Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 172530 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mohammad Shodikin
"ABSTRAK
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. Adanya fraktur dapat menimbulkan berbagai respon dalam kehidupan partisipan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi berbagai gambaran respon yang dialami pasien terkait masalah / diagnosa keperawatan dan bagaimana pasien memaknai respon tersebut. Desain penelitian ini adalah kualitatif dengan metode wawancara mendalam. Partisipan adalah pasien yang mengalami fraktur ekstremitas bawah yang sedang dirawat di Rumah Sakit Daerah dr. Soebandi, direkrut dengan purposive sampling. Data yang dikumpulkan berupa rekaman hasil wawancara dan catatan lapangan yang dianalisis dengan analisis isi (content analysis) dalam prosesnya menggunakan tahapan teknik Collaizi’s. Penelitian ini mengidentifikasi 5 tema utama, yaitu 1) respon ranah fisik, 2) respon ranah psikologis, 3) respon ranah sosial, 4) respon rana spiritual, 5) setiap partisipan membutuhkan pelayanan perawat yang mempunyai humanistic caring dan professional caring yang baik. Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa respon ranah fisik, psikologis, sosial, dan spiritual terjadi pada semua partsipan pada penelitian ini. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien frakrur ekstremitas bawah sesuai dengan respon pasien.

ABSTRACT
A fracture is the disruption in the continuity of a bone. The impact of the fracture can impact the patient’s life. The aims of the study were to identify patient’s responds who has fracture lower extremity after having experience a fracture of lower extremity and how they define the meaning from these responses. This study employed a qualitative design and data were collected by in-depth interviews. Participants were patients with fracture of lower extremity, recruited by a purposive sampling approach. Data was a gathered through an in depth interview, then recorded by using MP4, and also field note forms, then was transcribed and content analyses. The process of analyses employed a Collaizi’s technique. The findings identified 5 themes include : 1) physical; 2) psychological; 3) social; 4) spiritual responses; and 5) patients with fracture of lower extremity need a professional nurse who has humanistic caring and professional caring. The results of the study revealed that impact of the response physically; psychologically; socially; and spiritually aspects of the patient’s after having experience fracture of lower extremity is real and has a strong meaning for their lives. This result imply that all professional need to increase knowledge and understanding or caring for patients with fracture of lower extremity based on their respond, accordingly."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Aspek spiritual dalam hal ini keyakinan terbadap Tuhan merupakan salah satu unsur yang sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia. Tidak hanya sebagai suatu aktivitas ritual, namun juga sebagai suatu unsur yang dapat menjadi kekuatan di dalam diri manusia yang dapat menjadi motivator positif dalam menjalani kehidupan. Terlebih Iagi klien fraktur, yang menuniut suatu penelitian menyatakan bahwa mereka cenderung menghadapi permasalahan harga diri rendah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya hubungan antara aktualisasi nilai-nilai religi kIien dengan sikap kooperatif klien dalam asuhan keperawatan pada klien dengan fraktur. Disain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif koreIatif, dengan jumlah responden 21 orang dan dilakukan di RSUPN Cipto Mangunkusumo. Penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan quisioner kepada para responden, dengan sebelumnya telah menandatangani surat pernyatan kesediaan untuk menjadi responden dengan tanpa adanya unsur paksaan. Berdasarkan pengolahan data didapatkan t hitung = 0,6 dan hasil itu lebih besar jika dibandingkan dengan t tabel yang bernifai 0,53. Hal tersebut menunjukkan terdapatnya hubungan antara aktualisasi nilai-nilai religi klien dengan sikap kooperatif klien dalam asuhan keperawatan pada klien dengan fraktur, meskipun hubungan yang ditunjukan dalam penelitian ini sangat rendah yaitu dengan r = 0,136."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2001
TA4979
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Maulana
"Reservoir terekahkan merupakan reservoir dimana fluida tersimpan dan dapat teralirkan melalui porositas dan permeabilitas sekunder dari rekahan. Salah satu kompleksitas dari reservoir minyak dan gas bumi yang memiliki rekahan adalah bagaimana kondisi geologis dapat mempenngaruhi bentuk dan persebaran dari rekahan yang ada di bawah permukaan. Tujuan dari penelitian ini adalah melakukan karakterisasi rekahan, membuat model intensitas rekahan, dan mengkaitkannya dengan keadaan geologi pada lapangan penelitian. Penelitian dilakukan dengan melakukan interpretasi data rekahan dari log FMI, interpretasi data seismik, pembuatan atribut seismik, dan pembuatan model dengan menggunakan neural network untuk mendistribusikan intensitas rekahan dengan arahan atribut seismik yang dibuat. Hasil penelitian menunjukkan rekahan bersifat resistif dan konduktif yang masing-masing berjumlah 163 dan 291 rekahan. Orientasi patahan mayor dan rekahan-rekahan pada tiga sumur menunjukkan orientasi NE-SW, NW-SE, dan N-S. Model intensitas rekahan lateral Lapangan Arwintar menunjukkan bahwa keterbentukan rekahan relatif lebih banyak terjadi pada daerah yang memiliki perubahan elevasi curam, yang mana berarti wilayah tersebut mengalami tingkat deformasi yang lebih tinggi dibandingkan pada bagian lainnya. Diperkirakan patahan dan rekahan yang ada pada lapangan dipengaruhi oleh kejadian tektonik besar berupa subduksi.

