Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 58986 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Idah Hamidah
"Tesis ini memfokuskan diri pada strategi kesantunan tindak tutur direktif dalam novel bahasa Jepang. Novel yang digunakan sebagai sumber data adalah catatan harian penulisnya, berjudul Ichi Rittoru no Namida ‘One Litre of Tears’ karya Kito Aya yang diterbitkan pada Februari 2005 (17 Heisei).Penelitian ini bertujuan menemukan strategi kesantunan direktif di dalam novel. Melalui ancangan kualitatif dengan metode analisis kontekstual, ditemukan lima strategi kesantunan untuk menyatakan direktif, sesuai dengan yang diajukan oleh Brown & Levinson (1987), antara lain: (1) bald on record (langsung), (2) on record dengan kompensasi kesantunan positif, (3) on record dengan kompensasi kesantunan negatif, (4) off record (samar-samar), dan (5) bertutur di dalam hati (diam).Strategi kesantunan direktif secara terus terang direalisasikan melalui pemarkah gramatikal [kudasai], (~te], dan [~te goran]; penggunaan fatis [ne] dan [yo]. Strategi kesantunan direktif dengan kompensasi kesantunan positif direalisasikan melalui promise, include both S & H in the activity, intensify interest to H, gtve reason, assert or presuppose S's knowledge of and concem for H’s wants, dan gtve gift. Strategi kesantunan direktif dengan kompensasi kesantunan negatif direalisasikan melalui penggunaan guestions & hedge, impersonalize S & H, dan be conventionally indirect. Strategi kesantunan direktif secara samar-samar direalisasikan melalui use ellipsis, be vague, dan give hints. Kesantunan direktif dalam hati direalisasikan dengan diam. Dari kelima strategi kesantunan direktif tersebut, ditemukan bahwa strategi yang cenderung lebih banyak digunakan adalah kesantunan direktif positif. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan perbandingan untuk penelitian selanjutnya dalam bahasa Jepang.

This thesis focuses on politeness strategy of directive speech act in Japanese novel Ichi Rittoru no Namida (One Littre of Tears) written by Kito Aya. This primary data source is the writer’s journal, published on February 2005 (17 Heisei). Applying qualitative approach and contextual analysis method, it is found out that there are five politeness strategies to perfonn directive speech act, as proposed by Brown & Levinson (1987). They are (1) bald on record, (2) positive politeness, (3) negative politeness, (4) off record, and (5) silent strategy. The first strategy is realized by grammatical marker [kudasai], [~te], and [~te goran]; phatic expression [ne] and [yo]. Second strategy is realized by making promise, including both S & H in the activity, intensifying interest to H, giving reason, asserting or presupposing S’s knowledge of and concem for H’s wants, and giving gift. Third strategy is realized by using hedge and questions, impersonalizing S & H, and being conventionally indirect. The fourth strategy is realized by using ellipsis, being vague, and giving hints. Silent strategy in directive politeness is realized by saying nothing. The finding shows that positive politeness tends to be used more frequently. The finding of this research serves as the synchronic linguistic data for further research in the topic."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
T25877
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Idah Hamidah
"Tesis ini memfokuskan din pads strategi kesantunan tindak tutur direktif dalam novel bahasa Jepang. Novel yang digunakan sebagai amber data adalah catatan harian penulisnya, berjudul Ichi Rittoru no Namida `One Litre of Tears' karya Kito Aya yang diterbitkan pads Februari 2005 (17 Heisei).Penelitian ini bertujuan menemukan strategi kesantunan direktif di dalam novel. Melalui ancangan kualitatif dengan metode analisis kontekstual, ditemukan lima strategi kesantunan untuk menyatakan direktif, sesuai dengan yang diaj ukan oleh Brown & Levinson (1987), antara lain: (1) bald on record (Iangsung), (2) on record dengan kompensasi kesantunan positif, (3) on record dengan kompensasi kesantunan negatif, (4) off record (samar-samar), dan (5) bertutur di dalam hati (diam).Strategi kesantunan direktif secara terus terang direalisasikan melalui pemarkah gramatikal [kudasai], [Â?te], dan [- to goran]; penggunaan fatis [ne] dan [yo]. Strategi kesantunan direktif dengan kompensasi kesantunan positif direalisasikan melalui promise, include both S & H in the activity, intensify interest to H, give reason, assert or presuppose S's knowledge of and concern for H's wants, dan give gift. Strategi kesantunan direktif dengan kompensasi kesantunan negatif direalisasikan melalui penggunaan questions & hedge, impersonal ae S & H, dan be conventionally indirect. Strategi kesantunan direktif secara samar-samar direalisasikan melalui use ellipsis, be vague, dan give hints. Kesantunan direktif dalam hati direalisasikan dengan diam. Dari kelima strategi kesantunan direktif tersebut, ditemukan bahwa strategi yang cenderung lebih banyak digunakan adalah kesantunan direktif positif. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan perbandingan untuk penelitian selanjutnya dalam bahasa Jepan.

