Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 164299 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sihombing, Bona
"Penerimaan premi industri asuransi jiwa mencapai pertumbuhan rata-rata 25% per tahun dalam tiga tahun terakhir (2003 ? 2005), sementara PT Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya hanya mampu mencapai pertumbuhan rata-rata 15% per tahun. Dari perspektif manajemen strategik, hal ini dapat disebabkan oleh kesalahan formulasi strategi maupun kegagalan implementasi strategi. Tesis ini mengasumsikan bahwa strategi telah diformulasikan dengan baik, sehingga persoalan ada pada tahap implementasi strategi. Dalam tahap implementasi ini, struktur organisasi merupakan faktor penting bagi terlaksananya strategi.
Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat sejauhmana struktur organisasi yang ada di PT Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya saat ini dapat mendukung implementasi strategi. Analisis terhadap struktur organisasi dilakukan melalui analisis terhadap dimensi struktural organisasi seperti formalisasi, spesialisasi, hirarki kewenangan, sentralisasi, profesionalisme, dan rasio personalia.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sebagai langkah awal, penelitian ini akan menganalisis strategi generik yang diterapkan oleh perusahaan, selanjutnya dari strategi tersebut dilakukan penelitian terhadap dimensi- dimensi struktural yang dibutuhkan untuk mengimplementasikan strategi tadi. Sebagai langkah kedua, penelitian ini akan menganalisis seperti apakah dimensi-dimensi struktural yang exist di perusahaan.
Dan terakhir, penelitian ini mengusulkan struktur organisasi yang dianggap paling sesuai dengan strategi perusahaan.Secara teoritis, strategi cost leadership yang diterapkan oleh PT Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya menuntut setiap dimensi struktural organisasi untuk memiliki tingkat dimensi yang yang tinggi. Penelitian tentang dimensi-dimensi struktural di PT Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya menghasilkan fakta bahwa dari enam dimensi yang diteliti, empat diantaranya yaitu formalisasi, hirarki kewenangan, sentralisasi, dan rasio personalia memiliki tingkat yang tinggi, sedangkan dua diantaranya yaitu spesialisasi dan profesionalisme memiliki tingkat yang rendah. Berdasarkan hasil penelitian, disarankan kepada manajemen untuk meningkatkan tingkat spesialisasi dan tingkat profesionalisme. Spesialisasi ditingkatkan dengan cara menambah satu direktorat dan dua divisi, sedangkan profesionalisme ditingkatkan dengan cara menambah jumlah agen berlisensi dan karyawan bersertifikasi.

Premium income in life insurance industry has reach growth rate 25% peryear in the last three years (2003 ? 2005), while PT Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya has only 15% per year. From strategic management perspective, this condition may caused by a wrong strategy formulation or a failure of strategy implementation. Implementation stage is a crucial stage in strategic management, and within this implementation stage, organization structure is an important factor for the execution of the strategy.
This research is aimed to observe the extent of how the existing organizational structure in PT Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya currently supports the strategy implementation. Analysis on organization structure is done through análysis on the dimension of organizational structure such as formalization, specialization, hierarchy of authority, centralization, professionalism and personnel ratio.
The method used in this research is descriptive method with qualitative approach. As a starting stage, this research will analyze the generic strategy applied by the company. Subsequently, observation will be done on the structural dimensions required to implement such strategy. At the second stage, this research will analyze the nature of the structural dimension currently existing in the company.
Finally, this research will provide recommendation of an organization structure which is deemed to be the most suitable with the strategy of the company. Theoritically, the cost leadership strategy applied by PT Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya requires each organization structural dimension to have a high dimension level. Observation on structural dimension in PT Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya demonstrates the facts that from the six dimensions being observed, four of them which are formalization, hierarchy of authority, centralization and personnel ratio have high dimension level, while two of them which are specialization and professionalism have low dimension level. Based on the result of the research, it is recommended to the management to increase the level of specialization and professionalism. Specialization would be increased by adding one directorate and two divisions, while professionalism would be increased by adding the number of licensed agents and certified employee.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2007
T19210
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Ramiany
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1983
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Sanjoko
"Asuransi Jiwa Bersama Bumiputera 1912 adalah perusahaan asuransi jiwa swasta nasional pertama di Indonesia. Organisasi didirikan oleh tiga orang guru pada tahun 1912, sampai dengan tahun 2000 masih dapat bertahan di tengah terjadinya krisis ekonomi yang berkepanjangan dan semakin meningkatnya intensitas persaingan dalam bisnis asuransi jiwa di Indonesia.