Fractured reservoir is a reservoir with fluid storage and pathway comes from fractures as a secondary porosity and permeability. The complexity of fractured reservoirs is how geological conditions can affect the shape and distribution of the subsurface fractures. This research aims to characterize fractures, make a fracture intensity model, and correlate it to the geological conditions in the field. The research was conducted by interpreting fracture data from FMI logs, interpreting seismic data, creating seismic attributes, and making models using a neural network to distribute the fracture intensity with the direction of the seismic attributes created. The results showed there are 163 resistive fractures and 291 conductive fractures. The orientation of the major faults and the fractures showed NE-SW, NW-SE, and N-S trends. The fracture intensity model of Arwintar Field showed that fracture is more common in areas that have steep elevation changes. It means these areas experience a higher level of deformation than in other areas. It is assumed that the faults and fractures were generated because of subduction."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Liya Arista
"Praktik Spesialis Keperawatan Medikal Bedah dengan Kekhususan pada Sistem Muskuloskeletal ini bertujuan untuk mengaplikasikan peran perawat sebagai pemberi asuhan, pengelola, pendidik dan peneliti. Peran sebagai pemberi asuhan dilakukan dengan mengelola sebanyak 30 pasien yang mengalami masalah pada sistem muskuloskeletal dan satu pasien kelolaan utama dengan kasus Fraktur Terbuka Ekstremitas Bawah dengan pendekatan teori self-care Orem.
Peran perawat sebagai peneliti dilakukan dengan penerapan tindakan keperawatan yang berbasis bukti ilmiah (Evidence-Based Nursing Practice) yaitu dengan menerapkan wound drain management untuk mencegah kehilangan darah berlebih post operasi Total Joint Arthroplasty. Sedangkan peran sebagai pengelola dilakukan deengan menyusun suatu panduan komunikasi efektif yang terstruktur dengan metode SBAR untuk mengkomunikasikan kondisi pasien dengan masalah sistem muskuloskeletal. Seluruh rangkaian kegiatan tersebut bertujuan untuk mewujudkan asuhan keperawatan holistik dalam meningkatan kualitas pelayanan keperawatan.

Clinical Practice of Medical-Surgical Nursing Specialist in the specialty of Orthopaedic Nursing aims to apply the role of nurses as a direct patient care providers, managers, educators and researchers in the clinical setting. Role as a care provider has done by managed 30 patients with musculoskeletal problems and one patient (major managed cases) with Open Fracture of Lower Extremities using Orem’s Self-Care Nursing Theory Approach.
The role of nurses as a researcher has conducted by applying the nursing action based on scientific evidence (Evidence-Based Nursing Practice), the evidence is wound drain management to prevent excessive blood loss post Total Joint Arthroplasty. The role as a nursing manager has been done by applying SBAR method as a strategy to achieve effective communication at orthopaedic ward. All activities aim to realizing the holistic nursing care in order to improve the quality of nursing services.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Saveriana Suyati Luju
"Fraktur klavikula merupakan salah satu masalah yang sering terjadi di daerah perkotaan. Fraktur klavikula sering terjadi, karena trauma langsung maupun tidak langsung. Salah satu manifestasi klinis fraktur adalah nyeri. Teknik relaksasi yang efektif sebagai tindakan nonfarmakologis dalam penanganan nyeri adalah salah satu tindakan independen perawat yang menunjang keefektifan terapi farmakologis. Tujuan penulisan ini adalah untuk melakukan analisis evidence based mengenai teknik relaksasi dalam mengatasi masalah nyeri pada pasien fraktur klavikula. Hasil dari latihan relaksasi pada pasien ini terbukti efektif dalam mengurangi nyeri. Rekomendasi penulisan ini ialah agar perawat perlu mengajarkan latihan relaksasi kepada pasien fraktur klavikula untuk mengatasi nyeri.