This thesis focuses on politeness strategy of directive speech act in Japanese novel Ichi Rittoru no Namida (One Littre of Tears) written by Kito Aya. This primary data source is the writer's journal, published on February 2005 (17 Heisei). Applying qualitative approach and contextual analysis method, it is found out that there are five politeness strategies to perform directive speech act, as proposed by Brown & Levinson (1987). They are (1) bald on record, (2) positive politeness, (3) negative politeness, (4) off record, and (5) silent strategy. The first strategy is realized by grammatical marker [kudasai], He], and [Â?te goran]; phatic expression [ne] and [yo]. Second strategy is realized by making promise, including both S & H in the activity, intensifying interest to H, giving reason, asserting or presupposing S's knowledge of and concern for H's wants, and giving gift. Third strategy is realized by using hedge and questions, impersonalizing S & H, and being conventionally indirect. The fourth strategy is realized by using ellipsis, being vague, and giving hints. Silent strategy in directive politeness is realized by saying nothing. The finding shows that positive politeness tends to be used more frequently. The finding of this research serves as the synchronic linguistic data for further research in the topic."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
T25877
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Riani Yulihana
"Penelitian ini menganalisis bentuk direktif bahasa Jepang langsung dan tidak langsung yang terjadi di perusahaan Jepang, yang diamati dari drama Hanzawa Naoki secara kualitatif yang didasari oleh tindak tutur tidak langsung Searle, batasan dari skala ketidaklangsungan Takahashi, dan dihubungkan dengan konsep Ie dan unsur-unsur sosial yang terkandung di dalamnya. Hasil menunjukkan bahwa pada perusahaan Jepang, direktif langsung lebih banyak digunakan daripada direktif tidak langsung. Akan tetapi karena dilatari oleh sistem sosial Ie, seorang subordinat tidak seperti superior, tidak memiliki bermacam pilihan pola direktif langsung untuk digunakan terhadap superior.

The focus of this study is Japanese directive forms, both direct and indirect that take place in workplaces in Japan, observed qualitatively from Japanese drama Hanzawa Naoki using Searle’s indirect speech act as the main reference, Takahashi's indirectness scale, and the concept of Ieincludes social norms consist in the concept of Ie. The result shows that in workplace in Japan direct directive is used more frequent than indirect directive. However, because of the social system of Ie, a subordinate cannot be like an superior, he/she doesn't have any direct directive form option except Ie kudasai to be expressed to his/her superior.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S56198
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andreyna Tiarasari Mahandry
"Penelitian ini mengkaji tindak tutur mengkritik dalam film Willkommen bei den Hartmanns. Fokus penelitian ini adalah 1) bentuk kalimat yang meliputi tindak tutur mengkritik sertastrategi dalam merealisasikannya dan 2) penggunaan strategi kesantunan dalam tindak tutur mengkritik dalam film terkait. Strategi kesantunan dibahas karena memainkan peran penting dalam realisasi kritik. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitiatif deskriptif yang didukung oleh metode kuantitatif. Data didapatkan melalui observasi dan pencatatan. Data kemudian dianalisis menggunakan strategi realisasi kritik yang dikembangkan oleh Nguyen (2005) dan teori strategi kesantunan oleh Brown dan Levinson (1987). Hasil temuan menunjukkan bahwa terdapat berbagai strategi realisasi tindak tutur mengkritik yang digunakan dalam film terkait meliputistrategi tindak tutur mengkritik langsung (37,7%) dan strategi tindak tutur mengkritik tidak langsung (62,3%). Dari total 6 klasifikasi dalam strategi tindak tutur mengkritik langsung, strategi yang paling sering digunakan adalah evaluasi negatif (44,8%). Dari total 9 klasifikasi strategi tindak tutur mengkritik tidak langsung, strategi yang paling sering digunakan adalah bertanya/mengandaikan (27,083%). Hasil temuan juga menunjukkan bahwa dalam konteks strategi kesantunan, jumlah penggunaan strategi samar-samar (42,22%) melebihi tiga strategi lainnya.

