Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 188857 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Namira Suada Bachrie
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara jenis sekolah dengan identifikasi nilai moral individualisme terhadap kesadaran sosial siswa SMA di Jakarta. Kesadaran sosial adalah representasi jiwa seseorang akan dirinya dan orang lain (Wegner & Guiliano, 1982 dalam Sheldon, 1996). Seratus tujuh puluh dua siswa dan siswi dari SMA negeri dan SMA swasta di daerah DKI Jakarta direkrut melalui convenient sampling. Penelitian ini menggunakan kuesioner Social Awareness Inventory (SAI) dari Sheldon (1996) yang mengukur tingkat dan bentuk kesadaran sosial. Setiap pertanyaan dalam SAI diukur dengan Skala-Likert (1 = sangat tidak sesuai dengan karakter diri saya; sampai 4 = sangat sesuai dengan karakter diri saya). Seluruh dimensi bentuk kesadaran sosial dalam SAI memiliki tingkat reliabilitas yang baik, berkisar antara á = .74 sampai á = .84.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang berarti antara jenis sekolah dengan kesadaran sosial siswa SMA, dimana siswa SMA swasta juga lebih cenderung dari siswa SMA negeri dalam menunjukkan bentuk kesadaran sosial yang merujuk kepada diri mereka sebagai target penilaian. Secara keseluruhan, tidak terdapat hubungan yang berarti antara identifikasi nilai moral individualisme dengan kesadaran sosial siswa SMA. Akan tetapi, siswa SMA yang individualistis lebih cenderung menunjukkan bentuk kesadaran sosial yang termasuk dalam faktor motivasi autonomi, sedangkan siswa SMA yang tidak individualistis lebih cenderung menunjukkan bentuk kesadaran sosial yang termasuk dalam faktor motivasi kontrol.
Terakhir, terdapat hubungan yang berarti antara jenis sekolah dengan identifikasi moral individualisme terhadap tingkat kesadaran sosial, dimana hubungan antara keduanya hanya terdapat pada siswa SMA swasta. Siswa SMA negeri dan swasta yang tidak individualistis juga lebih cenderung menunjukkan bentuk kesadaran sosial yang termasuk dalam faktor motivasi kontrol.
The aim of the current study was to examine the relationship between school types and identification to individualism on secondary student?s social awareness. Social awareness is one?s mental representation of either onself or another person (Wegner & Guiliano, 1982 in Sheldon, 1996). One hundred and seventy two secondary students in DKI jakarta were recruited through convenient sampling. The current research used Social Awareness Inventory (SAI) from Sheldon (1996) in assessing the level of social awareness as well as the eight forms of social awareness. All questions in SAI were assessed using Likert-Scale (1 = very uncharacteristic of me; to 4 = very characteristic of me). All dimensions of social awareness form showed good level of reliability between á = .74 to á = .84.
The results revealed a significant relationship between school types and secondary students? social awareness. Also, compare to public high school students, private high school students tend to show more of the social awareness form which pointed themselves as target. There was no relationship between identification to individualism and secondary students? social awareness. However, the results showed that individualistic students tend to show the form of social awareness included in autonomy-oriented motivational factor, where students who did not consider themselves as individualistic tend to show the form of social awareness included in control-oriented motivational factor.
Lastly, there was a significant relationship between school types and identification to individualisme on the level of social awareness where the effect of both variable was found only in private high school students. Both students from public and private high school tend to show the form of social awareness included in control-oriented motivational factor.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nuri Purwanti
"Tesis ini mencoba melihat mengenai implementasi nilai-nilai "Budi BAMBU" (Baik Arif Mumpuni Berani Ulet ) dengan menggunaan pisau analisa dari Lickona. BAMBU, merupakan nilai-nilai budi strategis yang dikembangkan untuk membangun karakter di SMAN 106 Jakarta. Jenis penelitiannya adalah studi kasus, dasar ini yang kemudian mengarahkan pada pendekatan kualitatif sebagai metode yang digunakan. Data kuantitatif digunakan untuk mendukung proses analisa yang dilakukan. Informan yang dipilih dalam proses pencarian data merupkan stakeholder yang terlibat lansung dalam pelaksanaan kegiatan ini, atau dengan kata lain dipilih secara perposive. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara mendalam, observasi, penelusuran dokumen, studi pustaka dan angket/kuesioner.
Berdasarkan temuan lapangan, dalam nilai Budi BAMBU dibagi menjadi tiga yaitu pembuat kebijakan, pengguna kebijakan di dalam sekolah dan pengguna kebijakan di luar sekolah. Secara umum, Nilai-nilai ?budi BAMBU? secara umum stakeholders sudah memahami dan melaksanakan nilai-nilai "BAMBU". Dalam hal pelanggaran yang dilakukan dapat ditoleransi serta dilakukan dilakukan pembinaan sebagai konsekuensinya. Secara umum nilai budi BAMBU diterapkan dalam kehidupan di sekolah.
Berdasarkan pengolahan hasil penelitian ditemukan tiga tipe kepribadian yaitu tipe idealis, kompromistis dan berfikir kritis. Pada penelitian ini ditemukan pula model yang dilakukan oleh sekolah dalam mengimplementasikan nilai-nilai "BAMBU" sebagai bentuk rekomendasi model dalam pembentukan karakter siswa.

