Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 117091 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dave Akbarshah Fikarno
"ABSTRACT
The aeronautics industry is of major importance for a country such as Indonesia
that comprises of islands. Apart from that matter, global development makes this
industry as one of the main factor of creating communication among nations. But
it is such a shame that in recent years, Indonesia?s aeronautic industry has been
in dire states. This was caused by low safety flying standards, indicated by major
airline accidents that prohibited Indonesia?s airlines to enter the European
Union.
The heart of the matter in this thesis is ?Why are Indonesia?s airline?s security
standards still so low?? By knowing the crux of the matter of such low security
levels in the airlines industry, I thereby, have certain strategies to increase such
security standards in Indonesia?s aeronautics industry.
The methodology in this thesis is divided into two parts, the first being a method
of evaluating the airlines institution performances to create safety flying
procedures. From the result of undergoing such a research, it was found that each
airlines institution contributes towards such low-key safety flying standards.
The result of research on consumer behaviour shows that the majority of
Indonesian airlines consumers do prefer cheaper rates. Making strategies of
cheaper tariffs is quite an effective application.
This, therefore, brings to conclusion that each airlines institution in Indonesia
lacks quality performance, and therefore, every sector is contributing towards low
safety flying procedures. Cheap tariffs is surely a potential risk towards low
maintenance costs for the airplanes, which would eventually cause low safety
conditions in Indonesia?s airlines industry.
"
2009
T 26298
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Joifadi
"ABSTRAK
Penelitian utama Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan strategi kompetitif
Emirates dan SkyTeam dalam hal keberlanjutan mereka. Proyek penelitian mencoba untuk
menjawab pertanyaan apakah penerbangan non-aliansi seperti Emirates dapat mempertahankan
posisi kompetitif mereka di pasar tanpa bergabung aliansi maskapai. Kerangka teoritis seperti
berbasis sumber daya view (RBV) dan kemampuan dinamis diterapkan untuk proyek ini.
Tinjauan literatur Bab mengidentifikasi sumber spesifik keunggulan kompetitif yang
berkelanjutan (misalnya kepemimpinan biaya dan diferensiasi). Manfaat utama dan kelemahan
bergabung aliansi maskapai disebutkan di bagian teoritis. Secara khusus, aliansi maskapai
penerbangan memiliki lebih banyak sumber daya yang mereka miliki dan basis pelanggan yang
lebih besar. Hal ini ditemukan bahwa Emirates memiliki model bisnis yang sangat hemat biaya
dan dapat bersaing secara efektif tanpa bergabung aliansi maskapai. Disarankan bahwa peneliti
masa depan di lapangan harus menyelidiki lebih lanjut hipotesis operasional mengenai manfaat
dan kelemahan yang terkait dengan bergabung aliansi penerbangan di industri penerbangan
komersial global

ABSTRACT
The main research aim of this study is to compare the competitive strategies of Emirates and
SkyTeam in terms of their sustainability. The research project attempts to answer the question
whether non-alliance airlines such as Emirates can sustain their competitive position in the
market without joining airline alliances. Such theoretical frameworks as the resource-based view
(RBV) and dynamic capabilities are applied to this project. The literature review chapter
identifies specific sources of sustainable competitive advantage (e.g. cost leadership and
differentiation). The key benefits and drawbacks of joining airline alliances are mentioned in the
theoretical part. Specifically, alliance airlines have more resources at their disposal and a larger
customer base. It is found that Emirates has a very cost-efficient business model and can
compete effectively without joining airline alliances. It is recommended that future researchers in
the field should further investigate the operational hypotheses concerning the benefits and
drawbacks associated with joining alliance airlines in the global commercial airlines industry"
2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurmaya Annisah
"Persaingan dalam dunia bisnis penerbangan semakin bergejolak akhir-akhir ini. Strategi "low cost airline" atau strategi berkonsep murah menjadi tren yang sedang naik daun. Namun yang jelas Pemerintah Indonesia sampai detik ini belum pernah mengumumkan adanya Low Cost Airline.