Tesis ini bertujuan untuk mengkaji strategi Bumiputera dalam memberikan pelayanan kepada pelanggannya (pemegang polis) agar terpuaskan dan tidak beralih ke perusahaan pesaing. Permasalahan yang dihadapi oleh Bumiputera adalah penurunan "Pangsa Pasar" semenjak tahun 1993 sebesar 40,10 % menjadi sebesar 19,60% pada tahun 2000.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode penelitian deskriptif melalui anaiisis tingkat kepentingan dan kinerja/kepuasan pelanggan dengan maksud untuk mendapatkan gambaran yang obyektif tentang kualitas perlayanan yang diberikan perusahaan untuk pelanggan/pemegang polisnya. Proses pengumpulan data dilakukan melalui studi pustaka dan studi lapangan dengan pengisian kuesioner tentang kinerja dan harapan atas pelayanan kepada 347 renponden pemegang polis di Jakarta yang dipilh dengan menggunakan tehnik purposive sampling. Dalam analisisnya digunakan skala 5 tingkat (Liked) yang terdiri dari sangat penting, penting, cukup penting, kurang penting, tidak penting. Selanjutnya kelima penilaian tersebut diberikan bobot 5 untuk jawaban sangat penting, 4 untuk jawaban penting, 3 untuk jawaban cukup penting, 2 untuk jawaban kurang penting dan 1 untuk jawaban tidak penting. Untuk penilaian kinerja diberikan lima penilaian dengan bobot 5 untuk jawaban sangat baik, yang berarti pelanggan sangat puas, 4 untuk jawaban baik yang berarti pelanggan puas, 3 untuk jawaban cukup baik yang berarti pelanggan cukup puas, 2 untuk jawaban kurang baik yang berarti pelanggan kurang puas, dan 1 untuk jawaban tidak baik yang berarti pelanggan tidak puas.
Berdasarkan penilaian tingkat kepentingan dan hasil penilaian kinerja/penampilan maka akan dihasilkan suatu perhitungan mengenai tingkat kesesuaian antara tingkat kepentingan dan tingkat pelaksanaannya oleh Bumiputera. Tingkat kesesuaian adalah hasil perbandingan skor kinerja/pelaksanaan dengan skor kepentingan.
Tingkat kesesuaian inilah yang akan menentukan urutan prioritas peningkatran faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan. Dalam penelitian ini terdapat 2 buah variabel yang diwakilkan oleh huruf X dan Y, dimana X merupakan tingkat kinerja perusahaan dan Y merupakan tingkat kepentingan pelanggan/pemegang polis. Selanjutnya sumbu mendatar (X) akan diisi oleh skor tingkat pelaksanaan dan sumbu tegak (Y) akan diisi oleh skor kepentingan. Seluruhnya terdapat 43 unsur/atribut yang akan dijabarkan kedalam diagram Kartesius. Hasil penelitian yang diperoleh dari pengisian kuesioner tersebut, menghasilkan tingkat kepuasan pelanggan atas pelayanan yang diberikan oleh Bumiputera."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T7950
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kornat Rumapea
"Penyehatan perusahaan asuransi dan reasuransi dengan kritería barn dimulai sejak tahun 1999 yang dtandai dengan diterbitkannya Keputusan Menteri Keuangan Rl Nomor 4811KMKO1 7/1999 yang mengatur tingkat kesehatan perusahaan asuransi dan reasuransj berdasarican Risk Based Capital (RBC). Dengan peraturan barn tersebut maka perusahaan asuransi dan reasuransi barns memiliki Rasio Solvabilitas 120% setiap saat yang harus dipenuhi paling lambat tahun 2004.
PT. Asuransi Jiwa Bumi Asih Jaya adalah salah satu perusahaan swasta nasional yang bergerak dalam industri asuransi jiwa, dimana saat ini belum memenuhi Rasio Solvabilitas. Raslo Solvabi litas pada akhir tahun 1999 sebesar ?165% dan meningkat menjadi ?105% pada akhir Juni 2000. Rendähnya Rasio Solvabilitas tersebut disebabkan oleh rendahnya kekayaar) yang diperkenankan (admitted asset) dibandingkan kewajiban (liabilities) dan besarnya Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (B7M) yang terutama disebabkan oleh ketidakseimbangan antara kekayaan dan kewajiban dalam mata uang asing (foreign currency mismatch).