Fractures of the clavicle is one of the problems that often occur in urban areas. Fractures of the clavicle are common, due to direct or indirect trauma. One of the clinical manifestations of fracture is pain. Relaxation techniques are effective as non-pharmacological measures in the treatment of pain is one of the independent actions of nurses who support the effectiveness of pharmacological therapy. The purpose of this paper is to analyze evidence based on relaxation techniques to overcome the problem of pain in patients with fractures of the clavicle. Results of relaxation training in these patients proved to be effective in reducing pain. Recommendation of this paper is that nurses need to be taught relaxation exercises to patients for pain clavicle fracture.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Reni Febriani
"Fraktur merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering terjadi di daerah perkotaan. Salah satu jenis fraktur adalah fraktur terbuka. Klien fraktur terbuka berisiko mengalami gangguan sirkulasi. Amputasi merupakan cara untuk mencegah semakin parahnya komplikasi tersebut. Pada beberapa kasus, klien dapat dilakukan skin graft untuk mengurangi kecacatan karena amputasi. Tujuan penulisan ini adalah untuk melakukan analisis evidence based practice mengenai perawatan luka skin graft. Hasil dari perawatan luka pada pasien tidak efektif karena terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi luka skin graft. Rekomendasi penulisan ini ialah agar perawat perlu melakukan perawatan luka skin graft dengan baik dan benar untuk mengurangi kegagalan skin graft.

Fracture is one of the health problems that often occur in urban areas. One type of fracture is an open fracture. Clients with open fracture risk of circulatory disorders. Amputation is a way to prevent these complications become more severe. In some cases, the client can do a skin graft to reduce disability due to amputation. This paper was made to analyze evidence based practice on skin graft care. Results of wound care in the patients are not effective because there are several factors that affect skin graft wound. Recommendation for nurses is need to perform a skin graft care properly to reduce skin graft failure.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Sari
"Nyeri pada kondisi paska pembedahan fraktur berasal dari kerusakan integritas jaringan akibat patahan fragmen tulang dan pemasangan fiksasi. Bagi anak, nyeri merupakan salah satu stres hospitalisasi. Apabila tidak dikontrol dengan baik bisa menyebabkan lamanya waktu rawat dan menambah biaya perawatan. Tujuan dari karya ilmiah ini adalah menganalisis keefektifan manajemen nyeri nonfarmakologis relaksasi nafas dalam pada anak post operasi fraktur ekstrimitas di rumah sakit Fatmawati. Analisis ini melibatkan seorang klien anak di ruang bedah dengan mengajarkan teknik nafas dalam dan mengimplementasikannya di saat anak merasa nyeri. Alat untuk mengukur nyeri berupa Numeric Pain Scale. Implementasi teknik nafas dalam sebagai pendamping analgesik dapat menurunkan nyeri dari skala 9 ke skala 4.