Kebijakan pemerintah di bidang angkutan udara membawa dampak positif dan negatif bagi industri penerbangan. Sisi positif ditandai dengan peningkatan sisi pelayanannya karena adanya persaingan yang ketat, operasi yang lebih efisien dan efektif, serta harga tiket yang relatif murah sehingga bisa dinikmati konsumennya dan tidak hanya terbatas konsumen lama tetapi juga konsumen baru. Istilah Garuda, membidik pasar menengah ke bawah. Sedang sisi negatifnya adalah apabila manajemen maskapai penerbangan tidak mampu bertahan dengan situasi bersaing, maka kemungkinannya hanya dua, pertama, perusahaan tidak akan mampu bersaing dalam pasar, yang kedua apabila dipaksakan, faktor kenyamanan dan keselamatan konsumen dapat diabaikan. Kecenderungan yang terjadi di pasar adalah tarif yang ditawarkan kepada pelanggan jauh berada di bawah publish fare. Kondisi ini terjadi karena keadaan pasar airline business saat ini adalah penawaran lebih besar daripada permintaan. Penawaran disini dimaksudkan banyaknya perusahaan penerbangan yang masuk pasar, sedangkan permintaan seat dan space lebih kecil dari seat dan space yang tersedia. Akibatnya timbul persaingan yang tajam dan tidak sehat di antara perusahaan penerbangan dalam menentukan tarif yang akan diberlakukanya dari segi produk, promosi dan saluran distribusi hampir semua perusahaan penerbangan yang beroperasi baik di domestik maupun di dunia internasional, memiliki pola yang hampir sama. Hal ini menyebabkan perusahaan penerbangan baik penerbangan domestik maupun penerbangan internasional melakukan kebijakan tarif yang jauh lebih rendah dari tarif batas atas, sehingga pemerintah mengambil tindakan menetapkan tarif referensi.
Inovasi dan diversifikasi usaha juga dapat menjadikan perusahaan tetap bersaing dan bermain dalam pasar. Inovasi dilakukan terhadap penetapan tarif, untuk itu Garuda melakukan product differentiation & innovative pricing (multiple-price) berdasarkan customer value setiap sub-classes dengan tujuan Garuda dapat mengambil lebih banyak surplus produsen dengan sub-classes jika dibanding single price. Pola Nub & Spoke memungkinkan perusahaan penerbangan mengurangi atau menekan biaya operasinya dengan cukup signifikan: Dengan demikian mampu meningkatkan efisiensi dan menawarkan pelayanan angkutan udara kepada para konsumennya dengan harga yang cukup murah. Diversifikasi juga dilakukan Garuda dengan membuat produk citilink. Citilink dari Garuda merupakan product differentiaton yang bertujuan untuk membidik pasar menengah ke bawah menjadi strategi yang baik dalam meningkatkan performance perusahaan.
Pada dasarnya Regulasi di bidang angkutan udara niaga berjadwal yang mengetengahkan masalah penyelenggaraan udara, penetapan tarif dan juga kebijakan persaingan dapat dikatakan cukup memadai dan merespon keinginan masyarakat. Deregulasi yang terjadi pada kebijakan penyelenggaraan angkutan udara dan penetapan tarif membuka kompetisi di udara, sehingga menciptakan iklim kondusif bagi industri penerbangan itu sendiri. Sementara kebijakan persaingan merupakan suatu pendekatan baru dalam sistim hukum kita, oleh karena itu dapat dimaklumi apabila substansi dan cara pemecahannya masih diperlukan pengalaman dan pemahaman baik dari dunia usaha, pemerintah dan lembaga penegak hukum."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T13240
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rendy Ismachria
"Penelitian ini dimaksudkan untuk mengkaji faktor yang menyebabkan delay di sisi udara (Airfield delay) pada Bandara Ngurah Rai. Observasi dilakukan untuk melihat pengaruh faktor-faktor penyebab airfield delay yang mengakibatkan gangguan operasional penerbangan di Bandara Ngurah Rai. Metode yang dilakukan adalah melakukan pengamatan secara langsung terhadap variable push back time, taxing time dan waiting time dengan cara menghitung waktu pergerakan pesawat di setiap variable. Pengolahan data dilakukan dengan cara uji korelasi dan regresi, kemudian hasilnya nilai koefisien determinasi (r2) adalah 0.650, sehingga dapat dikatakan bahwa Push Back, Taxiway dan Waiting Time berkontribusi 65% terhadap Delay Airfield, sisanya karena faktor-faktor lain. Selain itu dilakukan uji Chi-Square untuk membandingkan waktu hasil observasi dengan waktu yang dipersyaratkan oleh pihak bandara. Berdasarkan hasil uji Chisquare menyebutkan bahwa waktu hasil observasi untuk ketiga variabel lebih besar dari waktu yang di persyaratkan. Waktu rata-rata hasil observasi push back time 296,46 detik, taxing time 443,60 detik dan waiting time 243,14 detik sedangkan waktu rata-rata yang dipersyaratkan oleh pihak bandara push back time 180 detik, taxing time 360 detik dan waiting time 120 detik.

