Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 102195 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rahmat Hidayat
"Pola makan modern kaya karbohidrat merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya kandidiasis oral. Namun belum jelas diketahui apakah pertumbuhan C. albicans akan meningkat bila terjadi glukosa dalam medium pertumbuhan. Tujuan: Menganalisis efek penambahan glukosa 1%, 5%, 10% terhadap pertumbuhan C. albicans in vitro. Metode: Isolat C. albicans klinik dari usapan mukosa mulut pasien kandidiasis oral dideteksi pada CHROMagar dan serum. Sebagai pembanding, C. albicans strain ATCC 10231 juga dideteksi dengan cara yang sama. C. albicans yang tumbuh dibiak dalam SDA selama 2 hari, kemudian dikumpulkan dan dibiakkan kembali dalam SDB yang telah ditambah glukosa 1%, 5%, dan 10% selama 3 atau 7 hari pada suhu ruang. Sebagai kontrol adalah C. albicans yang ditumbuhkan dalam SDB tanpa penambahan glukosa. Pertumbuhan C. albicans diukur dengan menghitung CFU/ml C. albicans dalam cawan petri. Uji statistik menggunaka ANOVA dengan a 0.05. Hasil: Setelah 3 hari, pertumbuhan C. albicans isolat klinik 1%, 5%, dan 10% berturut-turut adalah 181.5, 582, dan 811 CFU/ml; sedangkan C. albicans ATCC 10231 adalah 21.5, 177.5, 375.5 CFU/ml. Pertumbuhan tersebut lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol yaitu 970 (isolat klinik) dan 957 (ATCC) CFU/ml. Setelah 7 hari diperoleh pertumbuhan C. albicans isolat klinik adalah 2350, 9650, dan 9650 CFU/ml; sedangkan C. albicans ATCC 10231 adalah 5000, 5450, 3550 CFU/ml. Pertumbuhan kelompok kontrol 7 hari adalah 5000 (klinik) dan 5150 (ATCC) CFU/ml. Analisis ANOVA menunjukkan bahwa setelah 3 hari penambahan glukosa 1% menurunkan pertumbuhan C. albicans secara bermakna baik pada isolat klinik maupun strain ATCC 10231 (p < 0,05). Pada kelompok 7 hari penambahan glukosa 5% dan 10% meningkatkan pertumbuhan C. albicans isolat klinik secara bermakna (p < 0,05). Simpulan: Glukosa 5% dan 10% dapat meningkatkan pertumbuhan C. albicans in vitro. Penambahan glukosa 1% dapat menghambat pertumbuhan C. albicans pada durasi 3 hari.

High carbohydrate intake is one predisposing factor of oral andidiasis. Whether glucose addition in medium will increase the growth of Candida albicans is still unclear. Objective: Investigating the effect of 1%, 5%, 10% glucose addition on the growth of C.albicans in vitro. Methods: C. albicans sample was from oral swab of a male oral candidiasis patient. Detection of C. albicans used CHROMagar and confirmed by germ tube test. C. albicans colonies were inoculated in Sabouraud Dextrose Agar (SDA). As a comparison, C. albicans ATCC 10231 was also detected inthe same way. After 2 days the cultures were serially diluted and inoculated in Sabouraud Dextrose Broth (SDB) without glucose (control), 1%, 5%, or 10% additional glucose, kept for 3 or 7 days in room temperature, then inoculated in SDA. The Colony Forming Unit (CFU) were counted after 2 days. ANOVA with a 0.05 was used. Results: After 3 days, additional 1%, 5%, 10% glucose in media with clinical strain of C. albicans resulted in 181.5, 582, 811 CFU/ml respectively while in media with C. albicans ATCC were 21.5, 177.5, 375.5 CFU/ml. The growth of controls C. albicans were 970 (clinical strain) and 957 CFU/ml (ATCC). After 7 days, the growth of clinical strain of C. albicans with additional glucose 1%, 5%, 10% were 2350, 9650, 9650 CFU/ml respectively while the growth of C. albicans ATCC were 5000, 5450, 3550 CFU/ml. The growth of 7 days controls were 5000 (clinical strain) and 5150 (ATCC) CFU/ml. Statisticaly, additional 1% glucose for 3 days lead to significant decreased of growth of both clinical strain and ATCC 10231 C. albicans (p < 0,05). Additional 5% and 10% glucose for 7 days increased the growth of C.albicans significantly (p < 0,05). Conclusion: Additional 5% and 10% glucose for 7 days increase the growth of C. albicans in vitro. While additional 1% glucose for 3 days decrease the growth of C. albicans."