Rendahnya kekayaan yang diperkenankan disebabkan oleh sebagian besar assetnya tidak diperkenankan sesuai dengan peraturan Nomor 4S1IKMK.017/1999. Kekayaan dalam bentuk properti dan gedung perkantoran nilainya cukup besar tetapi yang díakui hanya 26% dan total nilainya. Tingginya BTSM disebabkan oleh cadangan premi polis US Dolar yang dimiliki cukup besar sementara asset yang dimiliki dalam satuan mata uang yang sama cukup kecil.
Rendahnya kekayaan yang diperkenankan atas kelompok properti disebabkan oleh nilai assetnya yang telab melebihi 30% dan tota] investasi, sedangkan untuk gedung perkantoran yang digunakan sendiri, yang diakui hanya sekitar 2% yakni 20% dan modal perusahaan. Hal ¡ni menunjukan bahwa salah satu penyebab rendahnya kekayaan yang diperkenanii adalah rendahnya modal (eku itas) perusahaan. Rendahnya ekuitas perusahaan disebabkan oleh kegagalan perusahaan menghasilkan Iaba dalam jangka waktu yang cukup lama sehingga tidak ada penambahan modal melalui laba ditahan (retained earning). Kegagalan perusahaan menciptaican laba disebabkan oleh biaya Penjualaji (expense milo) yang cukup tinggi serta hasil investasi yang relatif rendah.
Rendahnya hasi] investasi disebabkan oleb sebagian besar asse perusahaan digunakan sendiii sebagai gedung kantor pemasaran. Sebagian besar Lainnya dikembangkan menjadi unit bisms atan anak perusahaan yang meliputi bisnis perhotelan. jasa konstrukai, jasa konsultan manajemen dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Tingkat pengembalian investasi (reruni on investment) díbawah rata-rata tingkat bunga perbankan bahkan dibawah rata-rata tingkat bunga aktuaria (actuarial interest rate).
Selain hasil investasi yang relatif rendah. diversifikasi yang dilakukan perusahaan sebagian besar berbentuk unrelated diversification sehingga tidak memberikan nilai tambah (value chain) terhadap bisnis asuransi sebagai bisnis intl PT. Asuransi Jiwa Buini Asih Jaya. Akibatnya daya saing (core competencies) perusahaan tetap rendah.
Untuk mengatasi perm ahan-pennasaiahan tersebut dengan tujuan untuk mencapai rasio solvabilitas sebagaünana disyaraikan serta memelihara tingkat kesebatan setiap saat maka dilakukan analisa eksterrial maupun internal perusahaan untuk merumuskan stratej tindakan perbaikan. Dan hasil analisa tersebut maka disusun strategi restrukturisasi dan rekapitalisasi dengan formulasi sebagai berikut:
1. Dibutuhkan tambahan modal setor sebesar Rp 50 Milyar yang dilakukan secara bertahap dalam tiga tahun.
2. Penjualan seluruh properti dan sebagian gedung perkantoran dengan nilai penjualan diharapkan sebesar Rp 113,3 Milyar yang dilakukan secara bertahap.
3. Peningkatan hasil investasi dengan return minimum 12% dengan resiko yang Konserfatif serta konstreinnya sesuai dengan jatub tempo kewajiban masa depan.
4. Menekan biaya pemasaran hingga 28% path tahun 2004 yang dilakukan secara gradual melalui tmdakan efisiensi khususnya penggabungan (merger) atau melikuidasi kantor distrik yang berada dalam satu kota.
5. Meningkatkan pendapatan premi new business mela]ui penciptaan produk - produk baru sena mengeinbangkan sistem distribusi alternatif melalui kerja sama dengan Iernbaga keuangan lainnya khususnya perbankan dan sekuritas.
6. Pengembangan usaba yang berbentuk related diversification dengau batasan tidak meLampaui ketentuan batas kekayaan yang diperkenalkan.