This research examines the speech acts of criticism in the film Willkommen bei den Hartmanns. The focus of this research is 1) the sentences form that include criticism speech acts and its realization strategy and 2)the use of politeness strategies during criticism speech acts in the aforementioned movie. The politeness strategy is discussed because it plays an important role in the realization of criticism. The research methods used analysis qualitative which is supported by quantitative methods. The data were obtained through observation and recording. The data were then analyzed using the criticism realization strategy developed by Nguyen (2005) and the politeness strategy theory by Brown and Levinson (1987). The findings showed that there are various strategies of criticism speech acts used in the movieincluding direct criticism (37,7%) and indirect criticism (62,3%). Out of 6 classifications in direct criticism strategy, the most used strategy was negative evaluation (44,8%). Out of 9 classificationsin indirect criticism strategy, the most used strategy was asking/supposing (27.083%). The findings also showed that in the context of politeness strategies, the use of off-record strategies (42.22%) outnumbered the other three strategies."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nabilah Hanan Ghina
"ABSTRAK
Skripsi ini menganalisis penggunaan strategi kesantunan dan prinsip kerjasama dalam bentuk tuturan antartokoh yang disadur dari sebuah buku novel berjudul /Tyufyak/Pemalas karya Aleksey Feofilaktovich Pisemsky. Metode yang digunakan berupa deskriptif analitis dengan pendekatan kualitatif. Berdasarkan hasil analisis, diperoleh beberapa penggunaan strategi kesantunan dan didapatkan pelanggaran pada prinsip kerjasama yang terjadi dalam beberapa sampel tuturan yang ditemukan.

ABSTRACT
This thesis analyses the usage of politeness strategy and cooperative principles in the form of dialogues between the novel?s characters, adapted from a novella titled Тюфяк/Tjufjak/The Blockhead, collected from a novel titled Тюфяк/Tjufjak written by Aleksey Feofilaktovich Pisemsky. The method used in this thesis is analytical-descriptive with qualitative approach. The analysis resulting in findings of several usages of politeness strategies and several violations to cooperative principles that occured in various found samples of speeches.
"
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2016
S62608
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yan Mujiyanto
"Penelitian ini berlatar belakang asumsi bahwa novel mengandungi berbagai tindak tutur disektif (TTD) yang strategi pengujarannya dapat mengusik muka mitra tutur dan bahwa penerjemahan TTD dapat disertai dengan berbagai bentuk penggeseran kebahasaan yang pada gilirannya mungkin menimbulkan perbedaan derajat kesantunan TTD itu-Berdasarkan asumsi tersebut, penelitian ini mengedepankan masalah penggeseran kebahasaan di dalam pengindonesiaan TTD, pengubahan derajat kesantunan TTD sebagai akibat penerjemahan, dan kaitan penggeseran itu dengan derajat kesantunannya. Tujuannya adalah memperoleh gambaran mengenai (1) hal-hal yang berkaitan dengan penggeseran tadi, (2) dampak penggeseran itu terhadap derajat kesantunannya, dan (3) kaitan penggeseran itu dengan kesantunan tersebut.
Novel yang beriudul A Farewell to Arms karya E. Hemingway (1929) beserta teriemahannya Pertempuran Penghabisan oleh T.S. Bachtiar (1976) dijadikan sumber data. Hasil kajian terhadap sumber data ini digunakan sebagai dasar penyusunan angket yang dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang perbedaan derajat kesantunan TTD tadi antara BSu dan BSa. Responden ditarik secara acak dari populasi yang terdiri atas penutur BSu dan penutur BSa. Data yang diperoleh diolah menggunakan beberapa uji statistik yang semuanya terdapat di dalam SPSS for Windows Release 6. Variabel utama penelitian ini adalah (1) TTD di dalam BSu dan BSa, yang dikelompokkan menurut faktor bahasa dan jenis penutur, dan (2) perbedaan derajat kesantunan TTD antara kedua bahasa tersebut. Variabel lainnya adalah jantina, kelompok usia, dan tingkat pendidikan responder.