Jakarta: Fakultas Kedokteraan Gigi Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"High carbohydrate intake is one of predisposing factors of oral candidiasis. Wheather glucose addition in medium will increase the growth of Candida albicans in vitro is subject to further investigation. Objective: Investigating the effect of 1%, 5%, 10% glucose addition on the growth of C. albicans in vitro. Method: C. albicans sample was taken from oral swab of a male oral candidiasis patient. Identification of C. albicans was conducted using CHROMagar and confirmed by germ tube formation in serum. C. albicans colonies were inoculated in SDB. As a comparison, C. albicans ATCC 10231 was used. After 2 days the cultures were serially diluted and inoculated in SDB without glucose (control), and with 1%, 5%, 10% addditional glucose, kept for 3 and 7 days in room temperature, then inoculated in SDA. The CFU/ml were counted after 2 days. ANOVA with α 0.05 was used. Result: After 3 days, additional 1%, 5%, and 10% glucose in media with clinical strain of C. albicans resulted in 181.5, 582, and 811 CFU/ml respectively while in media with C. albicans ATCC were 21.5, 177.5, 375.5 CFU/ml. The growth of C. albicans with no additional glucose were 970 (clinical strain) and 957 CFU/ml (ATCC). After 7 days, the growth of clinical
strain of C. albicans with additional glucose 1%, 5%, 10% were 2350, 9650, 9560 CFU/ml respectively while the growth of C. albicans ATCC were 5000, 5450, 3550 CFU/ml. Statisticaly, additional 1% glucose for 3 days lead to significant decreased of growth of both clinical strain and
ATCC 10231 C. albicans (p < 0,05). However, only additional 5% and 10% glucose in clinical isolate for 7 days increased the growth of C. albicans significantly (p < 0,05). Conclusion: The effect of additional glucose on the increased growth of C. albicans in vitro is influenced by the concentration, exposure duration of glucose, and by the strain of C. albicans."
[Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, Journal of Dentistry Indonesia], 2009
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Theodorus Hedwin Kadrianto
"Faktor serum yang bersifat antimikroba seperti komplemen dapat menghambat pertumbuhan C. albicans. Konsumsi xylitol dilaporkan mampu menekan pertumbuhan C. albicans.
Tujuan: Menganalisis efek xylitol 1%, 5%, 10% selama 3 hari atau 7 hari terhadap resistensi C. albicans dalam serum in vitro, dan menganalisis peran faktor serum dalam menghambat C. albicans dalam serum.
Metode: Deteksi C. albicans yang diambil dari lesi mulut pasien kandidiasis oral dilakukan dengan menggunakan media CHROMagar dan dikonfirmasi dengan uji pembentukan germ tube. Setelah melalui tahap pengenceran, C. albicans dipaparkan dengan larutan xylitol 0% (kontrol), 1%, 5%, dan 10% yang dilarutkan dalam media Sabouraud Dextrose Broth (SDB) selama 3 hari atau 7 hari. Tiap konsentrasi dan durasi kemudian dipaparkan dalam serum aktif (Fetal Bovine Serum/FBS) atau serum inaktif (FBS yang sudah dipanaskan pada suhu 65°C selama 30 menit untuk inaktivasi komplemen) pada suhu 37°C selama 2 jam. Jumlah koloni C. albicans pada Sabouraud Dextrose Agar (SDA) dihitung 2 hari kemudian. Prosedur yang sama dilakukan pada C. albicans strain ATCC 10231. Analisis data menggunakan uji one-way ANOVA dengan 0,05.