7. Meningkatkan daya saing (core Competencies) melalul peningkatan mutu produk dan pelayanan serta tanggungjawai, terhadap nasahah atau masyarakat."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T6325
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Fikri
"Dalam pengelolaan investasi di perusahaan asuransi jiwa perlu dilakukan asset liability management dimana salah satu caranya adalah dengan melakukan asset-liability duration matching. Dalam penelitian ini, PT Asuransi Jiwa KLM, memiliki mismatch duration antara portfolio aset investasi dengan portfolio kewajiban produk-produk konvensionalnya baik itu portfolio dengan denominasi Rupiah ataupun Dollar AS. Duration matching strategi yang dilakukan adalah dengan cara menyamakan antara durasi aset investasinya dengan kewajibannya. Selain itu juga penelitian ini melakukan sensitivitas analisis terhadap perubahan tingkat suku bunga di market terhadap nilai ekuitas perusahaan.

In investment management of life insurance companies, they need to conduct an asset liability management which one of the strategy is to do the asset-liability duration matching. In this study, PT Asuransi Jiwa KLM, has a duration mismatch between their asset portfolio with their product liabilities portfolio whether it is denominated in rupiah or U.S. dollar. Duration matching strategy conducted by matching their aset portfolio?s duration with their liabilities portfolio duration. In addition, this study also conduct a sensitivity analysis of changes in market interest rates to the value of corporate equity."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2011
T29500
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Novita Ikasari
"Perkembangan asuransi jiwa di Indonesia, menurut data yang diperoleh dari Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) telah terlihat pertumbuhan yang cukup signitlkan. Sampai 1:'iwuka.n ke HI tahun 2001, pendapatan asuransi jiwa (41 perusahaan) mencapai Rp.7,427 trilyun yang artinya telah mengalami peningkatan sebesar 17 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya dengan perusahaan yang tercatat 39 perusahaan.
PT. AXA Life Indonesia didirikan pada tahum 1993, adalah psrusahaan gabungan antara PT.Tempo Group dengan PT. AXA Group, yang bergerak di bidang jasa asuransi jiwa. Sejak berdirinya di Indonesia, P'T. AXA Life Indonesia harus mampu bersaing dengan pemsahaan lainnya baik perusahaan lokal, perusahaan asing maupnn perusahaan joint venture yang bergerak di bidang yang sama yaitu asuransi jiwa.
Semakin gencarnya industri asuransi mempromosikan produk-produk tabungan dan investasi telah menjadi suatu fenomena yang mencolok. Perusahaan-perusahaan asuransi semakin inovatif mcnciptakan produk-produk yang siap dipasarkan. Di sisi lain, konsumen dihadapkan dengan pilihan yang beragam dari produk asuransi jiwa Bagi sebagian besar konsumen membeli produk asuransi berarti membeli sebuah janji. Karena asuransi bukanlah suatu produk yang dapat dilihat, dirasa maupun diraba. Untuk meyakinkan konsumen agar mernilih produk yang' ditawaxkan perusahaan, dibutuhkan suatu strategi yang tepat tcrutama dalam hal pemasaran produknya.
Tesis ini disusun dengan tujuan untuk melihat apakah strategi pemasaran PTAXA Life Indonesia sudah dimplementasikan sesuai dengan visi misi perusahaan sehingga perusahaan dapat menghadapi persaingan dengan perusahaan asuransi jiwa Iainnya dan dapat menduduki posisi yang terbaik dalam pasar asuransi jiwa di Indonesia. Dalam hal ini strategi pemsaran sangat menarik untuk dikaji mengingat persaingan dari perusahaan asuransi jiwa lainnya yang semakin dapat mengedukasi masyarakat tentang produk-produk asuransi jiwa serta semakin dapat menciptakan produk yang inovatif dan layanan terbaik yang dibutuhkan konsumen di Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T3258
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1990
S17912
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Insana
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan, komposisi aset, pertumbuhan dana tabarru' dan kinerja investasi terhadap kesehatan keuangan asuransi jiwa syariah di Indonesia. Kesehatan keuangan perusahaan dinilai dengan menggunakan model HHM (Hollman, Hayes, dan Murrey) dan rasio keuangan seperti tingkat kecukupan dana, perubahan modal, perkembangan investasi, serta tingkat likuiditas. Metode analisis yang digunakan adalah regresi logistik. Penelitian ini menggunakan data cross section. Data diperoleh dari laporan keuangan asuransi jiwa syariah yang terdapat di BAPEPAM-LK. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 57 perusahaan untuk periode 2007-2010. Hasil pengujian membuktikan bahwa ukuran perusahaan, komposisi aset dan kinerja investasi paling signifikan mempengaruhi kesehatan keuangan perusahaan asuransi jiwa syariah di Indonesia.

