Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 217245 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Purbadi Putranto
"Pada penelitian kali ini, dilakukan penilaian kelayakan, FFS Assessments, dari sepuluh jalur pipa, delapan di bagian compression section dan dua di flow section. Penilaian kelayakan dilakukan dengan melihat kemampuan pipa yang telah terkorosi dalam menahan tekanan. Data ketebalan yang didapat lewat metode ultrasonic testing akan dibandingkan dengan ketebalan nominal pipa pada desain untuk mendapatkan laju korosi. Dengan laju korosi maka akan dapat diperkirakan sisa usia pakai (remaining useful life, RUL) dari setiap jalur. Serangan korosi akan menyebabkan terjadinya penipisan dinding pipa yang menurunkan kekuatan pipa dalam menahan tekanan. Pipa yang nilai RUL-nya tidak mencapai interval inspeksi berikutnya harus diperiksa kekuatannya. Proses pemeriksaan kekuatan dilakukan dengan perangkat lunak RSTRENG.
Laju korosi rata-rata tertinggi terdapat pada jalur PG-0110-XD-20? di flow section (0.760 mmpy). Sementara dari hasil pengukuran nilai RLA masing-masing jalur didapatkan bahwa dua jalur di compression section yaitu PG-0105-D-10? dan PG-0123-D-2? memiliki nilai dibawah expected life (10 tahun). Sementara jalur pada flow section yaitu PG-0021-D-16? juga berada dibawah nilai espected life (1 tahun). Dari ketiga jalur yang memiliki nilai RUL dibawah nilai expected life yang dihitung nilai kekuatannya, didapatkan nilai MAOP dari dua buah jalur yaitu PG-0105-D-10? (922 psig) dan PG-0021-D-16? (924 psig) dibawah tekanan desain 1200 psig. Sementara satu jalur lagi PG-0123-D-2? mendapatkan nilai MAOP 1253 psig.
Dari hasil perhitungan MAOP dan analisa ketebalan, maka dua jalur yaitu PG-0105-D-10? dan PG-0021-D-16? disarankan untuk mengalami derating tekanan proses menjadi 922 psig dan 924 psig. Sementara jalur PG-0123-D-2? disarankan untuk mengalami perbaikan total (pergantian komponen).
Perhitungan RSTRENG harus dilakukan dengan memperhatikan kondisi profil dari korosi yang terjadi. Persamaan B31G konvensional adalah persamaan yang paling sederhana dan cenderung mengecilkan nilai kekuatan pipa, sementara persamaan 0.85 dL cenderung sejalan dengan effective area, namun terkadang berbeda saat terdapat satu cacat pitting yang jauh lebih dalam disbanding sekitarnya.

On this research, FFS Assessments were done in ten piping systems, eight in compression section and a pair in flow section. These assessments were carried on by observing corroded pipes abilities in providing enough strength to prevents leakage. The results from thicknesses measurements by UT compared to nominal thickness to get the corrosion rate of every piping system. From those calculated corrosion rate, we could predict the remaining useful life, RUL of each piping systems. For piping system which its calculated RUL is below the interval of next inspection should be checked for it strength by using RTSRENG software.
The results of this research told us that the corrosion rate in M2 offshore oil platform were ranged from medium to severe with highest average corrosion rate were occur in flow section PG-0110-XD-20? (0.760 mmpy).From remaining life assessment, it is known that there were three piping system which it calculated remaining life is below the expected life. Two of them are in compression section, PG-0105-D-10? and PG-0123-D-2? and the other one is PG-0021-D-16? which located in flow section. The calculation of those three remaining wall thickness strength which is carried on by RTSRENG software resulted in conclusion that two piping system PG-0105-D-10? (922 psig) and PG-0021-D-16? (924 psig) were inadequate to hold off design pressure of 1200 psig. The other piping system PG-0123-D-2? is predicted having MAOP of 1253 psig.