Hasil: Pada kultur C. albicans 3 hari, jumlah koloni dalam serum aktif secara bermakna lebih rendah daripada dalam serum inaktif, baik dengan maupun tanpa paparan xylitol (p = 0.032). Peningkatan konsentrasi xylitol meningkatkan jumlah koloni C. albicans klinis dalam serum aktif, walaupun secara statistik tidak bermakna (p = 0.689). Hanya paparan xylitol 10% selama 7 hari yang meningkatkan jumlah koloni C. albicans secara bermakna (p = 0.034). Faktor serum tidak mempengaruhi jumlah koloni C. albicans usia 7 hari. (p = 0.404).
Simpulan: Pemberian xylitol 1%, 5%, dan 10% selama 3 dan 7 hari tidak mempengaruhi efek inhibisi C. albicans oleh faktor serum. Efek inhibisi C. albicans oleh faktor serum hanya bermakna pada kultur usia 3 hari dan tidak terlihat pada kultur usia 7 hari.

Serum factor with antimicrobial effect like complement, could inhibit C. albicans growth. Xylitol is reported to inhibit the growth of C. albicans.
Objectives: Investigating the effect of 1%, 5%, 10% xylitol for 3 or 7 days on C. albicans resistance in serum in vitro, and investigating whether serum factor plays role in inhibiting the growth of C. albicans.
Methods: Identification of C. albicans taken from oral swab of candidiasis patient was conducted using CHROMagar, and confirmed by germ tube test. The cultures were serially diluted and inoculated in Sabouraud Dextrose Broth (SDB) contained 0% (control), 1%, 5%, or 10% xylitol and kept for 3 or 7 days. These inoculations were then exposed to either active or inactive serum (Fetal Bovine Serum heated in 65°C for 30 minutes to inactivate the complement) for 2 hours in 37°C. The Colony Forming Unit (CFU) of C. albicans in Sabouraud Dextrose Agar (SDA) were counted after 2 days. The same procedure was conducted for C. albicans ATCC 10231 strain. Data was analyzed using one-way ANOVA with 0.05.
Results: After 3 days cultured in media with or without xylitol, the CFU of C. albicans exposed to active serum were significantly lower than those exposed to inactive serum (p = 0.032). Increased concentration of xylitol lead to increased resistance of C. albicans in active serum, though it was not significant statistically (p = 0.689). Only 7 days exposure of 10% xylitol resulted in significantly higher growth of C. albicans (p = 0.034), but no significant difference on C. albicans CFU between in active or inactive serum (p = 0.404).
Conclusion: Exposure of 1%, 5%, or 10% xylitol for 3 or 7 days has no significant effect on C. albicans resistance in serum. The inhibition effect of serum factor to C. albicans growth was significant after 3 days, but not effective anymore after 7 days.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Riri Febrina
"Manifestasi kandidiasis oral berhubungan dengan pembentukan biofilm pada permukaan mukosa. Candida albicans merupakan jamur penyebab utama kandidiasis oral. Propolis dilaporkan berpengaruh terhadap pembentukan biofilm C.albicans. Tujuan: Menilai efektifitas permen dengan kandungan propolis terhadap pembentukan biofilm C.albicans dibandingkan dengan permen madu. Metode: C. albicans dipaparkan dengan larutan permen X, permen propolis madu, dan permen madu 50% pada 96-well plate yang sudah dicoating saliva dan serum. Untuk menganalisis pembentukan biofilm C. albicans dilakukan uji dengan MTT assay. Data dianalisis dengan uji one-way ANOVA. Hasil: Terdapat peningkatan yang signifikan pada perlakuan dengan permen X baik dengan coating saliva (p=0.000) maupun serum (p=0.000). Tidak terdapat perubahan yang signifikan pada pembentukan biofilm C. albicans yang ditambahkan permen propolis madu dengan coating saliva (p=0.187) maupun serum (p=0.386) serta permen madu dengan coating saliva (p=0.062) maupun serum (p=0.396). Simpulan: Pemberian larutan permen X bermakna dalam meningkatkan pembentukan biofilm C.albicans. Pemberian larutan permen propolis madu dan permen madu tidak mempengaruhi pembentukan biofilm C.albicans.