This study aimed to examine the factors that cause delay in the air (Airfield delay) at the Ngurah Rai Airport. Observations carried out to see the influence of underlying factors that lead to disruption delay Airfield flight operations at Ngurah Rai Airport. Method that does is make direct observations of the variable push-back time, taxing time and waiting time by calculating the movement of aircraft in each variable. Data processing is done by means of correlation and regression testing, then the result value of the coefficient of determination (r2) is 0,650, so it can be said that the Push Back, Taxiway and Waiting Time Delay contribute 65% of the Airfield, the remainder due to other factors. Besides Chi-Square test performed to compare the observations with the time required by the airport. Based on the results of Chi-square test states that the observations for the third variable is greater than the time requisite. The average time of observation push back time 296.46 seconds, 443.60 seconds taxing time and waiting time 243.14 seconds while the average time required by the airport push back time of 180 seconds, 360 seconds taxing time and waiting time 120 seconds."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
T31774
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Affan Fauzi
"Persaingan dari maskapai penerbangan semakin tinggi dengan adanya konsep penerbangan murah atau lebih dikenal sebagai low cost carrier. Penerbangan domestik antara Jakarta-Surabaya merupakan salah satu rute penerbangan dengan jumlah perjalanan terbanyak dalam satu hari. Tesis ini membahas bagaimana Company Reputation memberikan pengaruh terhadap Purchase Intention. Selain itu penelitian dilakukan dengan melihat pengaruh Company Reputation terhadap Customer Identification, Customer Trust, dan Customer Commitment untuk menentukan Purchase Intention dan Willingness-to-pay. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode Structural Equation Modelling SEM.

Competition from airlines are more higher with the concept of low cost or better known as a low cost carrier. Domestic flights between Jakarta Surabaya is one of the most number of trips in a single day. This thesis describes how the Company Reputation influence on Purchase Intention. In addition, research conducted by the influence of the Company Reputation toward Customer Identification, Customer Trust and Customer Commitment to determine the Purchase Intention and Willingness to pay. The study was conducted using Structural Equation Modeling SEM."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iwan Hermawan R.S.
"Dalam penelitian ini, penulis berupaya menunjukan bagaimana Analytic Netwwork Process (ANP) yang merupakan kombinasi PEST Analysis (Politic, Economy, Social and Technology Factors) sebagai drivers terhadap Five Forces of Competition (Michael Porter), dapat digunakan untuk melakukan asesmen terhadap seleksi jalur penerbangan internasional yang merefleksikan sintesis aspek Benefits, Opportunities, Costs dan Risks. Kompleksitas dalam menentukan jalur penerbangan internasional memerlukan model yang mampu melakukan evaluasi berbagai faktor atau elemen dari dimensi yang berbeda. Dimensi-dimensi tersebut diperlukan untuk membangun urutan berdasarkan aspek yang paling berpengaruh atau paling dominan dalam melakukan asesmen dalam kerangka pembukaan jalur penerbangan baru Jakarta -- Manila, Jakarta - Mumbai (Bombay) dan Surabaya - Hongkong.
ANP terdiri dari empat jenis dimensi yang disebut Control Hierarchy yaitu : Benefits, Opportunities, Costs dan Risks. Setiap dimensi tersebut merupakan filter untuk menakar masing-masing elemen atau cluster dalam PEST.
Untuk membangun cluster dan elemen dalam model ANP, penulis menggunakan drivers terhadap Five Forces of Competition (Porter) yaitu PEST ditambah dengan E (Environment) menjadi PESTE. Elemen E merupakan rujukan dari Stephen Shaw dalam " Airline Marketing and Management " yang merupakan elemen total dalam melakukan potret terhadap lingkungan tugas terutama perusahaan penerbangan.
Hasil final menunjukan bahwa jalur penerbangan baru yaitu Surabaya - Hongkong lebih ataktif dibandingkan dengan Jakarta - Manila atau Jakarta - Mumbai. Hal ini konsisten dengan berbagai inforrnasi yang penulis peroleh sebelumnya berkaitan dengan elemen yang menjadi dasar pertimbangan yang mengarah bahwa Surabaya - Hongkong lebih potensial dibandingkan Jakarta - Manila ataupun Jakarta - Mumbai.