This thesis attempts to look at the implementation the values of 'Budi BAMBU' by the use of knives analysis of Lickona. BAMBU, the values developed strategic minds to build character in SMAN 106 Jakarta. Type of research is a case study, this base which then leads to a qualitative approach as the method used. Quantitative data used to support the process of the analysis carried out. Informants were selected in the search process the data is a stakeholders involved directly in the implementation of these activities, or in other words chosen at perposive. Data collection was performed using in-depth interviews, observation, document tracking, literature study and questionnaire.
Based on the findings from the field, the value of 'Budi BAMBU' divided into three, namely policy makers, user policies in schools and outside school policy manual. In general, values of "Budi BAMBU" in general stakeholders already understand and implement the values of "Budi BAMBU". In the event that violations can be tolerated and do be developed as a consequence. In general, the cultivation BAMBU applied in school life.
Based on the processing results of the study found three personality types, namely the type of idealistic, uncompromising and critical thinking. In this study also found that the model is done by the school in implementing the values of "BAMBOO" as a form of recommendation models in the formation of student character.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Zuraida
"Dalam disertasi ini penulis meneliti tentang tawuran antar pelajar SLTA di Jakarta yang dari tahun ke tahun terus menerus terjadi. Sudah banyak upaya penanggulangannya, namun mengapa masih banyak tawuran antar pelajar? Penulis tidak ingin meneliti ?mengapa terjadi tawuran?, karena sudah banyak penelitian tentang masalah itu. Di Jakarta Selatan, terdapat beberapa pelajar SLTA tertentu yang hampir setiap tahun terlibat dalam tawuran antar pelajar, namun ada pula suatu sekolah yang tadinya sering terlibat tawuran, dalam kurun waktu tertentu menjadi tidak tawuran lagi. Akan tetapi di sisi lain, ada sekolah yang awalnya tidak pernah tawuran, menjadi terlibat tawuran antar pelajar pada beberapa tahun terakhir. Hal tersebut ditengarai adanya permusuhan kolektif yang berbentuk laten berubah menjadi permusuhan yang sifatnya aktual, sehingga timbul tawuran antar pelajar.
Salah satu sekolah yang tingkat keterlibatan siswanya dalam tawuran adalah Sekolah Menengah Kejuruan Negeri T (SMK N T) Jakarta Selatan, namun keadaan menjadi berubah pada tahun 2006, disebabkan banyaknya kegiatan sekolah yang membanggakan berakibat waktu luang berkurang dan melupakan tawuran. Sebaliknya pada Sekolah Menengah Atas Negeri C (SMA N C) Jakarta Selatan yang siswanya semula tidak tawuran, sejak tahun 2007 terlibat tawuran. Menurut Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas disebabkan menurunnya aktifitas patroli oleh para guru, sehingga waktu luang bertambah dan timbul tawuran.
Analisis dan Pengujian yang telah dilakukan pada aspek Pengalaman Tawuran, kelompok pelajar SMK Negeri T mempunyai musuh yang jumlahnya lebih kecil dibanding kelompok pelajar SMA Negeri C. Dari hasil analisis pada aspek Tindakan Sekolah, kelompok SMK Negeri T membiasakan konsisten dalam penerapan tata tertib dan sanksi, sehingga para guru mempercayai siswanya untuk menghindar dari tawuran. Sedangkan pihak Sekolah kelompok SMA Negeri C mengetahui siswanya yang melakukan tawuran, maka dalam mengatasinya diperbanyak kegiatan sekolah seperti kesenian dan olahraga. Dari penjelasan tersebut, ada hubungan antara kegiatan sekolah dan guru sebagai bentuk pengendalian sosial siswa dengan keterlibatan siswa dalam tawuran antar pelajar.