Manifestations of oral candidiasis related with biofilm formation on mucosal sufaces. Candida albicans is the main microbial culprit in oral candidiasis. Propolis is reported to have an effect on biofilm formation of C.albicans. Objective: To evaluate effect of candy that contains propolis on in-vitro biofilm formation of C.albicans compared with honey candy. Methods: C. albicans was exposed with 50% X candy solutions, propolis honey candy solutions, and honey in 96-well plate that had been coated with saliva and serum. To analyze formation of C. albicans biofilm MTT assay was used. Data was analyzed with one-way ANOVA. Result: There were significant increases on biofilm formation of C.albicans with X candy treatment either coated with saliva (p=0.000) or serum (p=0.000). There were no significant differences of C. albicans biofilm formation with addition of propolis honey candy either coated with saliva (p=0.187) or serum (p=0.386) and honey candy either coated with saliva (p=0.062) or serum (p=0.396). Conclusion: Treatment with propolis honey candy and honey candy solutions has no significant effect for biofilm formation of C.albicans. Effect of treatment with X candy solution was significant in increasing C.albicans biofilm formation."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
S45583
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Parida Oktama Putri
"Jamur Candida merupakan penyebab infeksi paling banyak ditemukan pada manusia. Spesies paling sering menyebabkan kandidiasis yaitu Candida albicans. Saat ini, insidensi infeksi kandidiasis semakin meningkat. Candida adalah penyebab utama keempat infeksi darah di rumah sakit, dan di Amerika Serikat, angka kematian akibat kandidemia mencapai 40 per tahun. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pola kepekaan Candida albicans dan Candida non albicans terhadap vorikonazol secara in vitro dari rekam medis 2010-2015 di Laboratorium Mikologi Departemen Parasitologi FKUI. Penelitian ini menggunakan studi cross-sectional. Pemilihan sampel menggunakan metode total sampling, data diproses menggunakan SPSS dan dianalisis menggunakan uji Fisher. Dari 546 sampel, hasil uji kepekaan Candida albicans terhadap vorikonazol menunjukkan 407 isolat sensitif 99,8 dan 1 isolat resisten 0,2. Uji kepekaan Candida non albicans terhadap vorikonazol menunjukkan 136 isolat sensitif 98,6 dan 2 isolat resisten 1,4 . Tidak terdapat perbedaan p=0,159 pola kepekaan Candida albicans dan Candida non albicans terhadap vorikonazol. Vorikonazol memilki aktivitas yang tinggi di dalam in vitro sehingga memberikan hasil yang baik untuk mengeradikasi Candida yang resisten terhadap flukonazol. Sebagai kesimpulan, tidak terdapat perbedaan pola kepekaan Candida albicans dan Candida non albicans terhadap vorikonazol.

Candida is the cause of most infections found in humans, mostly Candia albicans. Candida is the fourth leading cause of blood infection in hospitals, and in the United States, the death rate from Candidaemia reached 40 in year. The aim of this research is to determine the Candida albicans and Candida non albicans susceptibility profile in vitro to voriconazoleof the medical record 2010 2015 at the Mycology Laboratory of the Departement of Parasitology Faculty of Medicine University of Indonesia. This study uses a Cross sectional study. The sample selection was done with total sampling method. Data was processed using SPSS and analyzed using Fisher's test. From 546 samples, the susceptibility profile of Candida albicans are 407 samples 99.8 sensitive and 1 sample 0.2 resistant. Susceptibility profile of Candida non albicans are 136 samples 98.6 sensitive and 2 sample 1.4 resistant. The result indicated no significant association p 0.159 between susceptibility profile of Candida albicans and Candida non albicans to voriconazole. Voriconazole has high in vitro activities so as to provide good results to eradicate the Candida resistant to fluconazole. In conclusion, there are no significant association between Candida albicans and Candida non albicans susceptibility profile to voriconazole.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Conny Riana Tjampakasari
"Ruang lingkup dan Metodologi : Penyebab utama kasus kandidosis adalah Candida albicans. Penanggulangan penyakit ini biasanya dikaitkan dengan pengobatan. Pada umumnya antimikotik yang sering digunakan untuk pengobatan adalah antimikotik golongan azol yaitu ketokonazol dan flukonazol.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ketokonazol dan flukonazol terhadap pertumbuhan Candida albicans. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Macrodilution/Tube Method. Pengujian terhadap ketokonazol dilakukan dengan konsentrasi antara 0,25 µg/ml sampai dengan konsentrasi terendah 128 µg/ml dengan waktu pemaparan 1 x 24 jam, 2 x 24 jam dan 3 x 24 jam dalam waktu pengamatan 24 dan 48 jam. Pengujian terhadap flukonazol dilakukan dengan konsentrasi antara 0,1 µg/ml sampai dengan konsentrasi 51,2 µg/ml dengan waktu pemaparan 1 x 24 jam, 2 x 24 jam dan 3 x 24 jam, dalam waktu pengamatan 24 dan > 48 jam.