In this research, the author has tried to take effort as to show how Analytic Network Process (ANP) that constitutes combination of PEST Analysis (Political, Economic, Social and Technological Factors) having function as drivers against Five Forces of Competition (Michael Porter), can be used in order to carry out assessment against selection of international airline route that reflects synthesis of aspects of Benefits, Opportunities, Costs and Risks. Complexity in determining the best of international airline route needs a model that is capable to evaluate several factors or elements from different dimension. Such dimensions are needed in order to establish sequence based on the most influencing or the most dominant aspect in conducting assessment in the framework to open new international route for Jakarta - Manila, Jakarta Mumbai (Bombay) and Surabaya - Hongkong.
Analytic Network Process consists of four types of dimensions called Control Hierarchy i.e : Benefits, Opportunities, Costs and Risks. Each of such dimensions constitutes filter that can be used to measure each element or cluster in PEST.
In order to establish cluster and element in ANP model, the author has used drivers against Five Forces of Competition (Porter) i.e., PEST added by E (Environment) to become PESTE. The element of E constitutes a reference from Stephen Shaw in "Airline Marketing and Management" that constitutes total element in conducting portrait against the scope of duty mainly airline industry.
The final result shows that the best choice i.e., Surabaya --- Hongkong is considered as more attractive if compared with Jakarta - Manila or Jakarta - Mumbai. This case is consistent with several information obtained previously by the author relating to the element becoming basis of consideration leading to the opinion that Surabaya - Hongkong is more potential if compared with Jakarta - Manila or Jakarta-Mumbai.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T22366
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuyu Yusran Kasim
"Tesis ini membahas tentang valuasi terhadap nilai perusahaan Garuda Indonesia dengan menggunakan metode present value terhadap arus kas dari EBITDAR yang telah disesuaikan ditambah dengan nilai valuasi dari hidden value yang dianalisis dengan mengasumsikan sebagai option. Langkah-langkah dalam valuasi dimulai dengan pemahaman masa lampu, analisis terhadap laporan keuangan, proyeksi laporan keuangan dan perhitungan nilai saham perusahaan. Proyeksi arus kas dibuat selama empat tahun dengan mempertimbangkan laporan keuangan historis, strategi perusahaan dan pengaruh faktor-faktor eksternal baik dari perkembangan makroekonomi maupun kemajuan yang dicapai oleh industri penerbangan dunia.
Hasil valuasi menunjukkan bahwa harga per-lembar saham Garuda Indonesia saat ini masih lebih tinggi dari harga di bursa.Begitu pula dengan hasil komparasi menggunakan faktor pengali industrinya yang menunjukkan harga yang lebih tinggi. Kenyataan ini menunjukkan bahwa terdapat faktor-faktor lain di luar kondisi yang ada yang mempengaruhi pergerakan harga saham Garuda Indonesia seperti resiko industri, aktifitas bursa (right issue Bank Mandiri), maupun pertimbangan terhadap restrukturisasi hutang perusahaan yang terus berjalan.

This thesis discusses valuation of Garuda Indonesia using net present value of adjusted EBITDAR cash flow added with hidden value which was calculated with real option assumption. Valuation steps started with understanding the past, analysis of financial statements, proforma projection of financial statement and valuation of the firm. Cash flow projection composed for four years based on hystorical financial statements, corporate strategies, and external factors either macroeconomy conditions or achievements of world airlines industry.
Valuation result shows that shares price of Garuda Indonesia is higher than market price at this moment. So does with comparable valuation result using industry multiply still shows the higher price. There are several factors cause this condition influencing the volatility of Garuda Indonesia share price such as industry risks, bourse activities, and consideration of on-going corporate-debt restructuring.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2011
T21748
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Taviana Dewi K
"ABSTRAK
Pada saat ini PT Garuda Indonesia dalam peijalanan menuju ?world class airline?. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, kinerja perusahaan perlu terus ditingkatkan. Salah satu upaya yang telah dilakukan adalah meningkatkan kinerja karyawan dengan pemahaman akan nilai-nilai kerja sebagai landasan sikap kerja yang menjadi pedoman dalam menjalankan tugas.