In this dissertation the author examines the brawl between high school students in Jakarta that continually occur. There have been many efforts to overcome, but why is still a lot of fighting between students? The author does not want to investigate "why does brawl happen? because it has a lot of research on the matter. In South Jakarta, there are some specific high school students almost every year are involved in the brawl between students, but there is also a school which was often involved brawl, within a certain time becomes no longer brawl. But on the other hand, there are schools that initially was never brawl, became involved fighting between students in recent years. It is considered the collective hostility in the form of latent hostility turned into an actual character, so that the resulting brawl between students.
One of the schools that the level of involvement of students in the brawl is T Vocational High School (SMK NT) South Jakarta, but the situation changed in 2006, because of too many school activities that boast result in reduced free time and forgets the brawl. On the other hand C Senior High School (SMA NC) South Jakarta that students initially did not brawl, since 2007 involved in brawl. According to Deputy Head of the School of Public Relations patrols due to decreased activity by the teachers, so that their leisure times increases and the resulting brawl.
Analysis and Testing that has been done on this aspect Fighting Experience, a group of students SMK T has an enemy whose numbers are smaller than the group of high school students of State C. From the result of analysis on aspects of school actions, group SMK T familiarize consistent in the application of rules and sanctions, so that the teachers believe their students to avoid the clash. Meanwhile, the SMA Group C schools know their students who do brawl, then the reproduced overcome school activities such as arts and sports. From these explanations, there is a link between the activities of schools and teachers as a form of social control students with student involvement in the brawl between students.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
D2515
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Ralasari
"ABSTRAK
Kecanduan media sosial adalah kegemaran terhadap penggunaan media sosial sehingga melupakan hal lainnya. Penggunaan media sosial saat ini juga terjadi pada kalangan remaja sehingga sudah menjadi bagian melekat pada kehidupan sehari-hari remaja, termasuk pada siswa remaja di SMA XYZ. Penggunaan media sosial dapat mempengaruhi segi moralitas, apatisme serta nilai akademik dari siswa di SMA XYZ. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola hubungan antara tingkat kecanduan media sosial terhadap tingkat moralitas, tingkat apatisme dan nilai akademik. Variabel lain yang diperhitungkan dalam model adalah kelas, gender, status nikah orang tua, uang saku per minggu siswa di SMA XYZ. Dari hasil analisis data yang didapatkan dengan menggunakan metode analisis data Partial Least Square, diketahui bahwa tingkat kecanduan media sosial mempengaruhi nilai akademik serta tingkat apatisme siswa di SMA XYZ, dan tingkat moralitas mempengaruhi nilai akademik siswa di SMA XYZ.

ABSTRACT
Social media addiction is craze about the use of social media until forget other things. The use of social media today also occurs among teenagers so it has become a part attached in the daily life of teenagers, including teenager students in XYZ high school. The use of social media can affect in terms of morality, apathy and academic score of students in XYZ high school. This study is to determine the pattern of relationship between social media addiction level to morality level, apathy level and academic score. Other variables to consider in model are class, gender, marital status of parents, pocket money per week of students in XYZ high school. From the results obtained by using data analysis method of Partial Least Square, it is known that social media addiction level affect academic score and apathy level of students in XYZ high school, and the morality level affect students rsquo academic score in XYZ high school."
2017
S69926
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noorfazly Oktaviani
"Pendidikan inklusi memberikan kesempatan kepada siswa berkebutuhan khusus untuk menerima kualitas pendidikan yang sama dengan siswa reguler pada umumnya. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya masih terdapat beberapa hambatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara sikap guru dan peer acceptance siswa reguler terhadap siswa berkebutuhan khusus di Sekolah Dasar Inklusif Swasta. Penelitian diikuti oleh guru kelas (N=45) dan siswa reguler (N=294) kelas 4, 5 dan 6. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Multidimentional Attitude toward Inclusive Education (MATIES) dan Peer Acceptance Scale (PAS).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara sikap guru dan peer acceptance siswa reguler terhadap siswa berkebutuhan khusus di Sekolah Dasar Inklusif Swasta. Namun, ditemukan bahwa dari sikap guru komponen kognitif memiliki hubungan yang signifikan dengan peer acceptance siswa reguler terhadap siswa berkebutuhan khusus di Sekolah Dasar Inklusif Swasta. Juga, tidak ditemukan perbedaan sikap guru antara guru yang memiliki pengalaman mengajar kurang dari 6 tahun dan guru yang memiliki pengalaman mengajar lebih dari 6 tahun.