Pain in post-surgical caused by skin integrity damaged due to fractured of fragments and installation of fracture fixation. For children, pain is one of the psychological traumatic during hospitalization. If it is not adequately controlled, it can increase the duration of hospitalization and the treatment costs. The purpose of this paper was to analyze the effectiveness of relaxation through deep breathing in children undergone post-surgical treatment in Fatmawati Hospital. A tool for measuring pain is a Numerical Pain Scale. The usage of analgetic togethered with deep breathing technique for four day period decreased pain rating scale from 9 to 4.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Bramadita Satya
"ABSTRAK
Latar Belakang: Impaksi Molar 3 rahang bawah telah diketahui akan meningkatkan resiko fraktur tulang mandibula terutama di daerah angulus mandibula. Fraktur angulus mandibula sering terjadi akibat kecelakaan lalu lintas di Indonesia. Masyarakat belum mengetahui pentingnya odontektomi sebagai langkah awal pencegahan fraktur angulus mandibula.Tujuan: Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan dari adanya fraktur angulus mandibula dengan adanya impaksi molar 3 rahang bawah.Material dan Metode: Rekam medis pasien poli Bedah Mulut dan Maksilofasial Rumah Sakit Umum kabupaten Tangerang selama periode Januari 2013-Desember 2017 dikumpulkan dan didapatkan 41 orang dengan fraktur angulus mandibula. Setiap sampel diidentifikasi adanya fraktur angulus mandibula, adanya impaksi molar 3 rahang bawah, posisi erupsi impaksi molar 3 dan kelas impaksi menurut Pell dan Gregory. Data diolah dengan uji Chi Square dan Kolmogorov Smirnov, serta ditentukan Odd Ratio. Uji hipotesis korelatif dilakukan dengan Uji Contingency Coeficient, Phi ? ? ?, Cramer rsquo;s V, dan Kendall rsquo;s Tau-b.Kesimpulan: Ditemukan hubungan antara terjadinya fraktur angulus mandibula dengan adanya impaksi molar 3 bawah mandibula dengan p = 0,01 p < 0,05 dengan Odd Ratio = 4,615; memiliki hubungan korelatif dengan p = 0,010 p < 0,05 dengan kekuatan r = 0,272 lemah . Tidak ditemukan hubungan bermakna antara fraktur angulus mandibula dengan posisi erupsi Suprabony,Infrabony p=0,375 p>0,05 . Tidak ditemukan hubungan bermakna antara fraktur angulus mandibula dengan kelas impaksi menurut Pell dan Gregory p=0,087, p>0,05 .Tidak ditemukan hubungan bermakna antara fraktur angulus mandibula dengan Jenis Kelamin p=0,763 p>0,05 . Tidak ditemukan hubungan bermakna antara fraktur angulus mandibula dengan Usia p=1,000 p>0,05. ABSTRACT
Background: Impacted third molar of mandibula have been studied to have a role in increasing mandible fracture especially in the mandibular angle region. Mandibular angle fractures are often the result of traffic accidents in Indonesia. People do not yet know the importance of odontectomy as a first step to prevent fracture of the mandibular angle.Objective: To determine whether there is association or correlation of the presence of angular fracture in the presence of lower third molar impaction.Materials and Methods: Medical records of patients with Oral and Maxillofacial Surgery of Tangerang District General Hospital during the period of January 2013-December 2017 were collected and obtained 41 people with mandibular angle fractures. Each sample identified an mandibular angle fracture, a lower third molar impaction, third molar impaction eruption position and an impaction class according to Pell and Gregory. The data were processed by Chi Square and Kolmogorov Smirnov, and Odd Ratio was determined. Test the correlative hypothesis with Contingency Coefficient, Phy ? ? ?, Cramer rsquo;s V, and Kendall Tau B test.Conclusion: There was found a association between the presence of mandibular angle fracture in the presence of mandibula lower 3 molar impaction with p = 0,01 p 0,05 . There was no significant association between mandibular angle fracture and Gender p = 0,763 p> 0,05 . There was no significant association between mandibular angle fracture and Age p = 1,000 p> 0,05"
2018
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Zifrianita
"Fraktur merupakan penyebab trauma terbesar atau cedera, yang dapat terjadi pada semua tingkat usia dan dapat menyebabkan perubahan signifikan dalam kualitas hidup individu. Namun, masih ditemukan pasien pasca operasi membatasi pergerakan dan melakukan ambulasi dini setelah beberapa hari pasca operasi fraktur ekstremitas bawah meskipun telah dianjurkan untuk melakukan latihan ambulasi dini. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi pengalaman pasien dalam melakukan ambulasi dini pasca operasi fraktur pada ekstrimitas bawah Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan menggunakan purposive sampling pada 10 partisipan melalui wawancara semi terstruktur ( open – ended question) yang dilakukan di RS Fatmawati Jakarta. Hasil penelitian ini menghasilkan tiga tema yaitu: 1) ketidaknyamanan fisik yang dirasakan 2) kebutuhan akan dukungan melakukan ambulasi dini 3) manfaat ambulasi dini. Penelitian lebih lanjut terkait dengan intervensi untuk meningkatkan ambulasi dini perlu dilakukan.