Uji ANOVA sate-jalur yang digunakan untuk mengolab data di atas mengungkapkan adanya perbedaan derajat kesantunan antara TTD di dalam kedua bahasa. Walaupun secara statistik perbedaan ini signifikan, perbedaan harga-harga yang diperoleh dari uji tersebut sangat kecil sehingga uji komparasi ganda (uji Duncan) mengungkapkan bahwa di antara tiga puluh enam pasang kelompok data yang disusun menurut jenis penutur hanya sepuluh pasang yang menunjukkan perbedaan itu. lni menyiratkan bahwa penerjemah memilih strategi melakukan berbagai penggeseran dengan akibat pengubahan derajat kesantunan TTD yang diterjemahkannya.
Penelitian ini menyisakan pextanyaan yang menyangkut kaitan antara fitur suprasegmental dan kesantunan, kewajaran TTD di dalam novel, dan hubungan kesantunan dengan jarak sosial serta perbedaan status antara penutur dan petutur sebagaimana tertuang di dalam novel. Selain itu, kajian replikatif dapat pula dilakukan untuk mengulangtegaskan hasil penelitian ini.

This research is based on the assumptions that novels contain various types of directive speech acts (DSA's for short) which may threaten the hearer's face and that the translation of such DSA's may result in various types of shifts that, in turn, can lead to differences in their degrees of politeness. Based on the assumptions, this study puts forward questions on the shifts in translating English DSA's into Indonesian, the changes of their degrees of politeness as a result of the translation, and the relationship between such shifts and the degrees of politeness. This study aims at (1) revealing aspects related to the variety of shifts; (2) the impacts of such shifts on their degrees of politeness; and (3) the relationship between the shifts and the politeness.
A novel entitled A Farewell to Arms by E. Hemingway (1929) along with its translation, i.e. Pertempuran Penghabisan by T.S. Bachtiar (1976), is the source of data on the DSA's. The results of the study on it are used as the basis of compiling the questionnaire which has been designed to obtain pictures on differences in the degrees of politeness between the DSA's in the source language (Sr..) and their counterparts in the target language (TL). The respondents were randomly drawn from the population consisting of speakers of the SL as well as ones of the TL.
The data obtained from the sample are analyzed using a number of statistical tests contained in the SPSS for Windows Release 6. The major variables of this research are (I) the DSA's in the SL and their counterparts in the TL, which are categorized in accordance with the language and types of respondents, and (2) the differences in the degrees of politeness of the two languages. The other variables are the sexes, the age groups, and the levels of education of the respondents.
The one-way ANOVA employed to analyze the data reveals the differences in the degrees of politeness between the DSA's in the two languages. Despite the significance of the differences, the distinctions of values obtained from the analyses are so small that the multiple comparative (Duncan) tests reveal that among the thirty six pairs of data grouped on the basis of the types of respondents there are only ten pairs showing such distinctions. This implies that the translator has chosen the strategy of making shifts in the translation, resulting in changes in the degrees of politeness of the DSA's that he translates.
This study leaves behind questions on the connection between the suprasegmental features and politeness, the naturalness of DSA's within novels, and the relations between politeness and social distance as well as differences in social status among interlocutors in novels. Besides, replicative study could also be carried out in order to reconfirm the findings of this research.