Hasil dan Kesimpulan : Ketokonazol berpengaruh terhadap pertumbuhan Candida albicans dengan membunuh pada konsentrasi 32 µg/ml dengan waktu pemaparan 1 x 24 jam dan bersifat menghambat pertumbuhannya pada konsentrasi 8 ug/ml dengan waktu pemaparan 1 x 24 jam. Flukonazol berpengaruh terhadap pertumbuhan Candida albicans dengan membunuh pada konsentrasi 12,8 µg/ml dengan waktu pemaparan 2 x 24 jam dan konsentrasi 6,4 ug/ml dengan waktu pemaparan 3 x 24 jam. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini ketokonazol bersifat menghambat dan membunuh pertumbuhan Candida albicans dan flukonazol bersifat membunuh pertumbuhannya."
Depok: Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Made Candra Widyantari
"Latar belakang: Infeksi jamur oportunistik oleh Candida sp,. di dunia terus bertambah setiap tahunnya. Candida albicans menjadi jamur dengan tingkat infeksi kandidiasis paling banyak. Penggunaan antibiotik spektrum luas dan kateter urin dalam waktu lama menyebabkan obat standar seperti flukonazol mayoritas menjadi resisten terhadap kandidiasis. Propolis ternyata memiliki senyawa bioaktif yang mampu menghambat pertumbuhan Candida albicans. Propolis Lombok memiliki zat aktif senyawa fenolik seperti flavonoid yang berperan sebagai antijamur. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efektivitas propolis Lombok dengan flukonazol, serta membandingkan metode well diffusion dengan microbroth dilution. Metode: Penelitian secara in vitro ini menggunakan design penelitian eksperimental yaitu metode well diffusion dan microbroth dilution. Perlakuan dibagi menjadi kelompok kontrol positif: flukonazol, kelompok kontrol negatif: DMSO, serta tiga kelompok propolis dengan kadar 50mg/mL, 70mg/mL, dan 100mg/mL. Setiap prosedur diulang 3 kali. Data dianalisis menggunakan uji statistik Kruskal-walis dan One Way ANOVA. Hasil: Pemberian propolis Lombok menunjukkan zona hambatan dengan rentang rata-rata 7,9 mm–10 mm pada metode agar difusi, sedangkan menunjukkan zona hambatan rata–rata sebesar 15 mm (p < 0,05). Jika dibandingkan dengan metode microbroth dilution ditemukan hasil yang serupa. Pada analisis statistik tidak ditemukan adanya perbedaan bermakna di antara ketiga konsentrasi propolis Lombok (p > 0,05). Kesimpulan: Propolis Lombok memiliki efek antijamur terhadap pertumbuhan Candida albicans berdasarkan dua metode yang sudah digunakan, namun efektivitasnya masih lebih rendah dibandingkan flukonazol.