Inclusive education provides the opportunity for students with special needs to receive the same quality of education to regular students in general. However, in practice there are still some obstacles. This study aims to determine the relationship between teacher attitude and peer acceptance of regular students towards student with special needs in inclusive private primary school. The study followed by classroom teachers (N = 45) and regular students (N = 294) of grade 4, 5 and 6. The measuring instrument used in this study is Multidimentional Attitude toward Inclusive Education (MATIES) and Peer Acceptance Scale (PAS).
The results showed that there was no significant relationship between teacher attitude and peer acceptance of regular students towards student with special needs in Inclusive Private Primary School. However, it was found that the cognitive component of teacher attitudes have a significant relationship with peer acceptance of regular students towards student with special needs in Inclusive Private Primary School. As well, there was no difference in the attitudes of teachers among teachers who have teaching experience less than 6 years and teachers who have teaching experience more than 6 years.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S65266
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muna Namira
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran hubungan antara dukungan sosial (orang tua, guru, teman sekelas dan teman dekat) dan keterlibatan siswa di sekolah. Pengukuran dukungan sosial dilakukan menggunakan alat ukur Child and Adolescent Social Support Scale (CASSS) (Malcki & Demaray, 2002) dan pengukuran variabel keterlibatan siswa di sekolah menggunakan Student Engagement in School (Lam, Wong, Shin, Negovan, Nelson, Liu, Duck dkk., 2014). Partisipan penelitian ini berjumlah 127 siswa SMA (66 siswa kelas X dan 61 siswa kelas XI).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan ditemukan terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara dukungan sosial dengan keterllibatan siswa di sekolah (R = 0,564). Hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dengan keterlibatan siswa di sekolah, hanya ditemukan pada dukungan sosial orang tua (r = 0,263) dan guru (r = 0,359) dengan keterlibatan siswa di sekolah.
Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi dukungan sosial orang tua dan guru yang diterima siswa, maka kecenderungan keterlibatan siswa di sekolah akan semakin meningkat. Untuk dukungan sosial teman kelas dan teman dekat, tidak ditemukan memiliki hubungan yang signifikan dengan keterlibatan siswa di sekolah.