"
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita Pratiwi
"Penelitian ini membahas tindak tutur direktif bahasa Jepang dalam anime Gakuen Babysitters. Teori tindak tutur direktif yang dikemukakan oleh Searle menjadi acuan dalam penelitian ini. Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini, yakni menjelaskan tuturan direktif yang disampaikan oleh dewasa kepada anak-anak dan tuturan direktif anak-anak kepada dewasa. Hasil penelitian ini menunjukan tindak tutur direktif dalam anime Gakuen Babysitter diperoleh data berjumlah 81. Tindak tutur direktif oleh dewasa kepada anak-anak berjumlah 44 data, terdiri dari perintah, permintaan, larangan, ajakan, dan izin. Tindak tutur direktif anak-anak kepada dewasa berjumlah 37 data, terdiri dari perintah, permintaan, dan larangan. Tuturan anak-anak cenderung menggunakan kata halus dan santun, seperti penggunaan bentuk ~te kudasai, ~naide kudasai, dan onegai shimasu. Berbeda dengan anak-anak, tuturan dewasa menggunakan bentuk yang terdengar kasar, memaksa dan penggunaanya hanya dapat digunakan oleh orang dengan status lebih tinggi, seperti bentuk ~ro, ~na, ~nasai, dan ~te kure.

This research discusses Japanese directive speech acts in the anime Gakuen Babysitters. The theory of directive speech acts put forward by Searle becomes a reference in this study. The purpose of this research is to explain the directive speech delivered by adults to children and children's directive speech to adults. The results of this study show that directive speech acts in the anime Gakuen Babysitter obtained data totaling 81. Directive speech acts by adults to children amounted to 44 data, consisting of commands, requests, prohibitions, invitations, and permissions. Directive speech acts of children to adults amounted to 37 data, consisting of commands, requests, and prohibitions. Children's speech tends to use subtle and polite words, such as the use of the forms ~te kudasai, ~naide kudasai, and onegai shimasu. In contrast to children, adult speech uses forms that sound harsh, forceful and can only be used by people with higher status, such as the forms ~ro, ~na, ~nasai, and ~te kure."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nasiha Bella Safira
"Dalam komunikasi ada tiga jenis tindak bahasa yang terjadi, yaitu tindak lokusi, tindak ilokusi dan tindak perlokusi. Salah satu jenis tindak ilokusi yang sering ditemui sehari-hari adalah tindak tutur ilokusi direktif. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan jenis tindak tutur direktif serta hubungan antara tindak tutur direktif dengan tindak tutur perlokusinya. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dialog antara Sun Wukong dan Jiang Liuer, 2 tokoh utama dalam film Monkey King : Hero is Back. Metode yang digunakan adalah deskriptif-kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan, ada 4 jenis tindak tutur direktif dalam dialog antara Sun Wukong dan Jiang Liuer yang terbagi dalam 11 tindak tutur direktif memerintah, 5 tindak tutur direktif meminta, 4 tindak tutur direktif memperingatkan dan 1 tindak tutur direktif menyarankan. Tindak tutur direktif meminta terjadi ketika penutur memiliki status yang lebih tinggi daripada mitra tutur. Tindak tutur direktif meminta umumnya digunakan oleh penutur yang memiliki status lebih rendah daripada mitra tutur. Tindak tutur memperingatkan terjadi ketika penutur peduli dengan keselamatan mitra tutur. Tindak tutur menyarankan terjadi ketika penutur memberikan pendapat yang bermanfaat bagi mitra tutur. Dalam tindak tutur direktif, situasi, status dan hubungan antara penutur dan mitra tutur mempengaruhi keberhasilan komunikasi.