This study aims to determine the influence of firm size, asset mix, tabarru growth and investment performance to financial health of life takaful in Indonesia. Company's financial health was assessed using HHM model (Hollman, Hayes, and Murrey) and financial ratios such us capital adequacy ratio, change in surplus, investment yield and liqudity. The method of analysis used was logistic regression. This study uses cross section data. Data obtained from life takaful?s financial statements in BAPEPAM-LK. The number of samples in this study were 57 companies for the period 2007-2010. The results of analysis indicate that firm size, asset mix and investment performance has the most significant affect to financial health of life takaful in Indonesia."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sisca Samin
"Risk Based Capital (RBC) merupakan ukuran tingkat kesehatan perusahaan asuransi. Seiring dengan diberlakukannya standar akutansi kontrak asuransi yang baru, IFRS 17, pada tahun 2025, perusahaan asuransi diharapkan untuk menyesuaikan prosedur pelaporan mereka. Penerapan IFRS 17 akan mempengaruhi pencatatan dan pelaporan kontrak asurans, yang secara tidak langsung dapat berdampak pada perhitungan RBC. Artikel ini bertujuan untuk mengevaluasi dampak penerapan standar baru ini pada perubahan liabilitas kontrak asuransi pada perusahaan asuransi jiwa dan bagaimana dampaknya pada rasio solvabilitas. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus pada suatu perusahaan asuransi jiwa besar di Indonesia. Objek penelitian meliputi produk tradisional, asuransi kesehatan dan unit link. Hasil studi kasus kemudian divalidasi dengan wawancara pada kepala aktuaria atau akuntansi lima perusahaan asuransi jiwa lainnya. Temuan kami menunjukkan liabilitas kontrak asuransi tradisional lebih besar, sebaliknya liabilitas dari produk unit link lebih kecil dari sebelumnya, namum pada asuransi kesehatan jangka pendek tidak signifikan berubah sehingga dapat diabaikan. Perubahan pada liabilitas kontrak asuransi lebih besar dibandingkan sebelumnya, sedangkan pada liabilitas kontrak asuransi unit link lebih kecil. Perubahan liabilitas kontrak asuransi ini akan berdampak pada pencapaian RBC walaupun standar ini tidak mengubah risiko bisnis perusahaan asuransi. Kami merekomendasikan regulator untuk menyesuaiankan perhitungan RBC. Tujuan penyesuaian untuk memastikan laporan keuangan memberikan gambaran yang benar dan adil mengenai kesehatan keuangan perusahaan asuransi dan persyaratan solvabilitas secara akurat mencerminkan risiko dan posisi keuangan perusahaan asuransi.

Risk Based Capital (RBC) is a measure of the health of an insurance company. As the new insurance contract accounting standard, IFRS 17, comes into effect in 2025, insurance companies are expected to adjust their reporting procedures. The implementation of IFRS 17 will affect the recording and reporting of insurance contracts, which may indirectly impact the calculation of RBC. This article aims to evaluate the impact of the implementation of this new standard on changes in insurance contract liabilities in life insurance companies and how it impacts the solvency ratio. The research method used is a case study of a large life insurance company in Indonesia. The research object includes traditional products, health insurance and unit link. The results of the case study were then validated by interviewing the heads of actuarial or accounting of five other life insurance companies. Our findings show that the liabilities of traditional insurance contracts are larger, while the liabilities of unit-linked products are smaller than before, but the short-term health insurance has not significantly changed so it can be ignored. The changes in insurance contract liabilities are larger than before, while those in unit-linked insurance contract liabilities are smaller. These changes in insurance contract liabilities will have an impact on the achievement of RBC even though this standard does not change the business risk of insurance companies. We recommend the regulator to adjust the RBC calculation. The purpose of the adjustment is to ensure that the financial statements provide a true and fair picture of the financial health of insurance companies and solvency requirements accurately reflect the risks and financial position of insurance companies."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farisa Amiladinan