Introduction: Opportunistic fungal infection by Candida sp,. in the world continues to grow every year. Candida albicans is the fungus with the highest candidiasis infection rate. The use of broad-spectrum antibiotics and urinary catheters for a long time have caused most of the standard drugs such as fluconazole to become resistant to candidiasis. Propolis turns out to have bioactive compounds that can inhibit the growth of Candida albicans. Lombok propolis has active phenolic compounds such as flavonoids which act as antifungals. This study aims to compare the effectiveness of Lombok propolis with fluconazole, and to compare the well diffusion method with micro broth dilution. Method: This in vitro study used an experimental research design, namely the well diffusion and microbroth dilution methods. The treatment was divided into a positive control group: fluconazole, a negative control group: DMSO, and three groups of propolis with levels of 50mg/mL, 70mg/mL, and 100,g/mL. Each procedure was repeated 3 times. Data were analyzed using the Kruskal-Wallis statistical test and One-Way ANOVA. Result: The provision of propolis in Lombok showed an inhibition zone with an average range of 7.9 mm–10 mm on the agar diffusion method, while the inhibition zone showed an average of 15 mm (p < 0.05). When compared with the microbroth dilution method, similar results were found. Statistical analysis did not find any significant difference between the three concentrations of Lombok propolis (p > 0.05). Conclusion: Lombok propolis has antifungal effect on the growth of Candida albicans based on two methods that have been used, but its effectiveness is still lower than fluconazole."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Theresia Peggy
"Latar Belakang: Candida albicans merupakan jamur flora normal dalam rongga mulut yang bila mengalami pertumbuhan berlebih menyebabkan kandidiasis mulut. Salah satu faktor pemicunya adalah malnutrisi yang sering terjadi pada masyarakat golongan ekonomi rendah. Daya beli masyarakat yang rendah membuat kandidiasis mulut sering terabaikan, karena obat-obatan anti jamur yang tersedia di pasaran relatif mahal. Oleh karena itu, diperlukan alternatif pengobatan yang terjangkau. Salah satunya adalah kitosan yang berasal dari limbah cangkang udang yang jumlahnya berlimpah di Indonesia. Dari hasil penelitian yang terdahulu, terbukti bahwa bermacam-macam kitosan dengan berbagai konsentrasi mempunyai sifat anti jamur yang berbeda-beda. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan: untuk mengetahui efek anti jamur dari kitosan produksi dalam negeri dengan berbagai konsentrasi terhadap Candida albicans ATCC 10231 dalam medium kultur.
Metode: Dibuat larutan suspensi Candida albicans ATCC 10231 dengan pengenceran dalam PBS sampai 106 CFU/mL. Larutan tersebut selanjutnya dipaparkan pada dua kelompok, yaitu kelompok kontrol (berisi larutan SDB) dan kelompok perlakuan (berisi larutan kitosan dengan konsentrasi 0,1%, 0,25%, 0,5%, dan 1% dalam SDB). Dikocok selama 3 jam pada suhu 370C dan 6 jam pada suhu ruang, lalu ditanam pada SDA. Setelah diinkubasi selama 3 hari pada suhu 370C, dilakukan penghitungan jumlah koloni.
Hasil: Peningkatan konsentrasi kitosan diikuti dengan penurunan jumlah koloni C. albicans (p < 0,05).
Kesimpulan: Kitosan pada penelitian ini dengan konsentrasi 1% dan 0,5% mempunyai efek anti jamur yang baik karena tidak menunjukkan adanya pertumbuhan koloni C. albicans.

Result of Candida albicans overgrowth is oral candidiasis. Predisposing factor of Candida albicans overgrowth is malnutrition caused by poverty. Low economical power make people ignore oral candidiasis because the price of current antifungal medicines available are expensive. In this case, alternative antifungal material is needed. Chitosan is a new antifungal material made from crustacean shell waste which is excessive in Indonesia. Some researchers had been done and it was concluded that different concentration of chitosan has different antifungal effect. In this experiment, we tested the antifungal effect of local made chitosan on Candida albicans. Purpose: To find out the antifungal effect of local made chitosan with different concentrations on Candida albicans (ATCC 10231).
Method: Candida albicans ATCC 10231 suspension made with serial dilution method using PBS as a solvent until 106 concentration reached. Candida albicans suspension were added to chitosan solution with 1%, 0.5%, 0.25%, and 0.1% concentration and control group (SDB) and planted on SDA disk. Shook for 3 hours in 37oC and 6 hours in room temperature and incubated for 3 days in incubator and Candida albicans colonies formed.
Results: The increase in the concentration of chitosan was followed by the decrease of Candida albicans colonies formed (p < 0,05).