Dalam mengevaluasi kinerja karyawan diperlukan komponen yang dapat mendukung sistem tersebut dan dapat dipakai sebagai tolok ukur kinerja karyawan. Salah satu cara dalam mengukur kinerja karyawan adalah penilaian prestasi kerja (performance appraisal).
Awak kabin PT Garuda Indonesia dalam fungsinya sebagai 'operating core' menjadi pendukung langsung fungsi layanan penerbangan. Hal ini membawa konsekuensi bahwa awak kabin melakukan aktifitas dasar yang berhubungan langsung dengan produk/jasa. Dalam menjalankan fungsinya awak kabin berpedoman pada Standard Operating Procedures (SOP) yang penjabaran/petunjuk pelaksanaannya secara teknis diatur dalam Cabin Attendant Manual (CAM) dan Purser's Handbook serta tetap mengacu pada prosedur kinerja standar (standard performance procedures).
Pada saat ini sistem penilaian prestasi kerja awak kabin PT Garuda Indonesia menggunakan tolok ukur yang sama dengan sistem yang digunakan bagi pegawai lainnya (pegawai darat, penerbang dan juru mesin udara). Oleh karena itu, diperlukan sistem penilaian prestasi kerja yang tepat sesuai dengan analisis jabatan awak kabin serta sistem yang dapat memotivasi awak kabin dalam meningkatkan kinerjanya agar mendukung kualitas layanan penerbangan.
Salah satu alternatif sistem penilaian yang sesuai untuk jabatan awak kabin adalah dengan menerapkan teori sistem manajemen kinerja (performance management system) dari Konsultan Hay yang dimodifikasi dengan sistem skala rating (rating scale). Proses sistem manajemen kinerja merupakan suatu proses yang berkesinambungan antara : a) Penetapan Kinerja (sasaran pokok dan sasaran kompetensi) atau juga disebut Goal Setting (untuk awak kabin menggunakan standard performance), b) Pembinaan (Coaching) yang dilakukan secara formal maupun informal, c) Penilaian Kinerja (Performance Review), d) Imbalan (Reward).
Modifikasi sistem manajemen kinerja dengan rating scale, yaitu dalam hal pencatatan keputusan tentang kinetja dalam suatu skala.
Faktor-faktor yang dinilai dalam sistem manajemen kinerja awak kabin berkaitan Iangsung dengan key result area dan kompetensi awak kabin dalam menjalankan tugasnya. Penggabungan dua metode ini merupakan model yang tepat untuk awak kabin, karena sesuai dengan basil analisis jabatan awak kabin dan diharapkan dapat memotivasi awak kabin dalam menjalankan tugasnya.
"
1997
T 17251
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sherly Selvianita
"ABSTRAK
Penyelenggaraan penerbangan perintis di Indonesia berkembang sesuai dengan
program prioritas pemerintah dalam mengembangkan konektivitas wilayah di
Indonesia. Tujuan pengembangan penerbangan perintis adalah mendorong
pertumbuhan perekonomian setempat dengan membuka akses lebih luas.
Penelitian ini membahas perkembangan penerbangan perintis di wilayah Nusa
Tenggara Timur, dengan mengkaji pengaruhya terhadap rute penerbangan dan
pendapatan domestic regional bruto, serta potensinya untuk dikembangkan
menjadi penerbangan komersil. Tujuh rute penerbangan dianalisis dengan titik
pusatnya di bandara Kupang. Hasil penelitian menyatakan bahwa pdrb dan jumlah
rute memberi pengaruh nyata terhadap keberhasilan penyelengaraan perintis,
sedang jumlah penduduk diwilayah yang dilayani bukan merupakan faktor
pendukung. Terhadap fungsi sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi hanya
tiga rute penerbangan yang peran dari penyelenggaraan penerbangan perintis yaitu
Bandara Haliwen di Kabupaten Belu Atambua, Bandara H Aroeoesman di
Kabupaten Ende dan Bandara Umbu Mehang Kunda di Kabupaten Sumba Timur
Berdasarkan tingkat keterisianya (occupancy rate) menunjukan nilai lebih kecil
dari 50% untuk seluruh rute penerbangan, kecuali untuk rute Kupang-Sabu (pp).