This study was conducted to find the correlation between social support (parents, teachers, classmates, and close friends) and student engagement. Social support was measured with Child and Adolesent Social Support Scale (CASSS) (Malecki & Demaray, 2002). Student Engagement is measured with Student Engagement in School instrument (Lam dkk., 2014). Total of 127 high school student was selected to participate in this study.
The result of this study show that significant correlation with student engagement only found in parents social support ( r = 0,263) and teacher social support ( r = 0,369).
Based on these result, it can be concluded that the more parents and teachers social support that perceived by student, the more engage they are. The correlation found highest in teachers social support, and followed by social support from parents. Furthermore, these study also found that there is no significant correlation between social support from classmates and close friend on student engagement.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S60883
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Nurjanah
"ABSTRAK
Kecanduan game online banyak dialami oleh remaja karena tidak dapat mengontrol diri dengan baik. Remaja yang kecanduan game online memiliki perilaku bermain yang berlebihan yang mempengaruhi kemampuan penyesuaian sosialnya. Kecanduan game online dapat menghambat remaja untuk melakukan tugas sekolah, melakukan aktivitas sosial, dan menurunkan kualitas hubungan dengan keluarga besar. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara kecanduan game online dengan penyesuaian sosial pada siswa kelas 10 dan 11 di SMAN 8, SMAN 26 dan SMAN 37 Jakarta. Desain penelitian ini menggunakan cross sectional study yang dimulai dengan screening kemudian dilakukan pengambilan sampel total siswa yang mengalami adiksi game online dengan jumlah sampel sebanyak 686 siswa. Analisis univariat menggunakan uji statistik tendensi sentral dan distribusi frekuensi, sedangkan analisis bivariat menggunakan uji korelasi Spearman-rho. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan dan hubungan lemah antara kecanduan game online dengan penyesuaian sosial siswa (p <0,05; R -0,193). Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat adiksi game online maka semakin rendah kemampuan penyesuaian sosial remaja pada aspek pekerjaan di luar rumah, kegiatan sosial dan rekreasi serta keluarga besar. Sekolah dapat bekerjasama dengan perawat dalam mengadakan seminar yang berhubungan dengan kecanduan game online dan remaja bisa
Online game addiction are mostly experienced by teenagers because teenagers cannot control themselves properly. Teenagers who experience online game addiction have excessive playing behavior that affects social adjustment abilities. Online game addiction can prevent teenagers from doing school work, social activities and reduce the quality of relationships with extended families. This study was conducted aimed at identifying the relationship of online game addiction with social adjustment of 10th and 11th grade students of Public High School 8, Public High School 26 and Public High School 37 Jakarta. The design of this study used a cross sectional which began with screening then total sampling of students who experience online game addiction with total sample 686 students. Univariate analysis uses the test of central tendency statistics and frequency distribution, while bivariate analysis uses the Spearman-rho correlation test. The results of this study indicate that there is a significant negative relationship and strength of the weak relationship between online game addiction and students' social adjustment (p <0.05; R -0.193). The results concluded that the higher level of online game addiction, the lower social adjustment ability of adolescents in aspects of work outside home, social and leisure activities and extended family. The school can collaborate with nurses in holding seminars related to online game addiction and teenagers can do hobby and coping activities to reduce online game play behavior."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azlifa Rheynata Dewi
"Pengaruh media digital menyebabkan perkembangan yang pesat di banyak industri, termasuk industri tata rias, yang akan dieksplorasi lebih lanjut dalam penelitian ini. Raine Beauty adalah salah satu merek lokal terkemuka terbaru yang diciptakan oleh Raisa Adriana, seorang penyanyi di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati, mengeksplorasi dan menganalisis peran branding Raisa Andriana dalam berkembangnya bisnis Raine Beauty di Instagram. Untuk memenuhi tujuan makalah penelitian ini, penelitian ini menggunakan dua teori; Brand Awareness Theory dan Brand Recognition dan Brand Recall Performance. Data dikumpulkan menggunakan analisis data kualitatif melalui data analisis dan jurnal-jurnal terdahulu. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa personal branding Raisa membantu meningkatkan bisnis Raine Beauty dan kesadaran merek mereka dengan mempromosikan merek tersebut sekaligus menjalin dan menjaga hubungan antara para pengikutnya. Selain itu, jurnal ini diharapkan dapat memberikan pemahaman lebih kepada pembaca tentang bagaimana personal branding dapat mempengaruhi kesadaran merek suatu bisnis melalui engagement dan followers di Instagram.

The effect of digital media leads to growth of many industries, including the makeup industry, which will be explored more in this study. Raine Beauty is one of the newest leading local brands created by Raisa Adriana, a singer in Indonesia. This research paper focuses more on Raisa as a singer who utilizes her Instagram to promote Raine Beauty's business. The aim of this research is to observe, explore and analyze Raisa Andriana’s branding role in raising Raine Beauty’s business on Instagram. To fulfill this research paper’s objective, this study uses Brand Awareness Theory and Brand Recognition and Recall Performance. The data is collected through content analysis and past journals. The data analysis uses qualitative data analysis. The results of this study proved that Raisa’s personal branding helps to raise Raine Beauty's business and brand awareness by promoting the brand while also engaging and maintaining the relationship between her followers. Moreover, it also gives readers a further understanding that personal branding can affect brand awareness of a business through Instagram engagement and followers."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Stacia Ariella
"Latar Belakang: Kolaborasi antara kedokteran dan kedokteran gigi merupakan hal yang esensial dalam meningkatkan efisiensi sumber daya dan standar pelayanan. Namun, masih sangat sedikit penelitian yang membahas mengenai hal ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui awareness mahasiswa Fakultas Kedokteran (FK) dan Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Indonesia (UI) terhadap kolaborasi antara dokter dan dokter gigi dalam praktik.