Conclusion: Candida albicans colonies were not grown on chitosan with 1% and 0.5% concentration."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Adrian Yoshua
"Latar Belakang: Candida albicans merupakan jamur flora normal dalam rongga mulut yang bila mengalami pertumbuhan berlebih menyebabkan kandidiasis mulut. Salah satu faktor pemicunya adalah malnutrisi yang sering terjadi pada masyarakat golongan ekonomi rendah. Daya beli masyarakat yang rendah membuat kandidiasis mulut sering terabaikan, karena obat-obatan anti jamur yang tersedia di pasaran relatif mahal. Oleh karena itu, diperlukan alternatif pengobatan yang terjangkau. Salah satunya adalah kitosan yang berasal dari limbah cangkang udang yang jumlahnya berlimpah di Indonesia. Dari hasil penelitian yang terdahulu, terbukti bahwa bermacam-macam kitosan dengan berbagai derajat deasetilasi mempunyai sifat anti jamur yang berbeda-beda.
Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan: untuk mengetahui efek anti jamur dari kitosan produksi dalam negeri dengan berbagai derajat deasetilasi terhadap Candida albicans ATCC 10231 dalam medium kultur.
Metode: Dibuat larutan suspensi Candida albicans ATCC 10231 dengan pengenceran dalam PBS sampai 106 CFU/mL. Larutan tersebut selanjutnya dipaparkan pada dua kelompok, yaitu kelompok kontrol (berisi larutan SDB) dan kelompok perlakuan (berisi larutan kitosan A (derajat deasetilasi 80,45%), kitosan B dan kitosan C (derajat deasetilasi 72- 82%)). Dikocok selama 3 jam pada suhu 370C dan 6 jam pada suhu ruang, lalu ditanam pada SDA. Setelah diinkubasi selama 3 hari pada suhu 370C, dilakukan penghitungan jumlah koloni.
Hasil: Peningkatan derajat deasetilasi kitosan diikuti dengan penurunan jumlah koloni C. albic ans (p < 0,05).
Kesimpulan: Kitosan A dengan derajat deasetilasi lebih tinggi mempunyai efek anti jamur yang lebih baik daripada kitosan C.

Background: Candida albicans is a fungal microorganism in oral cavity. The result of Candida albicans overgrowth is oral candidiasis. Predisposing factor of Candida albicans overgrowth is malnutrition caused by poverty. Low economical power make people ignore oral candidiasis because the price of current antifungal medicines available are expensive. In this case, alternative antifungal material is needed. Chitosan is a new antifungal material made from crustacean shell waste which is excessive in Indonesia. Some researchers had been done and it was concluded that different concentration of chitosan has different antifungal effect. In this experiment, we tested the antifungal effect of local made chitosan on Candida albicans.
Purpose: To find out the antifungal effect of local made chitosan with different degree of deacetylation on Candida albicans (ATCC 10231). Method: Candida albicans ATCC 10231 suspension made with serial dilution method using PBS as a solvent until 106 concentration reached. Candida albicans suspension were added to chitosan solution (chitosan A (degree of deacetylation 80.45%), chitosan B, and chitosan C (degree of deacetylation 72- 82%)) and control group (SDB) and planted on SDA disk. Shook for 3 hours in 37oC and 6 hours in room temperature and incubated for 3 days in incubator and Candida albicans colonies formed.
Results: The increase in the degree of deacetylation of chitosan was followed by the decrease of Candida albicans colonies formed (p < 0,05).
Conclusion: Candida albicans colonies formed on chitosan A with higher degree of deacetylation were fewer than Candida albicans colonies formed on chitosan C."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Conny Riana Tjampakasari
"Masalah di dalam dunia kedokteran bertambah dengan meningkatnya berbagai penyakit yang disebabkan oleh jamur Candida, terutama oleh Candida albicans. Candida albicans dianggap sebagai spesies terpatogen dan menjadi penyebab utama kandidosis. Jamur ini tidak terdapat di alam bebas, tetapi dapat tumbuh sebagai saproba pada berbagai alat tubuh manusia, terutama yang mempunyai hubungan dengan dunia luar. Ketokonasol sebagai antimikotik pertama yang bekerja efektif secara oral menjadi pilihan untuk menguji sensitivitas Candida albicans. Tujuan penelitian ini adalah menguji sensitivitas Candida albicans terhadap ketokonasol dengan metode Minimum Inhibitory Concertation (MIC). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 84,50% Candida alb/cans (60 dari 71 sampel) bersifat resisten terhadap ketokonasol. Diharapkan dengan dilakukannya penelitian ini dapat memberikan sumbangan pengetahuan bagi klinisi dalam hal pengobatan kandidosis."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2000
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>