ABSTRACT
Implementation of Indonesian aviation pioneer in developing in accordance with the
government's priority programs in developing connectivity in Indonesian territory. The
purpose is to encourage the development of aviation pioneer growth of the local economy
by opening wider access. This study discusses the development of the aviation pioneer in
the area of East Nusa Tenggara, with pengaruhya assess the cost and the regional gross
domestic income, as well as its potential to be developed into a commercial flight. Seven
flights were analyzed with the center point at Kupang airport. The study states that the
GDP and the number of these had a significant effect on the success of the organization
of the pioneer, being the number of residents in the area which served not a contributing
factor. To function as a driver of economic growth in just three routes that the role of
organizing the aviation pioneer Haliwen These Atambua in Belu district, H Aroeoesman
airport in Ende and Umbu Mehang Kunda Airport in East Sumba. Based occupancy rate
indicates the value is smaller than 50% for the entire route flight, except for the Kupang-
Sabu(pp)."
2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Porkas M.
"RINGKASAN EKSEKUTIF
Sebagai suatu negara yang wilayahnya terbentuk dari ribuan pulau yang menyebar dari
sabang sampai merauke, dan dengan penyebaran penduduk yang tidak merata, sistem dan
sarana transportasi merupakan hal yang penting. Transportasi sangat mendukung kegiatan
ekonomi, politik, pertahanan keamanan dan sosial budaya dalam kerangka pembangunan
nasional. Dengan kondisi geografis Indonesia, transportasi udara menjadi semakin penting
untuk menjangkau wilayah-wilayahnya.
Beberapa kebijaksanaan pemerintah yang berkaitan dengan penerbangan nasional
mengakibatkan perubahan iklim bagi bisnis jasa angkutan udara. Adanya kebijakan
pemerintah dalam pengembangan periwisata, sektor perhubungan udara harus dapat
mendukung atau mengakomodir kepentingan ini. Adanya laju perfumbuhan pariwisata yang
sangat tinggi, mengakibatkan pemerintah membuka pintu bagi maskapai penerbangan asing
untuk terbang langsung ke kota-kota tersebut:
Kebijakan "Limited Open Sky" yang diberlakukan pemerintah memberi dampak pada
peningkatan persaingan dalam bisnis jasa angkutan udara domestik dan intemasional. Hal ini
menjadi ancaman serius bagi maskapaipenerbangan asional jika tidak mempersiapkan diri
menjadi profesional dalam bidangnya. Bagi Garuda Indonesia sebagai maskapai
penerbangan pembawa bendera, untuk dapat bersaing harus menunjukan kinerja sebagi
"World Class Airline".
Untuk dapat menjadi "World Class Airline", Garuda lnd nesia selayaknya mempunyai
kinerja tepat waktu antara 90 % hingga 95 %. Ada beberapa alasan bagi maskapai
penerbangan untuk memfokuskan diri pada ketepatan waktu jadwal penerbangan. Pertama,
akan meningkatkan efisiensi pasar. Kedua, membuat pemanfaatan jam terbang pesawat
menjadi lebih baik. Ketiga, mencegah kerugian dari segi keuangan karena adanya tambahan
biaya dan kerugian komersil.
Bagi para pemakai. jasa angkutan udara, ketepatan waktu merupakan faktor yang
penting setelah keselamatan penerbangan ketika mereka memilih maskapai penerbangan
yang akari digunakan. Ketepatan waktu dan konsistensi jadwal penerbangan menjadi salah satu ukuran bagi kinerja sebuah maskapai penerbangan. Kinerja yang baik akan
meningkatkan preferensi pemakai jasa angkutan udara untuk menggunakan maskapai
penerbangan tersebut.
Dan data yang dikumpulkan, masalah teknik merupakan penyebab tertinggi penundaan penerbangan. Hal mi berhubungan dengan umur dari pesawat yang digunakan. Sebagian besar pesawat berbadan lebar yang dimiliki Garuda Indonesia sudah cukup tua. Terlihat dan lebih tingginya persentase penundaan pada penerbangan internasional dibandingkan domestik. Umur pesawat merupakan hanya salah satu penyebab penundaan penerbangan internasional lebih tinggi, adanya penumpang connecting dari Jakarta ke daerah lain juga merupakan penyebab.