By combining the RSTRENG results and thickness analyses, it is concluded that two lines, PG-0105-D-10? and PG-0021-D-16? should be derated to new pressures which is equal to their RSTRENG MAOP calculation (922 and 924 psig), while the other line PG-0123-D-2? must be replaced.
This research also notice that before verifying the results of RSTRENG calculation, one should also take consideration of corrosion profile which occur. The conventional B31G were the simplest and tends to create result which underestimate the strength of pipe, while 0.85 dL result were usually close to the effective area, except when there?s an unique shape where there?s a deep pit with penetration much higher than it surrounding area."
2008
S41638
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rut Puspaningtyas Suntarto
"Internal piping erosion adalah fenomena ketika partikel tanah dari bendungan tererosi secara terus-menerus dan menciptakan ruang berongga dalam bentuk pipa. Interaksi antara aliran fluida dan partikel solid dievaluasi menggunakan metode numerik Smoothed Particle Hydrodynamics (SPH) dan platform DualSPHysics. Aliran diasumsikan sebagai aliran laminar. Skenario pertama yang diamati dalam penelitian ini adalah aliran melalui pipa dinding halus dengan bilangan Reynolds yang berbeda yaitu 25, 50 dan 100. Ditemukan bahwa peningkatan bilangan Reynolds menyebabkan penurunan friction factor. Aliran melalui dinding pipa dengan geometri kekasaran yang berbeda yaitu semi-circular ribs, triangular ribs, dan rectangular ribs juga disimulasikan pada skenario kedua. Melalui penelitian ini ditemukan bahwa tinggi dan bentuk kekasaran berbanding lurus mempengaruhi friction factor. Distribusi kecepatan aliran menunjukkan nilai yang berbeda dibandingkan dengan skenario aliran melalui dinding halus. Dalam rangka mengevaluasi pengaruh kekasaran terhadap koefisien beban hidrodinamik dan vortex shedding, partikel padat antara dinding dengan geometri dan jari - jari kekasaran yang berbeda diamati pada skenario ketiga. Jari - jari kekasaran berbanding lurus dengan drag coefficient. Ditemukan juga bahwa semakin besar tinggi kekasaran, semakin kecil jarak antara vortisitas yang terbentuk.

Internal piping erosion is a phenomenon when soil particles of the earth dam eroded continuously and it creates a hollow space in a form of a pipe. Interaction between fluid flow and the solid particles is evaluated using numerical approach of Smoothed Particle Hydrodynamics (SPH) and DualSPHysics platform. The flow assumed as a laminar flow. The first scenario observed in this study is flow through smooth wall pipe with different reynolds number of 25, 50 and 100. It is found that increase of Reynolds number causes the decrease of friction factor. Flow through pipe wall with different geometry of roughness which are semi – circular ribs, triangular ribs, and rectangular ribs pipe wall are also simulated in the second scenario. Through this study, it is found that the height and shape of roughness directly proporsional affected the friction factor. Velocity contour of the flow show a different value compared to the smooth wall pipe scenario. In order to evaluate the effect of roughness to hydrodynamic force coefficient and vortex shedding, a solid particle between wall with different geometry and height of roughness are observed in the third scenario. The height of roughness are directly proporsional to the drag coefficient. It is also found that the larger the height of roughness, the smaller the distance between the vortices formed."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yohana Afrita
"Latar belakang: Pasien dengan tumor muskuloskeletal (MSK) ganas menunjukkan insidens deep vein thrombosis (DVT) bervariasi. USG Doppler berwarna merupakan modalitas terpilih untuk evaluasi DVT.
Tujuan: Menilai hubungan trombus, kecepatan aliran, dan ketebalan dinding vena pada USG Doppler berwarna vena profunda ekstremitas bawah pada pasien dengan tumor primer MSK ganas.
Metode: Penelitian ini menggunakan data primer dari pemeriksaan USG Doppler berwarna vena profunda ekstremitas bawah, yaitu trombus, ketebalan dinding vena, dan kecepatan aliran vena, serta data sekunder, yaitu ukuran tumor dari magnetic resonance imaging (MRI) atau computed tomography >(CT) scan dan durasi gejala tumor dari rekam medis. Penelitian dilakukan di Departemen Radiologi dan Poliklinik Orthopaedi dan Traumatologi Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo (RSUPNCM) bulan Agustus 2020 hingga Maret 2022.