"Tulisan ini menganalisis bagaimana tanggung jawab agen asuransi selaku field underwriter pada proses underwriting dalam perjanjian asuransi jiwa. Tulisan ini disusun dengan menggunakan metode penelitian doktrinal. Dalam kegiatan underwriting, pengungkapan segala fakta material yang berkaitan dengan objek yang diasuransikan memegang peranan penting dalam hubungan pertanggungan yang terbentuk antara penanggung dan tertanggung. Kewajiban pengungkapan tersebut dilandasi oleh sebuah prinsip yang dikenal dengan istilah utmost good faithsebagaimana diatur dalam Pasal 251 KUHD. Prinsip utmost good faith sejatinya meliputi 2 (dua) hal yaitu kewajiban untuk mengungkapkan fakta materiil (duty of disclosure) dan larangan memberikan informasi yang keliru (misrepresentation). Namun, dua hal tersebut banyak dijadikan dasar oleh perusahaan asuransi untuk melakukan penolakan pembayaran klaim kepada pemegang polis atas dasar adanya unsur pelanggaran utmost good faith. Padahal,fakta di lapangan menunjukkan bahwa tidak jarang kegagalan pengungkapan fakta tersebut justru terjadi karena kegagalan agen asuransi selaku field underwriter dalam melakukan proses underwriting. Hal ini sebagaimana tercermin dalam kasus sengketa asuransi antara Dahlan Sinambela melawan PT. AXA Mandiri Financial Services. Banyaknya penolakan klaim asuransi yang dilakukan oleh perusahaan asuransi atas dasar tertanggung telah melakukan pelanggaran terhadap prinsip utmost good faith dengan melakukan misrepresentation atau non-disclosure menjadi dasar bagi Penulis untuk melakukan analisis lebih lanjut terhadap peran agen asuransi yang bertindak untuk dan atas nama perusahaan asuransi dalam melakukan proses underwriting. Penelitian yang dilakukan Penulis menunjukkan bahwa adanya kecenderungan untuk mendistorsi muatan materi Pasal 251 KUHD sehingga seolah-olah peran penanggung atau agen asuransi dalam proses underwriting sepenuhnya pasif, padahal sejumlah prinsip, doktrin, dan peraturan-perundang-undangan nyatanya telah memberikan kerangka yang cukup untuk memastikan terciptanya keseimbangan hubungan antara penanggung dan tertanggung. Hal ini dalam memastikan adanya tanggung jawab bersama antara penanggung dan tertanggung dalam memastikan pertukaran informasi yang akurat dan lengkap selama proses underwriting.

This thesis analyzes the responsibility of insurance agents as field underwriters in gathering information from potential policyholders during the underwriting process in life insurance contracts. This thesis is written using a doctrinal research method. In the underwriting process, the disclosure of all material facts related to the insured object plays a crucial role in the insurance relationship between the insurer and the insured. This disclosure obligation is based on a principle known as utmost good faith, as regulated in Article 251 of the Commercial Code (KUHD). The principle of utmost good faith encompasses two aspects: the duty to disclose material facts (duty of disclosure) and the prohibition against providing false information (misrepresentation). However, these two aspects are often used by insurance companies as grounds for rejecting claim payments to policyholders on the basis of a breach of utmost good faith. In practice, there are instances where the failure to disclose such facts occurs precisely because of the failure of insurance agents as field underwriters to gather information from potential policyholders. This issue is exemplified in the insurance dispute case between Dahlan Sinambela and PT. AXA Mandiri Financial Services. The high number of insurance claim rejections by insurance companies on the grounds that the insured has breached the principle of utmost good faith by misrepresenting or failing to disclose information is the basis for the author to conduct further analysis of the role of insurance agents acting for and on behalf of insurance companies in gathering information from potential policyholders during the underwriting process. The research conducted by the author shows a tendency to distort the contents of Article 251 of the KUHD, suggesting that the role of the insurer or insurance agent in the underwriting process is entirely passive. In contrast, various principles, doctrines, and regulations provide a framework to ensure a balanced relationship between the insurer and the insured. This thesis highlights the importance of a balanced approach in interpreting and applying the principle of utmost good faith in insurance contracts. It emphasizes the shared responsibility of both the insurer and the insured in ensuring accurate and complete information exchange during the underwriting process."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>