Terjadinya keterlambatan dan atau pembatalan jadwal penerbangan dapat disebabkan
oleh penggunaaii jam terbang pesawat yang terlalu tinggi. Hal mi terjadi pada penggunaan Boeing 737, jika ada satu pesawat masuk hanggar lebih dari satu hari maka perusahaan hams membatalkan beberapa penerbangannya. Pemanfaatan jam terbang Boeing 737 saat mi terlalu padat, perawatan harlan hanya dapat dilakukan pada malam hari dan sangat terbatas. Keadaan mi mempengaruhi kondisi pesawat dimasa selanjutnya. Garuda Indonesia selayaknya mengunangi jumlah pemanfaatan jam terbang tersebut agar dapat menjalankan jadwal dengan konsisten dan memiliki citra baik.
Jumlah peralatan pendukung di darat bagi pesawat, seperti Ground Power Unit (GPU),
AC Car, Conveyer Belt, Highloader, dan sebagainya yang tidak seimbang dengan jumlah keberangkatan akan menjadi penghambat kelancaran persiapan. Jumlah peralatan yang ada saat mi di Garuda Indonesia sangatlah dirasakan kurang. GPU, GTC dan AC Car yang dapat digunakan kurang lebih 4 buah, padahal pesawat yang membutuhkan melebihi jumlah tersebut. Demikian juga terjadi pada peralatan pendukung lainnya.
Dukungan dari manajemen dalam mengantisipasi kekurangan sarana dan prasarana
hams segera dilaksanakan. Pengalihan pada pihak ketiga dapat menjadi salah satu pilihan selain membeli sendiri. Pilihan mana yang akan dipilih tergantung pada perhitungan balk secara keuangan maupun operasional.
Persiapan di area ramp yang efektif dan efisien akan sangat berpengaruh besar dalam
persiapan penerbangan. Jalur kritis dalam persiapan ini, dapat disimpulkan adalah
pemasangan garbarata, disembarkasi penumpang, persiapan awak kabin, embarkasi
penumpang, persiapan dokumen penerbangan, final check dan pelepasan garbarata.
Koordinasi yang dilakukan oleh Ramp Dispatcher pada persipan mi harus cermat sehingga akan menjamin ketepatan waktu.
Persiapan lain, seperti penanganan peumpang saat check-in, penanganan bagasi dan
kargo, kedatangan crew ke pesawat, pengisian bahan bakar, menaikan makanan ke pesawat, dan transit check juga dapat membuat penundaan penerbangam Kontribusi pengaruhnya kegiatan itu tidak terlalu besar bagi penundaan keberangkatan. Meskipun demikian tidak boleh lepas dari monitor dari Ramp Dispatcher.
Selain hal-hal yang dapat dikontrol oleh perusahaan, terdapat juga penyebab
penundaan yang diluar kontrol perusahaan. Cuaca, ATC Clearance, Imigrasi, VVIP
merupakan sebagian dari penyebab penundaan penerbangan yang di luar kontrol perusahaan. Adanya penyebab mi megakibatkan sebuak maskapai penerbangan tidak akan mungkin untuk memiliki ketepatan waktu penerbangan hingga 100%.
Dukungan sumber daya manusia yang profesional merupakan hal yang utama daiam
meminimalkan jurnlah penundaan penerbangan. Profesionalisme sumber daya manusia dapat dicapai melalui pelatihan dan pendidikan formal maupun non-formal. Peranan Pusat Pendidikan dan Latihan (Pusdikiat) sebagai "Center of Excellent" sangat diperlukan untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang berdayaguna.
Dukungan dapat diberikan dengan menyediakan jenis dan frekuensi kursus yang
memadai. Kesulitan untuk mendapat kesempatan mengikuti kursus yang berkaitan dengan tugasnya dirasakan saat ini oleh Ramp Dispatcher, demikian juga dengan bidang kerja lainnya. Pusdikiat harus mampu menyusun jadwal sehingga setiap karyawan memiliki kesempatan lebih banyak. Demikian pula dengan pemilihan jenis kursus yang berkaitan dengan penerbangan dan selalu diperbaharui mengikuti perkembangan dalam dunia penerbangan.
Tujuan untuk meminimalkan penundaan keberangkatan penerbangan akan dapat
terlaksana jika semua sadar akan pentingnya jadwal yang tepat waktu bagi pemakai jasa angkutan udara. Dukungan dari tingkat manajemen hingga petugas lapangan dan pusat pendidikan dan latihan PT Garuda Indonesia untuk menciptakan sumber daya manusia yang profesional, perlu ditingkatkan untuk menjadikan maskapai penerbangan Garuda Indonesia menjadi "World Class Airline".
"
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>