Hasil: Terdapat 10% insidens trombus pada sistem vena profunda ekstremitas bawah pada 30 subyek dengan tumor primer MSK ganas. Subyek dengan trombus cenderung memiliki volume tumor lebih besar dibandingkan tanpa trombus, namun secara statistik tidak bermakna.
Kesimpulan: Dimensi dan volume tumor pada subyek dengan trombus cenderung lebih besar dibandingkan tanpa trombus. Pada penderita tumor MSK ganas, dapat ditemukan gambaran klinis dan laboratoris yang menyerupai DVT namun belum tentu didapatkan trombus, sehingga USG Doppler berwarna penting untuk membedakan ada tidaknya DVT.

Background: Patients with malignant musculoskeletal (MSK) tumors show variable incidence of deep vein thrombosis (DVT). Color Doppler ultrasound (CDUS) is the modality of choice for DVT evaluation.
Objective: To assess the relationship of thrombus, flow velocity, and venous wall thickness on CDUS of lower extremities deep veins in patients with primary malignant MSK tumors.
Methods: Primary data from CDUS of lower extremities deep vein, including thrombus, venous wall thickness, and venous flow velocity. Tumor size was taken from magnetic resonance imaging (MRI) or computed tomography (CT) scans. Duration of tumor symptoms was taken from medical records. The study was conducted at the Department of Radiology and the Orthopaedi and Traumatology Polyclinic of the Cipto Mangunkusumo National General Hospital (RSUPNCM) from August 2020 to March 2022.
Results: There was 10% incidence of thrombus in 30 subjects. Subjects with thrombus tended to have larger tumor volume but it was not statistically significant.
Conclusion: Tumor dimensions and volume in subjects with thrombus tend to be larger than those without thrombus. In patients with malignant MSK tumors, clinical and laboratory features that resemble DVT can be found, but not necessarily a thrombus, therefore CDUS is important for distinguishing the presence or absence of DVT.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Gautama Hasya Siddhartha
"Polyhydroxyalkanoate (PHA) adalah plastik biodegradable yang berasal dari sumber terbarukan. PHA dianggap sebagai opsi hijau untuk plastik di masa depan karena mereka diharapkan untuk menggantikan plastik berbasis minyak bumi di pasar dunia. Pemurnian dan ekstrusi adalah proses terakhir dari produksi polihidroksialkanoat (PHA). Bagian ini terutama berkaitan dengan pemisahan kotoran dan air dari PHA, biasanya menghasilkan kemurnian dalam PHA lebih tinggi dari 95%. Produk akhir PHA ditransformasikan ke bentuk yang diinginkan menggunakan teknologi proses ekstrusi. Bentuk akhir PHA lebih sering berbentuk pelet kecil. Proses pemurnian PHA akan bervariasi tergantung pada metode ekstraksi PHA yang dipilih. Untuk mencapai kapasitas produksi yang diusulkan 25.000 ton per tahun, bagian ini membutuhkan sekitar 249 ton / hari dengan konsentrasi 29% PHA yang diekstraksi. Unit-unit utama yang digunakan dalam area proses ini termasuk rotary dryer, extruder, hydrocyclone, pompa, screw conveyor dan air blower. Sistem kontrol diimplementasikan di sebagian besar area di bagian ini untuk memastikan keamanan, kualitas, dan efisiensi proses. Variabel yang dikontrol dalam area proses ini sebagian besar adalah level, aliran, dan suhu. Emisi lingkungan dari area proses ini termasuk debu, air limbah, kebisingan, dan karbon dioksida. Debu dihasilkan oleh unit pemrosesan padat, seperti konveyor sekrup dan hopper penyimpanan. Air limbah diproduksi oleh hidrosiklon sedangkan karbon dioksida dihasilkan oleh pengering. Suara keras dihasilkan oleh extruder dan blower udara bertenaga tinggi.

