study 2 when confronted with attractive, masculine and feminine alternative figures. The results of both studies show that the effect of depletion and non depletion conditioning does not indicate a difference in selection between the masculine and feminine attractive figures and the participant 39 s sexual orientation. The status of the participant rsquo s relations and the duration of the relationship undertaken did not significantly influence the tendency to choose other alternate figures that were both masculine and feminine. The research findings that are significant in this study are about the attractiveness preferences that show that heterosexual men will tend to choose feminine alternative figures, otherwise heterosexual women will tend to choose alternative masculine figures.Keywords preferences of attractiveness, self regulation, sexual orientation "
2017
T48107
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manullang, Septalina
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1984
S2067
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nugroho Budi M.
"Pengevaluasian terhadap novel anak-anak pemeroleh Hadiah Buku Utama, Keluarga Bahagia, telah dilakukan. Tujuannya adalah untuk memeriksa, apakah Keluarga Bahagia merupakan bacaan anak-anak yang baik (baca: baik dan disukai). Untuk mendapatkan jawabannya, penulis melakukan evaluasi terhadap unsur-unsur struktur karya, secara intrinsik (alur, tema, latar, penokohan), serta gaya dan perwajahan buku. Hasilnya menunjukkan bahwa Keluarga Bahagia dari segi struktur dan gayanya memiliki potensi untuk menjadi bacaan anak-anak yang baik, tetapi kelemahan pada segi ilustrasinya menjadikan novel itu memiliki cacat."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1991
S11148
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pramadita Rulianthina
"Perkembangan jumlah kasus HIV/AIDS di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang signifikan dan merupakan salah satu yang tercepat di Asia. Rate kumulatif kasus AIDS Nasional sampai dengan 31 Desember 2007 adalah 4,91 per 100.000 penduduk dan sampai dengan 31 Maret 2008 sudah meningkat menjadi sebesar 5,23 per 100.000 penduduk dengan kasus AIDS tertinggi dilaporkan dari Papua, DKI Jakarta, Bali, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, Maluku, Papua Barat, Bangka-Belitung, Sulawesi Utara, dan Jawa Barat. Epidemi yang terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia ini terkonsentrasi pada beberapa sub populasi beresiko tinggi, seperti pengguna napza suntik (penasun), waria atau homoseksual dan wanita pekerja seks (WPS). Jumlah kumulatif kasus AIDS tertinggi sampai dengan 31 Maret 2008 berdasarkan laporan statistik dari Ditjen PPM & PL Depkes RI adalah pada kelompok IDU (Injecting Drug User) yaitu sebanyak 5.839 kasus.
Selama ini kajian penyakit ini lebih banyak dikaji dengan pendekatan medis, karena ada asumsi bahwa permasalahan penyakit HIV/AIDS seperti halnya penyakit-penyakit lain merupakan permasalahan medis belaka. Namun demikian dalam perkembangannya seorang penderita yang sering disebut dengan Odha beserta keluarganya tidak hanya menghadapi persoalan kesehatannya saja, tetapi dalam kehidupan sehari-harinya Odha dan keluarga Odha juga menghadapi permasalahan psikososial, yakni mendapat stigma sampai dengan perlakuan yang diskriminatif baik dari lingkungan sekitar maupun dari tenaga medis sendiri, serta permasalahan ekonomi.
Penelitian ini merupakan studi lanjut dari hasil studi keluarga dan anak-anak rawan HIV dan AIDS yang dilakukan di tujuh provinsi di Indonesia tahun 2007 oleh Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia (PPKUI) bekerjasama dengan UNICEF, dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Informan dalam penelitian ini adalah Odha karena penggunaan narkoba dengan jarum suntik dan keluarganya, termasuk di dalamnya adalah orangtua, suami/istri, anak saudara maupun pengasuh.
Dalam pelaksanaannya, penelitian ini berhasil mengungkapkan bahwa masih banyak terjadi perilaku diskriminatif pada Odha dan keluarganya, khususnya pada Odha dan keluarga Odha karena penggunaan narkoba dengan jarum suntik. Odha dan keluarga mendapat stigma dan diskriminasi bukan dari penyakitnya tetapi dari penggunaan narkoba suntiknya. Hal ini merupakan masalah psikososial bagi Odha dan keluarganya. Beberapa upaya yang dilakukan Odha terhadap masalah tersebut adalah dengan mengisolasi diri dari lingkungannya, membuka diri dengan memberitahukan penyakitnya kepada orang-orang yang dianggapnya dekat, bersikap hidup positif dan selalu berserah diri pada Tuhannya, dan membentuk jaringan sosial dengan sesama Odha dalam rangka berbagi perasaan, penderitaan, dan informasi. Sementara upaya yang dilakukan keluarga Odha antara lain dengan senantiasa memberikan perawatan dan dukungan psikologis bagi Odha. Selain itu, masalah ekonomi juga kerap terjadi di dalam keluarga. Hal ini dikarenakan sebagian besar merupakan keluarga miskin, dimana keluarga sering mengalami kesulitan dalam hal biaya pengobatan maupun biaya perawatan pencegahan.
Permasalahan yang terjadi pada Odha dan keluarga Odha ini perlu mendapatkan perhatian dari berbagai kalangan masyarakat, terutama dari praktisi kesehatan dan lembaga-lembaga formal maupun non-formal pelaksana program yang terkait dengan HIV/AIDS agar tidak terjadi perlakuan diskriminatif yang pada akhirnya dapat menghambat upaya pencegahan HIV/AIDS itu sendiri."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>