Fractures or fractures are the biggest cause of trauma or injury, which can occur at all age levels and can cause significant changes in an individual's quality of life. However, postoperative patients still limit movement and perform early ambulation after a few days postoperatively even though it has been recommended to do early ambulation exercises. The purpose of this study was to explore the experience of patients in performing early postoperative ambulation of fractures in the lower extremity. The research method used was descriptive qualitative using purposive sampling on 10 participants through semi-structured interviews (open-ended question) conducted at Fatmawati Hospital, Jakarta. The results of this study produced themes, namely: 1) recognizing the physical perceived 2) the need to support early ambulation 3) the benefits of early ambulation. Further research related to interventions to increase early ambulation needs to be done.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afiif Ahmidati
"Guided imagery sebagai intervensi komplementer untuk mengurangi nyeri diharapkan dapat meningkatkan kenyamanan dan mengurangi kinesiofobia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi efektivitas guided imagery terhadap nyeri, kenyamanan, dan kinesiofobia pada pasien fraktur ekstremitas bawah pasca pembedahan. Desain penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen dengan pre-test dan post-test. Sampel dipilih dengan metode consecutive sampling berjumlah 60 responden, terdiri dari 30 untuk kelompok kontrol dan 30 untuk kelompok intervensi. Kriteria inklusi penelitian ini adalah mengalami fraktur ekstremitas bawah dan telah menjalani pembedahan pada hari pertama, mendapatkan ketorolak, berusia lebih dari 18 tahun, mampu berkomunikasi dengan bahasa Indonesia, tanda vital dalam rentang stabil, sadar penuh, dan bersedia mengikuti penelitian. Kriteria eksklusi penelitian ini adalah ada gangguan pendengaran, multiple fracture, dirawat di ICU, mengalami diabetes mellitus dan neuropati perifer. Kelompok kontrol diberi analgetik, sedangkan kelompok intervensi diberi analgetik dan guided imagery selama 3 hari dengan durasi selama 20 menit. Pengukuran hasil dilakukan sebelum intervensi dan 3 hari setelah intervensi menggunakan Visual Analog Scale (VAS), Shortened General Comfort Questionnaire (SGCQ), dan TAMPA Scale for Kinesiophobia (TSK). Penelitian ini diikuti oleh responden laki-laki (61,7%), berpendidikan SMA (45,0%), memiliki riwayat nyeri pembedahan sebelumnya (68,3 %), dan mengalami fraktur femur (46,7 %). Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna selisih rerata skala nyeri, skor kenyamanan, dan skor kinesiofobia sebelum dan setelah intervensi antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol (p < 0,05; α 0,05). Selisih rerata skala nyeri, skor kenyamanan, dan kinesiofobia sebelum dan setelah intervensi pada kelompok intervensi lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol. Disimpulkan, guided imagery dapat menurunkan skala nyeri dan skor kinesiofobia, serta meningkatkan skor kenyamanan, sehingga perawat dapat mengimplementasikan guided imagery pada pasien fraktur ekstremitas bawah pasca pembedahan.

Guided imagery as a complementary intervention can reduce post-operative pain, increase comfort, and reduce kinesiophobia. The purpose of this study is to identify the effectiveness of guided imagery on pain, comfort, and kinesiophobia in post-operative lower extremity fracture patients. The research design used was quasi-experiment with pre-test and post-test. Samples were selected by consecutive sampling method totaling 60 respondents, consisting of 30 for control groups and 30 for intervention groups. The inclusion criteria were having a lower extremity fracture and had undergone surgery on the first day, received ketorolac, were more than 18 years old, able to communicate in Indonesian, vital signs in the stable range, fully conscious, and willing to participate in the study. The exclusion criteria for this study were hearing loss, multiple fractures, being treated in the ICU, had diabetes mellitus and peripheral neuropathy. The control group was given analgesics, while the intervention group was given analgesics and guided imagery for 3 days with a duration of 20 minutes. Outcome measurements were taken before the intervention and 3 days after the intervention using Visual Analog Scale (VAS), Shortened General Comfort Questionnaire (SGCQ), and TAMPA Scale for Kinesiophobia (TSK). This study was attended by male respondents (61.7%), high school education (45.0%), had a history of previous post-operative pain (68.3%), and had femur fracture (46.7%). The results of this study showed a significant difference in the mean difference in pain scale, comfort score, and kinesiophobia score before and after the intervention between the control group and the intervention group (p < 0.05; α 0.05). The mean difference in pain scale, comfort score, and kinesiophobia before and after treatment in the intervention group was greater than that in the control group. It was concluded that guided imagery can reduce pain scales and kinesiophobia scores, and increase comfort scores, so nurses can implement guided imagery in post-operative lower extremity fracture patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>