Polyhydroxyalkanoates (PHAs) are biodegradable plastics which are derived from renewable sources. PHA is considered as a green option for plastics in the future as they are expected to replace petroleum-based plastics in the world market. Purification and extrusion are the last processess of the polyhydroxyalkanoate (PHA) production. This section mainly deals with the separation of impurities and water from PHA, usually producing a purity in PHA higher than 95%. The final product of PHA is transformed to the desired shape using extrusion process technology. The final shape of PHA is more often to be in small pellet shapes. The PHA purification process will vary depending on the PHA extraction method selected. To achieve a proposed production capacity of 25,000 tonnes per annum, this section needs around 249 tonnes/day with 29% concentration of extracted PHA. Key units used in this process area include rotary dryer, extruder, hydrocyclone, pumps, screw conveyors and air blower. Control systems are implemented in much of the area in this section to ensure safety, quality and efficiency of the process. Controlled variables in this process area are mostly the level, flow and temperature. Environmental emission from this process area includes dust, wastewater, noise and carbon dioxide. Dusts are generated by solid processing units, such as screw conveyors and storage hopper. Wastewater is produced by the hydrocyclone while carbon dioxide is produced by the dryers. Loud noises are generated by the high-powered extruder and air blowers."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joki R.R.
"Korosi terjadi tanpa mengenal waktu di segala aspek kehidupan manusia dan dapat mengakibatkan banyak kerugian. Di industri minyak dan gas, kerugian yang terjadi akibat korosi berdampak pada penurunan kualitas material yang digunakan. Dan hal ini berarti berhubungan dengan lamanya operasional alat berfungsi atau kemampuan jangka panjang dari suatu alat dan kemungkinan terjadinya kegagalan pada peralatan yang digunakan. Sehingga jika korosi menyerang, maka selain kerugian finansial yang dialami, kerugian berupa dampak terhadap lingkungan sekitar dan juga safety dari pekerja dan masyarakat sekitar juga bisa terjadi. Oleh karena itu inspeksi terhadap peralatan yang ada penting untuk dilakukan. Indonesia yang masih mengacu pada inspeksi berdasarkan jangka waktu (timebased inspection) masih memberikan peluang untuk terjadinya kegagalan pada peralatan yang digunakan. Oleh karena itu penting untuk menggunakan acuan lain seperti inspeksi berdasarkan tingkat resiko (Risk-Based Inspection)/RBI.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 8 pipa yang dianalisa, 5 pipa (6" dan 4 pipa 16") memiliki nilai 2D yang berarti berstatus resiko medium dan mendapatkan respon corrective maintenance dan 3 pipa (8", 12", dan 18") memiliki nilai 2E yang berarti berstatus resiko medium-high dan mendapatkan respon preventive maintenance. Usulan inspeksi yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan visual, ultrasonic straight beam, eddy current, flux leakage, radiography, dan pengukuran dimensi. Usulan waktu inspeksi yang dapat dilakukan kembali adalah 7 tahun kemudian untuk pipa-pipa yang memiliki nilai 2D dan 5 tahun kemudian untuk pipa-pipa yang bernilai 2E dari inspeksi terakhir. Nilai rendah yang diperoleh melalui penelitian ini dikarenakan pipa memiliki sistem inspeksi yang baik terhadap mix point/injection yang ada dan juga karena sistem pipa yang ada tidak mengenal adanya deadleg, sehingga nilai TMSF tidak mengalami pertambahan yang signifikan.

Corrosion happen everytime in all human-life aspects and can caused lot of losses. In oil and gas industry, losses caused by corrosion affect directly to material quality that used in the industry. And it means relate to how long an equipment can perform or long-term compability of an equipment and probability of a failure occured in an equipment. So, if corrosion attacks, beside financial loss, another loss that can happen are environtmental loss and also human safety which is include the worker and also community around the industry. Therefore, it is very important to hold an inspection to every equipments in oil and gas industry. Indonesia still hold time based inspection to all equipment in oil and gas industry, and that methode still open for a failure occured. So that, it is very important to use another inspection management methode like Risk-Based inspection (RBI).