Metode: Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional. Seluruh populasi mahasiswa FK & FKG UI angkatan 2013-2017 (n = 1432) diminta untuk melengkapi kuesioner. Kuesioner terdiri dari 12 pertanyaan yang didesain untuk mengetahui awareness mahasiswa mengenai kolaborasi antara praktik kedokteran dan kedokteran gigi.

Hasil: Response rate penelitian ini adalah 79.39%. Mayoritas mahasiswa (86.1%) aware terhadap kolaborasi antara praktik kedokteran dan kedokteran gigi. Mahasiswa menganggap bahwa disiplin ilmu Kecelakaan dan Layanan Darurat, Bedah, dan Telinga, Hidung & Tenggorokan (THT) merupakan tiga disiplin ilmu yang paling umum memiliki kolaborasi antara praktik kedokteran dan kedokteran gigi.

Kesimpulan: Dalam penelitian ini, mahasiswa kedokteran dan kedokteran gigi pada umumnya menunjukkan awareness yang baik terhadap kolaborasi antara praktik kedokteran dan kedokteran gigi di Universitas Indonesia. Hal ini merupakan fondasi penting untuk terus mendorong kolaborasi yang sangat vital dalam meningkatkan efisiensi sumber daya dan standar pelayanan kesehatan.


Background: Medical-dental collaboration is essential for improving resource efficiency and standards of care. However, few studies have been conducted on it. This study aimed to investigate the awareness of medical and dental students about collaboration between medical and dental practices in University of Indonesia.

Methods: The study design used is cross-sectional. All population of Faculty of Medicine & Faculty of Dentistry UI students (n = 1432) in the year of 2013-2017 was asked to complete a questionnaire. It contained 12 questions designed to elicit their awareness of the collaboration between dentistry and medicine.

Results: The response rate of this study is 79.39%. Most students (86.1%) were aware of the collaboration between medical and dental practice in University of Indonesia. They considered that Accident & Emergency, Surgery, and Ear, Nose & Throat were the three most common medical disciplines which entailed collaboration between medical and dental practice.

Conclusion: In this study, the medical and dental students in general demonstrated a good awareness of the collaboration between medical and dental practice in University of Indonesia. This established an essential foundation for fostering medical-dental collaboration, which is vital to improving resource efficiency and standards of care."

Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasna Khairunnisa
"Peningkatan atensi terhadap penggunaan Screen Time orang tua maupun anak sudah menjadi bagian integral dalam kehidupan. Sayangnya, anak usia sekolah saat ini lebih sering beraktivitas dengan hanya menatap layar selama waktu yang lama. Hal itu, membuat anak terpapar layar dengan durasi yang melebihi rekomendasi sehingga menimbulkan efek negatif terhadap tumbuh kembang anak. Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran Screen Time dan mengidentifikasi hubungan lama Screen Time dengan perkembangan sosial. Penelitian menggunakan pendekatan cross-sectional pada 285 responden orang tua yang sesuai dengan kriteria inklusi melalui metode stratified sampling. Instrumen SCREENS-Q untuk mengukur Screen Time dan Strength and difficulties Questionnaire (SDQ) mengukur perkembangan sosial. Hasil penelitian menunjukkan 74,4% anak mengalami Screen Time berlebihan dan terdapat hubungan antara lama Screen Time dengan setiap sub-skala perkembangan sosial (p value <0,05). Peneliti merekomendasikan adanya sosialisasi dan kerjasama pihak tenaga kesehatan dengan orang tua untuk mencari solusi bersama mengatasi permasalahan ini.

Increasing attention to the use of Screen Time for parents and children has become an integral part of life. Unfortunately, today's school-age children are more active by just staring at the screen for a long time. This causes children to be exposed to screens for a duration that exceeds the recommendations, which has a negative effect on children's development. This study aims to look at the description of Screen Time and identify the relationship between long Screen Time and social development. The study used a cross-sectional approach to 285 parents who fit the inclusion criteria through a stratified sampling method. The SCREENS-Q instrument to measure Screen Time and the Strength and Difficulty Questionnaire (SDQ) to measure social development. The results showed that 74.4% of children experienced excessive Screen Time and there was a relationship between the length of Screen Time and each social development sub-scale (p value <0.05). Researchers recommend socialization and collaboration between health workers and parents to find solutions together to overcome this problem."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>