There are three types of speech acts that occur In communication, locution, illocution and perlocution. One type of illocution acts that is often encountered in everyday life is the act of directive speech acts. This study aims to describe the types of directive speech acts as well as the relationship between directive speech acts and their perlocution acts. The data used in this study are dialogue between Sun Wukong and Jiang Liuer, the two main characters in the film Monkey King: Hero is Back. The method used is descriptive-qualitative. The results showed, there were 4 types of directive speech acts in the dialogue between Sun Wukong and Jiang Liuer which were divided into 11 command, 5 request, 4 warning and 1 suggestion. Command occur when the speaker has a higher status than the speech partner. Request generally used by speakers who have lower status than speech partners. Warning occurs when the speaker cares about the safety of the speech partner. Suggestion occur when a speaker gives an opinion that is beneficial to the speech partner. In directive speech acts, the situation, status and relationship between the speaker and the speech partner affect the success of communication."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Hirdan Radityatama Putra Laisa
"Penelitian ini mengkaji tentang penggunaan strategi kesantunan tuturan direktif pada film Kimi no Na wa. Film tersebut adalah film animasi yang ditayangkan perdana pada tahun 2016. Film itu menceritakan tentang kisah kedua karakter, Mitsuha dan Taki, yang bertukar tubuh.  Penelitian ini menelaah strategi kesantunan tuturan direktif yang dituturkan oleh mereka dengan menerapkan teori strategi kesantunan Brown dan Levinson. Terdapat 30 tuturan yang ditemukan dalam film. Dari tuturan-tuturan tersebut, ditemukan bahwa terdapat kecenderungan bagi kedua penutur untuk menggunakan strategi tidak langsung (off record) jika petutur memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari mereka. Sebaliknya, kedua penutur cenderung menggunakan strategi langsung ketika menuturkan tuturan direktif terhadap petutur yang memiliki kedudukan yang sama atau lebih rendah dari mereka. Pengecualian-pengecualian dapat ditemukan sepanjang film tersebut. Mitsuha menuturkan dua tuturan direktif kepada adik perempuannya dengan menggunakan strategi off record. Kedua penutur juga beberapa kali menuturkan strategi menjaga muka terhadap teman-teman dekat mereka. Penggunaan strategi bald on record kepada petutur yang memiliki kedudukan lebih tinggi juga ditemukan beberapa kali pada film. Faktor-faktor selain kedudukan terlihat mempengaruhi penggunaan strategi kesantunan saat menuturkan tuturan direktif.

This study reviews the use of politeness strategies of directive utterances in Kimi no Na wa movie. The movie is an animated movie released in 2016. It tells a story between two main characters, Mitsuha and Taki, which experince body swap. The study observes politeness strategies of directive utterances delivered by them by employing politeness strategies of Brown and Levinson. There are, in total, 30 utterances found. From those utterances, it is revealed that there is a tendency for both speakers to use less direct (off record) strategy if the addressee has higher hierarchical position than them. Conversely, the speakers tend to use direct (bald on record) strategy in delivering directive utterances towards addresees in the same or lower position than them. Exceptions, however, are found throughout the movie. Mitsuha uttered two directives towards her younger sister using off record strategy. Moreover, both speakers occasionally used face-saving strategies towards their close friends. The use of bald on record strategy towards addresees in higher position is also found several times in the movie. Factors other than hierarchical position apparently affect politeness strategies used in delivering directive utterances.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulikhati Rofi`ah
"Penelitian ini membahas tindak tutur direktif dalam Film Yowis Ben karya Bayu Skak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan tuturan direktif bahasa Jawa dialek Malang dalam Film Yowis Ben. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, dengan teori pragmatik. Tindak tutur tidak hanya ditemukan pada percakapan sehari-hari, tetapi juga dapat ditemukan dalam karya sastra berupa film. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan tuturan direktif bahasa Jawa dialek Malang dituturkan oleh penutur secara langsung, tanpa basa-basi, dan sebagian besar menggunakan bahasa Jawa ragam Ngoko, tanpa melihat status sosial mitra tutur. Terdapat 22 data yang merupakan tuturan direktif, yang dapat dibagi menjadi 19 data tindak tutur langsung, dan 3 data tindak tutur tidak langsung. Fungsi yang ditemukan yaitu fungsi memerintah, fungsi meminta, fungsi melarang, dan fungsi memberikan nasihat. Dari beberapa penggunaan tuturan direktif bahasa Jawa dialek Malang dalam Film Yowis Ben, yang paling banyak ditemukan yaitu penggunaan tuturan direktif secara langsung, fungsi memerintah.

This study discusses directive speech acts in the film Yowis Ben by Bayu Skak. The purpose of this study is to determine the use of directive speech in Javanese dialect of Malang in the film Yowis Ben. This research uses descriptive qualitative method, with pragmatic theory. Speech acts are not only found in everyday conversations, but can also be found in literary works in the form of films. The results showed that the use of the Javanese dialect of Malang dialect directive was spoken by the speakers directly, without further ado, and most of them used the Javanese variety of ngoko, regardless of the social status of the speech partner. There are 22 data which are directive speech acts, which can be divided into 19 direct speech act data, and 3 indirect speech act data. The functions found are commanding function, requesting function, prohibiting function, and giving advice function. Of the several uses of Javanese directive speech in Malang dialect in Yowis Ben's film, the most commonly found is the use of direct directive speech, the function of commanding."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>