Result of this paper are, from 8 pipes that checked, 5 pipes (a 6" pipe and 4 pipes of 16") got 2D rank, which mean have medium status and got corrective maintenance respon. And 3 pipes (8", 12" and 18") got 2E rank which mean have medium-high status and got preventive maintenance response. Inspection methode that proposed are visual examination, ultrasonic straight beam, eddy current, flux leakage, radiography, and dimensional measurement. Inspection time interval from last inspection activity that proposed are 7 years for pipes that got 2D rank and 5 years for pipes that got 2E rank. Low rank that several pipes received because those pipes have good inspection system on mix point/injection area and also the overall piping system do not have the deadleg system, so the TMSF value not multiplied by a value factor.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
T31723
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Gofar Ismail Aji
"Proses korosi yang alaminya terjadi pada komponen utama penggerak industri, material logam, semakin penting untuk dapat dikendalikan dan berbagai usaha dilakukan antara lain dengan adjustment pada parameter operasi dan faktor alam yang terlibat. Proses monitoring dan control terpadu, untuk memonitor dan bahkan mengukur ancaman korosi yang terjadi dilakukan dengan berbagai tipe mekanisme pelaksanaan dan piranti. Penggunaan model simulasi pengukuran korosi disertai dengan monitoring korosi dan inspeksi kerap digunakan sekaligus untuk memperoleh profil laju korosi yang semakin representatif dengan kondisi actual yang terjadi pada logam. Pemahaman terhadap faktor ? faktor yang berpengaruh dalam ketiga kegiatan tersebut sebelumnya sangat penting dalam menginterpretasi hasil keluaran yang didapat dari 3 mekanisme tersebut dalam tingkat sensitifitas berbagai variabel alamiah dan operasional dengan keluaran yang dihasilkan.
Dalam penelitian ini dilakukan perbandingan terhadap hasil keluaran laju korosi yang diperoleh dari proses simulasi perangkat lunak, monitoring korosi dengan metode kupon dan hasil inspeksi pembacaan ketebalan dengan peralatan ultrasonic. Penelitian dilakukan pada system perpipaan pada fasilitas produksi minyak lepas pantai, dengan 3 tipe lingkungan kajian, lingkungan multifasa, berbasis minyak dan lingkungan berbasis gas. Dari hasil keluaran yang diperoleh dari 3 metode tersebut kemudian diperoleh korelasi tertinggi antara laju korosi pada kupon dengan penghitungan perangkat lunak pada pipa dengan aliran minyak. Sementara itu untuk laju korosi pada kupon dengan laju penipisan dinding pipa diperoleh korelasi dengan koefisien tertinggi juga pada aliran minyak.
Hasil laju korosi yang berbeda ? beda dan seringkali tidak konsisten dari perbandingan ketiga metode tersebut lebih disebabkan oleh posisi pemasangan kupon yang tidak representatif (untuk kupon pada posisi arah jam 3 dan 9).

Corrosion process naturally and readily occurs at metal surface, the backbone material of almost all operating equipment in oil and gas industry. Various methods and mechanisms are put operational to control and monitor corrosion process in order to maintain operational continuity by having provided latest update information about metal based equipment. Simulation model is also applied in order to predict corrosivity of the system by using operating parameter combined with natural existing parameter. Actual and predicted corrosion rate are valuable ouput expected from these methods, and with correct understanding of these methods, proper interpretation and specific data significancy can be used as decision bases.
In this study, output comparison of corrosion rate measurement methods is conducted, involving data retrived from coupon monitoring, corrosion rate simulation and thickness inspection data from ultrasonic test. Samples are taken from oil and gas offshore piping system, with 3 types of environment, multiphase, oil based and gas. Correlation factor between each metods of corrosion rate measurement is concluded by graphical and linear formulation comparison, with closest relation found in oil based system.
Any difference and inconsistency found from 3 corrosion rate measurement method are most likely as the result of sensitivity factor dissimilarity of each method, one of which is coupon positioning, specifically at 3 and 9 o?clock position.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
T27755
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dona Yuliati
"Kebocoran hidrokarbon dapat menyebabkan konsekuensi yang serius di berbagai aspek. Di samping berperan dalam polusi lingkungan, kebocoran yang berulang juga membutuhkan biaya perbaikan yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk meminimalisir terjadinya kebocoran berulang dan mencegah terjadinya kebocoran di sistem perpipaan dengan aliran 3 fasa lainnya. Penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif untuk mendapatkan level risiko, menghitung estimated life dan memperkirakan jadwal inspeksi atau mitigasi berikutnya. Penyebab utama terjadinya kebocoran berulang diketahui menggunakan analisis kuantitatif dari Fault Tree Analysis (FTA). Diagram bow tie menggambarkan safeguard yang dibutuhkan untuk mencegah dan mengontrol terjadinya kebocoran. Terdapat 8 sistem perpipaan yang mengalami kebocoran berulang pada 3 tahun terakhir. Dari hasil penelitian didapatkan level risiko beberapa pipa berada pada area kuning dan merah dengan 1 pipa dalam kondisi unfit. FTA menunjukkan adanya 4 penyebab utama terjadinya kebocoran berulang dan dimasukkan ke dalam diagram bow tie bagian kiri. Dapat disimpulkan bahwa analisis risiko ini dapat digunakan untuk meminimalisir dan mencegah terjadinya kebocoran di sistem perpipaan 3 fasa.

Hydrocarbon releases might result serious consequences in various aspects. Beside contribute to environmental pollution, repetitive leakages need high repair costs. This study is aimed to minimize repetitive leakage and prevent leakage for other 3-phase piping systems. We employ the quantitative risk assessment to establish risk levels, calculate estimated life, and propose the next inspection or mitigation plan. The most relevant root causes can be obtained through quantitative Fault Tree Analysis (FTA). A bow tie diagram will represent safeguards to prevent and control hydrocarbon releases. Eight piping systems that have suffered repetitive leakage are investigated. It has been found that the risk level of some piping systems in yellow and red areas with 1 pipe in unfit condition. FTA shows 4 basic events as root causes of leakage, and input them as threats in a bow tie. It can be concluded this analysis can be used to minimize and prevent leakage for 3-phase piping systems."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yordi Subekti
"Dari sebuah Pembangkit Listrik diperoleh sebuah water wall tube dari ketel uap yang mengalami kegagalan berupa terkorosinya permukaan dalam dari tube hingga menyebabkan penipisan yang cukup signifikan. Analisis kegagalan dilakukan dengan beberapa pengujian antara lain pengujian komposisi kimia, pengujian tarik, pengujian kekerasan, pengujian XRD, pengamatan metalografi (makro dan mikro), dan pengamatan SEM yang disertai dengan pengujian EDX. Sementara itu pengkajian sisa umur pakai dilakukan dengan melakukan pengujian polarisasi dan pengukuran ketebalan dinding bagian dalam tube. Analisis yang dilakukan, meliputi analisis makrostruktur dan mikrostruktur, analisis komposisi logam dasar dan juga komposisi scale, hasil pengujian sifat mekanis material berupa kekuatan tarik dan kekerasan, dengan membandingkan pada standard dan literatur yang ada. Pengamatan metalografi menunjukkan bahwa telah terjadi speroidisasi yang disertai dengan pearlite breakdown dan intergranular crack pada mikrostrukturnya. Sementara hasil pengujian XRD dan EDX memberikan hasil bahwa terdapat deposit tembaga pada permukaan dalam tube yang bercampur dengan scale. Pengujian kekerasan menunjukkan bahwa kekerasan di daerah gagal lebih rendah dibandingkan dengan daerah yang tak mengalami kegagalan. Dari seluruh hasil yang didapat menjelaskan bahwa penyebab kegagalan water wall tube tersebut adalah karena terbentuknya deposit lokal yang menyebabkan terjadinya beberapa mekanisme degradasi seperti overheating, penipisan, korosi kaustik dan hydrogen damage."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S41741
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurlaila
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang pengajuan yang dilakukan oleh PAU Bidang II. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pelaksanaan filing di PAU Bidang II. Ada enam kriteria yang mendasari pengarsipan arsip, yaitu sistem pengarsipan, daftar inventaris, penyediaan informasi odner/folder/file, dan jumlah serta kapasitas sarana penyimpanan arsip. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Untuk mendapatkan data dalam penelitian, peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan studi dokumen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan pengarsipan arsip di PAU Bidang II yang dilakukan berdasarkan Pola Klasifikasi Arsip Universitas Indonesia belum terlaksana secara merata. Dalam pembuatan daftar pencarian arsip masih terdapat unit yang belum memiliki lokasi penyimpanan arsip pada daftar pencarian arsip. Selain itu, tidak semua unit memberikan informasi lengkap pada label fasilitas penyimpanan. Namun sarana dan prasarana pengarsipan arsip di PAU bidang II sudah memadai. Dalam pencarian arsip unit kerja ini dapat berjalan dengan baik.
ABSTRACT
This study discusses the submission made by PAU Field II. The purpose of this study is to describe the implementation of filing in PAU Field II. There are six criteria that underlie archive archiving, namely the filing system, inventory list, provision of odner/folder/file information, and the number and capacity of archive storage facilities. This research uses a qualitative approach with a case study method. To obtain data in the study, researchers used several data collection techniques through interviews, observations, and document studies. The results of this study indicate that the overall archiving of archives in PAU Sector II which is carried out based on the Archives Classification Pattern at the University of Indonesia has not been carried out evenly. In making the archive search list there are still units that do not have an archive storage location on the archive search list. In addition, not all units provide complete information on the storage facility label. However, archive archiving facilities and infrastructure in PAU field II are adequate. In searching the archives this work unit can run well."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ruspenda
"Electrical submersible pump (ESP) yang digunakan mengangkat minyak dari formasi, tidak bisa bekerja dengan baik karena sering mengalami gas lock sebagai akibat banyaknya gas associated yang terproduksi didalam well bore. Untuk mengatasinya, Gas associated ini dialirkan lewat casing dan di-venting ke atmosfir. Venting system ini  berpontesi menimbukan polusi udara. Karean itu, 5 MMSCFD associated  gas yang terproduksi di Anjungan Y ini, perlu dimanfaatan secara close system dengan mengalirkanya ke Anjungan Process melalui scrubber  55” OD x 8’0”S/S, gas pipeline 8” sepanjang 5700 ft serta dikompessi dengan kompesor sampai tekanan discharge 400 psig sehingga dapat dimafaatkan sebagai umpan gas plant atau fuel gas turbine. Nilai keekonomisan  proyek ini sangat layak dengan NPV positip 141,5 Juta US$, nilai IRR positip 408%, Payback time 3 bulan dan  Revenue sebesar 11,1 Juta US$/tahun.

The electrical submersible pump that used to lift oil from the formation, can not work properly because it often experiences gas lock as a result of the amount of associated gas produced in the well bore. To overcome this, Associated gas has to be flowed through the casing and vented to the atmosphere. This venting system has the potential to cause air pollution. Therefore, 5 MMSCFD of associated gas produced at Platform Y, needs to be utilized in a close system by flowing it to the Process Platform through a scrubber 55 "OD x 8'0" S/S, 8" gas pipeline 5700 ft length and compressed by the compressor until 400 psig discharge pressure, so that it can be used as a feed gas plant or fuel gas turbine. The economic value of this project is very feasible since positive NPV 141.5 Million US $, positive IRR value of 408%, Payback time of 3 months and Revenue of 11.1 Million US $ / year."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T52643
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>